PERENCANAAN STRATEGI BIDANG ENERGI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DISAMPAIKAN OLEH : KEPALA BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

disampaikan oleh : Kepala BAPPEDA Provinsi Kalimantan Tengah

Rencana Kegiatan Pembinaan Penyusunan RUED

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

Perencanaan Strategis Bidang Energi Tahun Di DIY

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

Indonesia Water Learning Week

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

BAPPEDA Planning for a better Babel

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO)

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

Dr. Ir. Sukardi, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PRE SI DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Materi Paparan Menteri ESDM

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016

Disajikan dalam Acara Pertemuan Tahunan EEP- Indonesia Tahun 2013, di Hotel Le Meridien Jakarta, 27 November 2013

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

Transkripsi:

PERENCANAAN STRATEGI BIDANG ENERGI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 2015 2019 DISAMPAIKAN OLEH : KEPALA BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PADA ACARA : SINKRONISASI PERENCANAAN STRATEGIS 2015-2019 DALAM RANGKA PENCAPAIAN SASARAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DI BANJARMASIN, 8 SEPTEMBER 2015

Kalimantan Tengah Provinsi terbesar ke-2 di Indonesia setelah Prov. Papua Terletak pada garis equator di 0 0 45 LU dan 3 0 30 LS, serta 111 0-116 0 BT Luas : 153.564 km 2 Terletak Di Tengah-tengah Wilayah Asia Pasifik Berbatasan dengan : Utara : Provinsi Kalimatan Timur dan Kalimantan Barat Selatan : Laut Jawa Timur : Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur Barat : Provinsi Kalimatan Barat. Jml Penduduk : 2.495.035 Jiwa pd thn 2015 Kepadatan : 16 jiwa/km2. 2

POTRET PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERTUMBUHAN JUMLAH PENDUDUK Thn 2011 : 2.248.621 jiwa Thn 2010 : 2.211.564 jiwa Thn 2009 : 2.183.332 jiwa Thn 2012 : 2.283.687 jiwa Thn 2013 : 2.384.700 jiwa Jml kab : 13 Jml kota : 1 Luas : 153.564,5 km² Jml Kecamatan : 136 Jml Kelurahan : 138 Jml Desa : 1.434 Jml Kademangan: 90 Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah 3 Capaian Indikator Makro Pert. Ekonomi : TW II-2015 : 6,98 persen (yoy) PDRB ADH Berlaku ( 2014) : 89.872 Milyar rupiah PDRB ADH Berlaku (TW II-2015) rupiah : 24.908,7 Milyar PDRB per kapita (2014) : 36,83 Juta rupiah Laju Inflasi (Jan-Jul 2015) : 2,92 persen Laju inflasi Juli 2015 (yoy) : 6,49 persen IPM (2013) : 75,68 Angka Kemiskinan ( Sep 2014) : 6,07 persen Tk.Pengangguran.Terbuka (Feb 2015) : 3,14 persen NTP ( Juli 2015) : 99,19 persen

Distribusi PDRB Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2014 (%) 47.25% 23.50% Pertanian, kehutanan dan perikanan 13.15% 16.10% industri pengolahan pertambangan dan penggalian lainnya Sumber : BPS Prov. Kalteng, 2015

TAHAPAN PEMBANGUNAN DALAM RPJPD PROV. KALTENG TAHUN 2005-2025 VISI RPJPD 2005-2025 : KALIMANTAN TENGAH YANG MAJU, MANDIRI, DAN ADIL 5 RPJMD ke-1 (2005-2010) pembukaan keterisolasian, serta penguatan dan peningkatan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah RPJMD ke-2 (2010-2015) melanjutkan pembukaan keterisolasian dan mengembangkan kemandirian dan ketahanan perekonomian daerah untuk menghadapi era kesalingtergantungan dan ketidakpastian yang semakin tinggi di masamasa yang akan datang RPJMD ke-3 (2015-2020) memantapkan kemandirian dan ketahanan ekonomi secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. RPJMD ke-4 (2020-2025) mewujudkan masyarakat Kalimantan Tengah yang mandiri, maju, dan adil melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.

A. LATER BELAKANG AMANAT UU NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGA LISTRIKAN PASAL 3 AYAT : (1) PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DIKUASAI OLEH NEGARA YANG PENYELENGGARAANNYA DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PRINSIP OTONOMI DAERAH (2) UNTUK PENYELENGGARAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1), PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH SESUAI KEWENANGANNYA MENETAPKAN KEBIJAKAN, PENGATURAN, PENGAWASAN, DAN MELAKSANAKAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK.

