BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

dokumen-dokumen yang mirip
SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pada Seminar dan Lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi

Statistik KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

2. Berikut negara-negara yang memiliki piramida penduduk stasioner adalah. A. Indonesia B. Swedia C. India D. Amerika Serikat E.

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel pada penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Statistik KATA PENGANTAR

Manajemen Industri Perikanan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau kelompok yang memiliki usia yang sama. Sedangkan menurut. Alwi (2005) profil adalah pandangan mengenai seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe),

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB 1: EKONOMI KONSEP DASAR EKONOMI

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24),

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

Macam-macam Industri dan Klasifikasi Industri

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf hidup penduduknya. Peningkatan pendapatan di

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri a. Pengertian Industri Industri merupakan kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan prasarana. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:431). Menurut UU No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan / atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebuh tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri Pujoalwanto (2014:214). Definisi lain mengenai industri dijelaskan oleh BPS ( Badan Pusat Statistik) suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir, termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan. Berdasarkan sudut pandang geografi dalam industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis yang mengandung pertumbuhan dan perkembangan industri yaitu komponen-komponen lahan, bahan mentah atau bahan baku, sumber daya energi, iklim dengan segala macam proses alamiahnya. Subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri meliputi komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintah, transportasi, dan komunikasi, konsumen dan pasar.

9 Berdasarkan semua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya industri merupakan bagian dari proses produksi yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, sehingga menjadi barang yang memiliki kegunaan dan nilai tambah untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. b. Klasifikasi Industri Menurut Pujoalwanto (2014:215), untuk mengetahui macammacam industri dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, pengelompokan industri yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian. 1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri ekstraktif, yaitu yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya industri hasil perikanan, industri, hasil kehutanan, industri hasil pertanian. b) Industri non ekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil industri lain. Misalnya industri kayu lapis, industri kain. c) Industri fasilitatif atau disebut juga industri tersier yang kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya perbangkan, perdagangan, angkutan dan pariwisata 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Industri rumah tangga batu bata memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri. Pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya atau masih ada hubungan saudara. Misalnya industri kerajinan, industri bahan bangunan sederhana, industri

10 makanan ringan. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar. a) Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki ketrampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya industri konveksi, industri border, dan industri keramik. b) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki ketrampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan, misalnya industri tekstil, industri mobil, industri besi baja. 3. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman. b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya industri permintalan benang, industri ban, industri baja dan industri tekstil. c) Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara

11 langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. 4. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha Keberadaan suatu industri menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri berorientasi pada pasar, yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen. Industri berorientasi pada tenaga kerja, yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya. b) Industri berorientasi pada pengolahan, yakni industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. c) Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya industri batu bata berdekatan dengan bahan baku tanah liat, industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, industri gula berdekatan lahan tebu. 5. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi. Berdasarkan proses produksinya industri dibedakan menjadi: a) Industri Hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya industri kayu lapis, industri alumunium, industri permintalan, dan industri baja. b) Industri Hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya industri

12 pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif dan industri mebel. 6. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan. Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri besar, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya. Misalnya industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan b) Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi. Misalnya industri obat-obatan, industri makanan dan industri minuman. Menurut Departemen Perindustrian Arsyad (2010:454), industri nasional di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: 1. Industri Dasar Meliputi kelompok industri mesin dan logam (IMDL) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). IMLD meliputi: industri mesin pertanian, elektonik, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga, dan sebagainya. Yang termasuk dalam IKD, yaitu industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri semen, industri batubara, industri silikat, dan sebagainya. Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya. 2. Industri kecil Meliputi industri langsung, yaitu: industri pangan (makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil,

13 pakaian jadi, serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan ( industri kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastic dan lain-lain), industrigalian bukan logam, dan industri logam ( mesin- mesin) listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam, dan sebagainya) Kelompok industri kecil ini mempunyai misi untuk melaksanakan pemerataan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan sederhana, dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan pasar dalam negri dan pasar luar negri (ekspor) 3. Industri hilir Melompok aneka industri atau (AI) yang meliputi, yaitu : industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil tambang, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal, dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan teknologi maju Menurut Dianjung (1984:171), tenaga kerja yang digunakan dalam industri rumah tangga merupakan tenaga kerja yang terbagi dalam: 1) buruh harian tetap, yaitu buruh yang telah mempunyai keahlian dalam pembuatan batu bata, serta pekerjaannya telah menetap pada satu pemilih usaha batu bata, 2) buruh borongan tetap, yaitu buruh yang mempunyai ketrampilan cukup ahli dalam pembuatan batu bata, serta menetap pada satu pemilik usaha batu bata. 3) buruh borongan, yaitu buruh yang mempunyai ketrampilan tertentu dalam bidang pekerjaan batu bata.

14 c. Teori Lokasi Industri Lokasi merupakan letak suatu tempat diatas permukaan bumi. Lokasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Faktor-faktor yang ikut menentukan berdirinya industri di suatu wilayah yaitu faktor ekonomis, historis, manusia, politis dan geografis. Teori lokasi adalah ilmu yang mempelajari tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Teori lokasi membantu memecahkan masalah penentuan lokasi, khususnya industri maupun kepentingan lain. Menurut ahli ekonomi regional/geographer dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisi adalah datar dan kondisinya di semua arah adalah sama. Kegunaan teori lokasi adalah untuk mendapatkan perusahaan atau lokasi ekonomis yang baik. Beberapa teori lokasi yang berkembang diantaranya 1) Teori lokasi industri dari Weber (least cost location), 2) Teori lokasi optimal dari losch, 3) Teori lokasi memaksimumkan laba. 1). Teori Lokasi Industri Dari Weber (Least Cost Location) Teori lokasi pertama dikemukakan oleh Alfred Weber. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum Tarigan (2012:96).

