FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi"

Transkripsi

1 Sumber : Aneka No. 25/VIII/1957 Berikut ini dihidangkan buat para pembatja Aneka sebuah naskah jang tadinja adalah prasarana jang di utjapkan oleh sdr. Asrul Sani dalam diskusi besar masalah sensor, diselenggarakan oleh PPFI pada tanggal 11 bulan Oktober j.l. harus kiranja ditjatatkan bahwa naskah tsb. Kami peroleh dari seksi publisiter PPFI sendiri, naskah stensil jang telah dikoreksi kembali oleh sdr. Asrul Sani. FILM & SENSOR Ditindjau dari sudut kreasi Pertama marilah kita perhatikan sumber dan fungsi seniman. Suatu masjarakat bukanlah sebuah milik jang mati, tapi adalah kumpulan ketjondongan 2 jang silih-berganti, sebagian terlaksana sebagian kandas, pengalaman setiap saat memberikan tepi-langitnja sendiri. Perumusan pengalaman jang terkandung dalam tepi-langit suatu kurun-zaman dan masjarakat, tidak sadja ditentukan oleh kedjadian 2 dan keinginan 2 tapi lebih lagi oleh konsepsi 2 dasar jang ada padasaat itu jang diperlukan untuk menguraikan dan melukiskan pengalaman 2 sehingga bisa menjadi suatu kesadaran. Konsepsi 2 ini akan lahir perasaian 2 sedjarah dan pengalaman. Itu makanja setiap zaman akan memberikan tjara pendekatan permasalahannja sendiri dan dengan itu suatu pertukaran keadaan akan memadjukan rumusan 2 pertanjaan jang berbeda dari zaman jang lampau. DEMIKIAN DJUGA HALNJA dengan zaman dan masjarakat kita. Masjarakat kita sekarang berada dalam zaman perobahan jang sangat tjepat, dimana pengalaman boleh dikatakan dengan tak bertahan, pengalaman 2 mana akan memberikan tepi-langit 2 atau horizonja sendiri. Djika seorang mentjoba menjigi pengalaman tersebut, dan mendjadikan idee 2 jang saat itu masih abstrak mendjadi benda bertubuh, hidup dan beroleh bentuk maka terdjadilah proses pentjiptaan suatu hasil seni. Seorang seniman sedjati adalah anak dari zaman dan masjarakatnja sendiri. Djika saja berkata zaman atau masjarakat, maka jg saja maksud bukanlah masjarakat dan zaman menurut gambaran jang dikehendaki oleh pelbagai pemimpin susila, para pendidik dan segala kaum hipokrit dan puritein, tapi adalah masjarakat jang dibentuk oleh bantingan 2 sedjarah, perhubungan manusia, oleh musim kemarau atau musim panas, oleh waktu dan oleh tenaga 2 jang ada didalam dan diluar genggaman manusia. Bukan sebuah masjarakat dan zaman jang dibangun menurut logika suatu pemikiran, tapi masjarakat dan zaman jang menpunjai logika sendiri. Dari sinilah lahir seorang seniman dan dari sinilah menjauk bahannja. Dari suatu sumber dimana kedjahatan dan kebaikan hidup berdampingan tjampur aduk. Ini adalah suatu rachmat sebetulnja,

