PREFERENSI RESPONDEN TERHADAP KARAKTER GABAH, BERAS, DAN NASI VARIETAS UNGGUL BARU PADI (Studi Kasus Responden Pegawai Negeri Sipil pada Lembaga Penelitian dan Diseminasi) Wage R. R. 1), Iskandar I. 2), S. Ramdhaniati 2), Ratna Sari 2), F. Perdhana 2), dan Novilia Santri 3) 1) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jl. 9 Sukamandi. Subang-Jawa Barat, Kode Pos 41256. Tel./Fax. +62 260 529751/ +62 260 529753 E-mail: wagebptpjabar@gmail.com 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jl. Kayuambon No.80 Lembang, Bandung Barat 40391 3) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. ZA. Pagar Alam No. 1A, Bandar lampung 35145 E-mail: novilia_santri@yahoo.co.id ABSTRAK Informasi tentang tingkat preferensi untuk varietas padi baru di tingkat diseminasi penting untuk diketahui sebelum disebarluaskan kepada konsumen. Hal itu dilakukan untuk memastikan diterimanya satu atau lebih varietas tersebut pada tingkat konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat preferensi terhadap berbagai varietas padi baru pada tingkat diseminasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 dengan menggunakan metode hedonik untuk varietas berdaya hasil tinggi yakni Inpari 3, 4, 6, 9, 10, 13, 14, dan Inpara 5 (kontrol). Penelitian ini dilakukan pada 30 responden PNS di Kementaerian Pertanian Jawa Barat, yang terdiri dari peneliti, penyuluh, teknisi dan staf strukutural. Penelitian ini melihat bahwa sebagian besar responden lebih memilih Inpari 10 dibandingkan dengan varietas lain karena jenis dan ukuran butir, serta warna dan rasa nasi masak. Inpari 3 disukai karena bentuk beras dan aroma beras masak. Inpari 4 lebih disukai karena warna gabah dan ukuran berasnya. Inpari 9 lebih disukai karena warna berasnya. Kata kunci: berbagai tinggi unggul, padi, preferensi, responden penyebar ABSTRACT Information about preferences level for new rice variety in disseminator level is important to be known before its disseminated to consumer. It was to make sure that the variety will accepted at least one or more on consumer level. So that, the primary study for knowing level of preference for new rice variety on disseminator level was needed. This study was conducted in December 2012 by using hedonic method for high yielding variety i.e. Inpari 3, 4, 6, 9, 10, 13, 14, and Inpara 5 (control). The study was conducted to 30 respondents of civil servants in the Ministry of Agriculture of West Java, consisting of researchers, extension workers, technicians and strukutural staffs. The research saw that most of respondent prefer Inpari 10 than others because of the type and size of grain, color and taste of cook rice. Inpari 3 was preferred because of the texture and aroma of cook rice. Inpari 4 was preferred because of the color of grain and size of polished rice. Inpari 9 was preferred because of the color of polished rice. Key words: high yielding variety, paddy, preferences, respondent disseminator 402
PENDAHULUAN Preferensi atau derajat kesukaan atau tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu varietas padi menjadi salah satu indikator yang penting untuk diketahui dan dipertimbangkan pemulia tanaman dalam rangka mengusulkan suatu genotipe agar dapat dirilis menjadi varietas unggul baru (VUB), selain karakter hasil tinggi dan karakter ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu. Salah satu sasaran kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi yang dituangkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah mampu melepas (rilis) sejumlah VUB padi dalam tiap tahun. Namun demikian, dari seluruh VUB yang dirilis tersebut tidak semuanya dapat diterima dan disukai konsumen terutama karakteristik beras dan nasi-nya. Identifikasi preferensi konsumen terhadap karakter beras dan nasi-nya pada berbagai wilayah merupakan salah satu upaya untuk memperoleh informasi guna membantu pemulia tanaman padi agar lebih fokus dalam upaya perakitan varietas tanaman padi, sehingga dapat menghasilkan dan mendorong pengembangan VUB