BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. Pembelajaran IPA akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Landasan Teori mengenai Model Pembelajaran SAVI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh Indah Fajrina

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatmawati, 2015

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. matematika, perlu diciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pelaksanaan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang digunakan guru dalam penyampaian materi. Menurut Hanafiah &

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Aktivitas menurut Mulyono, Anton (2001 : 26) dalam http://cahyarbsd.blogspot.com/2012/08/pengertian-aktivitas-belajar.html aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Hamalik (2011: 28), belajar adalah Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan,pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Belajar menurut Sanjaya (2010: 170), belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam pembelajaran menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian aktivitas belajar adalah kegiatan dalam proses pembelajaran melibatkan aktif siswa baik secara fisik maupun non fisik untuk meningkatkan hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar biasanya digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaplikasikan hasil belajar diperlukan beberapa langkah pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 1990: 22). Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan saat sebelum mengajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Taksonomi Bloom dan kawan-kawan dalam Sudijono (2008: 49) membagi hasil belajar atas 3 ranah, yaitu: 1. Ranah kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat 6 jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang dimaksud adalah : (1) pengetahuan /hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (syntesis) dan (6) Penilaian (evaluation). 2. Ranah afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ada 5 jenjang ranah afektif: (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan (responding), (3) penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization) dan (5) penjatidirian (characterization).

3. Ranah psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ada beberapa hal mengenai tujuan dan fungsi Hasil belajar : (1) Penilaian berfungsi selektif dimaksudkan bahwa penilaian bisa digunakan untuk memilih siswa yang bisa masuk perguruan negeri, siswa yang seharusnya mendapatkan beasiswa, siswa yang dapat naik kelas, dan siswa yang berhak meninggalkan sekolah. (2) Penilaian berfungsi diagnostic dengan adanya diagnostic kepada siswa, guru akan mengetahui kelemahan kebaikan pencapaian siswa dalam mencapai proses pembelajaran, dengan demikian guru akan lebih mudah untuk menilai siswa. (3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan untuk menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Siswa yang mempunyai hasil penilaian sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. (4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan. Tes tertulis dapat berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif (objective tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Teknik non tes merupakan teknik penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan melalui

pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik penilaian dilakukan dengan berbagai tes penilaian dan dapat diterapkan guna mengetahui sejauh mana kompetensi materi yang telah disampaikan oleh guru dapat dikuasai oleh siswa. Dengan adanya hasil belajar maka guru dapat melihat apakah proses pembelajaran yang telah ia laksanakan dikatakan mencapai tujuan pembelajaran atau tidak. Jika tujuan pembelajaran belum tercapai, maka guru dapat mengevaluasi kembali bagaimana proses yang telah dilalui dalam pembelajaran serta menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam suatu proses kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang berupa pengalaman belajar dan ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Hasil belajar berupa kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor. Kemampuan ini dapat dilihat berdasarkan hasil belajar berupa tes, lembar diskusi kelompok dan lembar kerja praktikum atau instrumen penilaian sikap. 2.1.3 Model Pembelajaran SAVI 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran SAVI De Porter (2011: 113), dalam bukunya Quantum Learning, mengemukakan tiga (3) modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral dan modalitas kinistetik (somatic). Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V) dan pemikiran atau intelektual (I). Menurut Rose (2011 : 130) ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar model SAVI diantaranya adalah a. Belajar visual melalui melihat sesuatu. Mereka suka melihat gambar atau diagram, menonton pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Mereka juga suka membaca kata tertulis, bahan belajar

berupa teks tertulis yang jelas; b. Pembelajaran auditori melalui mendengar sesuatu. Mereka suka mendengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal c. Pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran praktik supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, dengan bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri. Menurut Herdian dalam http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/ modelpembelajaran-savi/ (2009) teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial, kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara yang berbeda-beda. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI menitikberatkan pada keaktifan penggunaan alat indera baik aktivitas tubuh, aktivitas mendengarkan, aktivitas melihat, maupun aktivitas aktif pada otak yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. 2.1.3.2 Tujuan Model Pembelajaran SAVI Tujuan model pembelajaran SAVI adalah: 1. Mengaktifkan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang melibatkan seluruh indera yang dimiliki siswa 2. Meningkatkan hasil pembelajaran karena pembelajaran bersifat memberikan pengalaman belajar sehingga siswa sulit untuk melupakannya 3. Meningkatkan cara berpikir kritis siswa. 2.1.3.3 Prinsip Model Pembelajaran SAVI Model pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning, maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu: 1. Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh

2. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi 3. Kerjasama membantu proses pembelajaran 4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan 5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik 6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran 7. Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. 2.1.3.4 Karakteristik Model Pembelajaran SAVI Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intellectual, maka karakteristiknya ada empat bagian menurut Herdian dalam http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/ model-pembelajaran-savi/ (2009) yaitu sebagai berikut: 1. Somatic Somatic berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). 2. Auditori Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.