2 karena seorang seniman adalah hati sanubari dari suatu masjarakat dan zaman. Dan ia tidak akan dapat melakukan kewadjibanja sebagai hati sanubari atau geweten itu djika ia hanja diperbolehkan memakai kebenaran 2 jang resmi, jang telah diakui dibangku 2 sekolah, atau dikementrian pendidikan ataupun agama. Suatu gewetan atau sanubari membenarkan dirinja rechtvaardig zichzelf bukan karena kebersihan dan kemuliaan dirinja, tapi karena ia memperlihatkan jang buruk dalambandingan kebersihan jang ia jakini. Djadi ia tidak bisa berwudjud, jika tidak ada keburukan 2 terdjadi. Dan karena dalam sedjarah manusia keburukan dan kedjahatan ini selalu ada, itu makanja ia mempunjai tempat jang penting dalam kehidupan manusia. Djika seorang ingin supaja ia berkembang dan memadjukan kebudajaan bangsa, memperkaja perbendaharaan djiwa manusia, membawa bangsanja kearah kematangan bathin, maka orang harus mengakui kebebasanja untuk memakai segala bentuk benda jang ada diatas bumi ini untuk kepentingan pekerdjaannja. Ini semua berlaku untuk semua tjabang seni, djuga untuk film. Marilah kita perhatikan fitri. Marilah kita perhatikan fitri film sebagai medium seni. Film adalah seni jang berdasarkan observasi. Karena kemungkinan 2 sifat tabii jang diberikan oleh materi film, maka seorang seniman film harus memberi bentuk kepada ideenja dengan pertolongan gambar 2 jang bergerak. Primair dengan gerak dan gerak inilah ia mengadakan komunikasi dengan peminat 2 nja. Hanja dengan gambar 2 jang bergerak ini jang kelihatan dilajar putih kita dapat beroleh pandangan tepi-langit pengalaman jang dihasilkan masjarakat dan zamanja dan jang tersimpan sebagai suatu jang tak berbentuk dalam dirinja. Film terdiri dari pengambilan 2 gambar 2 jang terpisah 2 jang kemudian dipersambung 2 kan. Tapi menonton sebuah film bukan berarti melihat suatu rentetan dari gambar 2 jang dipersambungkan, tapi mengalami suatu drama, suatu kesatuan jg lengkap, biarpun drama dan kesatuan ini hanja bisa terlahir dari sintesis gambar 2 jang dipersambungkan itu. Karena seniman film ini harus menjampaikan isi hatinja dengan pertolongan gambar 2, maka dengan sendirinja harus mengemukakan hal itu dengan pertolongan dunia lahir jg ada sekelilingnja. Djadi djika sekiranja dalam kesusastraan kita mau mengatakan, bahwa seseorang berdusta, kita tjukup menjatakan tuan x berdusta, maka seorang seniman film harus memperlihatkan tindakan kedustaan itu untuk kepentingan ini ia akan membuat pilihan dari gambar 2 atau situasi 2 jang diambil dari dunia penonton sendiri atau se-tidak 2 nja ada dalam dunia pengalaman kedjiwaan penonton. Soal pengalaman dan keadaan keliling penonton ini amat perlu, karena hanja demikian ia dapat mengadakan komunikasi jang baik dengan penonton atau penikmat. Djadi kalau ia mau mentjeritakan tentang sebuah pasar di Djakarta misalnja, ia harus membuat analisa dari pasar itu. Ia kemukakan segi 2 karakteristik dari pasar tersebut. Misalnja ia kemukakan shot orang berdjual beli dan shot 2 pedagang 2 klontong. Tapi ini baru memperlihatkan pasar, belum lagi pasar Djakarta. Djadi hal jang karakteristik dari pasar Djakarta misalnja harus ia perlihatkan, misalnja sadja orang berdagang djamu dan orang minum djamu. Biarpun kemetrian kesehatan dan dokter 2 pada berseru bahwa pergi kedokter lebih baik dari pada pergi ketukang djamu, selama tukang djamu ini masih mendjadi karakteristik pasar itu, selama itu pula si seniman harus diizinkan memperlihatkan tukang djamu itu. Biarpun kita mengutuk tukang djamu itu se-djadi 2

