Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz terhadap Kematian Kutu Tempurung Hijau Coccus viridis pada Tanaman Kopi Coffea sp

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

ABSTRAK UJI EKSTRAK BUAH CABAI RAWIT SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT TITIK TUMBUH PADA TANAMAN SAWI

Serangan Kutu Hijau Coccus viridis pada Kopi di Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM)

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

PESTISIDA ALAMI ALKALOID DENGAN EKSTRAK KECUBUNG PASTI MANJUR DAN AMAN

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

PENGARUH EKSTRAK UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) TERHADAP PERTUMBUHAN dan SERANGAN HAMA KOPI (Coffea robusta Lindl)

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala pada Larva S. litura

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

UJI BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK BIJI PINANG

Pengaruh Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang Terhadap Jumlah Hidup...Andi Nurhakim

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

Concentrations Test Of Tuba Root Powder (Derris elliptica Benth) Against Aphis glycines Matsumura (Homoptera: Aphididae) Mortality on Soybean Plants

BAHAN ANTI NYAMUK (Mosquito repellent) dari AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth)

ABSTRAK. EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn.

PEMANFAATAN DAUN JERUK NIPIS

PATOGENISITAS Beauveria bassiana PADA Spodoptera litura Fabricius. (Lepidoptera : Noctuidae) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH :

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

POLA DISTRIBUSI KUTU DOMPOLAN (Planococcus citri) PADA PERKEBUNAN KOPI DESA SEMIDANG ALAS KECAMATAN DEMPO TENGAH KOTA PAGAR ALAM

KETAHANAN DAN PENGARUH FITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK Piper retrofractum & Annona squamosa PADA PENGUJIAN SEMI LAPANG. Oleh: Nur Isnaeni A

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KLUWEK (Pangium edule Reinw.) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP MORTALITAS KECOAK (Blatella germanica L.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2016 hingga

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

III. BAIIAN DAN METODE

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

EFEKTIVITAS EKSTRAK AKAR TUBA TERHADAP HAMA ULAT KROP CROCIDOLOMIA. PAVONANA PADA TANAMAN KUBIS DI KOTA TOMOHON

Teodora Ballos, Sonja V. T Lumowa, Helmy Hassan Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314 Volume 1, Nomor 2 Oktober 2009 Halaman: 51 57 Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz terhadap Kematian Kutu Tempurung Hijau Coccus viridis pada Tanaman Kopi Coffea sp MAIKEL TUTUROP 1, DANIEL LANTANG 1* DAN M. KAMAREA 2 1Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih, Jayapura Papua 2 BPTP Kehutanan Papua Diterima: tanggal 5 Juli 2009 - Disetujui: 7 September 2009 2009 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih ABSTRACT This study was conducted to examine the effect of keben seed Baringtonia asiatica (L.) Kurz on mortality of flea (Coccus viridis) found in Coffea sp. Experimental methods with Complete Random Design (CRD) was used in this study. Five doses of keben seed extract (0.2%, 0.4%, 0.6% 0.8% and 0.0%) were used. Result of the study showed that all five concentration of keben extract were toxic to Coccus viridis, therefore can be used to control pest of coffe caused by Coccus viridis. Among the concentration used, it was found that concentration at 0.4% more effective than other concentrations. Consentration at 0.4% was killed 100% of Coccus viridis population in 3 days. Key words: Barringtonia asiatica, Coccus viridis, Concentration of seed extract. PENDAHULUAN Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang tersedia di alam dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Sumber daya alam dapat dibagi menjadi dua, yaitu: sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Tanaman kopi Coffea sp merupakan salah satu dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan cara dibudidaya dan dilestarikan sehingga diperoleh hasil yang baik dalam proses produksi (Wikipedia, 2008). Provinsi Papua merupakan salah satu *Alamat Korespondensi: Laboraotrium Biologi FMIPA, Jln. Kamp Wolker, Kampus Baru UNCEN WAENA, Jayapura Papua. 99358 Telp: +62967572115, email: d_lantang@yahoo.com. provinsi di Indonesia yang memiliki hutan tropis yang luas, dan diketahui pula memiliki banyak spesies tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber insektisida hayati dan salah satunya adalah biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz, yang diketahui mempunyai manfaat dalam membasmi kutu tempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi Coffea sp. Kutu tempurung hijau Coccus viridis merupakan salah satu hama pada tanaman kopi Coffea sp, biasanya muncul pada musim kemarau dan biasanya menyerang bunga, buah, daun, tunas dan bagian lain yang lunak, disamping itu juga menyerang pohon pelindung, misalnya tanaman lamtoro Leucaena glauca. Pada tanaman kopi Coffea sp. yang terserang terdapat gejalagejala seperti: daunnya menjadi layu dan pada serangan berikutnya daun dan buah menjadi rontok (Matnawy, 1991).

