THE EFFECT OF ETHANOL-WATER COMPOSITION VARIATION IN ACETONE-ETHANOL-WATER-n-BUTANE MIXTURES ON THE PERFORMANCE OF DISTILLATION COLUMN

dokumen-dokumen yang mirip
Kondisi Optimum Pemisahan Aseton dari Campuran Aseton-Etanol-Air-n Butanol Dengan Kolom Distilasi Vacuum

DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

BAB I DISTILASI BATCH

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi.

Fugasitas. Oleh : Samuel Edo Pratama

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V

Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN

EVALUASI KOLOM DISTILASI BUTANOL-AIR DENGAN INTEGRASI PANAS UNTUK MENDAPATKAN TOTAL ANNUAL COST (TAC) MINIMUM

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DA- RI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BASIC OF SHORT CUT & RIGOROUS COLUMN DISTILLATION SIMULATION IN HYSYS. CREATED BY DENNY FIRMANSYAH

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap

PENGUKURAN KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM BINER ETANOL+ETIL ASETAT DAN ETANOL+ ISOAMIL ALKOHOL PADA TEKANAN 101,33 kpa, 79,99 kpa dan 26,67 kpa

Pemisahan Distilasi Azeotrop. Heri Rustamaji. Referensi:

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER ETANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR SIMBOL DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRACT Latar Belakang Keaslian Penelitian 5

Etanol akan membentuk campuran azeotrop dengan air sehingga sulit

BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG

KESETIMBANGAN UAP-CAIR (VLE) ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

SIMULASI ABSORPSI MULTIKOMPONEN HIDROKARBON DENGAN VISUAL BASIC 6.0 METODE BURNINGHAM-OTTO SUM RATES

6/12/2014. Distillation

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER METANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM ETHANOL + 2-PROPANOL + ISOOCTANE PADA TEKANAN ATMOSFERIK

KESETIMBANGAN UAP-CAIR-CAIR SISTEM BINER n-butanol+air DAN ISOBUTANOL+AIR PADA kpa

MATERI : MENARA DISTILASI CAMPURAN BINER

PMD D3 Sperisa Distantina

Laporan Praktikum Kimia Fisik

DISTILASI 08/03/2018 Nur Istianah-KP1-Distilasi-2015

STRATEGI KONTROL KOLOM DISTILASI TUNGGAL SISTEM BINER METANOL-AIR

BAB I PENDAHULUAN. Pemisahan campuran azeotrop multikomponen dengan menggunakan

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER 1-PROPANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

DESAIN ALAT DISTILASI UNTUK MEMPEROLEH ETANOL DENGAN KADAR OPTIMUM

PMD D3 Sperisa Distantina

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH

Pembimbing: Prof.Ir. Renanto Handogo, MS. PhD. Ir.Musfil A.S,M.Eng,Sc.

Optimasi Feed Plate dan Temperatur Feed Adsorber Dalam Proses Distilasi Adsorpsi Pada Pembuatan Etanol Absolut

OTK 3 S1 Sperisa Distantina

Penuntun praktikum DISTILASI BATCH

Pengendalian Sistem Kolom Distilasi Campuran Azeotrop Heterogen Butanol-Air Menggunakan Model Predictive Control (MPC)

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

PERFORMA KOLOM SIEVE TRAY DENGAN PACKING SERABUT PADA DISTILASI ETANOL-AIR

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ENTROPI. Untuk gas ideal, dt dan V=RT/P. Dengan subtitusi dan pembagian dengan T, akan diperoleh persamaan:

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

TEKNOLOGI HEMAT ENERGI UNTUK PRODUKSI ALKOHOL FUEL GRADE YANG EFISIEN

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

Studi Aplikasi Decoupling Control untuk Pengendalian Komposisi Kolom Distilasi

Kata kunci : Absorber, Konsentrasi Benfield, Laju Alir Gas Proses, Kadar CO 2, Reboiler Duty, Aspen Plus

@ Heri Rustamaji. World Wide Web home page on the Internet at:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kelompok B Pembimbing

HUKUM RAOULT. campuran

LAMPIRAN A HASIL PERHITUNGAN NERACA MASSA

PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN

THE USE OF WILSON EQUATION, NRTL AND UNIQUAC IN PREDICTING VLE OF TERNARY SYSTEMS

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

STRUKTUR KONTROL KOLOM DISTILASI ALDEHYDE

Kesetimbangan Fasa Bab 17

Ruang Lingkup. 1. Pemilihan Tipe Kolom 2. Penentuan Kondisi operasi 3. Perancangan Tray Tower 4. Perancangan Packed Tower

PRODUKSI ALKOHOL FUEL GRADE DENGAN PROSES DISTILASI EKSTRAKTIF

KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC)

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

SIMULASI DISTILASI BATCH BERBASIS PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK

KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC)

packing HETP meningkat dengan beban (loading) dalam structured packing

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL ALKOHOL DENGAN PROSES DEHIDROGENASI

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina

ASETON-BUTANOL-ETANOL HASIL FERMENTAS1 DENGAN DISTILASI SEDERHANA DAN DENGAN PENDEKATAN MODEL ISOTHERM FLASH. Oleh AGUS PURWANTO

Pemodelan Kolom Distilasi Pabrik Petrokimia dengan Menggunakan Distributed Control System

EVALUASI PEMISAHAN ISOAMIL ALKOHOL DARI HASIL BAWAH PROSES DISTILASI LUTTER WASER DENGAN DISTILASI BATCH. Ani Purwanti 1* dan Sumarni 2

