BAB I PENDAHULUAN. hands Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Sedangkan Sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTS (Madrasah Tsanawiyah). SMK

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan siswa dalam belajar, baik itu kemampuan dalam. konsep yang telah diberikan oleh guru dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya terutama fisiologi hewan (Mulyani, 2009). Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat membangun SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas,

Achmad Samsudin, M.Pd. JurusanPendidikanFisikaFPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Dalam kamus umum

BAB III METODE PENELITIAN. Pembelajaran Kooperatif Tipe Sinektik Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh sektor kehidupan serta gaya hidup manusia di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh peserta didik. Menurut pendapat Nurkencana (1986:92) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. tidak berbanding lurus dengan lembaga pendidikan baik pendidikan dasar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB I PENDAHULUAN. Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003

Pengelompokkan model 1. Pengolahan Informasi 2. Interaksi Sosial atau Social Models 3. Personal atau Personal Models 4. Sistem Prilaku atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. digunakan sebagai pijakan untuk mencapai hal yang diinginkan atau hal yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi. Oleh: Alanindra Saputra K

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak yang dilakukan pemerintah, beberapa diantaranya dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh sehingga anak lebih dewasa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan saat ini adalah kualitas hasil pembelajaran di sekolah, dimana sekolah

BAB I PENDAHULUAN. atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ahmad Shidiqi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hambatan sehingga belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hambatan utama

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meningkatkan Kemampuan Siswa melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), secara mendasar pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DENGAN MODEL SINEKTIKS YANG DIKEMBANGKAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan atau yang disebut SMK yaitu bagian terpadu dari Sistem Pendidikan Nasional, yang mempunyai peranan penting didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). (Vocational Instructional Service, 1989). Banyak kontroversi tentang pengertian pendidikan kejuruan, semula pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai vocational educational is simply training for skills, training the hands Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai suatu keterampilan, yaitu keterampilan tangan. Pada abad kesembilan belas dimunculkan konsep baru tentang pendidikan kejuruan, yaitu dengan dimasukkannya pendidikan kejuruan ke dalam pemberdayaan profesional, seperti halnya hukum, profesi keinsinyuran, kedokteran, keperawatan dan profesional lainnya. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan non akademis yang berorientasi pada praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

2 Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya. Selanjutnya Calhoun (1982:22) mengemukakan: Vocational education is concerned with preparing people for work and with improving the training potential of the labor force. It covers any forms of education, training, or retraining designed to prepare people to enter or to continue in employment in a recognized occupation. Memahami pendapat di atas dapat diketahui bahwa pendidikan kejuruan berhubungan dengan mempersiapkan seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pelatihan potensi tenaga kerja. Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan, pelatihan, atau pelatihan lebih lanjut yang dibentuk untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki atau melanjutkan pekerjaan dalam suatu jabatan yang sah. Dapat disimpulkan pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan yang bertujuan mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan program studi yang ditempuh untuk persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya. Emily Calhoun (Bruce Joyce dalam Achmad Fawaid dan Atteilla Mirza, 2009:3) mengatakan bahwa: Mengajar yang sesungguhnya adalah mengajarkan siswa bagaimana belajar.

3 Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Sudjana (2005:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita Gagne (dalam Mohamad Surya: 41) Mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan kecakapan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan observasi pendahuluan sebelum melakukan penelitian pada objek penelitian, diperoleh bahwa hasil belajar pada siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran (AP) di SMK Bina Wisata Lembang

4 untuk Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor masih rendah. Hal tersebut didukung dengan data hasil nilai ulangan harian Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Bina Wisata Lembang yang masih rendah dengan presentase sebagai berikut: Tabel 1 Nilai Hasil Ulangan Harian Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor Tahun Pelajaran 2011/2012-2013-2014 No Tahun KKM Rata-rata X AP 1 X AP 2 Jumlah Rata-rata Keterangan 1 2011-2012 70 69-69 - 2 2012-2013 70 70 69 69,5 Naik, 0,72% 3 2013-2014 70 60 65 62,5 Turun, 10,07% Sumber : Data Pra-Penelitian yang telah diolah Data diatas memperlihatkan rata rata kelas X AP pada tiga tahun terakhir untuk kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen-dokumen kantor yang memperoleh nilai tidak memuaskan, karena tidak melebihi nilai KKM yang ditetapkan. Tahun pertama jumlah rata-rata yang diperoleh adalah 69, dibandingkan dengan tahun pertama tahun kedua naik 0,72% menjadi 69,5, dan pada tahun ketiga dibandingkan dengan tahun kedua memperoleh jumlah rata-rata kedua kelas yang turun 10,07% mencapai 62,5. Peneliti menduga hal tersebut terjadi disebabkan karena metode pembelajaran yang

5 tidak efektif dimana alur komunikasi hanya dilakukan satu arah yaitu guru hanya menyampaikan informasi kepada siswa mengakibatkan peluang siswa untuk bertanya atau kreatif menjadi kurang sehingga menghasilkan respon yang kurang baik dari siswa pada kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen-dokumen kantor. Kunci mendapatkan model yang baik adalah dengan menggunakannya sebagai perangkat penelitian. Kita menyediakan lingkungan-lingkungan pembelajaran, mempelajari respons siswa, dan belajar dari pengalaman, pada akhirnya, ini semua akan menjadi pekerjaan yang sedikit berbeda dan lebih baik. Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam mendidik diri mereka sendiri. Adanya berbagai macam Model Pembelajaran Kooperatif yang ada, peneliti memilih untuk menggunakan Rumpun Model Pembelajaran Memproses Informasi yaitu, model pembelajaran yang lebih menjelaskan bagaiman cara individu memberi respons rangsangan dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan merencanakan pemecahan masalah, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Peneliti menganggap bahwa Rumpun Model Pembelajaran Memproses Informasi sangat sesuai dengan Mata Pelajaran Produktif Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi. Mata Pelajaran Produktif Melakukan Prosedur Administasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen-Dokumen Kantor adalah salah satu mata pelajaran yang sangat berpengaruh terhadap keahlian siswa,

