SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA

dokumen-dokumen yang mirip
FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI!

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL

Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar. Oleh: Shohib Masykur

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun Desember 1969

Tesalonika pertama 1. Tesalonika pertama 2

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

SEDJARAH TELANDJANG MEMBUKA. MULUT MANUSIA BISU Chris Hartono

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

M * H A m m A» H A T T a

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

8 t o i a * H, 3 1 OCT 2WI* 114 DEC tti- SEP 2o,2

DJAKARTA. Sekarang tiba gilirannja: dia djuga mau pergi ke Djakarta.

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Kolose 1 Salam doa Utjapan sjukur karena iman sidang djumaat Doa rasul supaja sidang djumaat makin kenal kemuliaan Keristus

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM

Pilipi 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena persekutuan sidang djumaat Berita tentang keadaan rasul waktu ia terbelenggu

Prof. Dr SJAICH MAHMOUD SJ/ FATWA FATWA PE N E R B I O J A K A R TA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK SERIKAT NOMOR 7 TAHUN 1950 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

UNDANG-UNDANG DASAR SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA. UU No. 7 Tahun 1950, LN , d.u. 15 Ag Presiden Republik Indonesia Serikat.

Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan.

INTI PENGETAHUAN REPELITA I-:'. : \ ' ft >»7 <-S. v\*' *v vt _<o-v. oleh: Drs C.S.T. Kansil S.H. fa k* hukj...

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

UNDANG-UNDANG 1945 NOMOR 1 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pandangan kita hanja terbatas pada kebaktian Minggu.

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA

[MENDAJUNG ANTARA DUA KARANG]

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Galatia 1 Salam doa Dari hal jang menjebabkan rasul berkirim suratnja Pemberitaan Paulus asal daripada Allah

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

dari Pemakaian Butas Sebagai Bahan Konstruksi Lapisan Permukaan Djalan.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

29 PENGGUNAAN ISOTOP ZAT ARANG (c 14) UNTUK PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PRIMER DI LAUTAN Oleh : Aprilani SoegiartO. Pendahuluan

SEGI-SEGI DJURNALISTIK D4KIPADA PERS

Madjalah Kristen Kebangunan Rochani A P I M E N J A L A

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Memutuskan: Menetapkan:

Pidato Bung Karno, 27 Oktober 1965

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Banjak orang jang menganggap, bahwa bekerdja buat Tuhan berarti harus mendjadi pendeta, dan harus disiapkan di Sekolah Alkitab.

Transkripsi:

Kencana, No. 2 Hal. 6 Th I - 1958 Drs. Asrul Sani SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Tjatatan: Drs. Asrul Sani adalah terkenal sebagai seorang essays jang djuga termasuk salah seorang pengarang dari ANGKATAN 45. Dan artikel dibawah ini adalah terjemahannja jang diutjapkan pada penjelenggaraan Kongres PARFI ke II jang telah diadakan di Gedung Pemuda Djakarta, pada tgl. 16 s/d 19 Maret j.b.l. Pokok atjara jang harus saja bitjarakan hari ini, jaitu soal pembangunan djiwa bangsa bukanlah suatu atjara jang belum pernah dipersoalkan orang. Boleh dikatakan, bahwa hampir setiap orang Indonesia jang merasa berkewadjiban untuk memikirkan nasib dan kemadjuan bangsanja sampai kepada permasalahan ini. Dan disana-sini dalam surat kabar kita djumpai utjapan-utjapan jang ada hubungannja dengan permasalahan ini. Segalanja ini menunjukkan, bahwa soal ini adalah suatu soal jang penting, jang patut sekali beroleh pemikiran jang sesame. Kalau saja tidak salah, maka baru dalam pidato presiden tanggal 17 Agustus jang lalulah, untuk pertama kalinja dalam rentetan pidato-pidato 17 Agustus beliau, diutjapkan beberapa penilaian dan harapan mengenai dunia kesenian. Kali itulah baru pertama kalinja, beliau setjara resmi pada ulang tahun kemerdekaan bangsa, beliau menjatakan, bahwa sandiwara kita, kesusasteraan kita tidak beroleh kemadjuan sebagaimana harusnja. Bagaimanapun djuga hukuman jang ditimpakan beliau kepada kita, tapi kita menganggap sebagai suatu tanda jang baik, bahwa dalam mempersoalkan masalah-masalah jang dihadapi bangsa kita masaalah kesenian djuga dikutsertakan. DJATUH KETANGAN KAUM BIROKRAT Memang dalam masa-masa jang lalu kata-kata seperti kata kebudajaan selalu masuk dalam pelbagai atjara, tapi dalam prakteknja kita melihat bagaimana kata kebudajaan pelaksanaannja djauh sekali dari mengikut-sertakan kaum seniman setjara besar-besaran. Kata kebudajaan ini telah djatuh kedalam tangan kaum birokrat-birokrat jang bekerdja dengan ukuran-ukuran tertentu, sehingga bukannja ia mendjadi sesuatu jang menolong kehidupan kesenian atau kegiatan kaum artis dinegeri tapi malah menjusahkan. Karena dalam pengaturan-pengaturan soal-soal kebudajaan ini telah masuk rasa-rasa atau istilah jang bertentangan sama sekali dengan