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT

LEVEL -04 SISTEM PEMISAHAN

BAB II DESKRIPSI PROSES

KONTRAK PERKULIAHAN 1. Manfaat Mata Kuliah 2. Deskripsi Mata Kuliah 3. Tujuan Instruksional 4. Strategi Perkuliahan

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2

B T A CH C H R EAC EA T C OR

PENGARUH RASIO ASAM SULFAT TERHADAP ASAM NITRAT PADA SINTESIS NITROBENZENA DALAM CSTR

III. PERANCANGAN KONDISI PROSES

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

Transkripsi:

70 THE EFFECT OF ETHANOL-WATER COMPOSITION VARIATION IN ACETONE-ETHANOL-WATER-n-BUTANE MIXTURES ON THE PERFORMANCE OF DISTILLATION COLUMN Iryanti Fatyasari Nata ABSTRAK Campuran aseton (1)/etanol (2)/air (3)/n-butanol (4) dapat diperoleh dari fermentasi molases dengan bantuan mikroorganisme clostridium acetobutilycum. Variasi komposisi umpan yang paling baik menghasilkan kemurnian etanol 97,6% berat dengan recovery etanol 95,55%. Pada penelitian ini dilihat pengaruh variasi komposisi etanol dan air sebagai umpan masuk kolom etanol. Desain kolom distilasi dengan simulasi komputer dalam bahasa VISUAL FORTRAN 5.0. Perhitungan secara ekstensif (rigorous) menggunakan metode Wang-Henke dengan memperhatikan perancangan non equal molar overflow dan campuran non ideal. Koefisien aktifitas untuk cairan non ideal diprediksi dengan persamaan UNIQUAC. Kinera kolom terhadap perubahan komposisi ini dibatasi dengan media pendingin air pada kondensor. Kata kunci: simulasi, kolom distilasi, kemurnian etanol. ABSTRACT Fermenting molasses using clostridium acetobutilycum can produce a mixture of acetone (1)/ethanol (2)/water (3)/n-butanol (4). Varying composition (ethanol-water) can increase the purity of ethanol 97.6-wt % with recovery 95.55%. This work is primarily concerned with the variation of ethanol-water composition. Distillation columns were designed using computer programs written in VISUAL FORTRAN 5.0. A rigorous equilibrium based calculation method due to Wang-Henke that taking into account the effects of non-equal molar overflow and non-ideal vapor-liquid equilibrium was used in this study. UNIQUAC, a method of estimating activity coefficient in non-ideal liquid mixtures, was used to model the vapor liquid equilibrium. The column performance was studied by varying the composition that is constrained by the cooling water temperature in the condenser. Keywords: simulation, distilation column, purity of ethanol. 1. PENDAHULUAN Campuran aseton-etanol-air-n-butanol dapat diperoleh dari fermentasi molasses sebagai limbah pabrik gula. Pada fermentasi ini bakteri yang mampu mengkonversi bahan tersebut adalah Clostridium acetobutylicum (Roffler dkk. 1987). Dalam merancang kolom distilasi masalah utama adalah menentukan umlah plate, letak plate umpan, refluks rasio, beban kondensor dan reboiler. Perhitungan distilasi multikomponen memerlukan penyelesaian yang simultan dari neraca massa, neraca panas, kesetimbangan uapcair (VLE) dari sistem. Selain itu perlu dihitung distribusi komponen, temperatur, lau alir cairan dan uap tiap plate. Dari segi termodinamika persoalan kesetimbangan akan bertambah rumit karena campuran aseton-etanol-air-n-butanol merupakan campuran yang tidak ideal. Oleh karena itu penyelesaian persamaan yang lebih teliti secara analitis sukar dilakukan. Selain itu waktu yang diperlukan lebih banyak. Dengan kemauan teknologi persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan simulasi komputer seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Roffler dkk. (1987) menggunakan empat buah kolom distilasi untuk memisahkan campuran aseton-etanol-air-n-butanol yang terdiri dari kolom aseton, kolom etanol, water stripper dan butanol stripper. Kolom aseton beroperasi pada tekanan 0.7 atm dan kolom etanol 0,3 atm, water stripper 0,3 atm dan butanol stripper 1,5 atm dengan komposisi produk atas aseton 99,5% berat, produk atas etanol 95% berat dan produk bawah butanol 99,7% berat. Proses Pemisahan Aseton-Etanol-Air-n- Butanol Pemisahan ini diawali dari produk atas beer stripper yang mengandung 70 % berat air dan 30 % berat aseton-etanol-n-butanol (lihat Gambar 1). Produk atas dari beer stripper diumpankan ke kolom aseton. Kolom aseton menghasilkan produk atas 99,5 % berat berupa aseton pada 0,7 atm. Produk bawah diumpankan ke kolom etanol yang beroperasi 0,3 atm. Kolom ini menghasilkan 95 % berat etanol dan produk bawah diumpankan ke decanter. Selain dari kolom etanol, decanter menerima umpan dari produk atas water stripper dan butanol stripper. Fasa kaya air mengandung sekitar 95 % berat butanol dan Prodi. T. Kimia, FT Univ. Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km. 36 Banarbaru, Kalsel 70714 E-mail: yanti_nata@telkom.net Maalah IPTEK - Vol. 16, No. 2, Mei 2005

