BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intrakurikuler, (2) ekstrakurikuler, dan (3) ko-kurikuler. Pelaksanaan kegiatan

Untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, seseorang dituntut untuk mempunyai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. beberapa hal, antara lain adalah: kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gerak yang telah dilatihkan dengan baik. Menurut Amung Ma mun dan. maka semakin terampil orang tersebut.

SKRIPSI. Oleh Suparminto

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gerak yang telah dilatihkan dengan baik. Menurut Amung Ma mun dan. maka semakin terampil orang tersebut.

PETUNJUK PELAKSANAAN TES KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW. 1. Pelaksanaan tes harus urut sesuai dengan urutan butir tes.

OLAHRAGA PILIHAN SEPAKTAKRAW

Lampiran 1 (lanjutan)

SKRIPSI. Oleh: Aziz Fathurrohman NIM

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. Sepak Takraw merupakan cabang olahraga permainan asli dari Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sepaktakraw merupakan olahraga permainan asli dari Indonesia. Awal

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. dilaksanakan untuk mengisi waktu luang mereka. Cara bermainnya dilakukan

Permainan Sepak Takraw

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

Lampiran 2 VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW TAHUN 1995

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan sepak takraw adalah permainan yang dilakukan di atas

permainan ini tidak sulit untuk dikembangkan di Indonesia.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

Andi Rizal. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN BOLA GANTUNG BISA LEPAS TERHADAP KEMAMPUAN SMASH KEDENG PADA MAHASISWA UKM SEPAKTAKRAW UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas, teori-teori yang akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau

PENGARUH MODIFIKASI BOLA KARET TERHADAP KETEPATAN SMASH KEDENG PADA PERMAINAN SEPAK TAKRAW DI SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN PENGARUH HASIL BELAJAR SMASH SEPAK TAKRAW DENGAN MENGGUNAKAN METODE BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DIUMPAN PADA MAHASISWA PKO

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

Motion Volume III No.1 Maret 2012 PENDAHULUAN. maka diketahui bahwa kekuatan otot. A. Latar Belakang Masalah. tungkai, kelentukan dan koordinasi mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW MAHASISWA PJKR REGULER DAN NONREGULER FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa

Sepak takraw adalah sebuah permainan yang dilakukan di atas lapangan. berbentuk empat persegi panjang. Lapangan dibatasi dengan net dengan

SKRIPSI. Oleh Dadi Wibowo NIM

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa-siswi sekolah atau

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKTAKRAW PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD KRADENAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015/2016 SKRIPSI

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, olahraga sepak takraw cukup diminati masyarakat baik dari kalangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RINGKASAN MATERI. Pengembangan gerak dasar adalah merupakan suatu proses untuk memperoleh gerak yang senantiasa berkembang berdasarkan :

PERBEDAAN LATIHAN SMESH

TINGKAT KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAK TAKRAW SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI BAYANGKARA YOGYAKARTA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan salah satu bentuk aktifitas fisik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw

PERBEDAAN KETEPATAN SERVIS MELALUI LATIHAN SEPAK SILA DAN PANTULAN BOLA KE TEMBOK DALAM PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses yang terjadi di dalam diri manusia seperti

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan kebugarannya yang tinggi. yang tingginya kurang lebih 15 meter, (c) Perlengkapan pemain: Untuk

HUBUNGAN KOORDINAS MATA TANGAN TERHADAP KETERAMPILAN PASSING ATAS SISWA SMP NEGERI 1 LEBONG UTARA KABUPATEN LEBONG. Feby Elra Perdima, M.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Negeri 2 Kalibagor, Kecamatan Kebumen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

HUBUNGAN KECEPATAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW. Islamuddin*)

TINJAUAN PUSTAKA. individu secara organic, neuromuscular, perceptual, kognitif, dan emosional dalam

2016 PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SEPAK TAKRAW PADA SISWA SMP NEGERI 1 CONGGENG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengacu pada. kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan

Oleh Endar Riyanto NIM K

III. METODOLOGI PENELITAN. tertentu yang sesuai dengan persedur penelitian. Penelitan tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton.

