ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI Ke-1 DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUDONO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

STUDI KASUS PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDIKSITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D. DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN : POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI KE-2 DI RUANG ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr.T DENGAN DIAGNOSA MEDIS: POST OPERASI APPENDIKTOMI DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD PANDANARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA POST OPERASI OPEN PROSTATECTOMY DI RUANG DAHLIA RSU BANYUDONO BOYOLALI

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan NASKAH PUBLIKASI

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

SAKIT PERUT PADA ANAK

BAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB II KONSEP DASAR. pada sekum tepat dibawah katub ileocekal (Smeltzer & Bare, 2002)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis mengambil kasus pada keluarga An. E dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S KHUSUSNYA PADA TN.S DENGAN TUBERKULOSIS(TBC) DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

BAB II KONSEP DASAR. rentan terhadap infeksi (Smeltzer & Bare, 2002)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

PENGKAJIAN PNC. kelami

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO

BAB III TINJAUAN KASUS. RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada tanggal 15 sampai dengan 18 April 2011.

ASUHAN KEPERAWATAN. Latar belakang pendidikan. : Perumahan Pantai Perak gang 3 no 21 Semarang. Tanggal masuk RS : 6 September 2013 Diagnosa medis

BAB III ANALISA KASUS

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN LAMANYA PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA OPERASI APENDIKTOMI DI RUANG BEDAH RSUD JEND. A. YANI METRO

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. H DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMY

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB III TINJAUAN KASUS

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PENCERNAAN Tn. H DENGAN POST OP HERNIOTOMY DIBANGSAL CEMPAKAA RSUD PANDAN ARANG DI BOYOLALI

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan 1 Senin/17 Juni

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

K35-K38 Diseases of Appendix

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI Ke-1 DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUDONO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan Disusun Oleh : WAHYU ADI SETYANINGRUM J200100014 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI HARI KE 1 DIRUANG DAHLIA RSUD BANYUDONO BOYOLALI (Wahyu Adi Setyaningrum, 2013, 53 halaman) ABSTRAK Latar Belakang : Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu (apendiks). Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Terjadinya appendicitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri, namun terdapat banyak factor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Pemeriksaan Ultrasonografi untuk massa apendiks, CT scan (heliks), Laparoskopi dapat membantu dalam menentukan diagnosa Appendicitis. Tujuan : untuk memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan post apendiktomi Hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil nyeri berkurang, belum ada tanda-tanda infeksi, teratasi sebagian Kesimpulan : apendiktomi merupakan salah satu penatalaksanaan dari appendicitis. Kerjasama tim kesehatan dan pasien serta keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien, tehnik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi nyeri. Kata kunci : appendicitis, apendiktomi, nyeri, resiko infeksi.

A. Latar Belakang Masalah Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, appendicitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insiden appendicitis di Indonesia menempati urutan tertinggi dari beberapa kasus kegawatan abdomen lainnya (Depkes, 2008). Dinkes jateng menyebutkan pada tahun 2009 jumlah kasus apendicitis sebanyak 5.980 penderita, dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian. Pada periode 1 Januari sampai 31 Desember 2011 angka kejadian appendicitis di RSUD Boyolali, dari seluruh jumlah pasien rawat inap tercatat sebanyak 102 penderita appendicitis dengan rincian 49 pasien wanita dan 53 pasien pria. Ini menduduki peringkat ke 2 dari keseluruhan jumlah kasus di instalasi RSUD Boyolali. Hal ini membuktikan tingginya angka kesekitan dengan kasus appendicitis di RSUD Boyolali. Kejadian apendicitis di RSUD Banyudano pada 2 tahun terakhir antara periode 2010 sampai 2012 sebanyak 169 penderita dengan rincian 74 pasien wanita dan 95 pasien pria, data didapatkan berdasarkan catatan remak medic RSUD Banyudono. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis merumuskan masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Post Operasi Apendiktomi Hari ke-1 di Ruang Dahlia RSUD Banyudono.