71 Kolom Aseton 0,7 atm 99,5 % berat Aseton Kolom Etanol 95 % berat Etanol 0,3 atm Decanter Hasil fermentasi 1,5 atm Beer Stipper Steam Water Stripper 0,3 atm Waste Air 1,5 atm Butanol Stripper 99,7 % n-butanol Gambar 1. Proses pemisahan campuran aseton-etanol-air-n-butanol. diumpankan ke water stripper. Fasa kaya butanol mengandung sekitar 23 % berat air diumpankan ke butanol stripper. Water stripper beroperasi pada 0,3 atm dengan produk bawah air dengan kandungan 0,01 % berat. Butanol stripper beroperasi pada 1,5 atm dengan produk bawah 99,7 % berat n-butanol. Diagram alir proses tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1. Penelitian selanutnya mengkondisikan tekanan kolom pemisah (aseton dan etanol) pada tekanan vacuum untuk menghemat utilitas/energi yang digunakan pada proses pemisahan. Hasilnya adalah kemurnian aseton 99,5% berat dan etanol 75,6% berat dengan kondisi operasi 0,6 atm untuk kolom aseton dan 0,2 atm untuk kolom etanol (Handogo dkk. 2001). Metode Bubble Point (Wang-Henke) Untuk Perhitungan Distilasi Kolom distilasi denagn model skematik Countercurrent Cascade N (Gambar 2.2) plate kesetimbangan meliputi empat golongan persamaan (MESH Equation) sebagai berikut: Persamaan M (material balance) untuk tiap komponen (C persamaan untuk tiap plate). M i, = L -1X i,-1+v -1y i,+1+f z i,-(l )X i, (V )y i, = 0...(1) Persamaan E (equilibrium relation) untuk tiap komponen (C persamaan untuk tiap plate). E i, = y i, K i, x i,...(2) K i, = rasio kesetimbangan fasa Persamaan S (summation of mole fraction) untuk tiap-tiap plate. y (S...(3) c y) i, 1,0 0 i 1 x (S...(4) c x ) i, 1,0 0 i 1 Persamaan H (enthalpy balance) untuk masingmasing plate H = L -1H L,-1+V +1H v,+1+f H F-(L )H L, (V )H V,-Q = 0...(5) Dengan pengabaian perubahan energi potensial dan kinetik. Vol. 16, No. 2, Mei 2005 - Maalah IPTEK

72 V 1 F 1 Plate 1 Q 1 W 2 V 2 L 1 U 1 F 2 Plate 2 W 3 V 3 U 2 W L -1 U -1 F V +1 Plate W +1 L U W N-1 L N-2 U N-2 F N-1 Plate N-1 W N V N L N-1 U N-1 F N Plate N Q N L N Gambar 2. Model skematik Countercurrent Cascade N plate kesetimbangan Selain 5 persamaan di atas terdapat persamaan neraca massa total dari plate 1 sampai yang merupakan kombinasi dari Persamaan (3) atau (4) dengan Persamaan (1). m m 1 L V (F W - U ) V...(6) 1 m Untuk pemisahan campuran aseton-etanolair-n-butanol, prediksi kesetimbangan uap-cair (VLE) dan cair-cair (LLE telah banyak dilakukan seperti yang dipublikasikan oleh Gmehling dan Ongken (1977), Ismartono dan Syamsul (1997) dan Wiryanto dan Teddy (1999). Tekanan uap enuh suatu zat dapat diestimasi dengan persamaan Antoinne (Prausnitz dkk. 1977), sedangkan harga koefisien aktifitas komponen dalam campuran dapat dihitung dengan korelasi UNIQUAC (Walas 1985). Untuk data entalpi uap dan cairan diprediksi dari Reid dkk. (1987). Algoritme Matriks Tridiagonal Algoritme matriks tridiagonal yang digunakan Wang-Henke dikembangkan oleh Thomas, dengan mengeliminasi y dan L dari neraca massa (M) (Henley dan Seader 1981). m 1 Lau Alir Uap dan Cairan pada Tiap Plate Lau alir uap dapat dihitung dengan persamaan neraca entalpi (Henley dan Seader 1981): V + V +1 =...(7) dengan = HL -1- Hv...(8) = HV -1- HL...(9) 1 ( (Fm Wm Um) V 1)(HL HL 1) F (HL HF ) m 1...(10) Secara umum harga aliran uap pada tiap plate adalah: 1 α 1V 1 V β 1...(11) Lau alir cairan pada tiap plate dapat dihitung: L = V +1 + (F m - Um - Wm ) - V...(12) 1 m 1 Kebutuhan energi kondensor dan reboiler dihitung berdasarkan persamaan: (F H Q N N 1 N 1 F U HL WHV) Q V1 HV1 LNHLN 1...(13) Maalah IPTEK - Vol. 16, No. 2, Mei 2005