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk saat tertentu. Dalam segala hal, keberhasilan tim tergantung

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna. Memperoleh GelarSarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Penjaskesrek OLEH : WISNU ADI NUGROHO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin cakap orang tersebut

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN TUNGKAI, KELENTUKAN TOGOK DAN POWER

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika

TINGKAT KEMAMPUAN TEKNIK DASAR BAGI PESERTA PUTRA PADA EKSTRAKURIKULER SEPAKTAKRAW DI SD MUHAMMADIYAH DEGAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2014/2015

Sudirman, S.Pd 2013 ABSTRAK

BAB I PERMAINAN BOLA BESAR. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua kelompok yang akan saling bertanding, dimana setiap kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

bagi manusia, karena dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 93) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN Test of Gross Motor Development 2 (TGMD-2)

TEKNIK PASING BAWAH. Oleh : Sb Pranatahadi

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK LANJUT BOLAVOLI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Kelincahan Kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Di samping itu kelincahan merupakan prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik olahraga, terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasi gerak (Ismaryati, 2006: 41). Menurut Ismaryati (2006: 41) kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh atau bagian-bagiannya secara cepat dan tepat. Selain dikerjakan dengan cepat dan tepat, perubahan-perubahan tadi harus dikerjakan dengan tanpa kehilangan keseimbangan Dari batasan ini terdapat tiga hal yang menjadi karakteristik kelincahan yaitu : (1) Perubahan arah lari, (2) Perubahan posisi tubuh, dan (3) Perubahan arah bagian-bagian tubuh. Kelincahan merupakan kualitas fisik yang sangat kompleks. Di dalamnya melibatkan interaksi dari beberapa unsur fisik yang lain seperti kecepatan reaksi, kekuatan, kelentukan, motor skill, keseimbangan dan koordinasi neuromuscular (Harsono, 1988: 15). Kelincahan pada dasarnya adalah gerakan yang merupakan perpaduan dari kecepatan dan gerak berubah arah, sehingga bentuk tes kelincahan terdiri dari lari cepat yang disertai dengan perubahan arah larinya (Sri Haryono, 2008: 27). 11

Kelincahan berfungsi untuk meningkatkan prestasi maksimal dalam cabang olahraga. Menurut Suharno HP (1992: 103), kelincahan berfungsi untuk: (a) mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda/simultan, (b) mempermudah penguasaan teknik-teknik tinggi, (c) gerakan-gerakan efisien, efektif, ekonomis dan (d) mempermudah orientasi terhadap lawan dan lingkungan. Dikatakan pula faktor-faktor penentu baik tidaknya kelincahan adalah: (a) kecepatan reaksi, (b) kemampuan berorientasi pada problem yang dihadapi, (c) kemampuan mengatur keseimbangan, (d) tergantung kelentukan sendi-sendi dan (e) kemampuan untuk mengerem gerak-gerak motorik. Suharno (1994: 11) mengatakan bahwa kelincahan merupakan kemampuan dari seseorang untuk mengubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan situasi yang dihadapi dan dikehendaki. Sementara Harsono (1988: 172) berpendapat bahwa kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Menurut Bompa (1993: 6) mengatakan bahwa karakteristik kelincahan sangat unik karena kelincahan memainkan peranan yang khusus terhadap mobilitas fisik, kelincahan bukan merupakan kemampuan fisik tunggal akan tetapi tersusun dari komponen koordinasi, kekuatan, kelentukan, waktu reaksi, dan power. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi. 12

Pengukuran-pengukuran kelincahan menurut Ismaryati (2006: 42-48) antara lain : (1) Squat thrust, (2) Dogging run, (3) LSU Agilty obstacle, dan (4) Hexagonal obstacle. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelincahan adalah kemampuan untuk bergerak cepat dan tepat secara fleksibel dalam mengubah posisi tubuh tanpa kehilangan kesadarannya. 2. Hakekat Kelentukan Kelentukan adalah kemampuan persendian untuk bergerak secara leluasa (Djoko Pekik Irianto, 2004: 4). Kelentukan sebagai salah satu komponen kesegaran jasmani, merupakan kemampuan menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya seluas mungkin tanpa terjadi ketegangan sendi dan cedera otot (Ismaryati, 2006: 101). Menurut Ismaryati (2006: 101), kelentukan dibagi menjadi dua macam yaitu kelentukan dinamis (aktif) dan kelentukan statis (pasif). Kelentukan dinamis adalah kemampuan menggunakan persendian dan otot secara terus menerus dalam ruang gerak yang penuh dengan cepat, dan tanpa tahanan gerakan. Misalnya menendang bola tanpa tahanan atau beban pada otot-otot hamstring dan sendi panggul, kelentukan dinamis sangat sulit diukur. Kelentukan statis adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerak dalam ruang yang besar, misalnya gerakan split. Jadi dalam kelentukan statis yang diukur adalah besarnya ruang gerak. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 68), kualitas kelentukan dipengaruhi oleh stuktur sendi, kualitas otot tendo dan ligamen, usia, 13