15 Dalam perumusan modelnya, Weber bertitik tolak pada asumsi bahwa: 1. Unit telaah adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogen konsumen yang terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna. 2. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu bara tersedia di mana-mana (ubiquitous) dengan jumlah yang memadai. 3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara (sporadic) dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas. 4. Tenaga kerja tidak (ubiquitous) tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas. Berdasarkan asumsi diatas biaya transportasi dan biaya upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang secara fundamental menentukan pola lokasi dalam kerangka geografis. Menurut Weber, biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi sedangkan kedua faktor lainnya merupakan faktor yang dapat memodifikasi lokasi. Titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat lokasional adalah berat total barang berupa input yang harus diangkut ke tempat produksi untuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output yang akan dibawa kepasar. Ada kemungkinan sumber berbagai barang baku dan pasar berada pada arah yang berbeda. dalam hal ini, lokasi biaya transportasi termurah adalah pada pertemuan dari berbagai arah tersebut. Weber memberikan konsep yang dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau locational triangle

16 Konsep ini dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau locational triangle seperti terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini: Gambar : locational triangle dari Weber X P a T M 1 b c M 2 Z Sumber: Tarigan, (2012:97) Keterangan: T = Lokasi optimum M 1 dan M 2 = Sumber bahan baku P = Pasar X,Y,Z = Bobot input dan output A, b, c = Jarak lokasi inputdan output Pada gambar tersebut lokasi bahan baku terletak di M 1 dan M 2 dan pasar berada pada arah yang lain. Dengan demikian terdapat tiga arah lokasi sehingga ongkos angkutan termurah adalah pada pertemuan dari tiga arah tersebut. Weber merumuskan indeks material (IM) sebagai berikut. IM = Apabila IM > 1, perusahaan akan berlokasi dekat dengan bahan baku dan apabila IM < 1, perusahaan akan berlokasi dekat pasar. Biaya tenaga kerja adalah faktor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi industri. Hal ini dapat terjadi apabila penghematan biaya tenga kerja per unit produksi lebih besar daripada tambahan biaya transportasi per unit produksi yang dapat mendorong berpindahnya lokasi ke dekat sumber tenaga kerja.

17 2). Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch August Losch menerbitkan sebuah buku yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa ingris dengan judul The Economic of Location. Apabila Weber melihat persoalan dari sisi produksi maka losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar). Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar. Banyaknya pemerintah kota yang melarang industri berada di dalam kota, dengan demikian, lokasi produksi harus berada di pinggir kota atau di luar kota tetapi dengan membuat kantor pemasaran di dalam kota. Dalam arti kata memanfaatkan ruang (range) atau wilayah pengaruh dari kota tersebut. Perkembangan wilayah pasar dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini : Gambar 2.2 Perkembangan Wilayah Pasar a) b) c) Sumber: Djoldjoeni, (1992:79) a) Pusat-pusat wilayah perdagangan berbentuk lingkaran terletak di titik-titik produksi b) Wilyah- wilayah perdagangan diperluas; yang berwarna gelap itu wilayah yang tidak dilayani c) Heksagonal-heksagonal itu mencerminkan bentuk wilayah perdagangan yang paling efisien

18 Setiap pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasaran seluas-luasnya. Jika wilayah pasaran akan bertindih dengan wilayah pasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, karena itu akan mengurangi pendapatannya. Sebagai akibat dari pemikiran itu di dalam wilayah datar itu akan tersebar pabrik-pabrik secara merata dan saling bersambungan, dan terbentuk suatu heksagonal. Pada skala yang lebih besar, pabrik-pabrik dalam diagram masing-masing memiliki suatu hinterland yang heksagonal bentuknya. Sudah semestinya bahwa kemudian tiap produk akan memiliki permintaannya sendiri. Jadi berlainan pabrik, berlainan pula luas wilayah pasarannya karena mengikuti kelainan kompleks industrinya. 3). Teori Lokasi Memaksimumkan Laba Teori Weber hanya melihat sisi produksi, hanya melihat lokasi yang memberikan ongkos terkecil sedangkan sedangkan teori Losch hanya melihat sisi permintaan, melihat pada penjualan maksimal yang dapat diperoleh. Kedua pandangan itu perlu digabungkan, yaitu dengan mencari lokasi yang memberikan keuntungan maksimal setelah memperhatikan lokasi yang menghasilkan ongkos terkecil dan lokasi yang memberikan penerimaan terbesar. Dengan mengintroduksi konsep average cost (biaya ratarata) dan average revenue (penerimaan rata-rata). Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva average cost (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Disisi lain dapat pula dibuat kurva average revenue yang terkait dengan lokasi. Kemudian kedua kurva itu digabungkan dan di mana terdapat selisih average renever dikurangi average cost adalah tertinggi, itulah lokasi yang memberikan keuntungan optimal. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar 2.3 berikut ini:

19 Gambar 2.3 Lokasi Yang Memberikan Keuntungan Maksimal AC AR A B C Sumber: Tarigan, (2012:102) Keterangan: AC : Average Cost (biaya rata-rata) AR : Average Renever (penerimaan rata-rata) Lokasi yang memberikan keuntungan adalah antara A dan C dan yang optimal adalah pada titik B. Lebih kiri dari titik A atau lebih ke kanan dari titik C perusahaan akan menderita kerugian. Di antara pasangan tersebut kita dapat memilih selisih positif terbesar apabila average revenue dikurangi average cost Smith (1956) dalam Djaljoeni (1992:20), telah membuktikan hipotesis bahwa industri-industri yang lose weight (barang jadinya berbobot lebih ringan daripada bahan mentahnya dalam proses fabrikasinya), akan berlokasi mendekati sumberdaya bahan mentah dah ini hanyalah benar di Inggris. Telaah lainnya memusatkan dari pada perkembangan industri tunggal dan keseimbangan medan lokasinya yang berubah Dari berbagai pandangan yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecuali untuk kegiatan yang memang harus berada pada lokasi bahan baku (pertambangan dan pertanian) maka kegiatan industri sebaiknya memperhatikan lokasi yang dekat dengan pasar, namun akses untuk mendapatkan bahan baku juga cukup lancar.

20 Menurut Perroux dalam Arsyad ( 2010: 444), jika ditinjau dari aspek lokasi, pembangunan ekonomi daerah seringkali tidak merata dan cenderung terjadi proses aglomerasi (pemusatan) pada daerah-daerah pusat pertumbuhan. Dalam hubungannya dengan pasar, maka industri dapat dibedakan ke dalam tiga golongan, yaitu : 1) Industri yang dekat dengan bahan baku (resources-based industry), misalnya industri makanan dan jenis-jenis industri yang mengolah hasil pertanian. Dalam hal ini, menarik tidaknya suatu daerah ditentukan oleh ketersediaan bahan mentah yang dibutuhkan industri di daerah tersebut. 2) Industri yang dekat dengan pasar produksi (market oriented industry). Dalam hal ini, kedekatan secara geografis dengan pasar merupakan sesuatu hal yang menarik bagi industri. Industri yang termasuk dalam golongan ini yaitu terdiri dari industri bahan makanan yang tidak tahan lama dan industri jasa. 3) Industri yang letaknya netral terhadap pasar maupun terhadap bahan mentah (foot loose industry), umumnya terdiri dari industry pengolahan dimana efisiensinya tidak tergantung pada berbagai fasilitas yang terdapat di daerah tersebut seperti kebiasaan bergerak dan sebagainya. d. Faktor Faktor Produksi Industri Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi berdirinya industri antaranya faktor. Menurut Mubyarto (2000:115), modal diperlukan untuk membeli bahan baku, alat-alat produksi, bahan bakar, pembayaran tenaga kerja, transportasi. Menurut Robinson (1979) dalam Daldjoeni (1992:58), faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya sebuah industri disuatu wilayah diantaranya adalah: bahan baku, tenaga kerja, sumberdaya tenaga, pemasaran, suplai air dan transportasi. Jadi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi berdirinay suatu industri di suatu wilayah antara lain: 1) Modal, 2)

21 Bahan baku, 3) Tenaga tenaga, 4) Sumberdaya tenaga, 5) Pemasaran, 6) Suplay air, dan 7) transportasi. Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1). Modal Modal adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan didalam sebuah perusahaan salah satu yang utama didalam perusahaan. Modal adalah segala sesuatu yang diberikan dan dialokasikan kedalam suatu usaha atau badan usaha yang digunakan untuk pondasi dalam menjalankan apa yang diinginkan, yang dimana modal tersebut adalah dapat berupa modal yang langsung dapat digunakan, modal tidak langsung, dan juga dari eksternal atau internal perusahaan. Modal internal perusahaan segala sesuatu yang ditanamkan oleh perusahaan yang dimana untuk menghasilkan sesuatu pendapatan yang persenannya berdasarkan besarnya modal yang ditentukan oleh perusahaan. Modal eksternal yaitu segala modal yang dimiliki perusahaan dan besarnya modal juga ditentukan oleh perusahaan yang didapat dari persetujuan pasar modal. Menurut Mubyarto (2000:115), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi lainnya digunakan untuk menghasilkan barang-barang baru, dalam hal ini adalah hasil produksi. Modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Modal tidak bergerak (modal tetap), merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan dan mesin-mesin yang digunakan b) Modal bergerak (modal variabel), biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dipakai dalam satu kali proses produksi. Modal bergerak dapat berupa biaya yang

