BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB III KESIMPULAN. digunakan sebagai acuan dasar adalah teori Alan Swingewood. Dalam teorinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI: Tinjauan Sosiologi Sastra Alan Swingewood

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam karya sastra tersebut merupakan hasil imajinasi pengarang yang

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

FEMINISME TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KEMBANG ALANG- ALANG KARYA MARGARETH WIDHY PRATIWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL MENJADI DJO KARYA DYAH RINNI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai medianya. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan telaah kepustakaan yang berhubungan dengan PDH dengan menelusuri penelitian sebelumnya. Telaah pustaka berfungsi untuk melihat akumulasi ilmu terhadap kebaruan penelitian dan menghindari adanya penjiplakan atau pengulangan dalam penelitian. Adapun penelitian PDH dengan pendekatan struktural pernah dikaji oleh Irma Indrawati (2011), mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Penelitian yang berjudul Unsur Intrinsik Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini sebagai Alternatif Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA mengungkapkan hasil analisis unsur intrinsik PDH dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar apresiasi sastra di SMA karena PDH karya Nh. Dini sudah memenuhi kriteria unsur intrinsik novel sebagai alternatif bahan ajar apresiasi sastra di SMA yang meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, gaya bahasa, latar, sudut pandang, dan amanat. Penelitian PDH dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik pernah disusun oleh Oktaviani (1992), mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian yang berjudul Perkembangan Watak Tokoh Waskito dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini tersebut selain menggunakan teori dari bidang ilmu sastra juga teori 9

10 dari bidang ilmu psikologi perkembangan anak sebagai ilmu bantu. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan watak tokoh Waskito banyak dipengaruhi situasi lingkungan keluarga tempat Waskito tinggal dan lingkungan sekolah tempat Waskito belajar. Penelitian PDH dengan pendekatan kritik sastra feminis pernah disusun oleh Rury Hasdyanti Hasman (2015), mahasiswa Universitas Hasanuddin. Penelitian yang berjudul Eksistensi Tokoh Wanita dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini mengungkapkan bahwa hasil analisis tersebut adalah keeksistensian wanita dalam lingkungan masyarakat sangat memberikan dampak positit terhadap anggota-anggota masyarakat di sekitarnya, khususnya anak lelaki. Sejauh ini, belum ditemukan penelitian PDH dengan menggunakan teori sosiologi sastra Alan Swingewood. Atas dasar tersebut, penulis melakukan penelitian PDH dengan menggunakan teori Swingewood. 2. Landasan Teori a. Teori Sosiologi Sastra Alan Swingewood Secara etimologis, sosiologi berasal dari kata Latin socious yang berarti kawan dan kata Yunani logos yang berarti kata atau berbicara. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat (Soekanto, 2004: 4). Swingewood mengatakan bahwa sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial (dalam Faruk, 2010: 1). Terdapat pendekatan sosiologi sastra yang dilatarbelakangi kenyataan bahwa karya sastra tidak dapat lepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat

11 (Swingewood, 1972: 17). Dalam penelitian ini, difokuskan teori sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Alan Swingewood. Dalam bukunya The Sociology of Literature (1972: 13) Swingewood memberi batasan mengenai sosiologi dan sastra sebagai dua disiplin ilmu yang berbeda. Swingewood menyatakan bahwa sociology is essentialy the scientific, objective study of man in society, the study of social institutions and of social processes (Swingewood, 1972: 11). Sosiologi adalah studi ilmiah, studi objektif tentang manusia dalam masyarakat, studi tentang institusi sosial, dan prosesproses sosial, serta berusaha menjawab pertanyaan bagaimana masyarakat dimungkinkan, bekerja, dan bertahan. Sosiologi dan sastra sesungguhnya mempunyai objek kajian yang sama, yaitu manusia dan masyarakat. Perbedaannya adalah sosiologi mempelajari manusia dalam masyarakat pada kehidupan nyata, sedangkan sastra mempelajari manusia dan masyarakat yang telah dimanipulasi dengan imajinatif. Dalam bukunya The Sociology of Literature (1972: 17) menurut Swingewood sosiologi sastra adalah suatu jagat yang merupakan tumpuan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia, karena di samping sebagai makhluk individu, manusia adalah makhluk sosial. Hubungan sosiologi dengan sastra, menurut Swingewood (1972: 31) bersifat dialektis; literature is not only the effect of social causes but also the cause of social effects. Swingewood mengemukakan bahwa sastra tidak hanya memberikan dampak pada masyarakat tetapi juga menerima dampak dari masyarakat. Swingewood melakukan tiga pendekatan terhadap hubungan sastra dengan masyarakat. Pendekatan pertama, adalah sastra sebagai dokumen zamannya. Berdasarkan perspektif tersebut, prinsip bahwa karya sastra (kesusastraan) merupakan