3 dan berdoa lima kali sehari supaja tiap membuat djamu dengan segera dimasukkan kedalam neraka, tapi selama ia masih ada di pasar Djakarta dan mendjadi karakteristik pasar itu, maka tukang djamu ini mendjadi bagian dari dunia tabii (physical word) jang boleh dipakai seorang cineas untuk mentjeritakan kisahnja atau memberi bentuk pada apa jang hendak ia katakan. Berhubung dengan hukum 2 medium jang ia pergunakan, ia tak dapat mengelakkan diri dari pemakaian kenjataan jang ada, baik resmi diakui atau tidak. Ini tidak sadja mengenai keadaan tapi djuga watak manusia. Djika la memperlihatkan suatu kedjahatan, bukan berarti ia mengandjurkan kedjahatan, tapi menuding bahwa kedjahatan itu masih sadja ada. Lagi pula bagian2 ini bukanlah tudjuan, tapi bagjan2 jang kelak harus membangunkan suatu kesatuan dalam bentuk sebuah idee, sebuah pandangan hidup atau sebuah drama manusia. Dan seperti saja katakan di atas tadi menonton sebuah film ataupun membuat sebuah film bukanlah melihat atau menghasilkan rentetan gambar jang dipersambungkan tapi mengalami suatu drama. Sebuah film bukanlah hanja suatu djumlah dari bagian 2 nja tapi suatu kebulatan baru jang timbul dari sintese bagian 2 tadi. Suatu fikiran jang dingin akan berkata : Ia, tapi dalam film sering keadaan 2 itu seolah 2 di lebih 2 kan, diperbesar, Benar, tapi ini sudah termasuk fitri film sendiri. Film, seperti djuga seni 2 jg. lain, selalu mengadakan intensifikasi dari pengalaman 2 biasa, ini mesti dilakukan untuk kepentingan idee pangkal jang hendak dikemukakan. Sebuah film bukanlah surrogaat dari realiteit, sebuah film adalah realiteit jang di dramatisir. la bekerdja dengan lambang tidak pernah bisa berdiri sebagai suatu kenjataan. Dalam perwudjudannja ia hanja dapat dibenarkan djika ia berada dalam suatu relasi dengan sesuatu. Jang realiteit disini, ialah sumber jang menghasilkan idee film itu sendiri. Dapatkah keharusan 2 jang saja kemukakan diatas jang harus ada untuk kepentingan kreativiteit, di pertahankan? Dalam hal ini sampailah kita kepada pengaruh sensor atas daja 2 kreatif, dan kesempatan untuk mendjalankan funksi kesenimanan dinegeri kita ini. Saja harus mengatakan disini, bahwa keadaan sekarang sangat menjedihkan sekali. Dapatkah seaiman 2 film dengan leluasa memberikan kepada kita horizon 2 baru dari pengalaman mereka. Dapatkah seniman film kita melakukan fungsinja sebagai sanubari dari masjarakat dan zaman? Dapatkah hal 2 baru diperlihatkan? Dapatkah diprotes dengan merdeka kebobrokan 2 jang terdapat dalam masjarakat? Tidak! pada film tidak diiberikan kebebasan seperti diberikan kepada seni 2 lain. Toh film adalah suatu medium dan alat komunikasi terbaik untuk melakukan itu. MASJARAKAT kita sekarang ini penuh dengan orang 2 jg. ketakutan, jang tidak mempunjai kepertjajaan sedikitpun djuga tentang segi 2 kebaikan manusia. Ini sudah mendjadi sematjam penjakit pada golongan 2 tertentu dan penjakit ini dihidup 2 kan. Untunglah rakjat banjak tidak dihinggapi rasa takut ini. Jang pertama 2 orang takuti ialah kenjataan. Sedapat mungkin kenjataan itu djangan disebut pada namanja, djangan diperlihatkan. Berilah kenjataan itu nama 2 jang manis sehingga tidak terasa betul njatanja. Kalau seorang akan mati, djangan disebut ia mati, sebutlah ia pindah rumah kedaerah baka. Kalau kita mengadakan sebuah pameran pakaian dalam perempuan. Djanganlah biarkan kaum bapak masuk. Memang kita tahu bahwa kaum bapak itu djuga tahu bagaimana rupa potongan pakaian dalam perempuan, tapi djanganlah

4 pengetahuannja dianggap resmi supaja achlaknja djangan rusak. Dan kita takut pada bajang 2 dan ketakutan ini di hidup 2 kan. Pernah saja batja dalam koran, bahwa suatu organisasi kaum ibu dalam pemilihan umum jang berlalu telah memakai gambar perempuan sebagai lambang mereka. Serta merta ada sadja golongan jang memadjukan keberatan terhadap gambar itu karena dalam pemilihan kelak gambar itu akan ditusuk. Dan mereka menganggap bahwa ini adalah suatu penghinaan terhadap perempuan. Entah ada hubungannja entah tidak, tapi saja teringat pada sebuah satyr karangan Caldwell, Ini hanja sebuah satyr, sebuah olok2, sebutlah sebuah perumpamaan dan djangan pula dikatakan tanda 2 dari muntjulnja sebuah mazhab agama jang baru. Menurut tjerita Caldwell,,dilangit pada suatu hari jang baik dhalikulalam sedang duduk ditepi sebuah kolam lagi beristirahat. Waktu itu datanglah djibrail jang menjampaikan pesan seperti berikut ; "Ja Chalikulalam, hamba datang atas nama delegasi monjet jang datang untuk menemui Tuhanku untuk mengadukan hal mereka! Waktu mendengar utjapan monjet itu maka Chalikulalam mengerutkan keningnja. Monjet 2 terkenal sebagai golongan jang paling suka mengadu dilangit. Rasa rendah diri atau minderwaardigheidscomplex mereka: Kami datang mengadukan mudah sekali tersinggung. Pernah mereka sekali mengadu bahwa mereka telah dihina oleh bajang 2 mereka sendiri. Tapi apa boleh buat Chalikulalam mengeluh lalu berkata: Baiklah suruh mereka masuk. Maka masuklah selusin monjet 2 jang kelihatannja beringasan. Berkata djurubitjara mereka : Kami datang mengadukan hal kami tentang manusia. Bahwa kami tidak datang lebih dulu kemari adalah karena kemauan kami untuk hidup berdampingan dengan damai dan karena kerdja sama dengan segala golongan, Djundjungan kami mengetahui, bahwa manusia itu sifatnja djahat : mereka menipu, berdusta, berzinah, lahap, pemakan riba dan selalu mentjurigai sesamanja. Kami sudah banjak menderita karena mereka. Berdjuta 2 monjet telah mereka siksa, mereka bunuh dengan tidak rasa kasihan. Kami masih tetap tutup mulut. Tapi sekarang tidak bisa tertahan lagi. Apakah jang telah terdjadi, tanja Chalikulalam dengan penuh rasa kasih sajang. Apakah manusia jang laknat itu telah menjorobot tempat kediaman monjet 2. Atau adakah pula monjet jang mereka lemparkan kedalam minjak panas? Tidak Tuhanku, djawab monjet 2 itu dengan masigul. Lebih lagi dari pada itu, Manusia jang djahat, telah mengumumkan keseluruh djagat bahwa kami adalah nenek mojang mereka. Ini hanja suatu ilustrasi jang edan dan jg. harap dilupakan setjepat mungkin. Tapi antara kedjadian pertama dan satyr Caldwell ada suatu persamaan, jaitu usaha untuk menghubung 2 kan hal jang tidak ada hubungannja dan telah memperkatjaukan simbul atau lambang dengan realitait, Tjontoh dari keinginan untuk menghubung 2 kan hal 2 jang tidak berhubungan : Berapa tahun jang lalu di Djokja atau Solo seorang dokter telah mengadakan tjeramah mengenai masalah pembatasan kelahiran. Serta merta sehari sesudah itu timbul reaksi disurat chabar jang menjatakan, bahwa harus, diselidiki, apakah tidak ada hubungan tjeramah dokter wanita itu dengan politic luar negeri Australia, ini adalah hasil dari rasa hati jang takut. Dalam tiap 2 keruwetan politik kaum imperialis selalu didjadikan kambing hitam. Sedangkan dalam soal kedjahatan pemuda 2 - juvenile deliquency - dan masalah sex jang didjadikan kambing hitam adalah film. Bisakah ini di hubung 2 kan begitu sadja kedjahatan dan film 2.