djiwa lintjah kaum seniman dan tradisi seni jang baik, jaitu merintis djalan jang baru dalam soal kedjiwaan dan kemudian memaparkannja kepada rakjat banjak. Dalam membitjarakan, masalahmasalah kebudajaan orang terlebih dahulu merasa takut. Orang sibuk membitjarakan soal infiltrasi kebudajaan, orang takut kepada perusakan kebudajaan apa jang orang sebutkan kebudajaan timur, orang takut kepada perobahan. Orang mentjoba membuat sintese setjara dibuat-buat atau setjara kunstmatig sedangkan hal-hal jang lahir dari kewadjaran kehidupan atau tidak diperdulikan sama sekali atau malahan dianggap berbahaja. Segalanja ini adalah perasaan-perasaan dan perbuatan-perbuatan jang bertentangan sama sekali dengan tradisi seni jang baik.djika kita hendak memulai suatu perbuatan seni, maka kita tidak bisa mulai dengan terlebih dulu berasa takut, apalagi measa takut akan terjadinja suatu perubahan. Dengan demikian terdaptlah suatu konflik antara keinginan-keinginan kaum artis dan apa jang saja sebutkanlah dulu birokrat-birokrat kebudajaan. Jang menjedihkan, ialah, kedua golongan ini berniat baik, tapi hasil kerdja sama kedua golongan ini terlalu sering mengetjewakan sifatnja. Difihak kaum seniman atau artis kita dengan keluhan-keluhan bahwa kepentingan mereka tidak diperhatikan, bahwa usaha mereka dipersulit, bahwa mereka tidak dihiraukan sama sekali. Sedangkan fihak resmi merasa, bahwa ia telah berusaha sekuat mungkin untuk menjokongmana jang menurut hemat mereka patut disokong. Soalnja sebetulnja terletak pada masalah mana jang patut mana jang tidak ini, karena dalam hal ini kita akan menentukan mana jang penting dan mana jang tidak penting. Masaalah patut dan tidak patut ini tidak akan timbul, sekiranja pemerintah mempunjai suatu politik jang lengkap dalam mengikut sertakan kaum seniman dan kaum artis dalam pembangunan bangsa kita ini, bahwa ini sampai sekarang tidak terdapat, saja kira bukanlah karena enggannja pemerintah untuk mengadjak serta kaum arits tapi rupanja karena pengertian dari fungsi jang dapat didjalankan oleh kaum artis tidak ada sama sekali. Kita merasa, bahwa sebagian besar pemimpin atau pendjabat tinggi kita menghadapi masaalah kesenian ini dengan suatu kiasan tangan sambil lalu sadja. Dan sekiranja kita paksa mereka pada suatu kesempatan untuk memikirkannja dengan sungguh-sungguh, maka kita lihat mereka merasa gerah dan mereka seolah-olah harus memutar balikkan djalan fikiran mereka dan menempuh daerah-daerah jang selama ini tidak ada mereka bajangkan. Memang, tidak sangsi lagi pejabat-pejabat ini jakin, bahwa kesenian dan kaum artis harus dimadjukan, tapi dimana tempat golongan terachir ini dalam revolusi pembangunan jang besar jang sedang kita djalankan sekarang ini tidaklah djelas. Djika saja mengatakan, mengikut sertakan kaum artis dalam pembangunan bangsa kita ini, maka itu bukanlah berarti, bahwa saja menghendaki supaja kaum artis diangkat mendjadi pendjabatpendjabat, djuga tidak supaja mereka mendjadi alat untuk mengandjur-andjurkan suatu matjam politik. Bukan disitu letaknja, bantuan jang lebih besar dalam pembangunan djiwa bangsa bia lebih besar lagi, djika kita selidiki baik-baik masaalah-masaalah jang harus kita hadapi dalam membangunkan negeri ini.