12 refleksi pada zaman karya sastra (kesusastraan) itu ditulis, yaitu masyarakat yang melingkupi penulis sebab sebagai anggotanya penulis tidak dapat lepas darinya. Beberapa teori sastra, yang mendasarkan diri pada positivisme menjadikan sastra sebagai sumber informasi. Sastra sebagai sumber dokumentasi harus banyak memberikan informasi dan banyak pengajaran. Pengarang yang mampu membuat sastra sebagai dokumen sosial, biasanya pengarang yang sudah cukup mahir dan menguasai bidang penulisan (Swingewood, 1972: 32). Pendekatan kedua, memperhatikan bagian produksi sastra dan secara khusus dikaitkan dengan situasi sosial dari pengarangnya. Ketiga, penerimaan masyarakat terhadap karya sastra pada momen historis tertentu atau sastra sebagai refleksi peristiwa sejarah (Swingewood, 1972: 13). Konsepsi cermin mengabaikan para penulis, niat, dan kesadaran penulis. Penulis besar tidak ditetapkan hanya untuk menggambarkan dunia sosial dalam hal sebagian besar deskriptif; penulis memiliki tugas yang lebih penting, yaitu penggambaran karakter dalam situasi artifisial sebagai penemuan 'takdir' pribadi dalam diri penulis, serta untuk menemukan nilai-nilai dan makna dalam dunia sosial. Masyarakat lebih dari suatu ansambel lembaga sosial yang membentuk struktur sosial ini berisi norma, standar perilaku individu sebagai cara yang tepat untuk bertindak dan menilai, serta nilai-nilai yang sadar dirumuskan dan orang berupaya mewujudkan sosial. Hal ini mencerminkan juga nilai-nilai dalam pengertian maksud penulis dan mungkin akan menyarankan pada tingkat nilai itu. Sastra dilihat untuk memperkuat dan menerangi bahan murni sosiologi. Hal ini terutama terlihat dalam sastra yang memilih sendiri sebagai subjek.

13 Melalui karakter fiksi yang melihat dan merekam 'tidak hanya pada realitas di sekitar mereka, tetapi harapan mereka, mimpi dan fantasi'. Dengan demikian, sastra sebagai refleksi dari nilai-nilai dan perasaan, poin baik untuk tingkat perubahan terjadi di masyarakat yang berbeda juga mengenai cara individu-individu menjadi disosialisasikan ke dalam struktur sosial dan tanggapan mereka terhadap pengalaman ini. Dalam penelitian novel PDH karya Nh. Dini lebih cocok menggunakan pendekatan pertama, yakni sastra sebagai dokumen zamannya. Sastra sebagai sumber dokumentasi harus banyak memberikan informasi dan banyak pengajaran. Penelitian ini akan menguak peran kritik sosial pengarang dalam menyikapi problem pendidikan di tahun 80-an. Dari teori Swingewood memunculkan gambaran mengenai keberadaan novel PDH mampu mencerminkan zaman pendidikan di tahun 80-an. b. Kritik sosial Istilah kritik sastra telah dikenal pada sekitar tahun 500 SM. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani krites yang berarti seorang hakim, kata krites merupakan kata benda, sedang kata kerjanya krinein yang berarti menghakimi, kriterion berarti dasar penghakiman, dan kritikos berarti hakim karya sastra (Hardjana, 1981: 2). Dengan demikian, kritik sosial dapat diartikan sebagai penghakiman, tanggapan, kritikan yang ditujukan pada sesuatu yang terjadi dalam masyarakat. Kritik sosial muncul ketika terjadi ketidakpuasan terhadap realitas kehidupan yang dinilai tidak selaras. Adanya pelanggaran-pelanggaran dalam kehidupan masyarakat akan memunculkan kritik dalam kalangan masyarakat itu sendiri. Kritik sosial yang membangun tidak hanya berisi kecaman, celaan, atau tanggapan terhadap situasi