22 dikeluarkan untuk membeli bahan baku atau bahan-bahan penunjang produksi. Mulyadi (2003:197), modal usaha industri rumah tangga kebanyakan berasal dari keuangan pribadi yang menyebabkan modalnya terbatas. Dengan modal yang terbatas industri rumah tangga sulit untuk berkembang menjadi yang lebih besar dan bersaing dipasar bebas dengan modal yang terbatas industri rumah tangga batu bata juga kesulitan dalam alih teknologi karena keterbatasan untuk membeli peralatan untuk menunjang peningkatan produksi batu bata. Modal yang terbatas ini dapat dilihat dari modal yang digunakan untuk sekali produksi saja, jika tidak laku tidak melakukan produksi lagi atau membuat stok batu bata lagi. 2) Bahan Baku Menurut Daldjoeni (1992:59), selain lokasi, industri juga terkait dengan bahan baku, bahan baku merupakan bahan utama dalam proses produksi sangat berguna untuk pembuatan suatu barang. misalnya untuk industri rumah tangga batu bata membutuhkan bahan baku berupa lempung, tanah lempung yang digunakan harus memenuhi sifat plastis dan kohesif sehingga dapat mudah dibentuk, lempung yang memiliki nilai plastis yang tinggi dapat menyebabkan batu bata pecah saat dibakar. Menurut Shalahuddin (2010:135), lempung untuk bahan baku pembuatan batu bata harus mempunyai tingkat pelastisan plastis dan agak plastis, dari indeks keplastisannya lempung untuk batu bata mempunyai tingkat keplastisan 25%-30%. Menurut Kuncoro (2004: 213), industri pedesaan di Indonesia pada umumnya merupakan industri yang dominan, baik dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang terserap, nilai ekspor, maupun potensinya mengingat bahan baku yang masih cukup melimpah.

23 3). Tenaga Kerja Tenaga kerja ialah besarnya bagian dari penduduk yang dapat ikut serta dalam proses ekonomi. Suplay tenaga kerja menyangkut dua segi: kuantitatif, artinya banyaknya orang yang direkrut dan kualitatif yaitu berdasarkan ketrampilan tekniknya. Tambunan (2012:34), kunci keberhasilan dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM) yaitu pada karakteristik biaya produksi yang rendah, rendahnya biaya produksi disebabkan oleh pemakai para anggota keluarga sebagai pekerja tidak dibayar. Menurut Adam Smith tiga alasan pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja diantaranya yaitu: 1) Pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan memaksa setiap setiap tenaga kerja untuk lebih berkonsentrasi pada bidagnya dan melalui proses learning by doing pada akhirnya kemahiran (expertise) pada bidang tersebut akan tercipta sehingga pada akhirnya produktivitas akan meningkat. 2) pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan mengurangi waktu yang terbuang dalam proses perpindahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya sehingga produktivitas juga akan meningkat. Dan 3) pembagian kerja dan spesialisasi yang naik akan merangsang diteukannya teknologi baru yang mampu meningkatkan produktivitas tiap satuan inputnya Arsyad linkolin (2010:75). 4). Sumberdaya Tenaga Sumberdaya tenaga ini menyangkut apa yang digunakan pada saat produksi contoh tenaga air atau pelistrikan untuk menggerakkan mesin. Dapat pula bahan penggeraknya berupa petroleum atau gas karena mesin dapat berputar dengan menggunakan bahan penggerak. 5). Pasaran/pemasaran Tujuan dari perindustrian adalah memproduksi barang-barang untuk dijual dan untuk di pasarkan. Pemasaran tergantung dari dua hal: luasnya pasaran, artinya: banyaknya penjual belian atau omzet pasarannya (the possible purchasers) dan di samping itu kuatnya

24 pasaran (the purchasing power of the market) khusus ini tergantung lagi dari tarif hidup para pelanggannya. Pemasaran merupakan salah satu konsep marketing yang sangat dibutuhkan oleh pengusaha. Baik pengusaha yang masih baru maupun pengusaha yang telah lama dirintis, baik pengusaha kecil maupun pengusaha yang telah berkembang sekalipun. Semuanya membutuhkan konsep marketing yang merupakan kunci dalam mengembangkan usaha yang dijalankannya. Strategi pemasaran produk masih menjadi masalah yang banyak dihadapi oleh usaha kecil yang saat ini banyak bermunculan.. Salah satu cara yang dapat ditempuh pengrajin kecil untuk mengembangkan usahanya adalah dengan fokus pada strategi pemasaran yang sederhana. Menurut Wijayanti (2012:59), cara mengatasi pemasaran dengan anggaran terbatas yaitu: a) Bekerjasama dengan pengusaha atau rekan kita dengan upaya pemasangan iklan. Hal ini dapat mengurangi biaya pengeluaran perusahaan. Karena dengan memasang iklan kepada teman, lebih cenderung dibuat pembayaran dalam konteks kekeluargaan. Secara tidak langsung harga pemasangan iklan dapat relatif lebih murah dibandingkan jika di biro periklanan pada umumnya. b) Mencoba mengirimkan penawaran produk kepada pihak-pihak yang terlibat. Dalam berbinis, media lain yang dapat membantu strategi pemasaran adalah kontraktor. Dengan cara memberi potongan harga untuk paket pembelitian tertentu, akan menambah minat kontraktor untuk memasok batu bata dari pabrik. c) Perkenalkan produk dan usaha melalui media gratis. Hal tersebut akan membantu pengusaha dalam meminimalisir anggaran pemasaran melalui biro iklan, pamphlet, brosur. Misalnya saja, promosi melalui jasa internet, sebagai contoh