serta suhu. Menurut Mochamad Sajoto (1998: 51), kelentukan adalah kemampuan persendian, ligamen dan tendo disekitar persendian, untuk melakukan gerakan seluas-luasnya. Kelentukan persendian berpengaruh terhadap mobilitas dan dinamika kerja seseorang dan bermanfaat untuk mengurangi kemungkinan cedera (Djoko Pekik Irianto, 2004: 68). Hal ini sesuai dengan pendapat Mochhamad Sajoto (1998: 51) bahwa kelentukan penting karena apabila seseorang mengalami kurang luas gerak dalam persendiannya, maka hal ini akan menimbulkan gangguan kurang gerak dan mudah menimbulkan cedera serta kurang cepatnya kelenturan gerakan kita, sehingga aktifitas kita menjadi terbatas serta beban otot menjadi lebih berat. Menurut Bompa (1983: 317-318), faktor-faktor yang mempengaruhi kelentukan seseorang antara lain : a. Bentuk, tipe, struktur, sendi, ligament dan tendo. b. Otot sekitar persendian. c. Umur dan jenis kelamin. Anak-anak dan wanita pada umumnya memiliki kelentukan yang baik. Kelentukan yang maksimal dicapai pada umur 15-16 tahun. d. Temperatur tubuh dan otot. Pada suhu 40 derajat Celsius kelentukan meningkat 20%, sedangkan pada suhu 18 derajat Celsius menurun 10-20%. e. Waktu harian, kelentukan optimum terjadi pada pukul 10.00-11.00 dan pada pukul 16.00-17.00 WIB, sebagai akibat perubahan biologis sistem syaraf pusat dan tegangan otot. f. Kelelahan dan emosi. Bertambahnya usia seseorang, maka hal ini memiliki konsekuensi munculnya gangguan pada persendian tubuh bagian bawah dan sering diikuti oleh penurunan keseimbangan dan gangguan berjalan (Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK MENPORA, 1999: 8). Untuk 14

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seiring dengan bertambahnya usia seseorang, maka seseorang perlu menjaga kelentukan, yaitu dengan melakukan gerakan-gerakan merenggang persendian dan mengatur otot hingga batas tertentu dalam jangka waktu tertentu. Menurut Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK MENPORA (1999: 64) takaran latihan kelentukan adalah sebagai berikut: frekuensi; intensitas, ukuran intensitas latihan adalah sampai muncul rasa tidak enak; time berkisar antara 10-60 detik; dengan lama latihan tiap session 3-20 menit. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelentukan adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan merenggang dan mengatur otot hingga batas tertentu dalam jangka waktu tertentu. 3. Hakekat Keterampilan Menurut Amung Ma mun dan Yudha M. Saputra (2000: 57), keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien. Menurut Amung Ma mun dan Yudha M. Saputra (2000: 67) berdasarkan keterlibatan tubuh dalam pola gerak, keterampilan dibagi menjadi dua yaitu: keterampilan gerak kasar (gross motor skill) dan keterampilan gerak halus (file motor skill). Istilah keterampilan gerak kasar dan keterampilan gerak halus secara umum digunakan untuk mengkatagorikan tipe-tipe gerak. Namun keduanya dapat juga menggambarkan secara umum mengenai perkembangan gerak, keterampilan gerak kasar secara khusus dikontrol 15

oleh otot-otot besar atau kelompok otot. Otot tersebut ukurannya relatif besar, contohnya otot paha dan otot betis. Otot-otot tersebut berintegrasi untuk menghasilakan gerakan seperti berjalan, lari, dan loncat. Ketarampilan gerak halus secara khusus dikontrol oleh otot-otot kecil. Keterampilan ini melibatkan koordinasi yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 19-22) menyatakan bahwa penguasa keterampilan pada setiap cabang olahraga berlandaskan pada penguasaan keterampilan dasar. Keterampilan dasar ini, secara umum menjadi tiga kelompok, yaitu keterampilan nonlokomotor, keterampilan lokomotor, dan keterampilan menipulatif. Dari ketiga keterampilan dasar tersebut diuraikan sebagai berikut : a. Keterampilan Non-lokomotor Keterampilan nonlokomotor adalah jenis keterampilan yang dilakukan dengan menggerakan anggota badan yang melibatkan sendi dan otot dalam keadaan badan si pelaku menetap, statis, kaki tetap mempu pada bidang tumpu. Gerakan yang termasuk gerakan non-lokomotor adalah berdiri tegak dengan salah satu kaki diangkat, keterampilan dasar ini termasuk keterampilan keseimbangan (balance), makin tinggi titik berat badan dari titik bidang tumpu, makin labil keseimbangan seseorang. Makin kecil bidang tumpu, juga makin labil posisi keseimbanga, karena gerakan teknik dasar sepaktakraw yang dominan berupa menyepak bola yang dilakukan 16

