BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006).Insidensi LLA di Indonesia 2,5-4 kasus baru per anak sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Leukemia akut merupakan 30-40% dari keganasan pada masa anak-anak. Insiden

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. angka kejadian pada anak dibawah 14 tahun sebesar 30% dan 10% pada anak

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS. Paulus Budi Santoso ( ) Pembimbing : David Gunawan T., dr

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. (Tim Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB I PENDAHULUAN. tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker adalah salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak. Kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. angka morbiditas, namun angka mortalitas leukemia juga dilaporkan di Amerika. Sampai

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang paling sering dijumpai pada anak. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Transisi epidemiologis di bidang kesehatan mengakibatkan beban ganda

BAB I PENDAHULUAN. kematian akibat kanker yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health

ABSTRAK. Jimmy Wahyu Pembimbing: Aming Tohardi, dr. MS. Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M. Kes., DFM.

ANALISIS KADAR KREATININ PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI PUSAT KANKER ANAK ESTELLA BLU RSUP PROF DR RD KANDOU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB V KESIMPULAN. Diajukan pada Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 1

Komalasari, K. T. 1, Ariawati, K.. 2 Niruri, R. 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

OSTEOPOROSIS DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN FUNGSI GINJAL PADA ANAK DENGAN TERAPI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI PUSAT KANKER ANAK ESTELLA RSUP PROF DR RD KANDOU

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. insidensi tertinggi terjadi pada usia antara tahun. Fraktur ini terjadi lebih

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

Kejadian Anemia Pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Demam disertai dengan neutropenia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), kematian akibat kanker di

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

KARAKTERISTIK ANAK YANG MENDERITA LEUKEMIA AKUT RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Abstract

KEJADIAN MERUGIKAN (ADVERSE EVENT) DARI KEMOTERAPI PADA PASIEN ANAK LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DENGAN VARIAN 2677 GEN MULTIDRUG RESISTANCE 1 (MDR1)

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. orang dan menjadi penyebab kematian sekitar 14% pada anak berusia antara 1-15

KEJADIAN MERUGIKAN (ADVERSE EVENT) DARI KEMOTERAPI PADA PASIEN ANAK LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DENGAN VARIAN 2677 GEN MULTIDRUG RESISTANCE 1 (MDR1)

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

JST Kesehatan, Januari 2016, Vol.6 No.1 : ISSN HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN RELAPS PADA LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT-L1 (LLA-L1) ANAK

Program Studi D-III Farmasi Politeknik Unggulan Kalimantan. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. *

ANGKA KEJADIAN DIARE PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE TAHUN

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN RELAPS PADA LEUKEMIA. Rahma, Nadirah Rasyid Ridha, Dasril Daud

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

D DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu % pada solid tumor dan % pada keganasan hematologi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasien keganasan berisiko tinggi menderita anemia (Estrin, 1999). Penelitian

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIKA PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT YANG MENGALAMI DEMAM NEUTROPENIA

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Epilepsi merupakan salah satu penyakit pada otak tersering mencapai 50 juta

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia adalah penyakit keganasan hematologi yang paling banyak dijumpai pada anak dan 75% dari semua kasus leukemia adalah LLA (Permono, 2006).Insidensi LLA di Indonesia 2,5-4 kasus baru per 100.000 anak sehingga diperkirakan 2000-3200 kasus baru LLA anak pertahun (Mostert dkk., 2005). Di Yogyakarta, khususnya di RSUP Sardjito tercatat 35% kasus LLA dan 13% LMA pada 486 penderita kanker anak yang dirawat pada periode tahun 2000-2004 (Mulatsih dkk., 2005) Kemoterapi adalah terapi utama pada penderita LLA dengan keberhasilan terapi hingga 80% dan diharapkan meningkatkan harapan hidup penderita (Pui dkk., 2004). Penurunan densitas massa tulang sebagai salah satu efek samping menjadi problem penting pada penderita LLA anak (Mandel dkk.,2004). Osteopenia dan osteoporosis dapat terjadi pada saat diagnosis, selama dan setelah selesai kemoterapi (Athanassiadou dkk.,2006; Maniadaki dkk., 2006). Kortikosteroid dan methotrexate adalah bagian dari obat kemoterapi yang selalu digunakan selama kemoterapi dan diketahui berpengaruh terhadap metabolisme tulang (Mandel dkk., 2004). Sekitar 30 40% anak dengan LLA yang mendapatkan kemoterapi mengalami osteopenia/osteoporosis dan 10 15% diantaranya menderita patah tulang (Athale dkk., 2008). 1