25 membuat blog untuk produk yang diproduksi. Hal tersebut mempermudah konsumen tentang produk yang kita tawarkan. d) Melibatkan lingkungan, dengan melibatkan lingkungan yang ada disekitar usaha kita, dapat dijadikan sebagai salah satu cara publikasi gratis kepada masyarakat sekitar. Produksi dapat dikenal, dinilai dan dipakai. 6). Suplay air. Industri amat memerlukan persediaan air. misalnya industri batu bata memerlukan suplai air dalam proses pembuatan batu bata. 7). Fasilitas transportasi. Transportasi lewat darat, air atau udara amat diperlukan bagi industri. Ini bertalian dengan dua hal, pertama usaha mendatangkan bahan mentah dan yang kedua usaha pelemparan produksi ke pasaran. e. Faktor Penghambat Keberhasilan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Perkembangan usaha rumah tangga, kecil, menengah di negara sedang berkembang dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatanhambatan tersebut bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lain, atau antara perdesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau sesama perusahaan disektor yang sama. Namun demikian, ada jumlah persoalan yang umum untuk semua usaha mikro, kecil, menengah di negara manapun juga, khususnya di dalam kelompok negara sedang berkembang. Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kalitas sumber daya rendah)

26 Survey Badan Pusat Statistik 2003 dan 2005 terhadap usaha mikro kecil dan usaha kecil di industri manufaktur menunjukkan permasalahan-permasalahan klasik kelompok usaha di Indonesia. Permasalah utama yang dihadapi adalah keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran Tambunan, (2012:52). Dalam hal pemasaran, usaha mikro, kecil, menengah pada umumnya tidak mempunyai sumber-sumber daya untuk mencari mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka sendiri. Sebaliknya mereka sangat tergantung pada mitra dagang mereka misalnya pengumpul untuk memasarkan produkproduk mereka, atau tergantung pada konsumen yang datang langsung ke tempat-tempat produksi mereka. Bagi masyarakat miskin industri rumah tangga memang sangat penting sebagai sumber pendapatan utama atau tambahan. Pendapatan/ penghasilan di industri rumah tangga pada umumnya rendah, Data BPS mengenai industri rumah tangga di Indonesia menunjukkan bahwa memang memang sebagian besar pengusaha dan pekerjanya di industri rumah tangga hanya berpendidikan sekolah dasar (SD) Tambunan (2012: 205). Menurut Wijayanti (2012:15), dalam menjalankan usaha, kita tidak lepas dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam kelancaran usaha, faktor penghambat perlu sekali diperhatikan agar dapat menyiasatinya, faktor penghambat kelancaran usaha antara lain: a. modal, b. teknologi yang kurang memadai, c. cuaca yang kurang mendukung.

27 2. Tenaga Kerja a. Pengertian dan klasifiasi tenaga kerja Pasal 1 UU No 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok tenaga kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang-barang / jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Ricky dan Ronal (2006:9), orang yang bekerja untuk suatu bisnis selain disebut sebagai tenaga kerja juga disebut sebagai sumber daya manusia, tenaga kerja mencangkup konstribusi orang-orang, baik secara fisik maupun intelektual, saat berlangsungnya proses produksi di dalam perekonomian. Menurut Bagoes (2000:225), tenaga kerja ialah besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikut sertakan dalam proses ekonomi. Pada awalnya banyak indikator yang digunakan untuk mengukur keterlibatan dalam kegiatan ekonomi, utamanya ekonomi upah, artinya kegiatan tersebut harus menghasilkan barang dan atau jasa yang berguna bagi masyarakat. Menurut ILO bahwa seseorang dapat maupun belum dapat dilibatkan dalam kegiatan ekonomi didasarkan pada umur dan batasan umur ini diserahkan kepada setiap negara dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan kerja, mereka merupakan penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia), dan anak-anak Pujoalwanto (2014: 108). Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa. Tenaga kerja adalah besarnya bagian dari penduduk yang

28 dapat diikut sertakan dalam proses yang mampu melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penduduk usia kerja di Indonesia adalah penduduk berumur 15 sampai dengan 64 tahun. Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang, dengan maksut memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Menurut Pujoalwanto (2014:108), secara umum tenaga kerja dapat dipilih berdasarkan batasan kerja dan kualitas: a. Berdasarkan batas kerja, tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari kerja. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas yang kegiatannya hanya sekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Kategori ini adalah anak yang sedang menempuh pendidikan, dan ibu rumah tangga. b. Berdasarkan keahliannya ada tiga kategori tenaga kerja yaitu: 1). Tenaga kerja terdidik, 2) Tenaga kerja terampil, 3) Tenaga kerja tidak terdidik. 1. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan non-formal. 2. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalamn kerja. 3. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja.

29 Penduduk dalam konsep ketenagakerjaan dapat dipetakan sebagai berikut: Gambar 2.4 Skema Pengolongan tenaga kerja Penduduk Tenaga kerja Bukan tenaga kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Pelajar/Mahasisw a Ibu Rumah Tangga Pekerja Pengangguran Sumber: Sumanto, (2013:18) Penerimaan Pendapatan Lain Dalam membahas tenaga kerja tidak lepas dari pengganguran, tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran. Edwards dalam Arsyad (2010:359), mengklasifikasikan pengangguran menjadi lima jenis pengangguran yaitu: 1. Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik), maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja namun tidak memperoleh pekerjaan). 2. Setengah pengganguran (under employment): yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka mampu untuk kerjakan. 3. Tampaknya bekerja namun tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran, yang termasuk disini adalah:

