BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata. Karbonat dan zat lain yang cocok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat. basah tergantung dari sifat obatnya (Admar, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA OCH2CHCH2 OCH3. 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propanadiol [ ] : Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata

ANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif

ANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN SECARA TITRASI IODIMETRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN TUGAS AKHIR. Oleh: MEI KRISTIAN ZEGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berikut gejalanya. Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I TABLET ZETAMOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi,

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TABLET. Definisi Tablet

BAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai. Tablet dapat berbedabeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa-cetak, berbentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII/71 mendefinisikan bahwa obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

Menurut Hansch, penambahan gugus 4-tersier-butilbenzoil dapat mempengaruhi sifat lipofilisitas, elektronik dan sterik suatu senyawa.

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih terdapat dalam produk ruahan (Siregar,2010).

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, waktu hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989). Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak digunakan. Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi atau pengempaan, yaitu dengan cara memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Selain dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan metode cetak, yaitu dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Ditjen POM, 1995). 2.1.1 Komposisi Tablet Tablet umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet tertentu zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan. Komposisi umum dari tablet adalah: 1. Zat berkhasiat/ zat aktif Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapi harus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan obat yang

mempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief, 1994). 2. Zat pengisi Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu formulasi tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sehingga sesuai dengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa digunakan adalah pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar, 2008). 3. Zat pengikat Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan dapat dibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak. Zat pengikat yang biasa digunakan adalah gelatin, amilum maidis, amilum manihot, amilum tritici dan lain-lain (Anief, 1994). 4. Zat penghancur Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorbsi. Zat penghancur yang biasa digunakan adalah pati, asam alginat, gom dan lain-lain (Lachman, dkk, 1994). 5. Zat pelicin Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam formulasi sediaan tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang kempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang kempa. Zat

pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium stearat, natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar, 2008). 2.1.2 Bentuk Tablet Terdapat berbagai macam bentuk tablet yang telah dikembangkan oleh pabrik-pabrik farmasi antara lain: 1. Bentuk bundar dengan permukaan datar 2. Bentuk cembung 3. Bentuk kapsul (kaplet) 4. Bentuk lonjong 5. Bentuk segitiga, empat segi, segi enam (heksagonal), dan seterusnya (Siregar, 2008). 2.1.3 Penggolongan Tablet Menurut Siregar (2008) berdasarkan tujuan penggunaannya tablet dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Golongan tablet oral yang dihantarkan ke dalam saluran cerna - Tablet kempa Tablet kempa adalah tablet tak bersalut yang dibuat dengan siklus pengempaan tunggal dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi dengan zat tambahan.

- Tablet salut gula Tablet salut gula adalah tablet yang disalut dengan lapisan tipis larutan gula berwarna atu tidak berwarna. Guna penyalutan adalah untuk melindungi zat aktif, menutupi zat aktif yang beraroma atau berasa tidak menyenangkan dan menyempurnakan penampilan tablet. - Tablet salut selaput (film) Tablet salut film adalah tablet yang disalut dengan polimer yang larut air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segara dalam saluran cerna. - Tablet salut enterik Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan suatu zat, yang tidak terdisolusi dalam lambung (suasana asam) tetapi terlarut dalam saluran cerna (suasana basa). 2. Golongan tablet yang dihantarkan ke rongga mulut - Tablet kunyah Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. - Tablet bukal dan tablet sublingual Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk ditahan dalam mulut, tablet bukal ditempatkan di antara pipi dan gusi, sedangkan tablet sublingual ditempatkan di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung.

- Tablet hisap Tablet hisap adalah tablet yang dibuat dari zat aktif dan zat pemberi aroma dan rasa yang menyenangkan, serta dimaksudkan terdisolusi lambat dalam mulut. 3. Golongan tablet untuk komponen sediaan racikan obat resep - Tablet triturat Tablet triturat adalah tablet yang berbentuk kecil, umunya silindris, digunakan untuk menyediakan jumlah zat aktif yang tepat dalam peracikan obat. Tablet ini biasanya mengandung zat aktif yang toksik atau berkhasiat keras. 4. Golongan tablet yang dilarutkan terlebih dahulu dalam air kemudian diminum - Tablet efervesen Tablet efervesen adalah tablet yang dibuat dengan cara dikempa dan berbuih (pelepasan karbon dioksida) jika berkontak dengan air. Tablet harus dibiarkan terlarut baik dalam air sebelum diminum. 5. Golongan tablet yang ditanam - Tablet implantasi Tablet implantasi adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberi efek zat aktif yang diperlama yaitu sekitar satu bulan sampai setahun. 6. Golongan tablet yang dihantarkan ke rongga tubuh lainnya - Tablet vaginal

Tablet vaginal adalah tablet sisipan yang didesain untuk terdisolusi dalam rongga vagina. Tablet ini berbentuk telur untuk memudahkan penahanan dalam vagina. 7. Golongan tablet untuk disuntikkan setelah dilarutkan dalam pembawa - Tablet hipodermik Tablet hipodermik adalah tablet yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya digunakan untuk membuat sediaan parenteral dengan cara melarutkan tablet dalam air steril. 2.1.4 Evaluasi Tablet a. Uji keseragaman sediaan Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2 metode yaitu: - Keragaman bobot Pengujian keragaman bobot dilakukan jika tablet yang diuji mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan - Keseragaman kandungan Pengujian keseragaman kandungan dilakukan jika jumlah zat aktif kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan (Siregar, 2008).

b. Uji kekerasan tablet Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukup lunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu digunakan atau dapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi dalam pemakaiannya. Tablet diukur kekuatannya dalam kg, pound atau dalam satuan lainnya. Alat yang digunakan sebagai pengukur kekerasan tablet biasanya adalah hardness tester (Ansel, 1989). c. Uji keregasan tablet Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat friabilator. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman, dkk, 1994). d. Uji waktu hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Uji waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat uji waktu hancur. Masing-masing sediaan tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu. Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiket dinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar, 2008).