B. VISI DAN MISI GUBERNUR (PERIODE 2010 S/D 2015) MENERUSKAN DAN MENUNTASKAN PEMBANGUNAN KALIMANTAN TENGAH AGAR RAKYAT LEBIH SEJAHTERA DAN BERMARTABAT DEMI KEJAYAAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

JABARAN VISI DAN MISI PADA RPJMD 2010 sd. 2015 BIDANG KETENAGALISTRIKAN MELAKSANAKAN PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK SECARA TERJANGKAU SERTA INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN. STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI UNTUK MASYARAKAT DILAKUKAN DENGAN PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR YANG MENJANGKAU KANTONG-KANTONG PEMUKIMAN PENDUDUK DAN MEMFASILITASI PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT.

LANJUTAN STRATEGI... SASARAN YANG INGIN DICAPAI DARI STRATEGI TERSEBUT; Tersedianya Payung Hukum Bidang Ketenaga listrikan dan Energi Tersedianya Sumber Energi yang Terjangkau; Tersedianya Sarana dan Prasarana Kelistrikan; KEBIJAKAN UMUM STRATEGI Terciptanya berbagai sumber energi alternatif yang murah bagi masyarakat yang secara mandiri dapat menunjang kegiatan ekonomi lokal.

C. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI DAERAH Kebijakan Dalam RUED Provinsi Kalimantan Tengah ini dirumuskan beberapa kebijakan dasar dalam jangka panjang guna mampu memenuhi kebutuhan energi untuk masa datang dalam jumlah yang memadai, berkesinambungan dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Mengacu pada kebijakan nasional dan memperhatikan kondisi serta potensi Provinsi Kalimantan Tengah, serta mencermati dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya bidang energi, maka ada beberapa kebijakan strategis bidang energi yang perlu dilakukan.

Beberapa kebijakan strategis bidang energi di Provinsi Kalimantan Tengah pada periode perencanaan hingga tahun 2025 1. Meningkatkan efisiensi, konservasi dan pelestarian lingkungan hidup dalam pengelolaan dan pemanfaatan energi. 2. Meningkatkan pangsa sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT). 3. Memeratakan akses terhadap energi migas dan listrik bagi masyarakat kota dan desa. 4. Meningkatkan partisipasi publik (masyarakat/pelaku usaha swasta) dalam pengembangan dan pengelolaan energi secara mandiri. 5. Mendukung implementasi kebijakan energi nasional di Provinsi Kalimantan Tengah. Kebijakan dasar tersebut dapat diuraikan/dijelaskan pada bagian-bagian berikut ini.

TUJUAN PEMBANGUNAN ENERGI BERKELANJUTAN ( Sustainable Development Goals (SDGs) GOAL 8. Promote sustained, inclusive and sustainable economic growth, full and productive employment and decent work for all. 4 3 DIMENSION: EKONOMI, SOSIAL, LINGKUNGAN SDGs: 17 Goals and 169 target

LANGKAH :MENINGKATKAN EFISIENSI, KONSERVASI DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN ENERGI Dalam hal penyediaan dan penggunaan energi, posisi strategis Provinsi Kalimantan Tengah sekarang ini masih lebih banyak berperan pada posisi pengguna dari pada penyedia energi (dalam arti produksi kuantitas yang memadai). Meskipun demikian, di Provinsi Kalimantan Tengah tetap memiliki potensi sumber-sumber energi yang dapat dikembangkan dan dikelola. Oleh karena itu, kebijakan dasar yang dikembangkan perlu berpegang pada berprinsip efisiensi, konservasi dan pelestarian lingkungan hidup, baik dalam pengelolaan maupun penggunaan energi. Prinsip efisiensi ini sangat perlu ditekankan dan dikedepankan karena energi menjadi modal pembangunan yang sifatnya terbatas. Secara teknis, proses konsumsi energi yang efisien dan efektif yang dikembangkan pada konsumsi rumah tangga, perusahaan, maupun instansi pemerintah perlu dilakukan pengukuran kinerjanya melalui proses audit energi. Dalam hal ini, audit energi tidak semata dipahami sebagai proses sistematis dengan instrumen dan parameter-parameter terstandar sebagaimana yang sudah dilakukan secara parsial selama ini, namun dalam kebijakan ini lebih didorong agar para pihak melakukan self assessment atas optimasi penggunaan energi. Dengan demikian, perlu ada program dan kegiatan yang mendorong dan memfasilitasi sehingga para pihak (masyarakat, perusahaan swasta dan instansi pemerintah) secara kontinu dan melakukan tindakan-tindakan praktis untuk meningkatkan pola konsumsi energi yang efisien dan efektif.