5 Rupanja sensor berpendirian, bahwa film adalah berbahaja. Telah mendjadi kepertjajaan pada kaum pendidik kita bahwa film adalah salah satu pangkal bala kedjahatan. Begitu rupa sehingga mendjadi prasangka jang hampir 2 tak dapat dikikis. Saja masih ingat pidato seorang ahli agama dalam konperensi kebudajaan di Bandung tahun 1950 jang mengetjam film karena keburukan 2 pengaruhnja. la mengemukakan tjontoh 2 dengan segala susah pajah, tapi ia tidak mau bersusah pajah mengudji kebenaran tjontoh2nja itu. Memang tidak bisa dibuktikan dengan pasti. Diluar negeri kaum pendidik telah berusaha menjelidiki apakah betul kedjahatan 2 pemuda disebabkan oleh film. Baiklah kita dengarkan laporan 2 hasil 2 penjelidikan tentang hubungan film dan kedjahatan di Inggris, antara lain laporan dari Departmental Committee on Children and the Cinema jang mengatakan : Diantara anak 2 dibawah umur 16 tahun, menurut kejakinan panitia ini tidak ada kedjahatan jang ditimbulkan oleh film. Kemudian dilaporkan persatuan pendapat dari segolongan pemimpin 2 sekolah jg. telah mengadakan penjelidikan diantara 130 orang anak 2 djahat. Dan mereka memberikan konklusi, bahwa sebab 2 dari kedjahatan mereka itu dapat dikembalikan kepada keadaan rumah tangga jang djelek, kurangnja rasa kasih sajang orang tua mereka, dan kedjadian 2 dalam hidup mereka jang menimbulkan sematjam ketakutan dalam diri mereka. Dalam annual report dari Magistrates Association Inggris jang disiarkan dalam tahun 1948 disiarkan : Diantara ahli psychologi umumnja telah terdapat persesuaian pendapat bahwa film boleh dikatakan tidak pernah dapat ditundjuk sebagai sebab pangkal kedjahatan anak 2 muda. Dan sebagai penutup dari tjontoh 2 ini mengenai hubungan film dan kedjahatan, barangkali ada baiknja saja kutip disini utjapan tuan Bijdendijk, ketua panitia sensor Belanda, dalam suatu pertemuan film jang diselenggarakan oleh Lembaga Film Nederland di Utrecht tahun Bijdendijk berkata: Penjelesaian sebaik 2 nja dari masaalah 2 jang berhubungan dengan bioskop dan film terletak dalam pendidikan dan penerangan jang baik terhadap pemuda 2, dan tidak terletak dalam tangan panitia sensor. Karena itu dalam bioskop djanganlah orang dengan penuh rasa ketakutan mentjoba mendjauhkan pemuda 2 kita dari hal 2 jang dalam kehidupan sehari 2 jang kedjadiannja tak bisa dielakkan. Kemudian Bijdendijk mengutip utjapan Roger Manvell dalam bukunja The film and the public : Kita tidak dapat meniadakan kenjataan dari permasalahan abadi bahwa anak 2 kita akan mengetahui tentang hidup dan segala kedjahatan 2 nja dalam usia jang masih muda, tidak perduli ada atau tidak ada film janji akan dapat mengilustirkannja bagi mereka. Dari utjapan Bijdendijk ini djelaslah bagaimana terbatasnja kesanggupan sensor dan bagaimana tidak effektifnja sensor untuk mentjegah pelbagai hal, katena bukannja sensor itu kurang keras, tapi karena hal ini berada diluar kesanggupannja. Djika orang ingin memperbaiki masjarakat djanganlah tjari biangkeladi pada film tapi tjarilah pada pendidikan dan kehidupan berumahtangga: inilah konklusi dari tjontoh 2 Jang saja kemukakan diatas tadi. Suasana jang terdapat antara panitia sensor kita "adalah suasana ketakutan, atau boleh dikatakan tindakan 2 nja berdasarkan ketakutan. la bermaksud mendjaga dan memperbaiki masjarakat dengan tindakan 2 jang menurut hematnja dapat mengurangkan tjontoh 2 buruk bagi masjarakat. Apakah ada manfaatnja? Tidak, masjarakat hanja dapat diperbaiki dengan memberikan pendidikan dan penerangan jang baik, tidak dengan djalan menjembunjikan hal 2 jang sebetulnja ada. Karena bagaimana djuga usaha untuk menjembunjikan itu ia akan selalu ditemui dalam salah suatu bentuk jang tak diketahui oleh masjarakat. Jang dapat hanja kerugian. Dan jang ditimpa kerugian ini adalah seniman film. TINDAKAN 2 sensor sekarang ini telah menimbulkan sematjam rasa sangsi diantara seniman. Antara film dan buku terdapat suatu perbedaan. Buku djika ia ditulis tapi tidak ditjetak masih