52 JURNAL BIOLOGI PAPUA 1(2) : 51 57 Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman kopi Coffea sp telah dilakukan sejak 20 tahun yang lalu. Teknik pengendalian yang direkomendasikan untuk mengendalikan serangan kutu tempurung hijau Coccus viridis dengan penggunaan insektisida selektif berdasarkan pengendalian kutu tempurung hijau (Untung, 2001). Seperti diketahui bahwa penggunaan insektisida sintetik yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus selain dapat menambah biaya produksi juga dapat menimbulkan pengaruh negatif lainnya seperti terjadinya pencemaran lingkungan, resistensi, resurjensi, residu insektisida dan munculnya hama baru (Oka, 1995 ; Untung, 2001). Adanya dampak negatif tersebut tentunya sangat bertentangan dengan tujuan PHT yang memprioritaskan teknik pengendalian yang aman terhadap lingkungan. Disamping itu perlindungan tanaman dengan orientasi pasar global sekarang dituntut harus memperhatikan keamanan produk pertanian dari residu insektisida, karena kandungan residu insektisida adalah salah satu penyebab yang menghambat ekspor (Novizan, 2002). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dicari alternatif untuk pengendalian yang lebih efektif, aman, murah, dan ramah lingkungan. Salah satu bentuk pengendalian yang memiliki peluang baik untuk dikembangkan dalam menunjang penerapan PHT adalah dengan pemanfaatan bahan insektisida yang berasal dari tumbuhan atau insektisida botani. Berdasarkan beberapa hasil dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa insektisida botani relatif aman terhadap musuh alami, memiliki tingkat persistensi yang singkat sehingga tidak dikhawatirkan meninggalkan residu pada hasil panen, tidak mencemari lingkungan dan dapat bekerja sama secara kompatibel dengan pengendalian hayati (Isman, 1995; Prijono, 1994; Charleston, 2002). Dengan adanya dampak negatif dalam penggunaan insektisida sintetik yang tentunya bertentangan dengan tujuan PHT, maka dicari alternatif pengendalian yang efektif. Salah satu bentuk pengendalian yang memiliki peluang untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai insektisida botani, salah satunya adalah biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz. Dengan demikian penelitian ini akan mengkaji racun yang dikandung pada biji keben yaitu upaya pemanfaatan ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz dengan berbagai tingkat konsentrasi terhadap kematian kutu tempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi Coffea sp. Tujuan dari penelitian ini adalah 1). untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz yang efektif dalam menekan dan mengendalikan kutu tempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi Coffea sp., dan 2). untuk mengetahui tingkat konsentrasi yang paling efektif terhadap kematian kutu tempurung hijau Coccus viridis. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hayati Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP), dan berlangsung selama 4 bulan yakni Maret-Mei 2009. Sedangkan lokasi pengambilan sampel hama di areal tanaman kopi di Kampung Harapan Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura. Pengambilan sampel buah keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz di pantai Amay Distrik Depapre Kabupaten Jayapura. Penelitian laboratorium berlangsung pada kondisi suhu 23 C-28 C dengan kelembaban 91%-92%. Metode dan Cara Kerja Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 (lima) perlakuan tingkat konsentrasi yaitu : A : Konsentrasi 0.2% pada tingkat pengenceran 100 ml larutan stok / 500 ml air. B : Konsentrasi 0.4% pada tingkat pengenceran 200 ml larutan stok / 500 ml air. C : Konsentrasi 0.6% pada tingkat pengenceran 300 ml larutan stok / 500 ml air D : Konsentrasi 0.8% pada tingkat pengenceran 400 ml larutan stok / 500 ml air. E : Konsentrasi 0% (kontrol).