spesifik wilayah. Preferensi konsumen terhadap VUB biasanya dikaji pada tingkat diseminasi. Dari sejumlah VUB yang didiseminasikan akan terseleksi beberapa VUB yang disukai, baik dalam hal penampilan agronomis maupun mutu beras dan nasinya. Preferensi konsumen terhadap karakteristik gabah dan mutu beras merupakan indikator bagi produsen (pedagang) beras. Menurut Damayanti dan Purwani (1998), standar mutu beras merupakan kriteria yang mempunyai hubungan langsung dengan harga beras dan merupakan jaminan bagi produsen. Varietas unggul baru merupakan salah satu teknologi PTT. Teknologi yang diharapkan adalah teknologi yang adaptif. Seperti halnya yang dinyatakan oleh Saragih (2000), bahwa teknologi adaptif memiliki salah satu ciri yaitu secara sosial budaya dapat diterima. Preferensi konsumen harus positif sehingga teknologi tersebut diterima. Sebelum VUB disampaikan pada tingkat diseminasi sebaiknya perlu diketahui preferensi petugas diseminasi itu sendiri seperti peneliti, penyuluh, litkayasa dan pegawai di lembaga penelitian pertanian itu sendiri (disseminator). Penelitian ini bertujuan mengetahui penilaian dan preferensi responden disseminator terhadap VUB yang diperkenalkan pada kegiatan SL-PTT tahun 2012. 403
METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012. Penelitian dilakukan kepada 30 responden pegawai negeri sipil lembaga penelitian pertanian yang bergerak dibidang diseminasi. Responden berasal dari kelompok fungsional (peneliti, penyuluh dan litkayasa) sebanyak 17 responden dan non fungsional (staf struktural/pelaksana administrasi) sebanyak 13 responden. Bahan dan Metode Bahan yang digunakan adalah gabah, beras, dan nasi dari padi varietas Inpari 3, 4, 6, 9, 10, 13, 14, dan Inpara 5. Bahan penunjang di antaranya rice cooker, piring kecil, sendok, dan air minum. Metode yang digunakan adalah metode penilaian berdasarkan skala hedonic. Skala hedonic adalah skala penilaian yang terdiri dari beberapa tingkatan (sangat tidak suka = 1, tidak suka = 2, agak suka = 3, suka = 4, sangat suka = 5). Uji organoleptik dilakukan dengan menyajikan nasi kepada 30 responden. Sampel beras dan gabah disajikan dalam kemasan plastik dan dapat dilihat serta disentuh oleh responden. Pemasakan nasi dilakukan dengan cara dimasak di dalam rice cooker dengan perbandingan volume air dan beras yang sama pada tiap varietas padi yang diujikan (genangan air satu ruas dari bawah). Sampel nasi disajikan pada piring sampel kemudian responden diminta untuk menilai Data yang dikumpulkan berupa data hasil korganoleptik. Karakter yang dinilai oleh responden diantara keragaan tanaman (meliputi penilaian secara umum terhadap penampilan tanaman seperti tinggi, jumlah anakan produktif, dan malai), karakter gabah (bentuk, ukuran, dan warna gabah), kakter beras (bentuk, ukuran, dan warna beras), dan karakter nasi (tekstur, aroma, rasa, dan warna nasi). Data lain sebagai penunjang yaitu karakteristik responden yang terlibat. Kotler menyatakan (2000) bahwa harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor, di antaranya pengalaman berbelanja di masa lalu, opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan. Hal ini yang harus diperhatikan pada uji organoleptik, dimana antar responden tidak boleh ada kontak komunikasi dalam menilai obyek yang dinilai pada pengujian ini. 404
Pengolahan Data Data hasil uji organoleptik diolah dengan menggunakan program SPSS 20 dan Minitab 13. Petunjuk pengolahan dengan program SPSS 20 mengikuti Juknis SPSS 12 yang dijelaskan oleh Pratisto (2004). Analisis data menggunakan analisis non parametrik (test Friedman) untuk mengetahui perbedaan penilaian terhadap karakter yang sama antar varietasnya. Test Friedman cocok digunakan untuk uji-uji preferensi (Muharam, 2012). Apabila terdapat penilaian yang berbeda antara varietas diteruskan dengan metode perangkingan untuk mengetahui varietas yang paling banyak disukai. Test Friedman merupakan salah satu metode dari uji beberapa sampel berhubungan. Tes Friedman menguji bahwa H0 dari beberapa respon ordinal berasal dari populasi yang sama. Persyaratan dari penggunaan prosedur uji tersebut yaitu : data dari variabel numerik dan data berasal dari sampel acak dan tidak memerlukan asumsi bentuk distribusi tertentu. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan komposisi responden berdasarkan profesi, pendidikan, dan sebaran normal untuk variabel umur. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Minitab 13. Deskripsi data dalam bentuk diagram ven dan kurva normality test. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden yang mengikuti uji organoleptik terdiri dari 50% berjenis kelamin laki-laki dan 50% berjenis kelamin perempuan. Profesi responden terdiri dari 4 kelas, yaitu Peneliti sebanyak 35.71%, 10.71% Penyuluh, 10.71% Litkayasa, dan 42.86% Lain-lain (staf struktural/administrasi). Berdasarkan uji normalitas Anderson-Darling, sebaran umur responden adalah normal (P-value < 0.05) dengan nilai A-square 0.911, P-Value 0.018. Umur responden paling muda adalah 26 tahun dan yang paling tua 59 tahun. Umur yang frekuensinya dominan adalah umur 30 tahun dan 50 tahun. Sasaran dari uji organoleptik pada kajian ini adalah konsumen yang sekaligus pihak-pihak yang berkecimpung pada kegiatan desiminasi padi VUB seperti peneliti, penyuluh, dan litkayasa. Konsumen disini merupakan konsumen golongan menengah ke atas (melihat dari status pekerjaan). Sehingga dapat diketahui preferensi pada tingkat pelaku pertanian dan golongan menengah ke atas terhadap padi VUB. 405
Freq uency Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian Gambar 1. Karakteristik responden pada uji organoleptik. Histogram of umur, with Normal Curve 6 5 4 3 2 1 0 25 30 35 40 45 50 55 60 umur Gambar 2. Kurva normal sebaran populasi responden berdasarkan umur. Tabel 1. Uji normalitas kriteria umur populasi berdasarkan Anderson-Darling Varia bel Mean Median SD SE_mean Min Max Anderson-Darling normality test A-square P-value Keterangan Umur 39.71 39 10.18 1.92 26 59 0.911 0.018 Menyebar normal Berdasarkan hasil-hasil analisa diatas, diketahui bahwa karakteristik yang dimiliki mresponden adalah menyebar normal. Artinya, responden dapat mewakili populasi yang ada. Analisa-analisa tersebut sangat penting untuk validasi hasil uji preferensi apakah berlaku umum atau tidak. Berdasarkan uji 406
normalitas maka hasil analisa uji preferensi berlaku umum pada tingkat responden lembaga penelitian. Penilaian Responden Terhadap Gabah, Beras, dan Nasi Penilaian responden terhadap karakter bentuk dan ukuran gabah adalah suka dan agak suka. Mayoritas dari VUB dinilai suka oleh responden. Karakter warna gabah Inpara 5 tidak disukai oleh responden. Hal tersebut diduga akibat warna Inpara 5 tidak secerah warna gabah VUB lainnya. Mayoritas penilaian responden terhadap karakter bentuk beras VUB yang dinilai adalah agak suka. Responden menilai tidak suka untuk karakter ukuran dan warna beras Inpari 13, 14 dan inpara 5. Inpari 13 memiliki beras pecah yang cukup banyak. Inpari 14 dan inpara 5 memiliki list hitam dipunggung beras. Hal mengindikasikan bahwa inpari 14 dan inpara 15 perlu proses penyosohan yang lebih sempurna. Sedangkan inpari 13 perlu proses penyosohan yang dapat mengurangi beras pecah. Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa untuk Inpari 14 sangat disukai oleh responden petani mengenai keragaannya dilapang hal tersebut karena Inpari 14 mudah dirontokan dan memiliki umur tanaman yang hampir sama seperti Ciherang (Rohaeni et al., 2013). Tabel 2. Tingkat kesukaan responden terhadap karakter gabah padi dan beras Varietas Gabah Beras Bentuk Ukuran Warna Bentuk Ukuran Warna Inpari 3 Agak suka Agak suka Agak suka Suka Suka Suka Inpari 4 Suka Suka Suka Agak suka Suka Suka Inpari 6 Agak suka Suka Agak suka Agak suka Agak suka Agak suka Inpari 9 Suka Suka Suka Agak suka Suka Suka Inpari 10 Suka Suka Suka Suka Agak suka Suka Inpari 13 Agak suka Agak suka Agak suka Agak suka Tidak suka Tidak suka Inpari 14 Suka Suka Suka Tidak suka Tidak suka Tidak