6 bisa dikeluarkan orang isinja. Tapi film harus diputar depan orang banjak. Dan pekerdjaan siseniman film baru selesai djika film itu telah diputar depan orang banjak. Ini termasuk kedalam proses kreaktiviteitnja. Film adalah suatu alat komunikasi, dan usaha untuk mengadakan komunikasi itu akan sia 2 djika mereka jang hendak dihubungi tidak bisa ditjapai. Dalam hal ini para pengarang dan sutradara sebelum membuat film terlebih dulu bertanja pada dirinja : Dapatkah saja menghubungi orang jang hendak saja hubungi? Apakah boleh oleh sensor? Mana jang boleh mana jang tidak? Karena ia tidak mengetahui apa kemauan sensor, dan karena ia lihat ukuran sensor sekali matjamnja dan berobah 2, lalu ia pun berusaha mentjari djalan tengah. Ia berusaha tidak mengatakan apa 2, karena ia takut djika ia mengatakan apa 2, sensor tak akan membiarkannja berhubung dengan publik jang ingin ia temui. la djauhi dirinja dari penggambaran 2 kenjataan karenn ia tidak tahu apakah sensor akan membolehkannja menggambarkan itu, biarpun hal ini ia lakukan dengan segala kedjudjuran dan kebaikan maksud, djadi bukan karena hendak mengedjar effek atau mempergunakan ketjabulan untuk memperoleh wang. Baginja sensor sekarang sudah mendjadi momok besar. Dan dalam keadaan seperti ini tidaklah bisa ia bertindak sebagai suatu "geweten" dari masjarakat dan zaman. Si seniman tidak lagi berani mengemukakan segi 2 hidup jang baru; ia hampir tidak berani lagi memprotes dalam buah tangannja. la hanja mengikuti djalan jang sudah di rambah, djalan ramai, dan dari seniman mereka turun djadi seorang tukang jang menghasilkan barang 2 jang tidak menarik sama sekali. Adakah gunanja sekarang bitjara tentang usaha untuk memadjukan film Indonesia? Kemadjuan film tidak terletak dalam soal teknis sadja. Ada tiga faktor jang mempengaruhi film pertama penemuan 2 teknis, soal 2 ekonomis dan soal 2 artistik. Dan dalam soal kreasi seni film bukan barang tehnik jang menentukan segala, tapi orang jang mempergunakan barang itu. Dan bagaimanakah hasil jang dikeluarkan orang ini, djika djiwanja tertindas dan lapangan pendjeladjahannja dipersempit, kepertjajaan terhadap kebebasan mentjipta sudah hilang? Keadaan sekarang ini sudah sedemikian rupa sehingga kemadjuan seni film di Indonesia tidak lagi tergantnng pada kaum pembuat film, pada kaum seniman tapi sudah tergantung pada kebaikan Hati panitia sensor. Saudara ketua dan saudara hadirin jang terhormat, Dari utjapan saja jang terachir ternjatalah, bagaimana pentingnja masaalah sensor ini bagi seorang seniman film. Saja telah kemukakan unsur 2 jang diperlukan seorang pembuat film untuk menghasilkan sebuah pekerdjaan jang baik. Djika unsur 2 ini disintuh, atau pada dirinja diadakan tindasan maka tidaklah ada lagi harapan ia mengeluarkan suatu hasil jang diperbuat oleh djiwa jang merdeka. Saja telah mentjoba untuk berlaku sedjudjur 2 nja dalam mengemukakan kesulitan 2 jang dialami seorang seniman film dari sensor. Keadaan psychologis jang saja kemukakan diatas tadi jang terdapat diantara pembuat 2 film bukanlah hal jang dilebih 2 kan. Ini adalah suatu kebenaran jang pahit. Kami kaum pembuat film masih pertjaja akan kemungkinan pembuatan film jang baik ditanah air kita ini dan kami ingin memenuhi seruan kritisi dan publik untuk merabuat film jang bernilai Tapi pertjajalah hal ini tidak akan terdjadi djika tekanan djiwa jang masih terdapat sekarang berlangsung terus. Saja berharap betul kita akan dapat membitjarakan masaalah sensor ini dan tjara menjelesaikannja dalam simposium ini. Suatu penjelesaian jang baik Jang dapat memberikan