TUTUROP, et al., Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben 53 Masing-masing perlakuan dengan 4 ulangan, sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Model umum RAL dengan persamaan matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y ij = µ + i + E ij Dimana, Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum i = pengaruh perlakuan ke-i Eij = pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j (Gomez dan Gomez, 1995). Pengamatan ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz pada berbagai tingkat konsentrasi terhadap kematian kutu tempurung hijau yang mati, dapat dilakukan 1 hari setelah diaplikasi dan pengamatan dilakukan hingga hari ke-7. Apabila sebelum hari ke-7, terdapat hama yang mati telah mencapai 100% maka pengamatan dihentikan. Sehingga data yang diperoleh adalah : 1. Tingkat konsentrasi ekstrak biji keben yang digunakan pada setiap perlakuan terhadap kutu tempurung hijau yang mati. 2. Mendapatkan tingkat konsentrasi ekstrak biji keben yang efektif dan terdapat jumlah kematian terbanyak yang mencapai 100%. Data pengamatan diolah berdasarkan variabel yaitu persentase kematian kutu tempurung hijau Coccus viridis dengan menggunakan rumus : P = a / b x 100% Dimana : P = Persentase a = Jumlah hama mati b = Jumlah seluruh hama per satuan percobaan Dengan asumsi bahwa semakin tinggi persentase kematian, maka kualitas ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz pada berbagai tingkat konsentrasi yang diaplikasi semakin efektif. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Tabel 1). Analisis Data Data pengamatan yang diperoleh berdasarkan variabel pengamatan kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan analisis ragam (Anara). Apabila terdapat pengaruh yang berbeda nyata pada berbagai perlakuan terhadap kontrol, maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan α 0.05 (Gomez & Gomez, 1995). Tabel 1. Bentuk Rancangan Penelitian Tingkat konsentrasi Σ B. asiatica Konsentrasi (%) Hama (ml) / Air (ml) A 40 100 ml / 500 ml 0.2 B 40 200 ml / 500 ml 0.4 C 40 300 ml / 500 ml 0.6 D 40 400 ml / 500 ml 0.8 E (kontrol) 40 0 ml / 500 ml 0.0 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian di laboratorium tentang upaya pemanfaatan racun dari ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz pada beberapa konsentrasi terhadap kematian kutu tempurung hijau Coccus viridis yang diuji, telah memberikan suatu hasil pada setiap perlakuan. Dalam waktu 7 hari, bila terdapat perlakuan yang telah mencapai 100% dalam membunuh hama dalam jumlah terbanyak dan tercepat, maka hari tersebut akan dijadikan acuan sebagai batasan dalam hari pengamatan. Aktivitas dan Perkembangan Kutu Tempurung Hijau Coccus viridis terhadap Ekstrak Biji Keben Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz ternyata menghambat aktivitas makan kutu tempurung hijau Coccus viridis, baik pada konsentrasi rendah (0.2%) maupun pada konsentrasi tinggi (0.8%). Hama yang terinfeksi menunjukkan gejala-gejala seperti kurang aktif makan, hanya diam atau bergerak lebih lambat dan berusaha bergerak menghindari pucuk, daun dan tangkai tanaman muda yang digunakan sebagai pakan, racun ekstrak biji keben dapat menghambat aktivitas makan hama pada bagian tanaman kopi.