73 Kriteria Konvergensi Kriteria yang disarankan Wang-Henke merupakan umlah dari error tiap plate yang dikuadratkan. Hal ini tidak menunukkan error tiap-tiap plate yang memenuhi toleransi, sehingga dibuat kriteria konvergensi yang berdasarkan error tiap plate yang memenuhi toleransi. (k) (k 1) T T...(14) ε Harga merupakan harga toleransi suhu tiap-tiap plate, sehingga dengan kriteria ini dapat memeriksa perbedaan suhu iterasi tiap-tiap plate agar memenuhi error yang ditoleransi. 2. METODOLOGI PENELITIAN Pengeraan dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap perancangan kolom dan tahap unuk kera kolom etanol berdasarkan perubahan komposisi mol etanol dalam umpan. Program yang digunakan adalah program yang dibuat sendiri dengan menggunakan bahasa FORTRAN. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah: - Gas ideal dan beda tekanan tiap plate sebesar 0,0034 atm - umpan dan refluks masuk cairan enuh (saturated liquid) - kolom distilasi sederhana dengan menggunakan kondensor total dan reboiler parsial - efisiensi plate 100 % Basis perhitungan: 1000 gmol/am Komposisi variasi umpan berupa cairan dengan perubahan komposisi mol etanol dan air dengan mol aseton dan butanol konstan (Tabel 1). Tabel 1. Komposisi variasi umpan Komposisi ke- Fraksi mol Aseton Etanol Air n-butanol 1 0,00032 0,01117 0,92446 0,06405 2 0,00032 0,11117 0,82446 0,06405 3 0,00032 0,21117 0,72446 0,06405 4 0,00032 0,31117 0,62446 0,06405 5 0,00032 0,41117 0,52446 0,06405 6 0,00032 0,51117 0,42446 0,06405 7 0,00032 0,61117 0,32446 0,06405 8 0,00032 0,71117 0,22446 0,06405 9 0,00032 0,81117 0,12446 0,06405 10 0,00032 0,91117 0,02446 0,06405 Tekanan kolom etanol, atm: 0,2 Jumlah plate kolom, buah: 30 Letak plate umpan, ke-: 7 Kolom Pemisah Etanol Pada penelitian ini, peneliti mencoba memvariasikan komposisi umpan masuk kolom etanol dengan variasi pada mol etanol dan air sedangkan mol aseton dan n-butanol konstan. Hal ini dilakukan karena pada komposisi umpan yang diperoleh dari penelitian terdahulu (Handogo dkk. 2001) kemurnian serta recovery etanol sebagai produk atas sangat rendah yaitu 75,6 % berat dan recovery 56,56%. Dengan variasi komposisi umpan diharapkan kemurnian dan recovery etanol dapat meningkat dan dapat dilihat pula kinera dari kolom. Algoritme Perhitungan Metode Bubble Point dari Wang-Henke 1. Spesifikasi problem meliputi: Komposisi, kondisi termal dan lokasi umpan masuk, tekanan tiap plate, lau alir side stream, perpindahan panas dari dan menuu tiap plate, kecuali untuk plate ke-1 (kondensor) dan plate ke-n (reboiler), umlah plate total.memasukkan harga, tekanan kolom, umlah plate, letak plate umpan, lau produk atas dan refluks rasio. 2. Menghitung harga awal untuk variable T dan V. 3. Menghitung komposisi tiap plate (x i,) dengan metode Thomas. 4. Menormalisasi komposisi (x i,) tiap plate 5. Menghitung (T ) baru dari perhitungan bubble point tiap plate dengan harga komposisi yang dihitung dari tridiagonal matrik. 6. Menghitung kebutuhan beban kondensor (Q 1) dan beban reboiler (Q N). 7. Menghitung lau alir uap (V ) dan cairan (L ) tiap plate dari persamaan neraca panas dalam bentuk matrik didiagonal. 8. Mengui toleransi error pada Persamaan (14), bila memenuhi perhitungan selesai dan bila tidak memenuhi maka ulangi perhitungan kembali pada langkah 3. Pada tahap unuk kera kolom akan dipelaari pengaruh perubahan komposisi mol umpan terhadap refluks rasio, kemurnian etanol, lau destilat, recovery etanol dan beban reboiler dan kondensor. Perubahan ini dapat dilihat pengaruhnya profil suhu tiap plate, komposisi cairan tiap plate, komposisi uap tiap plate dan lau alir molar uap dan cairan tiap plate. Algoritme perhitungan umlah plate kolom dengan metode Wang-Henke: 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Jumlah Plate Kolom Etanol Untuk mendapatkan spesifikasi produk yang diinginkan, penentuan umlah plate merupakan salah satu masalah penting dalam kolom distilasi. Vol. 16, No. 2, Mei 2005 - Maalah IPTEK

74 Mulai Set k = k+1 Spesifikasi : F,X fi,, kondisi feed (T F,P F,H F ), P, N, N F, D (lau distilat ), R (refluk rasio) Initialize tear variables T,V (nilai tebakan awal untuk variabel T,V ) Menghitung x dengan metode Thomas Menormalisasi x i, tiap plate Menghitung T baru dari perhitungan bubble point Menghitung Q 1 dan Q N Dievaluasi secara bergiliran Menghitung V dan L tidak (T baru-t)< Ya selesai Gambar 3. Algoritme metode bubble point Wang-Henke Dalam penentuan umlah plate tidak terlepas dari penentuan letak plate umpan dan harga refluks rasio untuk penggunaan kebutuhan energi reboiler dan kondensor yang minimum. Penentuan umlah plate kolom etanol dicari setelah memperoleh komposisi produk bawah kolom aseton. Kemurnian etanol hasil penelitian Roffler (1987) mencapai 95% berat. Perhitungan kolom etanol yang dihasilkan Roffler berdasarkan shortcut, pada penelitian ini dilakukan perhitungan secara ekstensif (rigorous) dengan metode Wang- Henke. Kemurnian etanol yang diperoleh dari metode Wang-Henke hanya mencapai 75,6% berat. Untuk kemurnian etanol yang lebih tinggi perhitungan tidak konvergen. Hal ini menunukkan bahwa perhitungan secara shotcut harus dikai ulang dengan perhitungan ekstensif (rigorous). Pengaruh Letak Plate Umpan terhadap Refluks Rasio dan Kebutuhan Energi Reboiler Penentuan letak plate umpan sangat penting, karena berpengaruh terhadap karakteristik kolom terutama harga refluks rasio dan beban reboiler. Pada kolom etanol 0,3 atm letak plate umpan hanya pada plate tertentu, misalnya untuk umlah plate 30, letak plate umpan hanya pada plate ke-7 di bawah kondensor dengan kemurnian etanol 75,6% berat, recovery etanol 55,56% dan recovery air 99,6%. Letak plate umpan di bawah atau di atas plate ke-7 perhitungan tidak konvergen untuk kemurnian dan recovery etanol yang ditetapkan. Hal ini disebabkan campuran yang dipisahkan mempunyai perbandingan komposisi etanol terhadap air yang cukup besar yaitu 1:92, sehingga campuran tersebut merupakan larutan aseton-etanol-n-butanol yang sangat encer. Dalam larutan tersebut etanol lebih sukar menguap. Jadi diambil letak plate umpan ke-7 dan dianggap refluks rasio dan kebutuhan energi reboiler yang minimum. Pada proses lain produksi aseton-etanol-nbutanol (Dagdar Ali M dan Gary L. Fouth. 1988) air yang dihasilkan dari fermentasi diekstraksi dengan 2-ethyl-1-heksanol, sehingga umpan kolom pemisah aseton dan etanol tidak mengandung air. Dengan metode yang sama perhitungan dilakukan pada proses ini, kemurnian etanol mencapai 99% berat etanol dan n-butanol 98,7% berat. Hal ini membuktikan bahwa komposisi air sangat berpengaruh terhadap distribusi dan kesetimbangan sistem. Distribusi etanol tiap plate untuk sistem aseton- Maalah IPTEK - Vol. 16, No. 2, Mei 2005