e. Uji disolusi Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh (Ansel, 1989). f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch (Lachman, dkk, 1994). Dalam penetapan kadar zat berkhasiat pada sediaan tablet biasanya menggunakan 20 tablet yang kemudian dihitung, ditimbang dan kemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk tablet yang digunakan dalam penetapan mewakili seluruh tablet maka, harus ditimbang seksama. Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-masing monografi, baik persyaratan maupun cara penetapannya (Siregar, 2008). 2.2 Obat Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) Obat antiinflamasi non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan obat AINS (antiinflamasi nonsteroid) atau NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi (Anonim, 2011). Analgetik adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran, Antiinflamasi adalah zat-zat yang dapat

menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi) dan Antipiretik adalah zat-zat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi) (Tjay dan Rahardja, 2007). Obat-obat AINS mempunyai efek antipiretik yang baru terlihat pada dosis yang lebih besar daripada efek lainya dan relatif lebih toksik dari antipiretik klasik seperti parasetamol, oleh karena itu obat-obat ini lebih sering digunakan pada terapi penyakit inflamasi sendi seperti rematik (anti rema) (Munaf, 1994). Obat ini juga efektif terhadap peradangan lain akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan), setelah pembedahan atau memar akibat olahraga. Sebagai analgetik obat ini efektif mengurangi rasa sakit dan nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit sesudah operasi dan nyeri haid (Tjay dan Rahardja, 2007). 2.2.1 Penggolongan Obat Antiinflamasi Nonsteroid Menurut Tjay dan Rahardja (2007), secara kimiawi obat antiinflamasi nonsteroid dapat digolongkan sebagai berikut: - Derivat asam salisilat : aspirin, diflunisal - Derivat asam propionat : ibuprofen, fenoprofen, ketoprofen, naproksen - Derivat asam antranilat : asam mefenamat, meklofenamat - Derivat asam asetat : sulindak, indometasin - Derivat fenil asetat : diklofenak, fenklofenak - Derivat pirazolon : fenilbutazon, oksifenbutazon - Derivat oksikam : Piroksikam, meloksikam

2.3 Asam Mefenamat 2.3.1 Tinjauan Umum Rumus bangun : Rumus molekul Nama kimia : C 15 H 15 NO 2 : Asam N-2,3-xililantranilat Berat molekul : 241,29 Pemerian : Serbuk halus, putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih kurang 230 o disertai peruraian Kelarutan : larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam klorofom, sukar larut dalam etanol dan metanol, praktis tidak larut dalam air (Ditjen POM, 1995). 2.3.2 Farmakologi Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang mempunyai khasiat sebagai analgetik dan antiinflamasi. Mekanisme kerja asam mefenamat didasarkan atas penghambatan enzim siklooksigenase, enzim siklooksigenase ini berperan dalam memacu

pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat, prostaglandin merupakan mediator nyeri dan radang (Wilson dan Gisvold, 1982). 2.3.3 Indikasi Asam mefenamat digunakan sebagai antiinflamsi pada penyakit rematik dan juga digunakan sebagai analgetik pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri sebelum dan selama haid (Tjay dan Rahardja, 2007). 2.3.4 Efek Samping Efek samping dari penggunaan asam mefenamat yang sering terjadi adalah gangguan pada saluran pencernaan, seperti diare, dispepsia dan gejala iritasi pada mukosa lambung lainnya (Munaf, 1994). 2.3.5 Dosis Asam mefenamat diberikan dengan dosis awal 500 mg kemudian dilanjutkan dengan 250 mg setiap 6 jam selama maksimal 7 hari. Asam mefenamat tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan anak-anak dibawah umur 14 tahun (Asperheim, 1987). 2.3.6 Sediaan Asam mefenamat diberikan secara oral dan tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul 250-500 mg (Munaf, 1994).

2.4 Tablet Asam Mefenamat Tablet asam mefenamat mengandung asam mefenamat C 15 H 15 NO 2 tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 2009). 2.5 Metode Penetapan Kadar 2.5.1 Alkalimetri Asam mefenamat dapat ditentukan kadarnya dengan metode alkalimetri. Alkalimetri merupakan penetapan kadar untuk senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Asam mefenamat adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid derivat asam karboksilat yang praktis tidak larut dalam air dan merupakan asam lemah dengan pka 4,2 sehingga penetapan kadarnya tidak dapat dilakukan dengan titrasi langsung melainkan dengan titrasi semi bebas air. Titrasi semi bebas air adalah suatu cara titrasi asam-basa yang memakai pelarut yang masih mengandung air seperti etanol (Alamsyah, 2007). 2.5.2 Prinsip Penetapan Kadar Asam Mefenamat Berdasarkan prinsip alkalimetri pada titrasi asam mefenamat dengan larutan NaOH 0,1 N terjadi reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam (asam mefenamat) dengan ion hidroksida yang berasal dari basa (larutan NaOH 0,1 N) untuk menghasilkan air (Rohman, 2007).

2.5.3 Larutan Pentiter Pada penetapan kadar asam mefenamat dengan metode alkalimetri digunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai larutan pentiter yang telah dibakukan terlebih dahulu dengan larutan baku primer kalium biftalat. 2.5.4 Indikator Pada penetapan kadar asam mefenamat dengan metode alkalimetri digunakan merah fenol sebagai indikator (Ditjen POM, 2009). Merah fenol merupakan indikator asam basa dengan trayek ph 6,8 8,4. Indkator asam basa adalah zat yang berubah warna atau membentuk kekeruhan pada suatu range (trayek) ph tertentu (Khopkar, 1990).