30 a. Pengangguran tidak kentara (disguised un employment): yaitu para petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh. b. Pengangguran tersembunyi (hidden un employment): yaitu orang yang bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya. c. Pension lebih awal, fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalangan pegawai pemerintah. Beberapa Negara, usia pension dipermuda sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi kaum muda untuk dapat menduduki jabatan di atasnya. 4. Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, namun intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan 5. Tenaga kerja yang tidak produktif: yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif, namun karena sumberdaya komplementernya kurang memadai, maka mereka tidak dapat menghasilkan sesuatu dengan baik b. Karakteristik Usaha dan Pengusaha Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karakteristik merupakan pengembangan kata dasar karakter. karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dan orang lain, sedangkan karakter sendiri adalah cirri-ciri khusus mempunyai sifat khas sesuai perwatakan. Karakteristik usaha mikro adalah sebagai berikut: 1. Umumnya sebagai mata pencaharian pokok 2. Umumnya tergolong angkatan kerja produktif 3. Tingkat pendidikan mereka umumnya relatif rendah 4. Sebelum menjadi pekerja industri umumnya petani atau buruh 5. Kebanyakan memakai bahan baku lokal dan uang sendiri

31 6. Dijalankan oleh pemilik tidak menerapkan pembagian tenaga kerja 7. Umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok berpendapatan rendah. Menurut Tambunan (2012:7), karakteristik pengusaha dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status pekerjaan dan tingkat pendidikan. Data tentang umur dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah seseorang dalam hal ini pengusaha maupun tenaga kerja industri batu bata termasuk dalam usia produktif atau tidak produktif. Menurut Pujoalwanto (2014:108), struktur penduduk menurut umur dikelompokkan sebagai berikut: a). Umur 0-14 tahun (usia belum produktif) b). Umur 15-64 tahun (usia produktif atau usia kerja) c). Umur 65 tahun (usia tidak produktif) Berdasarkan data BPS untuk tahun yang sama, jumlah umkm menurut sub- kelompok usaha dan kelompok umur pengusaha dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Jumlah UMKM Menurut Sub- Kelompok Usaha dan Kelompok Umur Pengusaha, Tahun 2006 Kelomok Umur UMI UK UM UMKM <25 6,21 3,07 1,01 5,22 26-30 11,65 8,33 3,94 10,54 31-35 15,55 13,38 10,09 14,82 36-40 18,12 18,84 14,43 18,22 41-45 16,10 18,30 17,56 16,74 >45 32,36 38,09 52,98 34,46 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Rata-rata umur 41,23 43,14 46,69 41,90 Sumber : (BPS Tahun 2006) Keterangan: UMI = usaha mikro UM = usaha menengah UK = usaha Kecil UMKM = usaha mikro kecil menengah

32 Tabel 2.1 struktur umur pengusaha UMKM menurut kelompok umur menunjukkan bahwa lebih dari (34,5 %) pengusaha UMKM berusia dibawah 25 tahun. Secara rata-rata pengusaha UMKM berusia 49,9 tahun. Selanjutnya sebagian besar dari jumlah pengusaha dari kategori UMI berumur diats 45 tahun dengan rata-rata umur 41,2 tahun. mengidentifikasikan bahwa pengusaha UMK cenderung lebih muda daripada pengusaha UM. Hal ini terjadi karena UM merupakan suatu usaha yang memerlukan modal lebih banyak, berpengalaman dan berwawasan dibandingkan UMK. Perbedaan antara UMKM dan UB juga bisa dilihat menurut status pekerjaan di UB tidak ada pekerja yang tidak dibayar, di UMKM, banyak pekerja yang tak dibayar. Misalnya, untuk tahun 2006, data dari BPS menunjukkan jumlahnya mencapai 43,7 %. Komposisi tenaga kerja tidak dibayar memiliki kecenderungan berbanding terbalik dengasn skala usaha, yang artinya semakin besar skala usaha semakin kecil komposisi tenaga kerja tanpa upah. Sebagian besar pengusaha mikro terlibat langsung sebagai tenaga kerja dalam menjalankan usahanya atau banyak yang melibatkan anggota keluarganya sebagai tenaga kerja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulyadi (2003: 85), bahwa menggunakan status pekerjaan utama untuk pengelompokan sektor formal dan sektor informal. Mereka yang berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga, dan pekerjaan keluarga dimasukkan ke dalam sektor informal. Mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan dan berusaha dengan dibantu buruh tetap dimasukkan ke dalam sektor formal. Perbedaan jenis kelamin antara UB dan UMKM menyangkut pengusahanya. Berdasarkan data BPS tercatat hampir 29 persen pada tahun 2006. UMK, yang sebagian besar terdapat di sektor informal, peran wanita pengusaha lebih besar. Di UM Tingkat partisipasi wanita sebagai pengusaha hanya sekitar 16,25%, sedangkan di UM dan UK, masingmasing 31,9 dan 22,67%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya

33 korelasi positif antara tingkat partisipasi wanita sebagai pengusaha dan skala usaha. Ini berarti semakin besar skala usaha semakin sedikit wanita pengusaha. Perbedaan antara UB dan UMKM juga dapat dilihat pada tingkat rata-rata pendidikan formal pengusaha. Di UMI jumlah pengusaha yang berpendidikan sekolah dasar lebih banyak dibandingkan di UMK struktur pengusaha menurut pendidikan formal ini memberikan kesan bahwa semakin besar skala usaha rata-rata pendidikan pengusaha juga semakin tinggi. Menurut Imron dan Wibowo (2006:119), karakteristik pengusaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha salah satunya adalah pengalaman pengusaha (lama usaha). Pengalaman pengusaha sanagat penting karena dalam setiap mengelola usahanya mereka harus menguasai tata cara pengelolaan usahanya termasuk pengelolaan pelangan. Berdasarkan uraian diatas maka karakteristik pengusaha antara lain umur, jenis kelamin, status pekerjaan dan tingkat pendidikan dan lama usaha c. Teori Pasar Tenaga Kerja Dalam teori Keynes, Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai pandangan klasik dimana para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah Mulyadi (2003:9). Kaum klasik percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (fully-employed). Dengan demikian dibawah sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kesediaan bekerja dengan tingkat upah lebih rendah akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja lebih banyak. Keynesia berpandangan bahwa tambahan penduduk sekedar sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga berdampak naiknya daya beli. Selain itu, dengan adanya kenaikan jumlah penduduk, maka akan diiringi adanya kemajuan, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan

34 permintaan tenaga kerja. Secara umum produktivitas penduduk di negaranegara sedang berkembang adalah rendah, yang berdampak pada rendahnya produksi juga. Menurut Keynes peran pemerintah sangat diperlukan dalam membawa perekonomian kearah yang diinginkan. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa perekonomian tidak dapat menyesuaikan diri secara cepat dengan perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain disebabkan kekakuan harga-harga dan tingkat upah (price and wage rigidity), informasi yang tidak sempurna dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang menghambat proses mekanisme pasar. Sulitnya proses penyesuaian, Keynes percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat rendah dan untuk membawa perekonomian pada keseimbangan penuh diperlukan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. b. Daya Serap Tenaga kerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:327), daya serap adalah kemampuan untuk menyerap. Daya serap tenaga kerja dapat diartikan kemampuan dalam menyerap tenaga kerja. Daya serap tenaga kerja adalah kemampuan suatu usaha dalam mempekerjakan sejumlah tenaga kerja didalam usaha. Berdasarkan pergertian di atas daya serap tenaga kerja pada industri rumah tangga batu bata adalah kemampuan dalam menyerap tenaga kerja di sektor industri rumah tangga batu bata. Menurut Mulyadi (2003:41), daya serap tenaga kerja adalah kemampuan suatu badan/lembaga dalam menampung dan mempekerjakan sejumlah tenaga kerja didalamnya. Berdasarkan pergertian di atas daya serap tenaga kerja pada industri rumah tangga batu bata adalah kemampuan industri rumah tangga batu bata dalam menyerap tenaga kerja. Dalam dunia kerja dalam hal penyerapan tenaga kerja setiap sektor berbeda-beda untuk penyerapan tenaga kerja, misalnya tenaga kerja di sektor formal. Penyeleksian tenaga kerjanya di butuhkan suatu keahlian khusus, pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk bias bekerja pada

35 sektor formal. Pergeseran tenaga kerja ke sektor non-pertanian yang tidak diasadari denagan kekuatan ekonomi modern yang memadai, serta ketiadaan kompensasi bagi para pengangguran telah memaksa golongan usia keja untuk bekerja seadannya. Dalam hal ini sektor informal lebih berperan serta sifatnya lebih efisien dan menguntungkan, selain dapat menyalurkan tenaga kerja juga dapat menopang kehidupan masyarakat yang memiliki tingkat konsumsi rendah Mulyadi (2003: 85). Kegiatan sektor informal yang menonjol biasanya terjadi di kawasan yang sangat padat penduduknya, dimana pengangguran (unemployment) maupun pengangguran terselubung (disquised unemployment) merupakan masalah yang utama. Dengan kenyataan seperti ini limpahan tenaga kerja tersebut masuk ke dalam sektor informal, tetapi masih dipandang sebagai penyelesaian sementara karena di dalam sektor informal sendiri terdapat persoalan yang sangat rumit. Sektor informal menjadi penyangga dari transformasi struktur ketenagakerjaan yang unbalance. Ketika disadari bahwa sektor informal mampu memberikan konstribusi yang berarti, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kapasitas out put nya, maka cara pandang terhadap sektor ini mulai diubah. Sektor informal bukan lagi hanya sebagai tempat penampungan, tetapi juga menjadi alternatif komplementer terhadap sektor formal.. Perekonomian di sektor informal relatif dapat lebih mandiri. Karena pertumbuhan di sektor formal secara langsung memperbaiki kesejahteraan golongan ekonomi lemah, maka kemajuan dalam sektor informal sekaligus menaikkan pendapatan nasional (meskipun tidak banyak), dan memperbaiki distribusi pendapatan. Bila di sektor formal kurangnya permintaan dapat menyebabkan kelesuan perekonomian, di sektor informal permintaan akan selalu kuat, sebab barang dan jasa yang dihasilkan di sektor ini merupakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari. Industri rumah tangga memiliki konstribusi yang cukup besar dalam industri manufaktur dilihat dari sisi jumlah unit usaha dan daya

