BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

WALI KOTA BLITAR. SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA SHOLAT IDUL ADHA 1433 H TANGGAL 10 DZULHIJAH 1433 HIJRIAH Assalamu alaikum wr. Wb.

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mam MAKALAH ISLAM. Wali Songo, Antara Legenda dan Fakta Sejarah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB VII PENUTUP. Dari kajian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut; Pertama, Realitas

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

barakah sesuai dengan sosio-kultural yang membentuknya dan mendominasi cara

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

BAB IV PENUTUP. melalui tiga hal, yaitu satu identitas beragama Islam, dau identitas. bentuk, yaitu slametan dan nyadran.

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. budayanya. Hal ini tercermin dari perilaku masyarakat Indonesia yang memiliki

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

TABEL KEGIATAN DI MASJID AGUNG DEMAK DALAM PENINGKATAN DAKWAH ISLAM. 1) Kegiatan harian NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU 1 Sholat berjamaah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India

BAB IV ANALISA DATA. A. Proses Akulturasi Budaya Islam dengan Budaya Hindu di Desa

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate dari masa ke masa mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

I. PENDAHULUAN. khususnya Agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya sekolah-sekolah yang

BAB IV ANALISIS DATA. ajaran Islam yang bersumber pada al-qur an dan as-sunnah. Sedangkan secara

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

POROS KEBUDAYAAN JAWA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB V. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian di bab-bab sebelumnya. menunjukkan terjawabnya rumusan masalah tersebut.

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM MENYIAPKAN GENERASI MUDA DI ERA GLOBALISASI Oleh : Abdullah Zawawi, S.Pd, MM, M.Pd 1. Abstraksi :

PEDOMAN WAWANCARA A. Aparat Desa Margolinduk Bonang Demak B. Tokoh Mayoritas NU di Desa Margolinduk Bonang Demak

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sunda dan Islam dalam carita pantun Sunda Sri Sadana berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan dakwah Islamiyyah yang dilakukan oleh ulama dan

GLOSARIUM. Anak perempuan yang berada dalam suatu garis keturunan sebuah keluarga atau semua wanita dalam sebuah kelompok masyarakat adat Kerinci.

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB IV PENYIMPANGAN AQIDAH DALAM SEDEKAH LAUT DI KELURAHAN BANDENGAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi, dan kultur dewasa ini berada dalam sebuah kondisi tarik-menarik

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan.

BAB I PENDAHULUAN. islam di Nusantara. Dan proses masuknya agama Islam di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. I. 1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki perjalanan sejarah tersendiri, seperti halnya yang dimiliki bangsa lain

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak sebagai mubaligh Islam. Masyarakat Jawa menyebut mereka dengan sebutan Wali Songo. Dengan kehadiran bangunan Masjid Agung Demak yang berwibawa ini telah digunakan oleh para penguasa Kesultanan Demak sebagai alat untuk mengharapkan sebuah pengakuan dan dukungan terutama dari seluruh rakyatnya. Artinya, bentuk Masjid Agung Demak ini tidak begitu saja muncul dengan tibatiba yang mungkin akan terasa asing bagi sebagian besar rakyat Demak pada saat dibangunnya masjid ini. Unsur-unsur bangunan Masjid Agung Demak banyak meniru dan mengembangkan dari bentuk-bentuk bangunan yang telah merakyat sebelumnya. Metode dakwah dengan cara ikut membaur bersama jama ah yang kebanyakan masih berpaham Hindu adalah yang paling efektif dilakukan oleh para mubaligh Islam pada waktu itu. Masjid Agung Demak yang didirikan pada masa-masa awal penyebaran Islam Jawa kemungkinan besar masih bertalian erat dengan produk arsitektur masa-masa sebelumnya. Bentuk gunungan menjadi citra dasar dari bentuk bangunan-bangunan yang dinilai sakral dan keramat. Masjid yang telah dimodifikasi sebagai tempat untuk bersujud ketika masyarakat sudah secara terbuka menerima agama Islam sebagai agamanya memberikan ruang terhadap masjid sebagai pusat hubungan ketiga bagi umat 129