3. Visual Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. 4. Intelektual Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta dan memecahkan masalah. Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah mewakili semua aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata melainkan ia dapat benar-benar memahami dan mengalami secara langsung apa yang ia pelajari. Disini guru juga sangat berperan dalam penerapannya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga dan bahan ajar yang menarik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 2.1.3.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran SAVI Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap Meier (2003: 106): 1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) Tujuan pada tahap ini guru menimbulkan minat para pembelajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan

datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar (Meier 2003 : 106). Secara spesifik meliputi hal: a. Memberikan sugesti positif b. Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa c. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna d. Membangkitkan rasa ingin tahu e. Menciptakan lingkungan fisik yang positif f. Menciptakan lingkungan emosional yang positif g. Menciptakan lingkungan sosial yang positif h. Menenangkan rasa takut i. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar j. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah k. Merangsang rasa ingin tahu siswa l. Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal. 2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti) Tujuan tahap penyampaian adalah guru hendaknya membantu siswa atau pembelajar untuk menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru: a. Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan b. Pengamatan fenomena dunia nyata c. Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh d. Presentasi interaktif e. Grafik dan sarana presentasi berwarna-warni f. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar g. Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim h. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) i. Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual j. Pelatihan memecahkan masalah

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti) Tujuan tahap pelatihan adalah membantu siswa atau pembelajar mengintegrasikan, menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu: a. Aktivitas pemrosesan siswa b. Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali c. Simulasi dunia-nyata d. Permainan dalam belajar e. Pelatihan aksi pembelajaran f. Aktivitas pemecahan masalah g. Refleksi dan artikulasi individu h. Dialog berpasangan atau berkelompok i. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif j. Aktivitas praktis membangun keterampilan k. Mengajar balik. 4) Tahap penampilan hasil Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah guru hendaknya dapat membantu siswa/pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal hal yang dapat dilakukan adalah: a. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera b. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi c. Aktivitas penguatan penerapan d. Materi penguatan persepsi e. Pelatihan terus menerus f. Umpan balik dan evaluasi kinerja g. Aktivitas dukungan kawan h. Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung. The accelerated learning handbook (2003:109) membagi tahapan pembelajaran SAVI sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam belajar. Tahap persiapan digunakan untuk menimbulkan minat para pembelajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Tujuan mempersiapkan pembelajar adalah untuk: 1) Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang pasif atau resisten 2) Menyingkirkan rintangan belajar 3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar 4) Memberi pembelajar perasaan positif mengenai dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran 5) Menciptakan pembelajar aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, mencipta dan tumbuh 6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam komunitas belajar. 2. Tahap penyampaian materi Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap penyampaian materi ini membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan pembelajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya. 3. Tahap pelatihan Tahap pelatihan (integrasi) merupakan intisari Accelerated Learning. Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan. Beberapa

hal penting yang harus diperhatikan adalah peralihan dari pengajaran ke pembelajaran, pembelajaran sejati dapat mengubah seseorang serta memproses pembelajar. 4. Tahap penampilan hasil Tujuan tahap penampilan hasil adalah memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa siswa melaksanakan dan terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka dengan cara-cara yang dapat menciptakan nilai nyata bagi diri mereka sendiri. Berdasarkan tahapan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada tahapan pelaksanaan model pembelajaran SAVI meliputi: 1) Tahap persiapan (Kegiatan Pendahuluan) Pada tahapan ini guru menggali pengetahuan siswa serta meningkatkan minat belajar siswa agar siswa termotivasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. 2) Tahap penyampaian (Kegiatan Inti) Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melibatkan semua panca indera yang dimiliki siswa berupa kegiatan melakukan sesuatu, mendengarkan, melihat dan berfikir yang melibatkan semua modalitas belajar siswa dalam pembelajaran SAVI sehingga pembelajaran lebih bermakna dan membekas dibenak siswa. 3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti) Guru memberikan pelatihan keterampilan kepada siswa sehingga dapat terjadi timbal balik positif sesuai tujuan pembelajaran. 4) Tahap penampilan (Kegiatan penutup) Adanya refleksi terhadap proses pembelajaran serta penguatan terhadap siswa.