36 serap tenaga kerja, pada tahun 1990, dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 1,524 juta, ternyata 99,2% merupakan unit usaha rumah tangga. Industri kecil rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang, mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 67,3% dari total kesempatan kerja. Sumbangan nilai output industri kecil rumah tangga terhadap industri manufaktur hanya sebesar 17,8%. Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada industri rumah tangga memperlihatkan betapa pentingnya peran industri rumah tangga dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan. Data berdasarkan Sensus Ekonomi (1996 dan 2006), menunjukkan sekitar 99% jenis usaha bisnis di Indonesia tergolong sebagai industri kecil rumah tangga. selain dominasi dalam jumlah unit usaha, ternyata tenaga kerja yang diserap oleh industri kecil rumah tangga sekitar 59% dari total tenaga kerja yang diserap untuk sektor industri. Angka ini masih besar dibanding industri besar dan menengah yang hanya manampung tenaga kerja sekitar 41% Kuncoro (2010:190). Menurut Kuncoro (2007: 366), pada tahun 1999 dilihat dari presentase konstribusi tenaga kerja dan nilai tambah antar propinsi di Indonesia, Propinsi Jawa Tengah memiliki konstribusi paling besar dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia. Propinsi Jawa Tengah mampu menyerap tenaga kerja sebesar 26,66% dengan nilai tambah 20,60% dan pada tahun 2001 mampu menyerap tenaga kerja sebesar 26,72% dengan nilai tambah 21,51 c. Pendapatan Menurut Longenecker et al (2001: 207), pendapatan merupakan jumlah yang dihasilkan dari perusahaan selama periode tertentu, sering kali dalam waktu satu bulan atau tahun. Dalam bentuk dasarnya, pendapatan merupakan penjualan dikurangi biaya. Melalui pendapatan diperoleh besar keuntungan bisnis. Pendapatan dimulai dengan penerimaan penjualan, yang kemudian dikurangi harga pokok penjualan, atau biaya

37 produksi atau biaya perolehan barang atau jasa, untuk menghasilkan laba kotor. Biaya operasional terdiri dari biaya penjualan dan pemasaran dan biaya administrasi, dikurangkan dengan laba kotor untuk menentukan laba operasional (yaitu laba sebelum pajak dan biaya bunga). Pendapatan perusahaan dipengaruhi semata-mata oleh kegiatan yang terlihat dalam penjualan barang dan jasa perusahaan, memproduksi atau memperoleh barang atau jasa dan menjalankan bisnis, yang merupakan biaya operasional perusahaan. Menurut Sukirno (2012:383), dalam kegiatan perusahaan, pendapatan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembataran bunga, sewa tanah. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya adalah positif maka diperoleh keuntungan. Keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Metode perhitungan pendapatan, menurut Pujoalwanto (2014:81), metode perhitungan pendapatan sebagai berikut: a) Pendekatan hasil produksi Besarnya pendapatan dapat dihitung dengan mengumpulkan data tentang hasil akhir barang dan jasa untuk suatu unit produksi yang menghasilkan barang dan jasa. b) Pendekatan Pendapatan Pendapatan dapat dihitung dengan mengumpulkan data tentang pendapatan yang diperoleh oleh suatu rumah tangga. c) Pendekatan Pengeluaran Menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran rumah tangga. Menurut Dianjung (1984:171), perbedaan jumlah pekerja yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki jenis tenaga kerja yang sama

38 juga menyebabkan perbedaan pendapatan. Beberapa pekerjaan memberikan kebebasan yang besar pada seseorang untuk memilih jumlah jam kerja yang akan dikerjakan perhari atau perminggu. Dalam pekerjaan lain jumlah jam kerja berada di luar pegendalian seseorang. Sumber yang sama dalam penggunaan yang berbeda, perbedaan umur, perbedaan daya tahan, perbedaan kelembagaan, kebiasaan dapat menyebabkan perbedaan jumlah jam kerja dan selanjutnya mempengaruhi perbedaan pendapatan pemilik sumber. Terdapat perbedaan harga yang dibayar untuk jasanya dan perbedaan jumlah jam yang dapat dijual pada umumnya menyebabkan perbedaan pendapatan. Biasanya terdapat korelasi umur anggota suatu kelompok dengan pendapatannya. Mutu pekerjaan cenderung meningkat dengan pengalaman yang diperoleh. Tambunan (2012:54), peranan industri menyebabkan meluasnya peluang kerja yang ada pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). d. Industri Rumah Tangga Batu Bata Industri rumah tangga mempekerjakan 1-4 orang. Dalam penelitian ini batu bata yaitu industri kerajinan yang kegiatannya mengolah tanah menjadi batu bata. Pesatnya kebutuhan akan batu bata, maka komoditas batu bata menjadi prospek yang bagus sebagai peluang usaha. Bahan baku pembuatan batu bata cukup mudah didapat yaitu tanah liat, proses pembuatan batu bata juga relative mudah, biaya investasipun murah. Bahan baku pembuatan batu bata cukup mudah didapat, kita hanya perlu tanah liat Wijayanti (2012: 3). Peluang usaha untuk pembuatan batu bata sangatlah baik, setiap rumah atau tempat tinggal pada umumnya pembangunan menggunakan batu bata sebagai bahan dasar. Bangunan-bangunan seperti gedunggedung tinggi, pabrik, perumahan, pagar, saluran air dan bahan bangunan lainnya juga menggunakan batu bata. Pesatnya pembangunan sektor perumahan dan properti menjadikan kebutuhan terhadap batu