54 JURNAL BIOLOGI PAPUA 1(2) : 51 57 Tingkah laku kutu tempurung hijau Coccus viridis yang diuji setelah diaplikasi ekstrak biji keben sebagai berikut : 1. Hama uji baik nimfa dan imago tidak dapat melakukan aktivitas yaitu mengisap cairan dari bagian tanaman kopi yang masih muda seperti biasanya melainkan berdiam diri. 2. Nimfa yang telah kontak dengan ekstrak biji keben akan lemas dan jatuh dari bagian tanaman yang ditumpanginya kemudian mati. 3. Imago yang telah kontak dengan racun ekstrak biji keben akan tampak berdiam dan tubuhnya berwarna hitam dan jatuh dari bagian tanaman yang ditumpangi atau tetap menempel pada tanaman kopi. Pada perlakuan E (kontrol), aktivitas nimfa dan imago dapat melakukan aktivitas mengisap bagian tanaman kopi yang masih muda dan berwarna hijau, hal ini dilihat dari noda-noda hitam kotor pada bagian tanaman kopi.aktivitas dan perkembangan kutu tempurung hijau Coccus viridis pada setiap perlakuan dengan ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz, ternyata mengalami hambatan, bahkan Kematian hama mencapai 100% pada hari ketiga (ke-3) pada perlakuan B dengan konsentrasi 0.4%, telah memberikan mortalitas tertinggi dan tercepat. Pada hari kelima setelah terinfeksi jumlah kematian hama mencapai 100% untuk semua tingkat konsentrasi sedangkan pada perlakuan kontrol sampai pada hari keenam (ke-6) hama uji masih hidup dan tidak ada kelainan perkembangan hama. Ciri-ciri hama yang mati : timbul gejala perubahan warna tubuh secara bertahap yaitu dari hijau pucat, coklat atau kehitaman dan mati. Kelainan pertumbuhan, perkembangan dan terhentinya aktivitas makan serangga sehingga kutu tempurung hijau C. viridis mengalami kematian dan akibat dari racun ekstrak yang dikandung biji keben B. asiatica ternyata mendukung penelitian yang dilakukan. Mortalitas Kutu Tempurung Hijau Coccus viridis Aplikasi ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz yang mengandung racun telah memberikan pengaruh yang nyata terhadap kematian kutu tempurung hijau Coccus viridis. Pada perlakuan B dengan konsentrasi 0.4% yang diuji pada hari pertama, dimana jumlah hama yang mati sebanyak 8 ekor. Pengamatan hari kedua pada perlakuan B, dimana jumlah hama yang mati sebanyak 19 ekor, selanjutnya hasil pengamatan untuk hari ketiga pada perlakuan B dimana semua hama telah mati, maka dapat dikatakan perlakuan B dengan tingkat konsentrasi 0.4% adalah yang efektif. Karena tercepat dan terbanyak dalam mematikan kutu tempurung hijau Coccus viridis sehingga mencapai 40 ekor atau 100% sedangkan pada perlakuan konsentrasi ekstrak biji keben lainnya tidak. Jumlah kematian hama yang diuji pada perlakuan lainnya berlangsung lambat, sehingga pada hari kelima dapat mencapai 40 ekor atau 100%. Tabel 2. Hasil kematian Kutu Tempurung hijau Coccus viridis Dalam Persentase (%) pada setiap perlakuan dan ulangan pada hari ke-1 sampai hari ke-3 setelah diaplikasi dan telah ditransformasi arcsin Ulangan 1 2 3 4 Total Rerata (%) A 71.56 63.43 63.43 71.56 269.98 67.495 B 89.09 89.09 89.09 89.09 356.36 89.09 C 63.43 71.56 71.56 56.78 263.33 65.8325 D 56.78 63.43 56.78 63.43 240.42 60.105 E 0.91 0.91 0.91 0.91 3.64 0.91 1133.73 56.6865 Ket.: A = Konsentrasi 0.2%; B = Konsentrasi 0.4%; C = Konsentrasi 0.6% D = Konsentrasi 0.8%; E = Konsentrasi 0%

TUTUROP, et al., Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben 55 Tabel 3. Hasil uji nilai BNJ akibat pengaruh ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz terhadap kematian kutu tempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi. Rerata E D C A B BNJ 0.05 = 9.16 E 0.91 a D 60.11 59.20** a C 65.83 64.92** 5.72 tn a A 67.50 66.59** 7.39 tn 1.67 tn a B 89.09 88.18** 28.9** 23.26** 21.59** b Keterangan : Keterangan : A = Konsentrasi 0.2%; B = Konsentrasi 0.4%; C = Konsentrasi 0.6% D = Konsentrasi 0.8%; E = Konsentrasi 0% ** = Berbeda nyata Berdasarkan hasil pengamatan dari hari pertama sampai hari kelima (ke-5) setelah diaplikasi, maka pada perlakuan B dengan konsentrasi 0.4% adalah yang terbaik dan sangat efektif, karena dalam waktu tiga (3) hari semua hama yang diuji dengan jumlah 40 ekor telah mati atau mencapai 100%, kemudian diikuti perlakuan A dengan konsentrasi 0.2%, dimana jumlah hama yang mati pada hari ketiga (ke-3) berjumlah 34 ekor atau mencapai 85%, selanjutnya perlakuan C dengan konsentrasi 0.6%, dimana hama yang mati pada hari ketiga (ke-3) berjumlah 33 ekor atau mencapai 82.5% dan pada perlakuan D dengan konsentrasi 0.8%, dimana hama yang mati berjumlah 30 ekor atau mencapai 75%, sedangkan pada kontrol atau tanpa menggunakan racun ekstrak biji keben pada pengamatan hari pertama (ke-1) sampai dengan hari kelima (ke-5), tampak semua kutu tempurung hijau masih hidup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua konsentrasi ekstrak biji keben dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kematian kutu tempurung hijau yang diuji. Hasil pengamatan pada serangga uji dengan angka mortalitas tertinggi pada hari ke-3 terdapat pada perlakuan B yaitu 40 ekor serangga uji yang mati, setelah 3 hari diaplikasi dengan racun ekstrak biji keben (Gambar 1). Gambar 1., menunjukkan bahwa kematian hama Coccus viridis, pada perlakuan B lebih efektif dibandingkan dengan ke-4 perlakuan lainnya. Pada perlakuan B untuk setiap ulangannya jumlah kematian hama yang diperoleh adalah sama yaitu 89.09 dan diikuti dengan perlakuan A, C, dan D yang mempunyai tingkat kematian hama yang cukup baik, sedangkan pada perlakuan E (kontrol) tidak terjadi kematian hama selama waktu pengamatan. Gambar 1. Grafik persentase kematian kutu tempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi. Melihat angka mortalitas pada penelitian terhadap kematian hama yang uji, maka dapat dikatakan konsentrasi 0.4% pada perlakuan B merupakan konsentrasi yang terbaik dan efektif untuk pengendalian kutu tempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi Coffea sp. Semua perlakuan dengan tingkat konsentrasi, dapat menghambat aktivitas serangga atau hama yang