Komposisi cairan etanol, X(2) Refluk rasio 75 etanol-air-n-butanol yang mengandung dan tanpa air dapat dilihat pada Gambar 4. Sebagai dasar perhitungan pada kolom etanol dengan tekanan total kolom berdasarkan kinera kolom etanol terhadap perubahan tekanan untuk mengetahui pengaruh terhadap refluks rasio (R), temperatur atas kolom (T top), kebutuhan energi reboiler (Q R) dan energi kondensor (Q C) yang minimum beroperasi pada tekanan 0,2 atm (Renanto dkk. 2001). Spesifisikasi yang dihasilkan adalah: Tekanan total kolom etanol = 0,2 atm Jumlah plate kolom, buah = 30 Letal plate umpan, ke- = 7 Beda tekanan tiap plate = 0,0034 atm Media pendingin kondensor = air Data diatas diadikan dasar untuk mensimulasikan berbagai komposisi etanol-air dalam umpan untuk memperoleh kemurnian dan recovery etanol yang lebih tinggi. 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Plate ke- N dengan air tanpa air Gambar 4. Hubungan komposisi cairan etanol (XF(2)) terhadap plate ke-n untuk sistem asetonetanol-air-n-butanol dengan dan tanpa air. Pengaruh Komposisi Mol Etanol dalam Umpan terhadap Refluk Rasio, Lau Destilat dan Kebutuhan Reboiler dan Kondensor Dengan bertambahnya komposisi mol etanol dalam umpan, dimana komposisi mol air berkurang dan komposisi mol aseton dan butanol konstan menyebabkan komposisi mol etanol naik dan komposisi mol butanol akan turun. Gambar 5. menunukkan pengaruh komposisi mol etanol dalam umpan terhadap refluk rasio. Semakin besar komposisi mol etanol dalam umpan semakin kecil refluk rasionya. Sedangkan Gambar 6 menunukkan hubungan antara komposisi mol etanol dalam umpan dengan terhadap lau alir molar produk atas (destilat). Semakin besar komposisi mol etanol dalam umpan semakin besar lau alir molar produk atas, hal ini dapat uga dilihat dari hubungan L = R/D. Hal ini menunukkan pula bahwa lau alir molar produk atas merupakan fungsi linier dari komposisi mol etanol dalam umpan. 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0.01 0.11 0.21 0.31 0.41 0.51 0.61 0.71 0.81 0.91 XF(2) etanol Gambar 5. Hubungan komposisi mol etanol dalam umpan (XF(2)) dengan refluks rasio (R). Dari segi kebutuhan panas dan pendingin kolom etanol semakin besar komposisi mol etanol dalam umpan semakin besar kebutuhan panas dari 2,384613.10 6 menadi 8,72975.10 6 kal/am meningkat 266% dan kebutuhan pendingin dari 2,296615.10 6 menadi 8,828391.10 6 kal/am menurun 284%. Fh F + Q R Q C Dh D Bh B = 0 B = F D Q R = Dh D + Bh B - Fh F + Q C = Dh D + Bh B - Dh B - Fh F = D (h D-h B) + Fh B - Fh F Dari persamaan Q R dapat dilihat beban panas reboiler dan kondensor yang berpengaruh adalah lau molar produk atas (D), entalpi produk atas dan entalpi produk bawah. Untuk perubahan komposisi mol etanol dalam umpan menyebabkan lau alir produk atas (destilat) semakin besar, hal ini menyebabkan kenaikan beban reboiler dan kondensor. Dari hasil variasi komposisi mol etanol dalam umpan diperoleh pada komposisi mol etanol paling besar akan menghasilkan kemurnian etanol yang paling tinggi yatu 97,6% berat. Gambar 7 menunukkan hubungan antara komposisi mol etanol dalam umpan terhadap beban kondensor dan reboiler. Semakin besar komposisi mol etanol dalam umpan semakin besar beban kondensor dan reboiler, tetapi pada komposisi umpan ke-7 yaitu mol etanol sebesar 0,61 beban kondensor dan reboiler paling tinggi. Pada komposisi ke-8 yaitu mol etanol 0,71 beban reboiler dan kondensor semakin turun sampai komposisi umpan ke-10, hal ini disebabkan kompisisi etanol yang semakin besar sehingga penguapan yang teradi lebih cepat dan energi yang dibutuhkan uga semakin kecil. Vol. 16, No. 2, Mei 2005 - Maalah IPTEK