dengan salah satu kaki, maka kaki tumpu harus memiliki kekuatan otot yang memadai untuk mempertahankan keseimbangan. b. Keterampilan Lokomotor Keterampilan lokomotor adalah keterampilan untuk menggerakan anggota badan dalam keadaan titik berat badan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sepaktakraw berlangsung dalam sebuah petak lapangan datar dengan keterampilan dominan bola dengan kaki, maka bentuk keterampilan dasar dominan adalah: 1) Berpindah tempat berupa gerakan melangkah. 2) Lari beberapa langkah. 3) Melompat dengan satu kaki. 4) Meloncat dengan dua kaki. Keterampilan dasar dominan jenis lokomotor ini harus di dukung oleh kekuatan, kecepatan, dan power seperti untuk gerakan melompat. c. Keterampilan Manipulatif Keterampilan manipulatif adalah keterampilan anggota badan, tangan atau kaki, untuk mengontrol bola. Keterampilan manipulatif yang dominan dalam sepaktakraw adalah menyepak bola dengan bola kaki. Kaki berperan untuk mengontrol bola seperti dalam bola voli dengan menggunakan tangan. Keterampilan dasar itu tentunya tidak berdiri sendiri-sendiri. Dalam satu teknik dasar sepaktakraw misalnya sepak sila, maka dibutuhkan kemampuan 17

untuk mempertahankan keseimbangan (keterampilan non-lokomotor dan keterampilan manipulatif). Koordinasi anggota tubuh dibutuhkan untuk menampilkan gerak dengan daya dan alur gerak yang selaras terutama ayunan kaki penyepak. Amung Ma mun dan Yudha M. Saputra (2000: 83) mengemukakan ada tiga hal yang dapat diidentifikasi dalam tahap belajar keterampilan gerak yaitu: 1) Tahapan Verbal-kognitif Ketika sesorang memulai mempelajari suatu keterampilan baru, pada umumnya dihadapkan pada masalahmasalah yang melibatkan aspek kognitif. Tahap ini ditandai dengan banyaknya kesalahan dalam gerak-gerak yang kasar. Sebagai contoh pada saat belajar sepakan yang tidak mengenai bola, gerakannya cenderung kasar dan tidak rileks. 2) Tahapan Motorik Peserta didik selanjutnya memasuki tahap motorik, banyak persoalan yang terkait dengan aspek kognitif telah dipecahakan, dan sekarang fokusnya adalah membentuk organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan. Biasanya yang harus dikuasai peserta didik pertama kali dalam belajar motorik adalah kontrol, konsistensi sikap berdiri dan rasa percaya diri. 18

3) Tahapan Otomatisasi Pada tahap otomatisasi atau kebiasaan gerak, seseorang yang telah mencapai tahap ini tidak lagi banyak menggunakan aktifitas kognitif karena keterampilan telah dikuasai dengan baik. Tahapan otonom merupakan hasil dari latihan yang keras, yang menghasilkan respon tanpa harus berkonsentrasi pada gerakan. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkaitan dengan pancapaian suatu tujuan yang didapat melalui proses belajar dengan melalui beberapa tahapan latihan. 4. Hakekat Sepaktakraw a. Pengertian Sepaktakraw Sepaktakraw merupakan olahraga permaina yang unik. Permainan sepaktakraw merupakan kombinasi dari permainan sepak bola dan bola voli. Mengenai pengertian permainan sepaktakraw, menurut Persetasi (1996:7) menyatakan bahwa, Sepaktakraw adalah suatu permainan yang dilakukan di atas lapangan empat persegi panjang, rata, baik terbuka maupun tertutup, serta bebas dari semua rintangan dan lapangan dibatasi oleh net.bola yang dipakai terbuat dari rotan atau plastik (synthetic fibre) yang dianyam bulat. Permainan ini menggunakan seluruh anggota tubuh, kecuali tangan. 19

Bola dimainkan dengan mengembalikannya ke lapangan lawan melewati net. Permainan ini dilakukan oleh dua regu, masing-masing terdiri dari 3 orang pemain. Tujuan dari setiap pemain adalah mengembalikan bola ke lapangan lawan. Jumlah pemain dalam permainan sepaktakraw terdiri dari tiga orang untuk setiap regu, yang terdiri dari dua orang sebagai apit kanan dan apit kiri, sedang satu orang sebagai tekong. Cara memainkan bola dengan menyundul, mendada, memaha dan berbagai macam sepakan. Teknik-teknik gerakan dalam permainan sepaktakraw memiliki persamaan dengan sepak bola. Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 5) menyatakan bahwa permainan sepaktakraw dilakukan dilapangan yang berukurran 13,24 kali 6,10 meter yang dibagi dua oleh garis dan net (jaring) setinggi 1,55 dengan lebar 72 cm, dan lubang jaring sekitar 4-5 cm. Bola yang dimainkan terbuat dari rotan atau fibre glass yang dianyam dengan lingkaran antara 41-43 cm. Permainan sepaktakraw dilakukan oleh kedua regu yang saling berhadapan di lapangan yang dipisahkan oleh net (jaring) yang terbang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu terdiri atas tiga orang pemain yang masing-masing memiliki tugas sebagai tekong berdiri paling belakang, dua orang lainya menjadi pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan. Pada suatu permainan, tekong berfungsi sebagai penyepak bola 20