suka Inpara 5 Agak suka Agak suka Tidak suka Tidak suka Tidak suka Tidak suka Hasil penelitian Suismono dan Damardjati dalam Suryana (2003) menunjukkan bahwa untuk meningkatkan mutu penampakan beras, dapat dilakukan dengan cara pemolesan beras giling. Proses pemolesan adalah proses penyosohan beras disertai pengkabut uap agar penampakan beras lebih mengkilap. Beras yang diolah sampai pada proses ini disebut beras Kristal. Menurut Thahir et al. (1999), untuk menambah daya tarik konsumen, biasanya beras kristal ini diberi bahan pewangi yang disemprot bersamaan dengan pengkabutan air. Aroma wangi tambahan tersebut akan bertahan sekitar satu bulan. Sedangkan daya tahan mutu beras kristal dapat sampai empat bulan. 407
Namun kandungan butir utuh (beras kepala) menjadi berkurang setelah pemolesan, karena sebagian butir utuh menjadi patah akibat gesekan selama proses pemolesan. Rata-rata penilaian terhadap tekstur nasi VUB adalah agak suka. Responden menilai suka terhadap tekstur nasi Inpari 3 dan 10. Responden menilai suka terhadap semua karakter nasi yang dimiliki oleh VUB inpari 10, baik itu untuk kriteria tekstur, warna, rasa, dan aroma nasinya. Darmadjati dan Purwani (1998) mengungkapkan bahwa di Indonesia mutu tanak belum menjadi kriteria yang berlaku dalam mutu beras. Mutu tanak lebih ditentukan oleh faktor genetik daripada perlakuan pascapanen, sedangkan mutu rasa lebih ditentukan oleh faktor subyektif yang dipengaruhi oleh lokasi, suku bangsa, lingkungan pendidikan, dan jenis pekerjaan konsumen. Masyarakat umumnya lebih mneyukai tekstur nasi pulen, yaitu nasi yang cukup lunak walaupun sudah dingin, lengket tidak seperti ketan, antar biji lebih dekat satu sama lain dan mengkilat. Berdasarkan hasil penelitian (Wibowo et al., 2007), responden menyukai beras ukuran panjang dengan bentuk ramping dan berwarna putih. Responden juga menyukai beras yang memiliki tingkat kepulenen nasi sedang (kadar amilosa 19.23%) dengan tekstur nasi sedang sampai lunak (konsistensi gel 41-80 mm). Hasil penelitian Djatiharti dan Ruskandar (2008) menunjukkan bahwa kalangan petani lebih banyak memilih bentuk gabah yang panjang dan rasa nasi yang pulen. Tabel 3. Tingkat kesukaan responden terhadap karakter nasi Varietas Nasi Tektsur Warna Rasa Aroma Inpari 3 Suka Suka Agak suka Agak suka Inpari 4 Agak suka Suka Agak suka Agak suka Inpari 6 Agak suka Agak suka Agak suka Agak suka Inpari 9 Agak suka Suka Agak suka Suka Inpari 10 Suka Suka Suka Suka Inpari 13 Agak suka Agak suka Agak suka Agak suka Inpari 14 Tidak suka Tidak suka Tidak suka Tidak suka Inpara 5 Tidak suka Tidak suka Tidak suka Tidak suka Tingkat Preferensi Responden Terhadap Gabah, Beras, dan Nasi Preferensi konsumen adalah pilihan atau penilaian berdasarkan rangking terhadap atribut produk/jasa yang dilakukan oleh konsumen melalui trading off features, satu terhadap yang lain (Koo et. al., 1999). Penilaian suka atau tidak 408
suka pada pembahasan sebelumnya menjadi dasar preferensi responden dengan cara merangking VUB per kriteria yang dinilai. Pada pembahasan ini semakin tinggi nilai preferensi maka semakin menjadi prioritas pilihan konsumen untuk membeli produk (nilai preferensi tinggi, rangking semakin tinggi). Tingkat preferensi responden disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Tingkat preferensi responden terhadap karakter gabah dan beras Varietas Bentuk gabah Ukuran gabah Warna gabah Mean Rank Bentuk beras Ukuran beras Warna beras Inpari 3 3.71 4.23 3.79 6.21 5.86 5.82 Inpari 4 4.98 4.66 5.82 5.29 6.14 5.54 Inpari 6 4.39 4.82 3.25 5.38 5.43 5.09 Inpari 9 4.96 4.96 5.71 5.14 5.71 6.05 Inpari 10 5.70 5.38 5.73 5.66 5.09 5.66 Inpari 13 4.11 3.70 3.88 3.21 3.11 3.29 Inpari 14 5.57 5.25 5.57 2.30 1.91 1.80 Inpara 5 2.57 3.00 2.25 2.80 2.75 2.75 Friedman test Chi- 56.071** 35.617** 76.596** 90.081** 107.945** 104.594** Square Keterangan : Asymp. Sig. < 0.05 (**) artinya tingkat preferensi responden terhadap beberapa varietas berbeda nyata Tabel 5. Tingkat preferensi responden terhadap