C. Pengertian Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu (apendiks). Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah (Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda 2002). D. Patofisilogi Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan piningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan

mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di darah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi appendicitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, Arif, 2000). E. Penatalaksanaan Menurut Brunner & Suddarth (2000) penatalaksanaan Appendicitis adalah sebagai berikut : a. Pembedahan diidikasikan jika terdiagnosa appendicitis; lakukan apendiktomi secepat mungkin untuk mengurangi resiko perforasi. Metode insisi abdominal bawah di bawah anestesi umum atau spinal; laparoskopi. b. Berikan antibiotic dan cairan IV sampai pembedahan dilakukan.

c. Analgetik dapat diberikan setelah diagnose di tegakkan. F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Pierce A Grace & Neil R Borley (2006) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : 1) Ultrasonografi untuk massa apendiks 2) Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum dilakukan apendiktomi pada wanita muda 3) Diagnosis berdasarkan klinis, namun sek darah putih (hampir selalu leukositosis) 4) CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin G. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Diagnosa keperawatan dan intervensi yang muncul pada klien denga post op apendiktomi (Nanda, 2012) meliputi : a. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal oleh inflamasi. b. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh. c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun, mual dan muntah. d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

H. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 1Mei 2s013 jam 14.00 di ruang Dahlia RSUD Banyudono pengkajian didapat melalui wawancara dengan pasien, keluarga dan melalui data status pasien. 1. Identitas a. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Status Perkawinan Pendidikan Pekerjaan : Sdr. Y : 21 tahun : Laki-laki : Belum menikah : SMA : Buruh No. RM : 070293 Suku : Jawa Tanggal Masuk : 26 April 2013 Diagnosa Medik Alamat : Appendicitis : Demangan, Sambi, Boyolali 2. Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama Keluhan saat dilakukan pengkajian klien mengatakan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas. Klien mengeluh sakit sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas, terasa panas seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul.

b. Riwayat Penyakit Sekarang Keluarga mengatakan pada tanggal 25 April 2013 klien mengeluh perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas, keluarga membawa klien berobat ke Puskesmas Sambi, tetapi selama satu hari minum obat yang diberikan tidak ada perubahan kondisi, klien masih merasakan sakit perut dibagian kanan bawah dan muntah. Pada tanggal 26 April 2013 keluarga membawa klien ke RS Asifa Sambi, setelah dilakukan pemeriksaan, kemudian klien dirujuk ke RSUD Banyudono. Klien datang ke RSUD Banyudono pada hari jum at tanggal 26 April 2013 jam 09.00 dengan keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas, setelah dilakukan pemeriksaan kemudian klien disarankan untuk opname di ruang bedah RSUD Banyudono. Kemudian pasien opname di Ruang Dahlia RSUD Banyudono lalu dilakukan tindakan oprasi pada tanggal 30 Juni 2013. c. Pola Aktifitas dan Latihan Tabel 3.1 Kemampuan 0 1 2 3 4 Makan/minum Mandi Toileting Berpakaian Mobilitas ditempat tidur Berpindah Ambulasi ROM

Keterangan : 0 = Mandiri 1 = Di bantu orang lain 2 = Dengan alat bantu 3 = Di bantu orang lain dan alat 4 = Tergantung total d. Pola Keamanan dan Kenyamanan Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan (abdomen), terutama jika digunakan untuk aktifitas. P: nyeri pada luka jahitan, jika digunakan untuk bergerak, nyeri berkurang pada waktu istirahat. Q: terasa panas seperti ditusuk-tusuk R: daerah abdomen S: skala nyeri 4 T: nyeri hilang timbul I. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos menthis E : 4, V : 5, M : 5 b. Tanda-tanda Vital TD N Rr S : 110/70 mmhg : 79 x/menit : 20 x/menit : 36 0 c

c. Abdomen Inspeksi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy dengan jahitan rapi, luka bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak, panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka. Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit Perkusi Palpasi : tympani : tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa, suhu sekitar luka hangat. J. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium, 30 Mei 2013 Tabel 3.2 HEMATOLOGI Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Hemoglobin 14.0 gr/dl P: 14-18 W: 12-16 Eritrosit 5.8 x 10 3 /mm 3 P: 4.5-6 W: 3.5-5 Leukosit 15.300 % 4-10 Hematokrit 44 Vol% P: 40-50 W: 36-47 Trombosit 167 X 10 3 /mm 3 150-400 b. Terapi tanggal 1 Mei 2013 1) Infuse RL 20 tpm 2) Metronidazole 500 gr/8 jam