Kebutuhan Energy,10 7 (kal/) Kemurnian etanol ( % ) Lau Destilat (gmol/) Recovery etanol (%) 76 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 0.01 0.11 0.21 0.31 0.41 0.51 0.61 0.71 0.81 0.91 XF(2) etanol Gambar 6. Hubungan komposisi mol etanol dalam umpan (XF(2)) dengan lau alir molar produk atas (D). 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Reboiler Kondensor 0.01 0.11 0.21 0.31 0.41 0.51 0.61 0.71 0.81 0.91 XF(2) etanol Gambar 7. Hubungan komposisi mol etanol dalam umpan (XF(2)) dengan beban reboiler (Q R) dan kondensor (Q C). Pengaruh Komposisi Mol Etanol dalam Umpan terhadap Recovery etanol, Kemurnian Etanol dan Distribusi Mol Etanol tiap Plate Hubungan antara komposisi mol etanol dalam umpan terhadap recovery etanol ke produk atas ditunukkan oleh Gambar 8, menyebabkan recovery air sebagai komponen yang lebih sukar menguap akan berkurang sehingga recovery etanol sebagai produk atas akan semakin besar pula. Gambar 9 menumukkan profil kemurnian etanol pada tiap komposisi mol etanol. Profil distribusi komposisi etanol tiap plate pada berbagai komposisi mol etanol dalam umpan ditunukkan oleh Gambar 10. Dengan bertambahnya komposisi mol etanol dalam umpan menyebabkan komposisi etanol sebagai produk atas semakin besar. Hal ini disebabkan komposisi komponen yang lebih mudah menguap semakin besar dalam umpan sehingga kemurnian etanol sebagai produk atas uga bertambah. Pada Tabel 2 ditampilkan kemurnian etanol yang dihasilkan untuk berbagai macam komposisi mol etanol dalam umpan. 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 0.01 0.11 0.21 0.31 0.41 0.51 0.61 0.71 0.81 0.91 XF(2) etanol Gambar 8. Hubungan komposisi mol etanol dalam umpan (XF(2)) dengan recovery etanol pada produk atas (REC). 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 0.01 0.11 0.21 0.31 0.41 0.51 0.61 0.71 0.81 0.91 XF(2) etanol Gambar 9. Hubungan komposisi mol etanol dalam umpan (XF(2)) dengan kemurnian etanol pada produk atas (XD(2)). Perubahan komposisi umpan masuk kolom etanol menyebabkan penurunan refluks rasio dari 21,248 menadi 0,01 menurun 99,9% dan lau distilat dari 10 menadi 874 dengan recovery etanol 55,547% dan produk 75,6% berat etanol menadi recovery etanol 95,552% dan produk 97,6% berat etanol. Dengan penambahan komposisi etanol dalam umpan, komponen ringan (light key) lebih mudah menguap. Tabel 2. Kemurnian etanol dalam berbagai komposisi umpan No Komposisi (Fraksi Mol) Aseton Etanol Air n-butanol Kemurnian (%) 1 0,00032 0,01117 0,92446 0,06405 0,75598 2 0,00032 0,11117 0,82446 0,06405 0,84251 3 0,00032 0,21117 0,72446 0,06405 0,83944 4 0,00032 0,31117 0,62446 0,06405 0,85234 5 0,00032 0,41117 0,52446 0,06405 0,86695 6 0,00032 0,51117 0,42446 0,06405 0,88995 7 0,00032 0,61117 0,32446 0,06405 0,91193 8 0,00032 0,71117 0,22446 0,06405 0,91587 9 0,00032 0,81117 0,12446 0,06405 0,93940 10 0,00032 0,91117 0,02446 0,06405 0,97602 Maalah IPTEK - Vol. 16, No. 2, Mei 2005