pertama(sepak mula), sedangkan apit kanan dan apit kiri berfungsi sebagai pengumpan atau penyemes. Menurut Sulaiman (2004: 4) suatu permainan yang menggunakan bola terbuat dari rotan (takraw), dimainkan di atas lapangan yang datar berukuran panjang 13,40 m dan lebar 6,10 m. Ditengah-tengah dibatasi oleh jaring atau net seperti permainan bulutangkis. Pemainnya terdiri dari dua pihak yang berhadapan, masing-masng terdiri dari 3 (tiga) orang. Dalam permainan ini yang dipergunakan terutama kaki dan semua anggota badan kecuali tangan. Tujuan dari setiap pihak adalah mengembalikan bola sedemikian rupa sehingga dapat jatuh di lapangan lawan atau menyebabkan lawan membuat pelanggaran atau salah. 1). Lapangan Sepaktakraw Gambar 1. Lapangan sepaktakraw Sumber : Sulaiman (2004: 16) a. Panjang Lapangan: 13,42 meter. b. Lebar Lapangan: 6,10 meter. 21

c. Garis Batas. Garis (lines) yang lebarnya + 5 cm. d. Lingkaran Tengah Ditengah sebuah lapangan ada lingkaran yaitu tempat melakukan sepakan permulaan (service) dengan garis tengah lingkaran 61 cm. e. Garis Seperempat Lingkaran Pada penjuru tengah kedua lapangan terdapat garis seperempat lingkaran tempat melambungkan bola kepada pemain yang melakukan sepakan permulaan (service) dengan jari-jari 90 cm. f. Tiang Dua buah tiang sebagai tempat pengikat jaring, didirikan pada sebelah luar kedua garis samping kiri dan kanan dengan jarak 30,5 cm dari garis samping. Tinggi tiang 1,35 meter. g. Jaring (net) Jaring dibuat dari bahan benang kasar (nylon) dengan ukuran lubang-lubangnya 4-5 cm. Lebar jaring 72 cm dan panjangnya tidak lebih dari 6,71 m. Pada pinggir atas, bawah dan samping dibuat pita selebar + 5 cm yang diperkuat dengan tali yang diikatkan pada kedua ring. Tinggi jaring 1,35 m dari tanah/ lantai. 22

2). Bola Takraw Gambar 2. Bola sepaktakraw Sumber : Sulaiman (2004: 16) Bola terbuat dari bahan rotan atau fiber dengan berat antara 170-180 gram. Lingkaran bola 42 cm sampai 42 cm. b. Teknik Dasar Bermain Sepaktakraw Menurut Fouzee dalam M. Husni Thamrin (1995: 6) keterampilan dasar yang perlu dikuasai seseorang pemain untuk bermain sepaktakraw ialah: sepak sila, sepak kuda, sepak cungkil, menapak, memaha, memandek, membahu, menanduk dengan dahi, menanduk dengan kepala bagian belakang, menanduk dengan sisi kanan dan kiri kepala. Selanjutnyaa menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 24) teknik sepaktakraw meliputi sepakan yaitu: sepaksila,sepakkuda, sepakbadek, sepakcungkil, haeding (sundulan kepala), menahan, mendada, manapak, sepakmula (servis), smash, dan bloking.. Muhammad Suhud (1990: 13-19) mengemukakan bentuksila, bentuk teknik sepaktakraw adalah sebagai berikut: sepak sepak 23

kuda, menahan, sundulan, dan sepak samping. Menurut Sulaiman (2004: 17-31) teknik-teknik dasar dalam bermain sepaktakraw adalah : 1) Sepak Sila Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam.sepak sila digunakan untuk menerima dan menguasai (menimbang bola),mengumpan dan menyelamatkan serangan lawan(pertahanan). 2) Sepak Kuda(sepak kura) Sepak kuda adalah menyepak bola dengan menggunakan kura kaki atau punggung kaki. Sepak kuda digunakan untuk memainkan bola yang datangnya rendah dan keras atau kencang, pertahanan, menguasai bola dalam usaha penyelamatan bola. 3) Sepak Cungkil Sepak cungkil adalah menyepak bola degan menggunakan ujung kaki. Sepak cungkil digunakan untuk mengambil dan menyelamatkan bola yang jauh dan rendah. 4) Sepak Tapak (manapak) Sepak tapak atau menapak adalah sepakan atau menyepak bola dengan menggunakan telapak kaki. Menapak digunakan untuk: smash ke pihak lawan, servis dropsot, manahan/memblok smash pihak lawan, menyelamatkan bola dekat atau diatas net (jaring). 5) Sepak Badek Sepak badek adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian luar.sepak badek digunakan untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan, mengontrol atau menguasai bola dalam usaha penyelamatan. 6) Servis (sepak mula) Servis atau sepak mula merupakan awal dari permainan sepaktakraw.sepakmula dilakukan oleh tekong ke arah lawan dan merupakan cara kerja yang penting karena point atau angka dapat diperoleh oleh regu yang melakukanya. 24