3) Cefotaxim 1 gr/12 jam 4) Ranitidine 25 mg/12 jam 5) Norages 100 gr/8 jam 6) Inadril sirup 3x1 sendok teh c. Hasil USG di RSI Yarsis pada tanggal 30 April 2013 1) Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular infiltrate 2) Ada cairan bebas intraabdominal (menyokong peritonitis) 3) Organ-organ abdomen lain normal K. Data Fokus Ds : a. Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan (abdomen), terutama jika digunakan untuk aktifitas. P: nyeri pada luka jahitan, jika digunakan untuk bergerak, nyeri berkurang pada waktu istirahat. Q: terasa panas seperti ditusuk-tusuk R: daerah abdomen S: skala nyeri 4 T: nyeri hilang timbul b. Klien mengeluh panas di sekitar luka jahitan Do : 1) Klien tampak meringis menahan sakit, mengerutkan dahi dan tampak memegangi area yang sakit

2) Terdapat luka jahitan pada abdomen, jahitan rapi, luka bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak, panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka, suhu sekitar luka hangat 3) Tanda-tanda Vital TD N Rr S BB TB : 110/70 mmhg : 79 x/menit : 20 x/menit : 36 0 c : 70 kg : 170 cm IMT : BB(kg)/TB(m) 2 70/1.7 2 = 24. 39 L. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b/d distensi jaringan intestinal 2. Resiko terjadi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer M. Hasil Evaluasi Evaluasi yang dilakukan penulis meliputi evaluasi proses dan hasil, sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan apabila belum berhasil sesuai tujuan tindakan diulang pada waktu yang sama atau modifikasi sesuai perencanaan dari diagnose yang muncul.

1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan intestinal Hasil yang dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah teratasi sebagian dengan data subjektif : nyeri pada luka jahitan sudah berkurang. Adapun data objektif yang didapat klien tampak tenang, luka jahitan tampak bersih dan kering, tidak ada pus, karena data yang didapatkan belum sesuai dengan kriteria hasil maka intervensi dilanjutkan dengan mengkaji karakteristik nyeri, melakukan pemeriksaan TTV, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian analgetik. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh Evaluasi yang didapatkan dari tindakan keperawatan selama 3x24 jam resiko infeksi adalah data subjektif klien mengatakan rasa panas pada luka jahitan sudah berkurang, sedangkan data objektif luka jahitan tampak bersih dan kering, tidak ada pus. N. Simpulan Setelah memberikan asuhan keperwatan selama tiga hari mulai tanggal 1 Mei sampai 3 Mei 2013. Penulis telah mempunyai gambaran tentang asuhan keperawatan pada Sdr. Y dengan gangguan imonologi : post op apendiktomi hari ke-1 di ruang Dahlia RSUD Banyudono dengan menggunakan proses keperawatan meliputi : Diagnosa keperawatan yang

muncul pada Sdr. Y yang sesuai dengan teori meliputi: nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahan tubuh. Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan mengacu pada tujuan yang ditentukan pada saat menyusun rencana tindakan. Adapun masalah yang teratasi sebagian antara lain : nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, masalah ini teratasi sebagian karena pasien mengatakan masih nyeri, maka intervensi dilanjutkan kaji skala nyeri ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Doenges, E. M, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan), Edisi 3, Jakarta: EGC. Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Surabaya: Erlangga Herdman, T Heather (ed). 2011. NANDA Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Mansjoer, Arif (ed). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius Reeves, Charlene J. et al. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika Reksoprodjo, Soelarto (ed). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binapura Aksara Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Williams & Wilkins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC Depkes RI.2008.Kasus Appendicitis di Indonesia.diakses dari : http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kasus-apendisitis-di-indonesiapada-tahun-2008.html http://darkcurez.blogspot.com/2011/01/makalah-apendisitis.html Lubis. A. Angka Kejadian Appendicitis. diakses dari: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-babi.pdf pada tanggal 2 November 2012 Stacrose.2009.Angka Kejadian Appendicitis.diakses dari: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-babi.pdf pada tanggal 2 November 2012 Ummualya. 2008. Angka Kejadian Appendisitis. diakses dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-babi.pdf pada tanggal 2 November 2012