MENINGKATKAN PANGSA SUMBER DAYA ENERGI BARU DAN TERBARUKAN (EBT) Upaya meningkatkan pangsa sumber daya baru dan terbarukan (EBT) menjadi bagian kebijakan energi Provinsi Kalimantan Tengah yang strategis untuk dilakukan. Upaya meningkatkan kemampuan pasokan energi baru terbarukan ini didasarkan pada berbasis potensi lokal. Potensi alam Provinsi Kalimantan Tengah dan kegiatan masyarakat produksi yang terkait dengan sumber-sumber EBT sangat mendukung untuk meningkatkan pangsa EBT dalam bauran energi di provinsi Kalimantan Tengah. Proses penggalian dan pemanfaatan sumber energi terbarukan (EBT) secara terstruktur dilakukan melalui program dan kegiatan penelitian, pengembangan, rekayasa teknis, percontohan/model pengembangan, serta upaya-upaya insentif dan disintenif pada kegiatan-kegiatan pengembangan EBT yang dilakukan oleh lembaga pendidikan, masyarakat, perusahaan swasta maupun instansi pemda. Proses pengembangan dan optimalisasi sumber-sumber EBT dilakukan lintas sektor,oleh karena itu diperlukan kesepahaman dan sinergitas program dan kegiatan lintas instansi serta tetap mengedepankan partisipasi publik (masyarakat dan perusahaan swasta) dalam implementasi pengembangan EBT.

MEMERATAKAN AKSES TERHADAP ENERGI MIGAS DAN LISTRIK BAGI MASYARAKAT KOTA DAN DESA Posisi energi sebagai modal pembangunan, maka dari sisi distribusi juga harus dapat diakses oleh semua masyarakat, baik yang ada di perkotaan maupun perdesaan Provinsi Kalimantan Tengah. Upaya meningkatkan keterjangkauan layanan, khususnya energi listrik yang selama ini sudah dilakukan bekerjasama dengan PT. PLN terus dilakukan. Termasuk upaya-upaya fasilitasi pengembangan energi surya dan EBT lain sehingga kelompok masyarakat pada daerah-daerah yang secara teknis belum terjangkau layanan PLN, dapat tetap menikmati energi listrik. Dalam hal migas, terlebih terkait dengan skema substitusi antar jenis BBM (khususnya dari jenis premium ke pertamax/sejenisnya) maka masih diperlukan pembangunan SPBU pada daerah-daerah pinggiran kota. Dalam hal ini, partisipasi swasta menjadi penting untuk didorong terlibat dalam distribusi migas. Fasilitasi pembangunan SPBU merupakan bagian dari upaya mensukseskan kebijakan energi nasional.

MENINGKATKAN PARTISIPASI PUBLIK (MASYARAKAT/PELAKU USAHA SWASTA) DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN ENERGI SECARA MANDIRI Proses sosialisasi, edukasi, dan percontohan/modeling yang selama ini sudah dilakukan masih perlu diintensifkan dan ditingkatkan pada skala yang lebih luas. Secara praksis, publik akan merespon kebijakan pengembangan EBT selama publik mendapatkan nilai tambah (teknis dan ekonomis) dari kegiatan pengembangan EBT tersebut. Untuk itu, proses edukasi, sosialisasi dan insentif merupakan langkah strategis dalam implementasi kebijakan peningkatan partisipasi publik dalam pengembangan dan pengelolaan energi secara mandiri.

MENDUKUNG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai satu-kesatuan sistem pembangunan energi, maka Provinsi Kalimantan Tengah tidak dapat lepas dari kebijakan energi nasional. Oleh karena itu, satu kebijakan dasar yang perlu di tegaskan dalam perencanaan energi di Provinsi Kalimantan Tengah adalah mendukung implementasi kebijakan energi nasional. Bentuk dukungan, bukan berarti semua kebijakan nasional langsung diadopsi dan diimplementasi di Provinsi Kalimantan Tengah, namun juga membangun sikap kritis atas kebijakan yang akan dilaksanakan sehingga tidak berbenturan dengan kepentingan publik Provinsi Kalimantan Tengah secara luas. Dalam kebijakan ini, kegiatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan terkait dengan penyediaan dan penggunaan energi menjadi mutlak diperlukan. Selain itu, penguatan kelembagaan bidang energi juga bagian dari implementasi kebijakan ini, sehingga kelembagaan yang sudah ada seperti Forum Energi Daerah yang merupakan wadah lintas instansi yang fokus dalam pembangunan energi di daerah tetap perlu difasilitasi dan dilibatkan dalam membahas kebutuhan ataupun merespon atas kebijakan energi dari pemerintah pusat.