2.1.3.6 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran SAVI 1. Kelebihan model SAVI adalah: a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan c. Dapat membantu anak untuk merespon orang lain d. Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar e. Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata h. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. 2. Kelemahan model SAVI a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai c. Saat kegiatan diskusi berlangsung, ada kecenderungan memerlukan waktu yang cukup lama. 2.1.4 Pembelajaran IPA di SD IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, terjemahan dari kata-kata dalam Bahasa Inggris natural science atau secara singkat sering disebut science saja. Natural artinya alamiah atau berhubungan dengan alam ; science artinya Ilmu Pengetahuan. Oleh karena itu sains didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengertian atas istilah sains sebagai Ilmu Pengetahuan Alam sangat beragam, menurut James Conant dalam Samatowa (2011:1) sains diartikan sebagai suatu deretan konsep serta

skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai hasil dari eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Menurut Samatowa (2011: 19) sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuanyang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teoriteori yang merupakan produk dari proses ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah serta adanya suatu proses. Dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara terkontrol yang tersusun secara sistematis, berdasarkan fakta-fakta, konsep, prinsip, penemuan, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang didasarkan pada hasil eksperimen atau observasi. 2.1.4.1 Tujuan IPA Tujuan dari pelajaran IPA di SD yang tersirat dalam (Permendiknas) yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTS. Tujuan pembelajaran IPA pada prinsipnya pembelajaran IPA di sekolah dasar membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar dengan menggunakan model pembelajaran serta melibatkan peran aktif siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna.

2.4.1.2 Ruang Lingkup IPA Depdiknas (2006) menyebutkan bahwa IPA disekolah dasar diajarkan mulai kelas 1 hingga kelas 6. Adapun ruang lingkup yang dipelajari dari kelas I hingga kelas VI adalah (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu: manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; lalu ada juga tentang (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas; kemudian (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; dan yang terakhir adalah (4) bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. 2.4.1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diberikan dari siswa Sekolah Dasar bahkan hingga Perguruan Tinggi. Tujuan dari diberikannya ilmu ini guna memberikan bekal kepada siswa untuk dapat berfikir kritis, sistematis, kreatif dan kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok serta menambah rasa kepedulian siswa terhadap kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Landasan yang dapat digunakan guna mengembangkan kemampuan IPA adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal ini dapat diaplikasikan untuk memecahkan beberapa permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dalam hal yang terkait dengan IPA. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik. Berikut ini tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA tentang cahaya kelas 5 SD.

Tabel 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat melalui kegiatan membuat suatu karya/model. cahaya 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization and Intellectual) untuk memecahkan masalah pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara lain:. Penelitian yang dilakukan Rizki Sari Utami yang berjudul Pengaruh Penggunaan Pendekatan Somatic Auditory Visual Intellectual (SAVI) terhadap Hasil Belajar IPA siswa kelas V di SDN Pluit 05 Pagi Jakarta Utara. Dari hasil penghitungan uji hipotesis didapatkan t hitung = 4,42,sedangkan nilai t tabel = 1,703 pada taraf signifikansi α= 0,05. Berdasarkan nilai tersebut maka diperoleh nilai t hitung > t tabel, ini berarti bahwa H0 ditolak dan selanjutnya H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh penggunaan pendekatan Somatik Auditori Visual Intelektual SAVI terhadap hasil belajar IPA siswa Hasil belajar IPA rata-rata untuk siswa yang proses pembelajaran melalui pendekatan SAVI sebesar 22,37, sedangkan hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional dengan rata-rata 18,66. Kelebihan dari penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar serta mengaktifkan siswa sehingga mereka dapat berfikir kritis dalam memecahkan masalah materi pelajaran. Penelitian yang dilakukan Wuri Rahayu Ningsih yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran SAVI terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sendangbumen 01 Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh dua kesimpulan yaitu yang pertama terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran SAVI terhadap aktivitas belajar. Pengaruh tersebut diketahui dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi square jumlah X2 hitung = 17,924 > X2 tabel = 9,488 maka H 0 ditolak, artinya pengaruh yang signifikan pada penerapan model pembelajaran SAVI terhadap aktivitas belajar siswa kelas IV. Kedua, terdapat pengaruh model pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar siswa. Hasil tersebut diperoleh dari pengujian pada data hasil belajar (gain score). Nilai probabilitas < 0,05 dan t hitung > t tabel (2,277 > 2,019) yang berarti menolak H 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran SAVI berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA. Kelebihan dari penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas belajar siswa dan hasil belajar serta mengaktifkan siswa sehingga mereka dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah materi pelajaran. Penelitian yang dilakukan Purwanti Silvianawati yang berjudul Pengaruh penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga semester 2 tahun 2010/2011. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa besarnya nilai t adalah 4,554 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, karena besarnya t hitung 4,554 > t tabel 2,131 maka hipotesis yang diajukan dapat diterima, berarti ada perbedaan yang signifikan antara nilai posttest kelas kontrol dengan nilai posttest kelas eksperimen. Ditinjau dari perbedaan penggunaan model pembelajaran diperoleh nilai rata-rata prestasi untuk kelas eksperimen 82.8125 dan kelas kontrol 69.6875 sehingga penggunaan model pembelajaran SAVI lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Dari hasil penelitian dapat disarankan supaya menjadi bahan masukan untuk dapat menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada saat proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.