Muslim. Mengapa demikian? Kebudayaan Islam sendiri dilihat sebaagai sebuah perilaku atau perbuatan yang menciptaan hubungan integrasi dari sebuah kesatuan sosial umat Muslim. Perilaku tadi bersifat kongkrit dan merupakan bentuk dari kebudayaan jasmaniah dari seorang Muslim yang terlihat dari amalan yang biasa disebut sebagai perbuatan taqwa yang mempunyai relasi antara manusia dengan sang pencipta (Allah) dan memunculkan aktifitas ibadah. Dari pemahaman terhadap taqwa tersebut, akhirnya melahirkan sebuah kesatuan sosial umat Muslim dengan Tuhanya yang akhirnya membentuk masjid sebagai pusat ibadah bagi umat Muslim. Jadi simbol Masjid Agung Demak disini dimaknai sebagai sebuah kriteria dari proses integrasi sosial yang telah menjadikan semua lapisan masyarakat Muslim menganggap Masjid sebagai pusat orientasi kultur (medan budaya). Hal inilah yang menjadikan Masjid Agung Demak mempunyai sebuah nilai simbolis yang penting bagi masyarakat Demak khususnya, dan masyarakat Islam di Nusantara pada umumnya hingga kini. Hal ini terkonsepsi oleh karena Masjid Agung Demak dikonstruksi masyarakat ke dalam hubungan antara relasi etis dan estetika. Setiap tanggal 10 Dzulhijah umat Islam di Demak mengadakan Grebeg Besar di Masjid Agung Demak untuk memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan Sholat Ied dilanjutkan penyembelihan hewan qurban. Pada waktu itu kegiatan tersebut dilakukan di lingkungan Masjid Agung Demak dengan keramaian syiar-syiar keagamaan dan sampai saat ini kegiatan tersebut masih tetap berlangsung, bahkan dikembangkan. Tujuan Grebeg Besar hakikatnya adalah merayakan Hari Raya Kurban sekaligus memperingati 40 hari peresmian 130

Masjid Agung Demak. Tradisi Grebeg Besar di Demak sebagai sebuah ritual tahunan umat Muslim Demak tentu mempunyai fungsi sosial, dimana dalam ritual ini merupakan sebuah manisfestasi berupa hajat bagi para penganut agama Islam di Jawa. Tradisi yang sudah turun temurun ini merupakan hasil cipta rasa ulama masa lalu. Makna, nilai dan fungsi ritual Grebeg Besar dapat dijadikan sebagai tuntunan serta pandangan hidup dalam masyarakat. Perkembangan selanjutnya adalah munculnya kebudayaan intelektual Islam yang digagas oleh para Wali Songo dan ulama dengan membentuk sebuah pelembagaan Islam. Pelembagaan ini salah satunya berupa pendirian Masjid Agung Demak sebagai patron untuk proses islamisasi di Jawa pada waktu itu. Masjid Agung Demak sengaja dikonstruksi oleh para wali sebagai tempat pertemuan keagamaan, dan tempat peleburan status sosial bagi kaum Muslim. Dari pendirian Masjid Agung Demak inilah konstruksi baru terbentuk karena masyarakat akan dibawa memasuki ranah kultural baru di dalam proses evolusi kebudayaan. Dalam hal ini adalah kebudayaan Islam yang khas di Jawa. Islam adalah cara hidup bagi yang menganutnya, baik dimanapun dan kapanpun Islam masuk dalam kehidupan seseorang maupun kelompok. Pada saat itu pula Islam telah menjadi pedoman pola perilaku mulai dari cara berpikir dan bertindak yang akhirnya membentuk sebuah kultur yang khusus. Dari kenyataan yang terlihat dari sejarah perkembangan Islam di Demak membuktikan bahwa Islam mengandung aspek keagamaan dan aspek kebudayaan. Demak sebagai suatu wilayah basis dari penyebaran agama Islam membentuk perilaku masyarakatnya sebagai penganut Islam yang khas di Jawa, khususnya bagi 131