56 JURNAL BIOLOGI PAPUA 1(2) : 51 57 diujikan, karena serangga kontak dengan ekstrak biji keben yang sifat racunnya sistemik dan racun lambung, sehingga hama pada akhirnya akan mengalami kematian. Mortalitas kutu tempurung hijau pada tanaman kopi yang diujikan dengan menggunakan ekstrak biji keben, dari jumlah hama yang mati terbanyak pada hari pertama sampai pada hari ketiga. Data yang diperoleh dari 20 satuan percobaan, kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan analisis ragam (Anara). Maka tampak dengan jelas adanya pengaruh berbeda nyata (**) antar setiap tingkat konsentrasi terhadap kematian hama yang diujikan. Sehingga nilai F hitung yang diperoleh adalah 298.81 lebih besar dari nilai F tabel pada taraf kepercayaan α 0.05 dengan nilai sebesar 13.06 dan pada taraf kepercayaan α 0.01 dengan nilai sebesar 4.89. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan sangat baik dan efektif, karena terdapat perbedaan yang nyata antar setiap perlakuan dalam mematikan hama yang diujikan. Setiap perlakuan telah memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata jumlah kematian hama yang dibandingkan dengan kontrol, tampak bahwa perlakuan B, A, C dan D berbeda nyata (**) dengan perlakuan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak biji keben yang mengandung racun sebagai bahan aktif, sangat berpeluang dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai insektisida botani dalam mengendalikan kutu tempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi Coffea sp. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Pengaruh ekstrak biji keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz dengan setiap konsentrasi dari ke-5 perlakuan kecuali pada perlakuan E (kontrol), masih bisa dikatakan cukup baik dalam mengendalikan kutu tempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi Coffea sp. 2. Tingkat konsentrasi yang paling efektif adalah pada konsentrasi 0.4%, hama yang mati mencapai 100%. Diikuti perlakuan dengan konsentrasi 0.2%, hama yang mati mencapai 85%, konsentrasi 0.6%, hama yang mati mencapai 82.5%, D dengan konsentrasi 0.8%, hama yang mati mencapai 75%, sedangkan pada perlakuan E (kontrol) tidak terjadi kematian hama selama hari ke-5 dari waktu pengamatan. Saran 1. Perlu dilakukan aplikasi langsung pada area tanaman kopi Coffea sp., untuk mengetahui tingkat efektivitas dilapangan. 2. Perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah atau instansi terkait dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan biji keben sebagai insektisida botani. 3. Dapat diterapkan langsung oleh petani dilapangan dalam mengendalikan serangan hama Coccus viridis pada tanaman kopi Coffea sp. DAFTAR PUSTAKA Charleston, D. 2002. Hope For Humble Cabbage- Biological Pest Management Program. Bulletin ARC Plant Protection Research Institute. No. 60 : 7-9. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk pertanian. Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi Kedua. Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro (terj). Bandung. ITB. Isman, M.B. 1995. Leads And Prospects For The Development Of New Botanical Insecticides. Rev. Pestic. Toxicol. Vol. 3:1-20. Matnawy, H. 1991. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Novizan. 2002. Membuat Dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. PT.AgroMedia Pustaka. 94 hal. Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 255 hal. Prijono. 1994. Pedoman Praktikum Teknik Pemanfaatan Insektisida Botanis. Jurusan Hama

TUTUROP, et al., Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben 57 dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. IPB Bogor. Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolan Hama Terpadu. Cetakan ke IV. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Wikipedia. 2008. Sumber Daya Alam. (Online). http://id. Wikipedia.org/wiki/sumber_daya_ alam, diakses 7 November 1998.