KELEMBAGAAN Rumusan materi RUED mencakup antara lain penyusunan database energi-ekonomi (profil energi daerah) dan model energi, mengkaji pola pemakaian energi saat ini, memperkirakan pemakaian energi masa depan, mengkaji potensi sumber daya energi daerah, menyusun skenario supply-demand energi, mengkaji biaya dan dampak sosial-ekonomi dan lingkungan dari berbagai skenario penyediaan-permintaan energi dan menyusun strategi pengembangan energi daerah. Untuk menyusun RUED yang realistis dan berwawasan berkelanjutan maka pemerintah daerah perlu memiliki pengertian yang memadai mengenai KEN dan RUEN. Pemerintah Daerah sering tidak dilibatkan dalaam proyek-proyek nasional yang berlokasi di daerah, seperti proyek-proyek pertambangan migas dan pusat pembangkit tenaga listrik skala besar, sehingga proses penyusunan RUED kurang dapat dilakukan secara akurat. Hal ini juga disebabkan Forum Energi Daerah di setiap provinsi yang belum terlaksana dengan baik atau bahkan belum dibentuk.

UPAYA DAN PROGRAM PENGEMBANGAN ENERGI Dalam hal penyediaan dan pemanfaatan energi di Provinsi Kalimantan Tengah, selain dari sisi produksi dalam hal penyediaan juga termasuk aspek distribusi karena mayoritas sumber energi diimpor dari luar Provinsi Kalimantan Tengah, dari rumusan kebijakan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat diturunkan pada matriks program dan kegiatan yang terkait tiap kebijakan penyediaan dan pemanfaatan energi. Pada bagian ini, akan diuraikan tentang program dan kegiatan yang bersifat umum, serta uraian program dan kegiatan yang lebih rinci pada sektor industri, sektor komersial, sektor transportasi dan sektor rumah tangga. Rumusan program dan kegiatan yang diuraikan pada bagian ini dijabarkan pula dimensi periode perencanaan yang dibagi menjadi 3 penggalan waktu, yaitu periode tahun 2013-2015; tahun 2016-2020 dan tahun 2021-2025. Selain aspek periode pelaksanaan, juga diuraikan leading sektor dan sektor terkait yang akan menjadi agen dalam implementasi program dan kegiatan yang direncanakan.

Kesimpulan PENUTUP 1. Proyeksi permintaan energi dari tahun 2012 dengan menggunakan skenario dasar menghasilkan sektor transportasi merupakan sektor dengan permintaan energi yang paling besar sampai tahun 2025 dengan persentase sebesar 52,45% diikuti oleh sektor rumah tangga (17,27%), sektor lainnya (17,06)%, sektor komersial (8,44%) dan sektor industri (4,77%). 2. Dilihat dari jenis energi, proyeksi permintaan energi dengan menggunakan skenario dasar dan skenario energi terbarukan di tahun 2025 menghasilkan premium merupakan jenis energi dengan permintaan yang paling tinggi yang mencapai 4.569,60 ribu SBM atau sebesar 47,33% dari total permintaan energi di tahun 2025. 3. Dari sisi penyediaan energi, potensi biomassa dapat memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan energi listrik. Potensi biomassa dapat dikembangkan sebagai bahan bakar PLTU biomassa dengan kapasitas 139 MW. 4. Implementasi skenario energi terbarukan memiliki peran yang sangat signifikan dalam penurunan emisi GRK. Dengan implementasi skenario energi terbarukan, emisi GRK yang dihasilkan lebih rendah 18,62% dari emisi GRK yang dihasilkan oleh skenario dasar.