7 pegangan dan jang dapat memberikan kemungkinan untuk mengutarakan diri sedjudjur 2 dalam film. nja

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Kencana, No. 2 Hal. 6 Th I - 1958 Drs. Asrul Sani SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Tjatatan: Drs. Asrul Sani adalah terkenal sebagai seorang essays jang djuga termasuk salah seorang

Lebih terperinci

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Menurut surat undangan jang diedarkan, maka tugas jang harus saja pikul hari ini, ialah: membitjarakan Kedudukan sastra dalam

Lebih terperinci

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Varia No. 406 Hal. 4 1966 (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 12/1968 30 Agustus 1968 No. 1/DPRD.GR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang 1946, No. 22 PENTJATATAN NIKAH. Peraturan tentang pentjatatan nikah, talak dan rudjuk. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1) bahwa peraturan pentjatatan nikah, talak dan rudjuk seperti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 5 tahun 1969 27 Pebruari 1969 No. : 6/Kep/D.P.R.D.G.R./1968 Keputusan : Dewan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Djembana Tanggal

Lebih terperinci

Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI

Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI Djika pada kesusasteraan kesatuan-komunikasi terketjil adalah kalimat jang dibatjakan oleh kata-kata, maka pada film kesatuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) NO. 7/1963 27 Pebruari 1963 No. : 6/DPRD-GR/1962,- Keputusan :Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah Tingkat II Buleleng

Lebih terperinci

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 Harian Rakjat Djum at, 30 Oktober 1964 Para Sdr. Kuliah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 180 TAHUN 1953 TENTANG PERATURAN TENTANG PEMERIKSAAN-KAS PADA PARA BENDAHARAWAN JANG MENERIMA UANG UNTUK DIPERTANGGUNG DJAWABKAN DARI KANTOR-KANTOR PUSAT PERBENDAHARAAN OLEH PARA

Lebih terperinci

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa 1 Maka barang jang sudah ada daripada mulanja, barang jang telah kami dengar, barang jang telah kami tampak dengan mata kami, barang jang telah kami

Lebih terperinci

Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan.

Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan. Jakub 1 Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan. Faedah bertekun didalam kehidupan iman 2 Hai saudara-saudaraku,

Lebih terperinci

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des.1952. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun 1952. TENTANG PEMADAM API DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA

Lebih terperinci

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI!

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI! PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF * UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI! ersitas Indonesia nkultasssastra a jf Perpustakaamf 7 a :r p u xs t a k a.a n [ j^ J L T A S S A S T R \ jjfcpakxbmen

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9 tahun 1969 24 Pebruari 1969 No. 1/DPRDGR/67. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Status : Mendjadi UU No.3 Th.1951 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk mengawasi berlakunja Undang-undang

Lebih terperinci

SEGI-SEGI DJURNALISTIK D4KIPADA PERS

SEGI-SEGI DJURNALISTIK D4KIPADA PERS SEMINAR PERS KEDUA LEMBAGA PERS DAN PENDAPAT UMUM DJAKARTA HAL O FLAHERTY^ SEGI-SEGI DJURNALISTIK D4KIPADA PERS rchmbaga PERS DAN PENDAPAT UMUM DJAKARTA Perpustaiasn Soedirnan Kartohadiprodjo FHUI Buka

