BAB I PENDAHULUAN. satu unsur penting yang harus dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahwa pada hakekatnya pembangunan

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mewujudkan kondisi tersebut. Disamping itu berbagai upaya

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT OLEH PUSKESMAS BATU VI KECAMATAN SIANTAR. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era Otonomi Daerah, Bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. RADEN SOEDJATI KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO 1948), menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental

: Sekretaris Daerah Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan. Masalah kesehatan

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bertanggung jawab mengatur masyarakat agar terpenuhi

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN)

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

I. PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

1 BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan, termasuk didalamnya pelayanan kesehatan masyarakat. memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara

RESPON MASYARAKAT TERHADAP JAMKESMAS SEBAGAI UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

Isu Strategis Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri masalah kemiskinan selalu menjadi penghambat kemajuan tiap - tiap

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

B A B P E N D A H U L U A N

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. RASIDIN KOTA PADANG TAHUN 2011

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

suplemen Informasi Jampersal

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pernafasan dan prematuritas, kemudian angka kematian

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

AKUNTABILITAS KINERJA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMKESMAS DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

Ernawaty dan Tim AKK FKM UA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

Jadwal pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas. 2. Rencana kegiatan program, Dokumen hasil evaluasi tentang metode dan teknologi dalam pelaksanaa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi setiap orang. Setiap orang mempunyai hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

PELAKSANAAN BANTUAN KESEHATAN MELALUI KARTU JAMKESMAS BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN PURWANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor penentu bagi kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki pendapatan atau rumah yang memadai. Melainkan pula orang yang sehat baik jasmani maupun rohani (Suharto, 2007 : 17). Dari pernyataan tersebut, diketahui bahwa kesehatan merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya Indonesia belum mampu untuk memenuhinya. Dengan kata lain, derajat kesehatan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat miskin dan kurang mampu, masih terbilang rendah. Kemiskinan dan kesehatan pada dasarnya saling berhubungan, yaitu hubungan yang tidak pernah putus terkecuali dilakukan interfensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinan atau penyakitnya. Kemiskinan sudah pasti mempengaruhi kesehatan, sehingga orang miskin rentan terhadap berbagai penyakit, karena mereka mengalami gangguan seperti menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan pemukiman yang buruk, serta biaya kesehatan tidak tersedia. Sebaliknya, kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang sehat memiliki kondisi seperti: produktivitas kerja tinggi, pengeluaran berobat rendah, investasi dan tabungan memadai, tingkat pendidikan maju. Tingkat fertilitas dan kematian rendah serta stabilitas ekonomi yang mantap.

Data BPS menunjukkan posisi terakhir angka kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42%), jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2007 yang berjumlah 37,17 orang (16,58%) didapati adanya penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 2,21 juta orang. (Badan Pusat Statistik, 2009 : 1) Sementara jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menunjukkan angka 1.979.702 jiwa dari total penduduk 12.326.678 jiwa. Dari jumlah keseluruhan penduduk Sumatera Utara tersebut didapati 3.456.702 jiwa masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tersebar di 5.616 desa, 361 kecamatan, 25 kabupaten / kota (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2009 : 3). Masalah kesehatan merupakan hal yang rentan dihadapi oleh masyarakat miskin, hal ini diakibatkan karena keterbatasan ekonomi mereka dalam upaya mempersehat diri dan memenuhi kebutuhan masing masing. Undang Undang dasar 1945 pasal 28 H dan Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, secara tegas menyatakan bahwa, setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhinya hak hidup sehat bagi setiap penduduknya tidak terkecuali masyarakat miskin dan tidak mampu (Departemen Kesehatan RI, 2008 : 1). Realitanya, saat ini derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi (AKB) pada kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai empat kali lipat lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin juga cenderung rentan terhadap