Rekomendasi 1. Dengan memperhatikan bahwa cadangan minyak bumi yang semakin menipis, pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah perlu memformulasikan kebijakan energi untuk mengoptimalkan konversi minyak tanah ke LPG atau briket batubara bersih di sektor rumah tangga, komersial dan industri. 2. Sektor transportasi perlu mendapat perhatian khusus pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah karena lebih dari 50% konsumsi energi diserap oleh sektor transportasi terutama oleh alat transportasi pribadi yaitu mobil penumpang dan sepeda motor, tindakan yang perlu dilakukan ada pengembangan sistem transportasi massal yang sesuai dengan keadaan sosial dan budaya masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah. 3. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga dapat mengoptimalkan potensi sumber energi terbarukan yang ada untuk meningkatkan akses energi, terutama bagi masyarakat dengan penghasilan rendah. 4. Dari semua jenis potensi yang ada, hambatan utama pemanfaatan energi terbarukan adalah permasalahan biaya investasi yang tinggi untuk setiap kw kapasitas listrik. Biaya yang diperlukan dalam pemanfaatan energi terbarukan semakin jelas karena masih diperlakukannya sistem subsidi terhadap jenis energi yang berasal dari bahan bakar minyak dan listrik yang berasal dari PLN. 5. Perlu dilakukan review terhadap RUED yang sudah tersusun setiap lima tahun. Hal ini ditujukan untuk mengakomodasi segala perubahan yang berhubungan dengan sektor energi sebagai akibat dari pembangunan daerah yang telah dilakukan.

F. DUKUNGAN TERHADAP KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL PEMERINTAH PROVINSI TELAH MELAKUKAN LANGKAH LANGKAH ; A. KERJASAMA RINTISAN PEMBANGUNAN PLTU MULUT TAMBANG DAN PENYALURANNYA MELALUI JARINGAN LISTRIK KABEL BAWAH LAUT LINTAS PROVINSI DARI KALIMANTAN TENGAH KE JAWA TENGAH. B. RENCANA PEMBANGUNAN PLTA MUARA JOLOI 284 MW DAN PLTA BARITO 2 X 300 MW C. KERJASAMA PENGEMBANGAN BIOENERGI LESTARI DENGAN KEMENTERIAN ESDM.

1. PEMBANGUNAN PLTU MULUT TAMBANG DAN PENYALURANNYA MELALUI JARINGAN LISTRIK KABEL BAWAH LAUT LINTAS PROVINSI DARI KALIMANTAN TENGAH KE JAWA TENGAH KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 04/KB- KSD/KTG/2014 DAN NOMOR 671/38/2014 TENTANG RINTISAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) MULUT TAMBANG DAN PENYALURANNYA MELALUI JARINGAN LISTRIK KABEL BAWAH LAUT LINTAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH YANG DITANDATANGANI PADA TANGGAL 11 SEPTEMBER 2014. PERJANJIAN KERJASAMA OLEH KEPALA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MEWAKILI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH MEWAKILI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PADA TANGGAL 27 JANUARI 2015. KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH DENGAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENETAPAN LANDING POIN KABEL BAWAH LAUT DI KALIMANTAN TENGAH DAN JAWA TENGAH TANGGAL 31 JULI 2015

KEPUTUSAN BERSAMA ANTARA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH DENGAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENETAPAN LOKASI LANDING POINT KABEL BAWAH LAUT DI KALIMANTAN TENGAH DAN JAWA TENGAH Tanjung Selaka, Kec. Pantai Lunci, Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kab. Jepara Jateng

2. PEMBANGUNAN PLTA DI KALIMANTAN TENGAH PENGEMBANGAN PLTA MUARA JOLOI OLEH PT. PERDANA PRIMA SEJAHTERA 248 MW ( TELAH MENDAPAT IZIN PRINSIP DARI GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH DAN SAAT INI SEDANG MELAKSANAKAN PENGURUSAN IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN); PENGEMBANGAN PLTA BARITO OLEH HANERGY HOLDING GROUP LIMITED 2 X 300 MW ( SAAT INI SEDANG DALAM PEROSES PENGURUSAN IZIN).

3. PENGEMBANGAN BIOENERGI LESTARI DI KALIMANTAN TENGAH ; KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI ESDM DENGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, PEMERINTAH KABUPATEN PULANG PISAU DAN PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 008.Pj/21/ME/2015, Nomor : 25/KB-KSD/KTG/2015, Nomor :180/34/HUK/VII/2015, Nomor : 188.4/11/HUK/2015, TANGGAL 13 JULI 2015 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN BIOENERGI LESTARI TANGGAL ; PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI DENGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, PEMERINTAH KABUPATEN PULANG PISAU DAN PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 06.Pj/05/DJE/2015, Nomor : 06/PKS-KSD/KTG/2015, Nomor :180/35/HUK/VII/2015, Nomor : 188.4/20/HUK/2015 TANGGAL 13 JULI 2015 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN BIOENERGI LESTARI ;