DINAMIK DJIWA Dalam membitjarakan soal pembangunan tanah air ini orang bisaanja berfikir dalam segi-segi ekonomi dan politik. Orang begitu asjik memuatkan fikiran kepada kedua soal ini, sehingga dengan tidak disadari, banjak bangsa kita telah membuat fikirannja sendiri mendjadi pitjik. Demikian seorang eksekutif tinggi baru-baru ini mengatakan: Jang kita perlukan adalah insinjur-insinjur dan bukan artis-artis atau seniman-seniman. Sedangkan seorang pedjabat tinggi jang lain berkata: Kalian kaum seniman adalah orang-orang jang tidak berguna atau seperti diutjapkannja dalam bahasa Belanda nietsnut. Utjapan-utjapan ini adalah utjapan jang menjakitkan hati, tapi tidak usah kita djadikan bahan agitasi, karena ia toh tidak djuga akan merubah keadaan. Lebih baik dari pada itu, ialah menenangkan fikiran sebaik-baiknja dan kemudian dengan segala usaha mendjelaskan bahwa utjapan-utjapan itu tidaklah benar, dan bahwa kaum artis atau seniman bukannja tidak mempunjai tempat dalam menghadapi masaalah pembangunan di Indonesia ini, biar pembangunan ekonomi sekalipun. Pembangunan bangsa kita atau kehidupan bangsa kita, bukanlah suatu proses bersahadja jang terdiri dari perobahan alat-alat, misalnja pergantian patjul dengan traktor atau pengolahan sumber-sumber kita dengan tidak ada pengetahuan mendjadipengolahan sumber-sumber dengan pengetahuan. Tidak, ia tidak begitu mudah. Dalam pembangunan ini tersangkut hal-hal jang sangat erat ikatannja dengan akar kebudajaan kita dengan kehidupan kedjiwaan kita. Proses pembangunan harus sedjalan dengan suatu revolusi kedjiwaan jang besar, karena itu dalam sector apapun djuga kita membangun, kita harus mengikut sertakan factor-faktor jang lazimnja dinegeri orang tidak usah mendjadi permasalahan. Karena eratnja hubungan pembangunan ini dengan sikap djiwa, maka erat djugalah hubungannja dengan penggambaran type-type manusia baru. Dari telaah-telaah jang telah diperbuat oleh ahli-ahli bangsa asing maupun sardjanasardjana Indonesia, maka ternjata, bahwa soal pembangunan negeri kita ini, bukan sadja soal modal atau alat atau kesanggupan, tapi lebih lagi soal dinamik djiwa bangsa kita. Buat kita masaalah terpenting sekarang, ialah, darimana kita harus beroleh dinamik djiwa jang besar untuk memberikan djawaban atas tantangan jang dilontarkan oleh dunia Internasional kepada kita. Selama ini kita mendjawab tantangan-tantangan dari dunia modern dengan tjar-tjara kuno, dengan djiwa feodal dengan ketiada sanggupan sama sekali, sehingga jang kita peroleh dari segalanja ini ialah kemiskinan jang makin mendjadi-djadi dan kehidupan jang makin mendjadidjadi dan kehidupan jang makin berlarut-larut. Kesemuanja ini menundjukkan, bahwa disamping keahlian dan faktor-faktor ekonomi chusus, pembangunan kemakmuran suatu bangsa seperti jang sedang kita kerdjakan sekarang djuga mempunjai dimensi manusia. Hal ini telah disadari sebaik-baiknja oleh Sovjet-Rusia. Itu makanja dalam menjusun rentjana untuk membangunkan negerinja Sovjet-Rusia telah memusnahkan susunan hidup lama dengan segala nilai-nilai kehidupannja dan membangunkan suatu kehidupan baru. Itu makanja dalam susunan ini kaum seniman mempunjai kedudukan jang amat penting, biarpun tjara mereka menempatkan seniman dalam sistem mereka tidak mungkin dapat diterima oleh setiap seniman jang masih mempunjai respek terhadap diri sendiri. Tapi bagaimanapun djuga, ini adalah suatu