7) Block (menahan) Block atau menahan adalah salah satu dari beberapa cara gerak kerja bertahan. Block yang baik dapat menahan bola smash dan kembali kelapangan lawan. Block dapat dilakukan degan tungkak kaki, atau dengan punggung badan. 8) Heading (kepala) Heading adalah memainkan bola dengan menggunakan kepala. Teknik ini dapat digunakan untuk memberi umpan kepada teman, melakukan serangan. 9) Memaha Memaha adalah memainkan bola dengan menggunakan paha dalam usaha untuk mengontrol bola. Memaha digunakan untuk menahan, menerima, dan menyelamatkan serangan dari lawan. Membentuk dan menyusun serangan. 10) Mendada Mendada adalah mengontrol atau memainkan bola dengan menggunakan dada. 11) Membahu Membahu adalah memainkan bola dengan menggunakan bagian bahu yaitu batas lengan dengan leher. Membahu digunakan dalam usaha mempertahankan serangan dari pihak lawan yang mendadak atau tiba-tiba, dimana pihak bertahan dalam keadaan terdesak dan dalam posisi yang kurang baik. 12) Smash Smash adalah mengembalikan bola kelapangan lawan dengan kedua kaki melayang di udara dan salah satu kaki melakukan sepakan dengan tajam dank eras dengan tujuan mematikan lawan. Menurut Ratinus Darwis dan Dt. Penghulu Basa (1992: 58) kesemua unsur teknik dasar diatas harus dikuasai dengan baik untuk menjadi pemain sepaktakraw yang baik. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan prestasi sepaktakraw tidak hanya mengandalkan teknik 25

dasar yang bagus, melainkan masih banyak faktor yang menujang peningkatan prestasi seperti taktik dan mental. Sekalipun banyak ragam teknik dasar yang harus dikuasai dalam permainan sepaktakraw, namun faktor-faktor yang sangat dominan dipakai dalam permainan sepaktakraw yaitu: sepak mula, sepak sila, sepak kuda, heading, dan smash. c. Teknik Dasar Sepak Sila 1) Pengertian dan Pentingnya Sepak Sila Menurut Ratinus Darwis & Dt. Penghulu Basa (1992: 16) mengemukakan bahwa sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Sepak sila digunakan untuk: (a) menerima dan menimang bola, (b) mengunpan dan antaran bola, (c) menyelamatkan serangan lawan. Sedangkan menurut Sulaiman (2004: 18), sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Sepak sila digunakan untuk menerima dan menimang atau menguasai bola, mengumpan antaran bola dan untuk menyelamatkan serangan lawan. Sudrajat Prawirasaputra (2000: 24) mengemukakan bahwa sepak sila adalah : a. Berdiri pada kedua kaki menghadap kearah datangnya bola. b. Berdiri pada satu kaki, pada kaki kiri atau kanan. 26

c. Bila berdiri pada kaki kiri, maka kaki kanan ditarik ke atas dan telapak kakinya menghadap lutut kaki kiri kemudian di turunkan setinggi mata, kaki kiri ditarik lagi ke atas sampai setinggi lutut berulang-ulang. d. Pemain berdiri pada dua kaki, kaki kiri di depan kaki kanan, berat badan bertumpu pada kaki kiri, menghadap pelambung bola. 2) Pelaksanaan Teknik Dasar Sepak Sila Menurut Ratinus Darwis & Dt. Penghulu Basa (1992: 16-17) teknik melakukan sepak sila adalah : a. Berdiri dengan kaki terbuka berjarak selebar dua bahu. b. Kaki sepak digerakkan melipat setinggi lutut kaki tumpu. c. Bola dikenai atau bersentuh dengan bagian dalam kaki, sepak pada bagian bawah dari bola. d. Kaki tumpu agak ditekuk sedikit, badan dibungkukkan sedikit. e. Mata melihat kepada bola. f. Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku sebagai penjaga keseimbangan. g. Pergelangan kaki sepak pada waktu menyepak ditegangkan atau dikeraskan. h. Bola disepak keatas lurus melewati tinggi kepala. 27