masyarakat pesisir Jawa. Proses itu berlangsung terus-menerus dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan setiap generasi memeberikan setting yang berbedabeda. Sampai hari ini jejak-jejak kerajaan Demak masih bisa ditemukan dan dirasakan dampaknya bagi masyarakat. Bentuk itu terlihat dalam bingkai kebudayaan fisik yang masih dapat kita saksikan hingga hari ini. Kebudayaan fisik itu bisa dilihat dari simbol utama kota Demak sebagai Kota Wali yaitu Masjid Agung Demak. Keyakinan masyarakat akan kekeramatan dan kesakralan pada Masjid Agung Demak menempatkan bentuk konstruksi baru yang terbentuk. Konstruksi ini bersifat magis, artinya akan menempatkan orang-orang di dalam medan budaya yang terbentuk (Masjid Agung Demak) akan menjaga hubungan dengan dunia yang sifatnya magis dan sakral dengan dunia profan yang mengelilinginya. Bentuk konstruksi ini pada akhirnya akan membentuk sebuah pola relasi keselarasan dengan sikap-sikap yang saling menghormati dan mengagungkan medan budaya tersebut. Namun dibalik pesona magis yang dihadirkan oleh kota Demak, Demak yang sekarang adalah sebuah kota yang masih mencari bingkai kebudayaannya yang khas di pesisir Utara Pulau Jawa. Tradisi perayaan Grebeg Besar yang masih dipertahankan hingga saat ini menjadi menarik untuk dilihat karena ada perkembangan yang signifikan dalam hubungan antara praktik keagamaan dengan dorongan industri budaya. Hal ini berangkat pada asumsi dimana tradisi tidak semestinya ditempatkan sebagai lawan dari modernitas, tetapi tradisi itu harus bersifat kontekstual. 132

Disini saya melihat bahwa tradisi yang masih bertahan di Demak mengacu pada suatu dinamika dalam struktur masyarakat Demak yang diakronik maupun sinkronik. Secara diakronik, tradisi diartikan sebagai nilai-nilai yang masih berlanjut dari masa lampau lalu dipertentangkan dengan kehidupan saat ini (modernitas). Islam yang berdialektika dengan budaya lokal tersebut pada akhirnya membentuk sebuah varian Islam yang khas dan unik, seperti Islam Jawa. Varian Islam tersebut bukanlah Islam yang tercerabut dari akar kemurniannya, tapi Islam yang di dalamnya telah berakulturasi dengan budaya lokal. Dalam istilah lain, telah terjadi inkulturasi. Proses inkulturasi ini merupakan bentuk internalisasi sebuah ajaran baru ke dalam konteks kebudayaan lokal dengan cara akomodatif atau untuk mempertahankan identitas. Dengan demikian, pendekatan yang dilakukan oleh para wali pada saat itu dengan menggunakan proses inkulturasi dialektika antara ajaran Islam dengan kultur Jawa masih tetap terpelihara akar ideologisnya. Poin terakhir yang dilihat penulis disini adalah munculnya proses sinkretisme. Sikap toleran ajaran Islam yang dipraktikan terhadap budaya lokal membawa para Wali Songo dapat mentradisikan ritual-ritual yang menjembatani masyarakat dalam menerima ajaran Islam. Proses sinkretisme ini tercermin dari pendirian Masjid Agung Demak dan tradisi Grebeg Besar yang diciptakan oleh para wali pada saat itu. Proses eksternalisasi yang dirasakan masyarakat pada saat itu nampaknya telah larut terhadap emosi dan nalar keagamaan masyarakat. Jika dilihat lebih mendalam, proses sinkretisme yang terjadi merupakan faktor integratif dalam hubungan antar kepercayaan yang ada di masyarakat. Hal ini 133

telah berhasil dilakukan oleh para wali dengan menggunakan pendekatan model tasawufnya (praktik-praktik magis). Dengan demikian Masjid Agung Demak hadir dengan seluruh pesona magis yang dimilikinya akibat didukung dari proses sinkretisme yang terlibat di dalamnya. Masjid Agung Demak pada akhirnya membentuk konstruksi sosial yang bersifat magis dan sakral karena mengandung mitologi dan mistifikasi yang datang melalui proses pelembagaan Islam yang dilakukan oleh Wali Songo. Untuk dapat menjaga bentuk konstruksi magis yang dihadirkan itu, maka para wali menciptakan berbagai tradisi ritual yang menghadirkan tiga aspek utama, yaitu ritual doa (mengikut syariat Islam), festival-festival budaya dan aktivitas sosial. Semua aspek tersebut dilandasi dengan corak magis dan religius mengingat cara pandang orang Jawa tentang keagungan adalah kekuatan magis seperti yang dihadirkan oleh Masjid Agung Demak serta tradisi Grebeg Besarnya. 134