Lebih terperinci

Peterus kedua 1 Salam doa Beberapa hal jang menjebabkan rasul memberi nasehat

Peterus kedua 1 Salam doa Beberapa hal jang menjebabkan rasul memberi nasehat Peterus kedua 1 Salam doa 1 Daripada Simon Petrus, hamba dan rasul Jesus Keristus, kepada segala orang jang sudah beroleh iman, jang sama indahnja dengan iman kami oleh karena keadilan Allah, Tuhan kita,

Lebih terperinci

Kolose 1 Salam doa Utjapan sjukur karena iman sidang djumaat Doa rasul supaja sidang djumaat makin kenal kemuliaan Keristus

Kolose 1 Salam doa Utjapan sjukur karena iman sidang djumaat Doa rasul supaja sidang djumaat makin kenal kemuliaan Keristus Kolose 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus dengan kehendak Allah, beserta Timotius saudara kita, 2 kepada segala saudara jang sutji dan beriman didalam Keristus, jang di-kolose, turunlah

Lebih terperinci

Tesalonika pertama 1. Tesalonika pertama 2

Tesalonika pertama 1. Tesalonika pertama 2 Tesalonika pertama 1 Salam doa 1 Daripada Paulus dan Silwanus dan Timotius datang kepada sidang djemaat orang Tesalonika pertama jang didalam Allah, jaitu Bapa kita, dan didalam Tuhan Jesus Keristus. Turunlah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 37/1968 31 Desember 1968 No. 4/D.P.R.D.-G R./1965 Pasal 1. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

Pilipi 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena persekutuan sidang djumaat Berita tentang keadaan rasul waktu ia terbelenggu

Pilipi 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena persekutuan sidang djumaat Berita tentang keadaan rasul waktu ia terbelenggu Pilipi 1 Salam doa 1 Daripada Paulus dan Timotius, hamba-hamba Keristus Jesus, kepada segala orang sutji didalam Keristus Jesus dinegeri Pilipi, serta dengan segala pemimpin dan pembela sidang, 2 turunlah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 5 / 1966 14 Desember 1966 No. 4/D.P.R.D.G.R./1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja Timotius pertama 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus menurut firman Allah, Djuruselamat kita, dan Jesus Kristus jang mendjadi pengharapan kita, 2 datang kepada Timotius, jang sebenar-benar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 25/1963. 8 Djuni 1963. No. 12/DPRD/1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 22/1968 18 Nopember 1968 No. 1/SK/DPRD-GR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN GIANYAR K E P U T U S A

Lebih terperinci

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I I Resolusi atas Lapiran Umum Setelah bersidang 5 hari lamanja dan mempertimbangkan setjara mendalam dan seksama Laporan Umum Pimpinan Pusat Lekra jang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1 III. I. ORDONANSI PADJAK PERSEROAN 1925. Stbl. 1925 No. 319; Stbl. 1927 No. 137; Stbl. 1930 No. 134; Stbl. 1931 No. 168; Stbl. 1932 No. 196 dan 634; Stbl. 1934 No. 106 dan 535; Stbl. 1938 No. 155 dan 319;

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 24 tahun 1970 17 Djuni 1970 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kab. Gianyar Tanggal : 18 Nopember 1969 Nomer

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1970 TENTANG TATA-TJARA PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA- ANGGOTA D.P.R., D.P.R.D. I DAN D.P.R.D II. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9/1968 19 April 1968 No. 3/P/DPRDGR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk mendjamin bagian jang lajak dari

Lebih terperinci

8 t o i a * H, 3 1 OCT 2WI* 114 DEC tti- SEP 2o,2

8 t o i a * H, 3 1 OCT 2WI* 114 DEC tti- SEP 2o,2 ftan U.l- 2 H 8 t o i a * H, 3 1 OCT 2WI* 114 DEC 2011 tti- SEP 2o,2 CAPITA SELECTA M. NATSIR l & 7 0 CAPITA SELECTA 2 PUSTAKA PENDIS DJAKARTA Dihitnpunkan oleh : D. P. SATI ALIMIN H ak pengarang dilindungi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa dalam penjelesaian Revolusi Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 Berita Negara RI No... Tahun 1950 PENGADJARAN. Peraturan tentang dasar pendidikan dan pengadjaran disekolah. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:bahwa perlu ditetapkan

Lebih terperinci

Peterus pertama 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena pengharapan akan Keristus Dari hal ibadat jang benar

Peterus pertama 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena pengharapan akan Keristus Dari hal ibadat jang benar Peterus pertama 1 Salam doa 1 Daripada Petrus, rasul Jesus Keristus, kepada segala orang pilihan, jaitu musafir jang bertaburan di-pontus dan Galatia dan Kapadokia dan Asia dan Betinia, 2 jang terpilih