2 Penelitian oleh Halton dkk. (1996) pada anak dengan LLA menunjukkan terjadi peningkatan insiden osteopenia dari 13% pada saat didiagnosis menjadi 83% setelah mendapat kemoterapi selama 1 tahun (Haton dkk.,1996). Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab utamanya, diantaranya dikaitkan dengan proses penyakitnya dan dipengaruhi oleh kemoterapi(arikoski dkk., 1999). Terapi kortikosteroid meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis sekunder dan 50-60% meningkatkan risiko fraktur femur. Penurunan massa tulang terbesar terjadi pada 3 6 bulan pertama terapi kortikosteroid (Buckly, 2000 dan Leonard, 2007). Densitas tulang yang rendah selama anak-anak dapat memicu kegagalan pencapaian puncak massa tulang yang optimal, yang menjadi penentu utama risiko fraktur osteoporotik di kemudian hari. Hal ini berpengaruh pada kualitas densitas tulang di masa dewasa (Shaw, 2008). Terdapat hasil yang tidak konsistan pada beberapa penelitian evaluasi kemoterapi terhadap gangguan densitas tulang. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan BMD pada anak dengan LLA yang telah mendapat kemoterapi dibandingkan dengan anak sehat(brennan dkk., 2005). Penelitian lain menyimpulkan bahwa didapatkan penurunan BMD yang signifikan pada awal diagnosis, dan selama kemoterapi (Kadan dkk., 2002). Penelitian Gunnes (2010) menunjukkan bahwa gangguan densitas tulang terjadi pada 85% anak dengan LLA yang mendapatkan kemoterapi dan faktor risikoyang mempengaruhi penurunan densitas tulang adalah rendahnya masukan

3 kalsium harian. Gangguan densitas tulang pada anak dengan LLA pada beberapa penelitian sebelumnya bervariasidan masih terdapat kontroversi, sehingga dilakukan penelitian ini yang bertujuan menganalisis bagaimana korelasi antara dosis akumulasi kortikosteroid dan methotrexate dengan densitas tulang pada anak dengan LLA di RSUP Dr. Sardjito. B. Rumusan Masalah Bagaimana korelasi antara dosis akumulasi kortikosteroid dan methotrexate dengan densitas tulang pada anak dengan LLAdi RSUP Dr. Sardjito? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara dosis akumulasi kortikosteroid dan methotrexate dengan densitas tulang pada anak dengan LLAdi RSUP Dr. Sardjito. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang gangguan densitas tulang pada pasien LLA yang menjalani kemoterapi dan diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian lain. 2. Praktisi/Klinisi dan pasien Dengan mengetahui adanya gangguan densitas tulang pada penderita LLA anak yang mendapat kemoterapi maka dapat dibuat suatu prosedur dan penatalaksanaan, monitor dan terapi sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan kualitas hidup penderita LLA serta mengurangi risiko morbiditas yang dapat terjadi.

4 E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai gangguan densitas tulang pada penderita anak dengan LLA sudah pernah dilakukan. Penelitian tersebut antara lain bertujuan untuk menentukan gangguan densitas tulang dan risiko fraktur yang terjadi baik selama kemoterapi maupun efek jangka panjang setelah selesai kemoterapi (Tabel 1). Gangguan densitas tulang sebagai efek kemoterapi pada anak dengan LLA di Indonesia belum diketahui jelas, sampai saat ini baru terdapat satu penelitian di Indonesia. Penelitian ini berbeda dari beberapa penelitian di atas karena sampel penelitian yang diambil adalah semua pasien LLA anak yang telah selesai kemoterapi fase induksi dan menggunakan Indonesian protocol ALL-SR/ HR-2006 di RSUP Dr. Sardjito. Mengingat kasus LLA pada anak yang semakin bertambah setiap tahunnya, maka penulis merasa penting untuk melakukan suatu penelitian serupa terhadap anak dengan LLA yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Tabel 1. Penelitian-penelitian lain tentang densitas tulang pada anak dengan LLA No Peneliti Judul Metode Hasil 1 Boot dkk. (1999) 2 Brennan dkk. (2005) 3 Chaiban dkk. 2009 Bone Mineral Density in Children With Acute Lymphoblastic Leukaemia Bone Mineral Density In Childhood Survivors Of Acute Lymphoblastic Leukemia Treated Without Cranial Irradiation Modeling Pathways for Low Bone Mass in Children with Malignancies Prospective Study (n = 32) (n = 53) study (n = 42) Total body BMD menurun secara signifikan selama 1 tahun kemoterapi ( P < 0.001) Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada pemeriksaan densitas massa tulang 1 tahun setelah selesai kemoterapi pada anak dengan LLA dibandingkan dengan anak sehat. Penurunan densitas tulang terjadi selama kemoterapi. Didapatkan korelasi negatif antara dosis akumulasi kortikosteroid dan dosis akumulasi methotrexate dengan

5 4 Santoso dkk. (2010) 5 Fuleihan dkk. (2011) The proportion of bone mineral density in children with high risk acute lymphoblastic leukemia after 6 and 12 month chemotherapy maintenance phase Predictor of bone loss in childhood hematologic malignancies: a prospective study. study (n = 40) Prospective Study (n= 29) densitas tulang (r = -0.33 s.d 0.40, p < 0.04) Tidak didapatkan perbedaan BMD yang signifikan antara kelompok yang mendapat kemoterapi 6 bulan dan 12 bulan. Didapatkan korelasi positif antara akumulasi dosis kortikosteroid dengan BMD (r=0,381, P=0.015) Penurunan densitas tulang terjadi selama kemoterapi (evaluasi dalam 14 bulan). Didapatkan korelasi negatif antara dosis akumulasi kortikosteroid dan methotrexate dengan BMD (r= -0,58 sampai 0,41, p<0.05)