bukti jang aik, bahwa pengikut sertakan kaum seni dalam pembangunan adalah suatu sjarat jang mutlak bagi pembangunan ini. TYPE MANUSIA BARU Diantara bangsa kita masih banjak jang begitu naïf untuk pertjaja, bahwa kita dapat mengambila teknologi Barat dengan tidak ditjederai sama sekali oleh unsur-unsur kebudajaan mereka. Banjak orang jang masih pertjaja, bahwa kita dapat mengambil kapal terbang Eropa dengan tak usah terpaksa sekali moral jang dibawa oleh kapal terbang tersebut. Artinja orang mau memasukkan jang baru dengan mempertahankan jang lama supaja tetap murni. Memang ada negeri seperti Djepang jang telah melakukan eksperimen ini. Mereka telah berhasil menjesuaikan diri dengan kehidupan modern dengan tidak merobah struktur kedjiwaan mereka. Tetapi pengalaman sesudah perang dunia kedua memperlihatkan, bagaimana gojahnja susunan itu, bagaimana besarnja pertentangan-pertentangan sosial jang telah timbul di Djepang dan bagaimana bingungnja bangsa Djepang pada saat ini dalam soal kedjiwaan. Kemana mereka akan sampainja tidaklah kita ketahui. Pembaharuan alat tidak boleh tidak harus disertai oleh pembaharuan djiwa. Djika kedjiwaan ini kita tinggalkan, maka alat-alat itu tidak akan ada arti sama sekali. Traktor-traktor jang dimasukkan oleh pemerintah akan tinggal berkarat dan mesin-mesin jang semestinja harus memberikan hasil akan tinggal terbengkalai. Alat-alat baru menghendaki type-type manusia baru. Dan type-type manusia baru tidaklah ditjiptakan atau dibangunkan oleh insinjur-insinjur bangunan atau insinjur-insinjur mesin. Ia harus dibangun oleh insinjur-insinjur djiwa, oleh mereka jang kerdjanja mendalami liku-liku kehidupan manusia dan kepelikan-kepelikan pengalaman-pengalamannja dan kemudian menggambarkannja kembali sebagai hasil dari satu kesadaran. Insinjur-insinjur ini adalah kaum seniman, adalah kaum artis. Hubungan antara pembangunan konomi dan pembangunan djiwa atau perobahan-perobahan sikap djiwa ini, hanja saja kemukakan setjara sepintas lalu sadja. Tjontoh-tjontoh jang mejakinkan dalam hal ini banjak sekali dan segi-segi jang terdapat didalamnja sangat menarik, tapi saja kira bukanlah disini tempatnja untuk mengemukakan permasalahan ini. Ia saja kemukakan sepintas lalu, bahwa masaalah pembangunan kita mempunjai dua matjam segi, segi lahir dan segi kedjiwaan, dan bahwa latar-latar belakang dari segala permasaalahan kita adalah permasaalahan kebudajaan, dimana kaum seniman atau artis bisa mempunjai jang penting. Sungguhpun pertemuan kita ini bukanlah pertemuan untuk mempersoalkan masalah ekonomi atau politik, tapi ingin sadja mengandjurkan kepada sesama kawan-kawan seniman dan artis supaja djangan menutup mata ke permasalahan politik dan ekonomi ini. Bukannja karena kita mau aktif dalam lapangan itu, tapi supaja kita djangan dipertele-telekan oleh orang-orang jang tidak djudjur, dan karena sering-sering kedudukan kita ditentukan oleh permasalahan jang lahir dari kedua lapangan ini.