karakter nasi Varietas Tekstur nasi Warna nasi Rasa nasi Aroma nasi Mean Rank Inpari 3 5.39 5.52 5.38 6.21 Inpari 4 4.55 5.52 5.00 5.29 Inpari 6 4.98 4.72 4.75 5.38 Inpari 9 5.36 5.85 5.38 5.14 Inpari 10 5.39 6.02 5.59 5.66 Inpari 13 4.29 3.50 4.48 3.21 Inpari 14 2.73 1.96 2.98 2.30 Inpara 5 3.30 2.91 2.45 2.80 Friedman test Chi-Square 42.248** 90.618** 58.374** 49.457** Keterangan : Asymp. Sig. < 0.05 (**) artinya tingkat preferensi responden terhadap beberapa varietas berbeda nyata. Warna butir beras mempengaruhi preferensi konsumen terutama dalam pertimbangan harga. Terdapat hubungan yang kuat antara harga ecerean dengan kelas mutu beras (Rachmat et al., 2006). Preferensi terhadap mutu citarasa terutama ditentukan oleh tingkat kepulenan, kemekaran, aroma, warna, 409
dan rasa nasi. Walaupun sifat genetis beras merupakan faktor utama dalam evaluasi mutu citarasa tetapi aspek pemasakan seperti perbandingan antara beras dan air serta lamanya pemasakan juga mempengaruhi mutu citarasa (Trisnawati et al, 2001). Tingkat pendidikan dan pendapatan mempengaruhi tingkat preferensi responden, semakin tinggi pendidikan dan pendapatan per bulan maka preferensi terhadap beras bermutu tinggi semakin tinggi (Hartatik, 2005). KESIMPULAN Kajian menghasilkan kesimpulan bahwa VUB Inpari 10 adalah varietas yang karakternya paling banyak disukai oleh responden diseminator, diantaranya yaitu karakter bentuk dan ukuran gabah serta tekstur, warna, dan rasa nasinya. Inpari 3 disukai karena karakter bentuk beras dan aroma nasi. Inpari 4 disukai karena warna gabah dan ukuran beras. Inpari 9 disukai karena warna berasnya. DAFTAR PUSTAKA Darmadjati, D.S. dan E.Y. Purwani. 1998. Determinan mutu beras di Indonesia. Dalam Inovasi Teknologi Pertanian, Seperempat Abad Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Buku I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Hlm. 416-442. Djatiharti, A. dan A. Ruskandar. 2008. Adopsi varietas unggul dan preferensi sifat-sifat agronomis tanaman padi sawah di tingkat petani Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Ogan Komering Ilir. Prosiding Seminar Padi - BB Padi. Hartari, A. 2005. Atribut mutu Produk dan Karakteristik Konsumen Beras Organik Terhadap Sikap Konsumen Beras Organik. Tesis. Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Koo, L.C., Tao, F.K.C., and Yeung, John H. C. 1999. Preferential segmentation of restaurant attributes through conjoint analysis. International Journal of Contemporary Hospitality Management. 11/5. pp. 242-250. Kotler, P. 2000. Marketing Management. (The Millenium Edition). Northwestern University. Prentice Hall International. New Jersey. Rachmat, R., Sudaryono, Suismono dan R. Thahir. 2006. Konsistensi dan korelasi mutu dengan harga beras giling di tingkat pasar. Buletin Teknologi Pascapanen, Vol. 2: 72-75. Rohaeni, W.R., A. Sinaga, dan M.I. Ishaq. 2013. Preferensi responden terhadap keragaan tanaman, gabah, beras, dan rasa nasi beberapa vub padi. Jurnal Informatika Pertanian. Vol. 21 No. 2 :107-115. 410
Saragih, B. 2000. Peranan Teknologi Tepat Guna dalam Pembangunan Sistem Agribisnis Kerakyatan dan Berkelanjutan. Seminar II Teknologi Tepat Guna. Bandung. November. Thahir, R. S. Lubis, J. Setiawati dan A. Prabowo. 1999. Teknik Penyosohan Beras dengan Pengabut Air. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Trisnawati, W., Rubiyo, dan Suharyanto. Preferensi konsumen terhadap mutu nasi beberapa galur padi sawah di Jembrana, Bali. Dalam: Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/downloa d/5502/5360&sa=u&ei=h9vmusawm4qmrgem2ygacg&ved=0cdqqfj AC&sig2=kVK2HZEhSRGjkpC_yLWvZA&usg=AFQjCNG2rM10d5SynYu LfBLgShmWNZspGQ. Diunggah pada tanggal 8 Januari 2014. Wibowo, P., S. D. Indrasari, dan D.D. Handoko. 2007. Preferensi konsumen terhadap karakteristik beras dan kesesuaiannya dengan standar mutu beras di Jawa Tengah. Dalam: Apresiasi Hasil Penelitian Padi. http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2008 p2bn2_23.pdf. Diunggah pada tanggal 8 Januari 2014. 411