Komposisi uap, y Komposisi cairan, x Komposisi cairan, x 77 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Plate ke- N komposisi etanol (1) komposisi etanol (2) komposisi etanol (3) komposisi etanol (4) komposisi etanol (5) komposisi etanol (6) komposisi etanol (7) komposisi etanol (8) komposisi etanol (9) komposisi etanol (10) Gambar 10. Profil distribusi komposisi mol etanol tiap plate dalam variasi komposisi mol etanol dalam umpan. Unuk Kera Kolom Etanol Kinera kolom etanol terhadap perubahan komposisi umpan untuk mengetahui pemisahan campuran etanol-etanol-air-n-butanol menadi produk etanol yang lebih murni. Umpan yang akan dipisahkan merupakan cairan enuh dengan perubahan mol etanol dalam umpan dengan mol aseton dan n-butanol konstan. Hal ini akan mempengaruhi profil suhu, komposisi uap dan cairan serta lau alir molar uap dan cairan tiap plate. Pada unuk kera ini ditampilkan komposisi mol etanol dalam umpan asal (komposisi ke-1) dan yang paling besar (komposisi ke-10) kemurnian etanol sebagai produk akhir. Pengaruh Variasi Komposisi Umpan terhadap Distribusi Komponen Kunci Gambar 11 menunukkan profil komposisi mol cairan etanol tiap plate untuk variasi komposisi umpan masuk kolom yaitu komposisi ke-1 dan ke-10. Untuk komposisi ke-1 pada bagian stripping (di bawah plate umpan) kenaikan komposisi cairan mol etanol konstan, sedangkan bagian enriching (di atas plate umpan) komposisi mol cairan bertambah dengan cepat dari 0,01547 mol menadi 0,03406 mol sampai komposisi etanol mencapai 0,60229 mol (75,6 % berat) pada plate ke-1. Untuk komposisi ke-10 pada bagian stripping (di bawah plate umpan) kenaikan komposisi cairan mol etanol konstan, sedangkan bagian enriching (di atas plate umpan) komposisi mol cairan bertambah dengan konstan sampai komposisi etanol mencapai 0,96471 mol (97,6 % berat) pada plate ke-1. Hal ini uga berlaku untuk komposisi mol uap etanol yang ditunukkan Gambar 12, distribusi mol uap etanol meningkat pada bagian enriching (setelah plate umpan). 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 komposisi etanol (1) komposis etanol (10) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Plate ke- N Gambar 11. Profil komposisi mol cairan tiap plate kolom etanol komposisi umpan ke-1 dan ke-10. 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 aseton(1) etanol (2) air (3) n-butanol (4) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Plate ke- N Gambar 12. Profil komposisi mol uap tiap plate kolom etanol komposisi umpan ke-1 dan ke-10 Untuk komposisi ke-1 pada bagian stripping ini teradi kenaikan mol etanol yang konstan dari plate ke-30 sampai plate ke-7. Hal ini disebabkan campuran umpan yang masuk sangat encer. Perbandingan komposisi umpan antara komponen kunci ringan (light key) dengan komponen kunci berat (heavy key) sangat besar, yaitu 1:92. Komposisi komponen berat yang sangat besar menyebabkan mol etanol lebih sukar menguap. Distribusi mol cairan maupun uap etanol pada bagian stripping kenaikannya sangat kecil. Untuk komposisi ke-10 pada bagian stripping dan enriching ini teradi kenaikan mol etanol yang konstan dari plate ke-30 sampai plate ke-1. Pada bagian enriching mulai teradi pemisahan etanol dari campurannya. Kenaikannya komposisi mol etanol lebih cepat pada bagian enriching karena kandungan komponen berat (air) berkurang, sehingga fraksi kaya etanol semakin besar. Perubahan komposisi umpan dari menyebabkan distribusi mol cairan maupun uap etanol cepat naik karena kandungan air berkurang. Perubahan komposisi umpan berpengaruh pada kesetimbangan uap-cair (VLE) sistem, yaitu relative volatility ( ) semakin besar yang menyebabkan proses pemisahan lebih cepat. Distribusi keempat komponen tiap plate Vol. 16, No. 2, Mei 2005 - Maalah IPTEK

Komposisi cairan, x Komposisi cairan, x 78 untuk komposisi ke-1 dan ke-10 dapat dilihat pada Gambar 4.13 dan Gambar 4.14. Pengaruh Variasi Komposisi Umpan terhadap Temperatur tiap Plate Profil temperatur kolom aseton tiap plate variasi komposisi umpan masuk kolom yaitu komposisi ke-1 dan ke-10 dituukkan Gambar 15. Bagian bawah kolom ditunukkan nomor plate yang paling besar dan terus mengecil sampai bagian atas kolom. Temperatur di bagian stripping menurun secara konstan, kemudian teradi penurunan yang taam di daerah sekitar plate umpan. Pada bagian atas kolom penurunan temperatur konstan kembali. Temperatur atas kolom 312,07 K dan bawah kolom 322,4 K untuk komposisi ke-1 dan komposisi ke-10 temperatur atas kolom 311,27 K dan bawah kolom 334,55 K. Perhitungan temperatur tiap plate pada kolom berdasarkan metode bubble point yang tergantung dari tekanan dan komposisi cairan tiap plate. 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 X(1) = aseton X(2) = etanol X(3) = air X(4) =n-butanol 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Jumlah plate, N Gambar 13. Profil komposisi mol cairan tiap plate kolom etanol komposisi ke-1. 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 aseton(1) etanol (2) air(3) n-butanol (4) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Plate ke- N Gambar 14. Profil komposisi mol cairan tiap plate kolom etanol komposisi ke-10. Pada bagian stripping teradi penurunan yang konstan karena distribusi mol cairan yang cenderung konstan (lihat Gambar 14), sehingga temperatur tiap plate mengikuti perubahan komposisi. Pada bagian enriching profil temperatur penurunannya taam ( T) besar. Hal ini disebabkan bertambahnya komposisi cairan dari umpan (x F). Pada saat mendekati bagian atas kolom penurunan temperatur konstan kembali, karena komposisi cairan light key mendekati murni. Gambar 15. Profil temperatur tiap plate kolom etanol komposisi ke-1 dan komposisi ke-10. Perubahan komposisi mol umpan menyebabkan kenaikan temperatur pada tiap plate sampai 10 K. Kenaikan temperatur ini disebabkan kenaikan tekanan tiap plate. Perhitungan tekanan kolom tergantung pada tekanan total kolom, sehingga berkurangnya tekanan tiap plate menyebabkan temperatur menurun. Hal ini dapat dilihat dari persamaan di bawah ini: ln P sat = A - (B / C+T) Distribusi temperatur untuk plate yang sama untuk komposisi ke-10 lebih besar daripada komposisi ke-1, sehingga energi yang dibutuhkan untuk kondensor dan reboiler uga bertambah besar. Pengaruh Variasi Umpan Kolom Etanol terhadap Lau Cairan dan Lau Uap tiap Plate Gambar 16 menunukkan profil lau cairan (L ) dan lau uap (V ) tiap plate untuk variasi komposisi umpan masuk kolom yaitu komposisi ke-1. Untuk komposisi ke-1 lau alir cairan bagian stripping bertambah tiap plate konstan 0,4 0,8 kgmol/am, kemudian pada bagian enriching naik sampai 215 kgmol/am pada plate ke-1. Hal ini teradi karena bagian enriching lau molal cairan tidak diperhitungkan, sehingga kontak antara cairan dan uap menadi lebih kecil dan uap yang meninggalkan plate dan konsentrasinya meningkat. Pada plate ke-6 konsentrasin uap meningkat karena lau uap bertambah karena umpan yang masuk berupa campuran uap dan cairan (saturated liquid). Gambar 17 menunukkan komposisi ke-10, lau alir uap bagian striping konstan bertambah tiap plate 4 sampai 6 kgmol/am, kemudian pada bagian enriching teradi kenaikan 103,19 Maalah IPTEK - Vol. 16, No. 2, Mei 2005