Setelah njata kedua segi pembangunan itu, kita bisa bertanja apakah jang dapat kita tawarkan? Banjak sekali. Ambillah satu masaalah jang kita hadapi sekarang. Jaitu, masaalah kesatuan bangsa. Banjak orang sudah mengutjapkan bahwa kesatuan bangsa harus dipertahankan tapi sedikit sekali orang jang mengemukakan, apakah tjara-tjara jang dapat dilakukan untuk memperkokoh kesatuan bangsa ini. Salah satu faktor jang mengikat kita sebagai satu bangsa, ialah soal bahasa: bahasa kesatuan, bahasa Indonesia. Bahasa adalah penting karena dengan bahasa itu kita bisa memperdekat hubungan. Karena pemikiran menghendaki penguasaan bahasa sebaik-baiknja, karena kebanggaan atas satu bahasa bisa membawa satu bangsa kepengikatan erat. Dan bahasa adalah alat dari kaum artis diatas pentas, didepan kamera dan dibelakang tjorong radio. Sekiranja kita periksa sumbangan jang telah diberikan sandiwara film dan radio dalam mempopulerkan bahasa Indonesia dikalangan bangsa kita, barangkali prestasinja djauh melebihi apa jang telah ditjapai oleh lembaga-lembaga perguruan jang ada sekarang. Tapi ia djuga dapat merusak bahasa, karena alat-alat jang sangat hebat jang ada padanja, dapat menjebabkan kesalahan-kesalahan bahasa tersiar luas dan dipergunakan orang dengan ketjepatan jang teramat tjepat. Karena itu, sekiranja kita kaum artis disatu fihak menghendaki, supaja kita dengan resmi diikutsertakan dalam revolusi pembangunan bangsa kita ini, maka sebaliknja kita harus memikul kewadjiban untuk mempeladjari bahasa ibu kita sebaik-baiknja dan dengan demikian menjiarkan pengaruh jang baik ke masjarakat jang luas. Alangkah baiknja djika PARFI dengan dibantu oleh kementrian P.P.K. berusaha ke arah ini. Tapi ini bukanlah satu-satunja hal jang bisa kita kerdjakan dan jang satu-satunja terpenting. Saja ingin kembali kepada pembangunan type-type manusia baru seperti jang tadi saja kemukakan. Dalam masjarakat kita sekarang ini tumbuh tokoh-tokoh jang berbeda dari generasi jang lewat. Type-type jang pertjaja kepada kebebasan djiwa, kepada kebenaran-kebenaran jang ditimbulkan oleh zamannja sendiri dan zaman jang akan datang dan jang mulai mengembangkan inisiatif dengan dinamik jang besar. Type-type ini adalah type-type jang menghembuskan kehidupan baru dalam kehidupan kita. Tapi dalam pertarungan hidup jang terdapat sekarang ini, dalam bentrokan berbagai kepentingan maka type-type ini seolah-olah terdesak dan ditekan sehingga suaranja jang amat perlu bagi kita dan tampilnja kedepan amat perlu bagi bangsa kita dalam usaha menghidupkan dinamik djiwa besar, tidak kelihatan sama sekali. Tokoh-tokoh seperti ini ada dimana-mana, baik di kota-kota besar seperti Djakarta ini maupun didaerah pedalaman. Bagi kepentingan kemadjuan kita adalah amat penting sekali, supaja type-type ini dikemukakan dan dibiarkan berkembang dan dikenali orang banjak. Djiwa jang menguasai type-type baru inilah jang diperlukan sekali bagi pembangunan tanah air. Dan karena itu harus dikembangkan dan diperlihatkan kepada orang banjak. Inilah type-type jang akan membuat alat-alat ekonomi modern djadi hidup dalam tangan mereka. Typetype jang akan membuat pengetahuan djadi berguna bagi bangsa kita. Type-type jang dapat melahirkan dinamik jang besar untuk mendjawab tantangan jang dilemparkan oleh dunia modern. Type-type ini harus ditemui. Dan siapakah tokoh jang terbaik

untuk menemuinja: kaum senimanlah, kaum pengarang. Dan siapa jang akan dapat merekonstruksikannja kembali banjak: kaum artislah! Kaum pemain sandiwara dan film. Adalah suatu kewadjiban jang mulia bagi kaum artis saat ini untuk menggambarkan manusiamanusia baru ini diatas pentas atau didepan kamera, manusia-manusia dengan reaksinja jang tersendiri jang akan mendjadi harapan untuk hari besok. Karena itu alangkah baiknja, djika pemerintah mendjadari kemungkinan-kemungkinan kaum artis ini, dari potensi jang begitu besar bagi pembangunan djiwa bangsa kita dan memasukkannja dalam rentjana pembangunan bangsa kita. Karena alangkah ruginja nusa dan bangsa, djika potensi jang menggambarkannja sebagai suatu jang hidup depan orang begini besar hanja diingat baru djika ada pertundjukan-pertundjukan amal jang hendak dilakukan atau oleh karena suatu badan memerlukan uang. Sandiwara dan film adalah alat-alat jang perkasa untuk mendidik djiwa bangsa dan artis mempunjai peranan penting dalam hal ini. Semoga PARFI mau berusaha untuk mejakinkan pemerintah ke arah ini dan semoga pemerintah tjerah hatinja dan menjadari potensi ini lalu ingat kepadanja dalam pembangunan besar jang sedang kita lakukan sekarang ini. Terima kasih! Djakarta, 15 Maret 1958