2.3 Kerangka Pikir Pelaksanaan pembelajaran umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional di mana guru menjadi pihak yang aktif sementara peserta didik cenderung pasif. Selain itu guru juga kurang kreatif dalam memberikan materi serta tidak memaksimalkan penggunaan model dan media dalam pembelajaran. Karena hal tersebut peserta didik kurang antusias dan tidak bersemangat dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam mengatasi masalah tersebut, peneliti melakukan perbandingan proses pembelajaran melalui penerapan model SAVI. Manfaat model SAVI ini siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapatkan pengalaman beraktivitas dalam proses pembelajaran serta pembelajaran bermakna dalam pembelajaran IPA. SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan melalui bagan berikut:

Pretest Kelompok kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional Somatic (Aktivitas Gerak) Kelompok kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran SAVI 1. Praktikum mengenai sifat sifat cahaya Siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran Guru dominan dalam kegiatan pembelajaran Auditory (Aktivitas Mendengarkan) Visualization (Aktivitas Melihat) 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru 2. Siswa mempresentasikan hasil praktikum dan mendengarkannya serta memberikan tanggapan 1. Siswa mengamati proses praktikum sifat-sifat cahaya Hasil Evaluasi Pembelajaran Rendah Intellectual (Aktivitas Berpikir) Menanggapi hasil praktikum dan membuat kesimpulan tentang hasil praktikum Aktivitas dan Hasil Evaluasi Pembelajaran Siswa Aktif dalam pembelajaran Posttest Dengan menggunakan pembelajaran SAVI aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat, dilihat dari hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran SAVI tidak sama jika dibandingkan dengan hasil belajar melalui pembelajaran konvensional, sehingga terdapat pengaruh dengan menggunakan model pembelajaran SAVI Gambar 1 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian. 1. Hipotesis Penelitian a. Tidak terdapat pengaruh pembelajaran yang signifikan melalui model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization and Intellectual) terhadap aktivitas dan hasil belajar pada materi cahaya pada siswa kelas 5 di SDN Blotongan 03 Salatiga Tahun ajaran 2012/2013. b. Terdapat pengaruh pembelajaran yang signifikan melalui model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization and Intellectual) terhadap aktivitas dan hasil belajar pada materi cahaya pada siswa kelas 5 di SDN Blotongan 03 Salatiga Tahun ajaran 2012/2013. 2. Hipotesis Statistika a. Aktivitas Belajar H 0 : µ 1 = µ 1 Rata-rata skor aktivitas kelompok eksperimen sama dengan rata-rata skor aktivitas kelompok kontrol artinya bahwa, tidak terdapat pengaruh penggunaan model SAVI terhadap aktivitas siswa. H 1 : µ 1 µ 1 Rata-rata skor aktivitas kelompok eksperimen tidak sama dengan rata-rata skor aktivitas kelompok kontrol artinya bahwa, terdapat pengaruh penggunaan model SAVI terhadap aktivitas siswa. b. Hasil Belajar H 0 : µ 2 = µ 2 Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen sama dengan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol artinya bahwa, tidak terdapat pengaruh penggunaan model SAVI terhadap hasil belajar siswa. H 1 : µ 2 µ 2 Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen tidak sama dengan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol artinya bahwa, terdapat pengaruh penggunaan model SAVI terhadap hasil belajar siswa.