Kesimpulan PENUTUP 1. Proyeksi permintaan energi dari tahun 2012 dengan menggunakan skenario dasar menghasilkan sektor transportasi merupakan sektor dengan permintaan energi yang paling besar sampai tahun 2025 dengan persentase sebesar 52,45% diikuti oleh sektor rumah tangga (17,27%), sektor lainnya (17,06)%, sektor komersial (8,44%) dan sektor industri (4,77%). 2. Dilihat dari jenis energi, proyeksi permintaan energi dengan menggunakan skenario dasar dan skenario energi terbarukan di tahun 2025 menghasilkan premium merupakan jenis energi dengan permintaan yang paling tinggi yang mencapai 4.569,60 ribu SBM atau sebesar 47,33% dari total permintaan energi di tahun 2025. 3. Dari sisi penyediaan energi, potensi biomassa dapat memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan energi listrik. Potensi biomassa dapat dikembangkan sebagai bahan bakar PLTU biomassa dengan kapasitas 139 MW. 4. Implementasi skenario energi terbarukan memiliki peran yang sangat signifikan dalam penurunan emisi GRK. Dengan implementasi skenario energi terbarukan, emisi GRK yang dihasilkan lebih rendah 18,62% dari emisi GRK yang dihasilkan oleh skenario dasar.

Rekomendasi 1. Dengan memperhatikan bahwa cadangan minyak bumi yang semakin menipis, pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah perlu memformulasikan kebijakan energi untuk mengoptimalkan konversi minyak tanah ke LPG atau briket batubara bersih di sektor rumah tangga, komersial dan industri. 2. Sektor transportasi perlu mendapat perhatian khusus pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah karena lebih dari 50% konsumsi energi diserap oleh sektor transportasi terutama oleh alat transportasi pribadi yaitu mobil penumpang dan sepeda motor, tindakan yang perlu dilakukan ada pengembangan sistem transportasi massal yang sesuai dengan keadaan sosial dan budaya masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah. 3. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga dapat mengoptimalkan potensi sumber energi terbarukan yang ada untuk meningkatkan akses energi, terutama bagi masyarakat dengan penghasilan rendah. 4. Dari semua jenis potensi yang ada, hambatan utama pemanfaatan energi terbarukan adalah permasalahan biaya investasi yang tinggi untuk setiap kw kapasitas listrik. Biaya yang diperlukan dalam pemanfaatan energi terbarukan semakin jelas karena masih diperlakukannya sistem subsidi terhadap jenis energi yang berasal dari bahan bakar minyak dan listrik yang berasal dari PLN. 5. Perlu dilakukan review terhadap RUED yang sudah tersusun setiap lima tahun. Hal ini ditujukan untuk mengakomodasi segala perubahan yang berhubungan dengan sektor energi sebagai akibat dari pembangunan daerah yang telah dilakukan.

29 sekian dan terima kasih Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah

Luas Lahan Sawit Tahun 2014 Adalah 10.9 Juta Hektar Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan adalah provinsi dengan lahan sawit terluas Sumber: BPS 2014 30

Peningkatan Produktivitas CPO Rakyat Akan Meningkatkan Kesejahteraan Petani Secara Signifikan Pada harga CPO saat ini, $537/ton, total biaya produksi biodiesel adalah $657/ton (ditambah $120/ton biaya processing) atau $87.6/barel Dengan harga solar internasional saat ini sebesar $62/barel, maka pemerintah akan mensubsidi sebesar US$25.6/barel. Oleh karena itu Pemerintah dan swasta perlu duduk bersama untuk menemukan solusi atas masalah ini. Satu poin utama dari penggunaan biodiesel ini adalah untuk mengurangi ketergantungan impor bbm dan penguasaan teknologi non renewable energy di 31

Realokasi Anggaran Subsidi Energi Realokasi Subsidi Energi Rp 207 T +Belanja K/L Rp 148 T +Dana Alokasi Khusus Rp 21 T +Dana Desa Rp 12 T +Subsidi Pupuk Rp 4 T Lain-lain Rp 22 T +Pembanguna n Irigasi Rp 9 T +Pembanguna npertanian Rp 4 T +Pembanguna n Jalan Rp 5 T +Lain-Lain Rp 3 T +Kementerian PU & Pera Rp 34 T +Kementerian Perhubungan Rp 20 T +Kementerian Sosial Rp 14 T +Kementerian Pertanian Rp 17 T + Lain-lain Rp 63 T Sumber: Diolah dari Kemenkeu 32