Menurut Ratinus Darwis & Dt. Penghulu Basa (1992: 115), untuk berolahraga diperlukan pembinaan fisik secara umumm berkenaann dengan kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, dan kelentukan. Secara khususs kondisi fisik meliputi stamina, daya ledak, reaksi, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan. Permainan sepaktakraw khususnya keterampilan sepak sila memerlukan kondisi tubuh dan kondisi fisik yaitu kelincahan dan kelentukan. Oleh sebabb itu perlu beberapa kemampuan tersebut dilatih agar mendapatkan kondisi puncak sehingga dapat mencapai prestasi maksimal. Gambar 3. Teknik melakukan sepak sila Sumber : Ratinus Darwis dan Dt. Penghuluu Basa (1992: 16) Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 25) untuk melakukan teknik dasar sepak sila adalah : a. Pemain berdiri pada kaki kiri dan kaki kanan memantul- mantulkan bola dengan kaki kanan. Bola menyentuh bagian bawah mata kaki kaki kanan. Pandangan difokuskan kepada bola. 28

b. Pantulan bola dipertinggi dengan caraa sepakan diperkuat. c. Bila gerak kaki kiri yang digunakkan untuk menapakkan tubuh tetap berdiri relative diam ditempat maka ini menunjukkan bahwa anda sudah mahir melakukan sepak sila. d. Sebaiknya bila kaki kiri itu bergeser ke kiri ke kanan dan ke belakang sehingga bergerak dalam lingkaran yang garis tengahnya lebih dari satu meter, inii menunjukkan bahwa sepak sila anda belum stabil atau mantap. Gambar. 4 Teknik melakukan sepak sila Sumber : Sudrajat Prawirasaputra (2000: 25) Menurut M. Husni Thamrin (1995: 28) teknik melakukan sepak sila adalah : a. Berdiri dengann dua kaki terbuka berjarak selebar bahu. b. Kaki sepak digerakan melipat setinggi lutut kaki tumpu. c. Bola disentuh dengan kaki bagian dalam. 29

d. Kaki tumpu agak ditekuk sedikit, badan dibungkukkan sedikit. e. Mata melihat kepada bola. f. Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan. g. Pergelangan kaki sepak pada waktu menyepak ditegangkan. h. Bola disepak ke atas lurus melewati tinggi badan. 5. Karakteristik Siswa SD Annarino yang dikutip oleh Sukintaka (1992: 41), bahwa anak kelas bawah (6-8 tahun), mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Waktu reaksi lambat, koordinasi jelek, membutuhkan banyak variasi otot besar, senang kejar-mengejar, memanjat, berkelahi, berburu, dan memanjat. b. Aktif, energik, dan senang kepada suara yang berirama. c. Tulang lembek dan mudah berubah bentuk. d. Jantung mudah dalam keadaan yang membahayakan. e. Rasa untuk mempertimbangkan dan pemahaman berkembang. f. Koordinasi mata dan tangan berkembang, masih tetap belum dapat menggunakan otot-otot halus dengan baik. g. kesehatan umum tidak menentu, mudah terpengaruh terhadap penyakit, dan daya perlawanannya rendah. Pemberian pembatasan umur pada pendapat di atas menandakan bahwa dalam pemberian aktivitas jasmani, disesuaikan dengan fase dan sifat siswa dalam pemberian pendidikan, dalam hal ini pendidikan jasmani yang diberikan pada siswa oleh guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani perlu mendalami dan memahami karakteristik siswa sebagai peserta didik. Masa usia sekolah dasar sering disebut juga sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum 30

dan sesudahnya. Menurut Syamsu Yusuf (2000:24) bahwa karakteristik siswa kelas bawah antara lain: Masa kelas rendah (6/7-9/10 tahun), memiliki sifat khas sebagai berikut: Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi. Jadi apabila jasmani sehat akan berpengaruh terhadap prestasi yang diperoleh. a. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan yan tradisional. b. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri. Dalam hal ini mereka lebih suka menyebut diri mereka sendiri. c. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain. d. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting. e. Pada masa ini anak menghendaki nilai yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 104) Masa anak-anak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa puberitas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 105-117) Menambahkan Karakterisitik dan perkembangan masa anak-anak akhir dapat dilihat dari: a. Perkembangan Fisik Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat baik dari kemampuan akademik dan belajar berbagai ketrampilan. Jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang 31