14 tertentu, tetapi juga inovasi sosial sehingga tercapai sebuah harmonisasi sosial. Kritik dapat disampaikan secara langsung maupun secara tidak langsung. Media yang tersedia untuk menyampaikan kritik juga cukup beragam. Menyampaikan kritik sosial bagi karya sastra bermakna sebagai cara sastra menyalurkan aspirasi masyarakat. Bagi sastra, menyampaikan kritik sosial adalah salah satu cara memposisikan sastra sebagai media pelepasan kegelisahan, keprihatinan, dan bahkan kemarahan masyarakat. Kritik sosial merupakan tanggapan pengarang terhadap fenomena permasalahan yang ada di sekelilingnya sehingga seorang pengarang tidak dapat lepas dari pengaruh sosial budaya masyarakatnya. Kritik sosial banyak dijumpai dalam karya sastra sebagai bentuk gambaran realita sosial di masyarakat. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang berisi kehidupan manusia melalui tokoh dan pelaku tidak menutup kemungkinan banyak mengandung kritik sosial. Djajanegara dalam bukunya American Literature (2005: 1) mengatakan bahwa kritik itu bertujuan untuk mengadakan perbaikan terhadap suatu keadaan dalam masyarakat yang dianggap tidak memuaskan. Kritik sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis (Hardjana, 1981: 12). Kritik sastra dapat mengembangkan teori sastra dan sejarah sastra, mengembangkan kesusastraan suatu bangsa dengan penilaiannya; memberikan masukan terhadap masyarakat umum. Hasil analisis kritik sastra dapat membantu masyarakat dalam memahami dan mengapresiasi suatu karya sastra. Novel PDH mengandung kritik sosial pengarang dalam menanggapi problem sosial tentang pendidikan Indonesia mengenai gaji guru, birokrasi, dan fasilitas

15 sekolah di daerah terpencil. Selain itu, terdapat kritik sosial terhadap pendidikan Indonesia yang meliputi profesi guru, pelaksanaan kurikulum dan gaya pengasuhan orang tua anak didik. B. Kerangka Pikir Bagan Kerangka Pikir Kritik Sosial dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini: Tinjauan Sosiologi Sastra Latar Belakang Masalah yakni Novel PDH sebagai Dokumen Zamannya dan Kritik Sosial Teori Sosiologi Sastra Alan Swingewood bahwa Sastra sebagai Dokumen Zamannya Analisis Problem Sosial dalam Novel PDH Kritik Sosial dalam Novel PDH Simpulan

16 Deskripsi penelitian pada PDH dapat dijelaskan dalam kerangka berpikir berikut ini. 1. Pada tahap awal penulis menentukan latar belakang masalah dan rumusan masalah. PDH diasumsikan sebagai dokumen zamannya dan sekaligus sebagai bentuk kritik sosial. Nh. Dini sebagai pengarang menjadi bagian dari masyarakat memiliki tanggapan terhadap problem sosial yang tengah terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kritik sosial pengarang menunjukkan nilai-nilai dan harapan dari pengarang guna memajukan sistem pendidikan di Indonesia. 2. Tahap kedua adalah menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut. Penelitian PDH dikaji menggunakan teori sosiologi sastra Alan Swingewood. 3. Tahap ketiga, penulis menentukan metode dan teknik analisis data yang digunakan. 4. Tahap keempat, analisis permasalahan dengan mengkaji struktur teks, yakni analisis dimulai dari menemukan problem sosial dalam PDH; dan menemukan kritik sosial pengarang dalam novel PDH. 5. Tahap akhir adalah penarikan kesimpulan, yaitu menyimpulkan hasil analisis permasalahan terkait PDH sebagai bentuk kritik sosial pengarang dalam menanggapi problem sosial pendidikan di Indonesia.