6 seperti yang diketahui bahwa peran surat/dokumen sangat penting dalam sebuah organisasi/ instansi. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Soedarmayanti (2001:162), surat adalah alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan kepada pihak lain untuk menyampaikan berita. Surat masih digunakan sampai sekarang karena surat memiliki kelebihan dengan sarana komunikasi lainnya, kelebihan tersebut kerena surat lebih praktis, efektif, dan ekonomis. Keunggulan surat akan lebih bermanfaat bila dalam penanganan surat dilakukan dengan baik dan benar sehingga makna surat akan lebih terasa manfaatnya. Pada mata pelajaran produktif standar kompetensi melakukan prosedur administasi, khususnya di kompetensi dasar mengidentifikasi dokumen-dokumen kantor, yang mana banyak mempelajari mengenai bagaimana cara mengidentifikasi dokumen/surat secara benar akan sangat berhubungan erat dengan mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan pemecahan masalah didukung dengan penggunaan simbol-simbol baik itu verbal dapat berupa video mengenai cara melakukan prosedur administrasi yang benar maupun secara nonverbal yang dapat berupa contoh-contoh surat sehingga siswa dapat mengidentifikasi dokumen/surat baik dari macamnya, bentuknya, dan jenisnya. Model Pembelajaran Memproses Informasi terbagi atas delapan model pembelajaran diantaranya a.model Pencapaian Konsep (Concept

7 Attainment), b.model Berpikir Induktif (Inductive Thinking), c.model Latihan Penelitian (Inquiry Training), d.model Pemandu awal (Advance Organizer), e.model Memorisasi (Mnemonic), f.model Pengembangan Intelek (Developing Intellect), g.model Penelitian Ilmiah (Scientific Inquiry) dan h.model Sinektik. Dari kedelapan model tersebut, peneliti akanmenggunakan Model Pembelajaran sinektik untuk diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Metode pembelajaran sinektik yang Inti dari model sinektik ialah aktivitas metapora yang meliputi analogi langsung, analogi personal dan konflik yang dipadatkan. Kegiatan metaporis bertujuan menyajikan perbedaan konseptual antara diri siswa dengan obyek yang dihadapi atau materi yang dipelajari. Diduga dapat merubah hasil belajar siswa menjadi lebih baik karena Metode pembelajaran Sinektik merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas, model sinektik biasa digunakan untuk keperluan mengembangkan aktivitas kelompok dalam organisasi industri, di mana individu dilatih untuk mampu bekerja sama satu dengan yang lainnya dan nantinya berfungsi sebagai orang yang mampu mengatasi masalah (problem-slovers) atau sebagai orang yang mampu mengembangkan produksi (productsdevelopers). Peneliti ingin membandingkan model pembelajaran sinektik efektif diterapkan atau tidak, oleh karena itu peneliti membandingkan dengan Model Pembelajaran yang satu rumpun dengan mengelola informasi yaitu

8 Berpikir Induktif, khususnya bagi siswa dalam Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administasi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen- Dokumen Kantor, karena dengan Model Pembelajaran Berpikir Induktif siswa dibantu untuk berpikir dan berlatih untuk membuat kesimpulan dan prinsip, hingga diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pernyataan diatas akan dibuktikan dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang akan membandingkan antara hasil belajar siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Sinektik dengan Model Pembelajaran berpikir induktif dalam proses belajar mengajar di kelas. 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Merujuk pada latar belakang yang telah di paparkan di atas, yang menjadi inti dari permasalahan ini adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, dimana hanya melakukan model pembelajaran yang kurang memberi kesempatan siswa untuk berkreativitas sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Sinektik pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administasi di Kelas X AP SMK Bina Wisata Lembang? 2. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Berpikir Induktif pada Standar

9 Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di Kelas X AP SMK Bina Wisata Lembang? 3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Sinektik dengan tipe Berpikir Induktif pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi di Kelas X AP SMK Bina Wisata Lembang? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh pengetahuan lebih mendalam dan secara ilmiah mengenai Penerapan Model Pembelajaran Tipe Sinektik dan Berpikir Induktifuntuk melihat apakah model pembelajaran tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Serta tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran hasil belajar siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran tipe Sinektik Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administasi Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Bina Wisata Lembang. 2. Peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran hasil belajar siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran tipe Berpikir Induktif Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administasi Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Bina Wisata Lembang. 3. Peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran tipe Sinektik dan Berpikir

10 Induktif Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administasi Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Bina Wisata Lembang. 1.4. Kegunaan Penelitian Manfaat dari penelitian ini untuk mengembangkan model sinektik dalam mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi di SMK untuk mengembangkan kreativitas siswa. Diharapkan akan mampu memberikan informasi dan dapat dijadikan referensi bagi pembaca untuk bahan kajian lebih lanjut mengenai model-model pembelajaran kooperatif dan memberikan manfaat bagi sekolah maupun peneliti. 1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dijadikan informasi dan bahan referensi para guru dalam kegiatan belajar mengajar yang berhubungan dengan metode pembelajaran kooperatif guna meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat mengoptimalisasikan teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisis fakta, data, dan peristiwa yang terjadi untuk dapat ditarik kesimpulan secara objektif dan ilmiah.