berkembang pesat pada masa puberitas. Disamping itu kegiatan jasmani diperlukan untuk lebih menyempurnakan berbagai ketrampilan menuju keseimbangan tubuh, bagaimana menedang bola dengan tepat sasaran, mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting bagi anak. b. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget yang dikutip Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 105), masa anak-anak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah yang aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret. Berkurangnya rasa egonya dan mulai bersikap sosial. c. Perkembangan emosi Emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang. Anak belajar mengendalikan ungkapan-ungkapan emosi yang kurang dapat diterima seperti: amarah, menyakiti perasaan teman, menakut-nakuti dan sebagainya. Hurlock yang dikutip Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 112), menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama 32

dengan masa sebelumnya, seperti: amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. d. Perkembangan Sosial Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada secara terus-menerus. Orang-orang yang disekitarnyalah yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya. Keinginan untuk diterima dalam kelompok sebayanya sangat besar. Anak berusaha agar teman-teman dikelompoknya menyukai dirinya. Santrock yang dikutip Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 105) menyatakan bahwa anak sering berfikir: Apa yang bisa aku lakukan agar semua temanku menyukaiku?. Apa yang salah padaku?. Mereka berupaya agar mendapat simpati dari teman-temannya, bahkan ingin menjadi anak yang paling populer dikelompoknya. 6. Hakekat Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat dan minat. Yudha M. Saputra (1998: 9) berpendapat bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran sekolah, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antara mata pelajaran, menyalurkan minat dan bakat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai. 33

Terdapat beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang dilaksanakan di sekolah yaitu ekstrakurikuler olahraga antara lain: sepak bola, bola voli dan sepaktakraw. Disamping ekstrakurikuler olahraga terdapat ekstrakurikuler pramuka, dan masih banyak lagi kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan disekolah. Dari beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler mempunyai tujuan yang hampir sama yaitu untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan siswa mengingat terbatasnya jam pelajaran yang disediakan sokolah untuk program ekstrakurikuler. Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah yang bertujuan untuk menambahkan wawasan dan keterampilan siswa sesuai dengan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa. B. Penelitian yang Relevan Untuk melengkapi dan membantu dalam mempersiapkan penelitian ini, peneliti mencari bahan-bahan penelitian yang ada dan relevan dengan penelitian yang akan diteliti. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diperlukan guna mendukung kajian teoritik yang dikemukakan, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pada penyusunan kerangka berfikir. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Marfian Sudarmawan (2011) yang berjudul Hubungan antara kelincahan dan kelentukan dengan keterampilan sepak sila siswa SMP 34

N1 Ngemplak yang mengikuti ekstrakurikuler sepaktakraw penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kelincahan dan kelentukan dengan keterampilan sepak sila dengan sampel berjumlah 30 siswa. Hasil dari penelitian ini memperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelincahan dan kelentukan dengan keterampilan sepak sila siswa SMP N1 Ngemplak yang mengikuti ekstrakurikuler sepaktakraw sebesar 0,530 dalam taraf signifikan 5%. 2. Wahid Faojan (2011) yang berjudul Hubungan antara kebugaran jasmani dengan ketrampilan dasar sepaktakraw siswa SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara yang mengikuti ekstrakurikuler sepaktakraw penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kebugaran jasmani dengan ketrampilan dasar sepaktakraw dengan sampel berjumlah 20 siswa. Cara pengumpulan data berupa tes, untuk kebugaran jasmani menggunakan tes TKJI tahun 1999 sedangkan tes ketrampilan dasar sepaktakraw menggunakan M.Husni Thamrin,dkk (1995). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan ketrampilan dasar sepaktakraw siswa SMA Negeri 1 Wanadadi Banjarnegara yang mengikuti ekstrakurikuler sepaktakraw. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya koefesien korelasi sebesar 0.724 dan p sebesar 0.000 pada taraf signifikan 5%. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teoritik diatas bahwa untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, seseorang dituntut untuk mempunyai kelincahan 35

dan kelentukan yang baik serta keterampilan sepak sila dalam bermain sepaktakraw. Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan dan kelentukan adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan merenggang dan mengatur otot hingga batas tertentu dalam jangka waktu tertentu. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan sepak sila bermain sepaktakraw. Keterampilan tersebut itu antara satu dengan yang lainya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Keterampilan dasar akan dimiliki dengan baik apabila berlatih dengan baik dan countinue. Oleh karena itu untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dan kelentukan terhadap keterampilan sepak sila siswa SD Negeri 2 Bojanegara Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga yang mengikuti ekstrakurikuler sepaktakraw tahun pelajaran 2011/2012 diperlukan suatu tes kelincahan, kelentukan dan keterampilan sepak sila. D. Rumusan Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang di uraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara kelincahan dan kelentukan terhadap keterampilan sepak sila siswa SD Negeri 2 Bojanegara Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga yang mengikuti ekstrakurikuler sepaktakraw 36