Lau.10 6 (gmol/) 79 kgmol/am pada plate ke-6, selanutnya kenaikan konstan sampai plate ke-1 sebesar 841 kgmol/am. Hal ini teradi karena bagian enriching lau molal cairan tidak diperhitungkan, sehingga kontak antara cairan dan uap menadi lebih kecil dan uap yang meninggalkan plate dan konsentrasinya meningkat. Pada plate ke-6 konsentrasi uap meningkat karena lau uap bertambah dengan penambahan umpan berupa cairan enuh (saturated liquid). Gambar 16. Profil lau cairan dan lau uap tiap plate kolom etanol komposisi ke-1. 10.0 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 Lau cairan (x) Lau uap (y) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Jumlah plate, N Gambar 17. Profil lau cairan dan lau uap tiap plate kolom etanol komposisi ke-10. 4. SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan: 1. Penentuan umlah plate etanol tergantung letak plate umpan yang optimum ditunukkan oleh refluks rasio dan beban panas reboiler yang paling kecil. 2. Variasi komposisi umpan menghasilkan kemurnian etanol 97,6% berat dengan recovery 95,55%. 3. Perubahan komposisi etanol dan air sebagai umpan dalam campuran aseton-etanol-air-nbutanol menyebabkan: penurunan refluks rasio kenaikan kemurnian dan recovery etanol kenaikan beban kondensor dan reboiler kenaikan distribusi temperatur tiap plate kenaikan lau molar uap dan cairan tiap plate Nomenklatur A i,b i, C i A i,b i, C i,d i C Cp E F f H J K L M N P Q Q c Q R R R S TR U V W x y Subscri pts F i m l v Supersc ripts l sat v Greek Latter : Konstanta Antoine : Konstanta matrix tridiagonal : Jumlah komponen : Kapasitas panas : Hubungan kesetimbangan : Lau alir : Konstanta fugasitas : Entalpi : Energi : Konstanta distribusi : Lau alir cairan : Persamaan neraca massa : Jumlah plate (termasuk reboiler) : Tekanan uap : Lau perpindahan panas : Beban kondensor : Beban reboiler : Konstanta gas ideal : Refluk rasio : Total fraksi : Temperatur absolut : Aliran samping berupa cairan pada kolom distilasi : Lau alir uap : Aliran samping berupa uap pada kolom distilasi Fraksi mol cairan Fraksi mol uap : Umpan : Indeks komponen : Nomor plate : Nomor plate : Keadaan cair : Keadaan uap : Keadaan cair : Kondisi saturated : Keadaan uap : : Total Konstanta toleransi DAFTAR ACUAN Dagdar, A.M., dan Foutch G.L. (1988), Improving The Acetone-Butanol Fermentation Process with Liquid-Liquid Extraction, Biotech. Prog., Vol. 4, p. 26. Gmehling, J., dan Onken, U. (1977), Vapor- Liquid Equilibrium Data Collection, DECHEMA Chemistry Data Series, I, DECHEMA, Frankfurt. Henley, E. J., dan Seader J. D. (1981), Equilibrium-Stage Separation Operation in Chemical Engineering, John Wiley & Sons, Singapore. Vol. 16, No. 2, Mei 2005 - Maalah IPTEK

80 Ismartono, T. dan Syamsul, A.W. (1997), Pengukuran Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Biner Etanol(1)-n-Butanol(2), Aseton(1)-Etanol(2), dan Aseton(1)-n- Butanol(2) pada Tekanan Atmosfir, Skripsi S-1, ITS, Surabaya. Prausnitz, J. M., Sherwood, T.K., dan Poling B.E. (1977), The Properties of Gases & Liquid, Edisi 3, McGraw-Hill Book Co., Singapore. Reid, R.C., Prausnitz, J.M, B.E. (1987), The Properties of Gas and Liquid, Mc. Graw Hill International edition, 4 th edition, Singapore. Roffler, S., Blanch, H.W, dan Wilke, C.R. (1987), Extractive Fermentation of Acetone and Butanol: Process Design and Economic Evaluation, Biotech. Prog., Vol. 3, p. 131. Renanto, H. dan Iryanti, F.N. (2001), Pengaruh Tekanan terhadap Kinera Kolom Distilasi Aseton dan Etanol pada Pemisahan Campuran Aseton-Etanol-Air-n-Butanol, Maalah IPTEK, Vol. 3, p. 134. Smith, J.M., dan Van Ness, H.C. (1996), Introduction to Chemical Engineering Thermo-dynamics, 5 th ed., McGraw-Hill, Singapore. Walas, S.M. (1985), Phase Equilibrium in Chemical Engineering, Butterworth Publisher, Boston. Wiryanto, dan Teddy, S.W. (1999), Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Biner Etanol(1)-Air(2), Aseton91)-Air(2), Air(1)- n-butanol(2) dan Kesetimbangan Caircair Air(1)-n-Butanol(2) pada Tekanan Atmosfir, Skripsi S-1 ITS, Surabaya. Diterima: 06 Desember 2004 Disetuui untuk diterbitkan: 21 April 2005 Maalah IPTEK - Vol. 16, No. 2, Mei 2005