penyakit dan penyakit menular cenderung lebih cepat menular di lingkungan mereka. Berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang cukup tinggi, yaitu AKB 26,9/1000 kelahiran hidup, dan AKI 248/100.000 kelahiran hidup, serta umur harapan hidup 70,5 tahun, derajat kesehatan masyarakat miskin dinilai masih sangat rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih sangat rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan tingginya biaya kesehatan di Indonesia. Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi sumber sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya, secara rasional serta menggunakannya secara efesien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak pada masyarakat miskin (equitable ang pro poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Akan tetapi, pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir akhir ini menjadi sangat mahal, baik pada negara maju maupun di negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab utamanya. Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan sumber sumber dari pelayanan itu sendiri,

akan tetapi pada dasarnya dalam banyak hal karakteristiknya sama karena semua hal itu diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional (Ilham, 2008 : 1). Beberapa upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin memerlukan penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya upaya seperti: a. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin, seperti TB, malaria, kurang gizi. PMS, dan berbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan; b. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu; c. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non personal, seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja; d. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu; e. Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan daerah. Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat miskin sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara

menyeluruh. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang telah lebih dahulu mengembangkan jaminan kesehatan, sistem penjaminan kesehatan merupakan suatu pilihan yang tepat untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Sistem jaminan kesehatan akan mendorong perubahan perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan formularium dan penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya. Untuk mendukung upaya memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini berjalan sejak tahun 2005 dan telah banyak hasil yang dicapai terbukti dengan terjadinya kenaikan yang luar biasa dari pemanfaatan program ini dari tahun ke tahun oleh masyarakat miskin dan pemerintah telah meningkatkan jumlah masyarakat yang dijamin maupun pendanaannya. Namun disamping keberhasilan yang telah dicapai, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu dibenahi antara lain: kepesertaan yang belum tuntas, peran fungsi ganda sebagai pengelola, verifikator dan sekaligus sebagai pembayar atas pelayanan kesehatan, verifikasi belum berjalan dengan optimal, kendala dalam kecepatan pembayaran, kurangnya pengendalian biaya, penyelenggara tidak menanggung resiko.

Atas dasar pertimbangan untuk pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, transparansi dan akuntabilitas dilakukan perubahan pengelolaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat miskin pada tahun 2008. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Jamkesmas (Departemen Kesehatan RI, 2008 : 3). Program Jamkesmas ini dilaksanakan di seluruh kabupaten / kota di Indonesia. Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh rumah sakit dan puskesmas yang ada. Puskesmas Batu VI yang berada di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun merupakan salah satu organisasi yang turut serta dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan bagi seluruh peserta jamkesmas di Kecamatan Siantar yang berjumlah 9.734 orang, tersebar di 12 desa. Tabel 1.1 Peserta Jamkesmas di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. No. Nama Desa Peserta Jamkesmas

1. Karang bangun 797 orang 2. Sitalasari 765 orang 3. Sejahtera 711 orang 4. Harapan 400 orang 5. Dolok marlawan 1.157 orang 6. Lestari indah 363 orang 7. Laras II 1.014 orang 8. Pematang simalungun 1.544 orang 9. Dolok hataran 1.094 orang 10. Rambung merah 920 orang 11. Pantoan maju 607 orang 12. Siantar estate 362 orang Total 9.734 orang Sumber : Arsip Puskesmas Batu VI, Kecamatan Siantar. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas Batu VI kepada pengguna atau peserta Jamkesmas antara lain pemberian obat, Pelayanan Rawat Jalan Tindak Lanjutan (RJTL) yang mencakup tindakan pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana PUSKESMAS Batu VI sebagai salah satu pelaksana program Jamkesmas yang memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi pengguna Jamkesmas dengan mencari tahu bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas oleh Puskesmas Batu VI Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas oleh Puskesmas Batu VI Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun?

1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas oleh Puskesmas Batu VI Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang program Jamkesmas terhadap peningkatan kesehatan masyarkat. 2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dan masukan kepada pihak pihak pelaksana program Jamkesmas dengan mengetahui respon masyarakat penerima bantuan. Dengan demikian para pelaksana program dapat membuat program yang lebih baik dari sebelumnya. 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 1.5. Sistematika penulisan Penulisan penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan penelitian. BAB V ANALISA DATA Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis yang penulis berikan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.