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR 30 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A Oktober 1968 6 Peraturan Daerah Propinsi Djawa Timur Nomor 3 tahun 1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannja

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun 1969 16 Oktober 1969 No. 4/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI

TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI k a m a r a l s ja h 1 "" r I t 1....-y. ; , ^ i * t ^ ' k. p^samo j t i r i * V L J " r i!> k /A - ^ TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI r f B. W O L

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II - 5 - SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II Pentjalonan ini dikemukakan untuk pemilihan Anggota DEWAN PERWAKILAN RAKJAT/DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH TINGKAT I/DEWAN

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 9 th. Ke IV tgl. 1 Des. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 9 th. Ke IV tgl. 1 Des. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1954. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 9 th. Ke IV tgl. 1 Des. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1954. TENTANG MEMBERIKAN, MEMEGANG DAN MEMPERTANGGUNG DJAWABKAN UANG PERSEKOT KERDJA.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sebelumnya diadakan pemilihan umum perlu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND Suatu tindjauan singkat oleh Dr. Dieter Bartels Karangan ini adalah berdasarkan penelitian anthropologis jang dilaksanakan oleh penulis selama tahun 1974-75

Lebih terperinci

M * H A m m A» H A T T a

M * H A m m A» H A T T a M * H A m m A» H A T T a y '1 " %. U sjl' JttMrr / p.t. p e m b a n g u n a n d j a k a r t a 1 >< m! n ML' P F ":' jj O! r=!i ;! K.M. I' ;,/'i j A.-:. D I; P L' i:.. MENINDJ AU KOOPERASI MASALAH I: 4>

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli. 1953 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBANTAIAN HEWAN, PEMERIKSAAN DAGING

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 27 tahun 1970 17 Djuli 1970 Keputusan : Dewan Pewakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Propinsi Bali. Tanggal : 3 Djuli 1969. Nomor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT, UNDANG-UNDANG REPUBLIK SERIKAT NOMOR 7 TAHUN 1950 TENTANG PERUBAHAN KONSTITUSI SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MENDJADI UNDANG- UNDANG DASAR SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa telah tiba saatnja untuk membentuk

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITEIT GADJAH MADA Peraturan tentang Universiteit Gadjah Mada. Menimbang : bahwa perlu mengadakan peraturan tentang Universitit Negeri

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

ASAS - ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

ASAS - ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL ASAS - ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL OLEH ' M r W/R/ONO PRODJODiKORO KETUA AGUNG D / j WDONES/A ^.rfita K A N jie D U A N. V. v/k G. C. f - VAN D or P & Co. 3JAKARTA - B A N D U *^ - s e m ARa n g.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat

Lebih terperinci

Pidato Bung Karno, 27 Oktober 1965

Pidato Bung Karno, 27 Oktober 1965 Pidato Bung Karno, 27 Oktober 1965 by Hersri Setiawan on Wednesday, June 13, 2012 at 6:20am Penerbitan Chusus 389 DEPARTEMEN PENERANGAN R.I Amanat Presiden Sukarno dihadapan wakil-wakil Partai Politik

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972 Presiden Soeharto :,,... pembangunan jang kita kerdjakan adalah pembangunan manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 31/1968 31 Desember 1968 No. 5/DPRD.GR.//1968- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PRO DAN KONTRA MODERNISASI SENIRUPA INDONESIA. D.A. Peransi

PRO DAN KONTRA MODERNISASI SENIRUPA INDONESIA. D.A. Peransi PRO DAN KONTRA MODERNISASI SENIRUPA INDONESIA D.A. Peransi Frekuensi pameran-pameran senirupa jang tampak belakangan ini serta niai jang diperlihatkannja mendorong kita untuk memikirkan setjara serius

Lebih terperinci

Timotius kedua 1 Salam doa Utjapan sjukur Nasehat kepada Timotius supaja berusaha Teladan rasul dan Onesiporus

Timotius kedua 1 Salam doa Utjapan sjukur Nasehat kepada Timotius supaja berusaha Teladan rasul dan Onesiporus Timotius kedua 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus dengan kehendak Allah memberitakan djandji kehidupan jang ada didalam Keristus Jesus, 2 datang kepada Timotius, anakku jang dikasihi.

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar segala kegiatan jang akan menundjang pengembangan kepariwisataan jang merupakan faktor potensiil

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun 1969 28 Mei 1969 No. 6 a 1/DPRDGR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Galatia 1 Salam doa Dari hal jang menjebabkan rasul berkirim suratnja Pemberitaan Paulus asal daripada Allah

Galatia 1 Salam doa Dari hal jang menjebabkan rasul berkirim suratnja Pemberitaan Paulus asal daripada Allah Galatia 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, seorang rasul (bukannja daripada manusia, dan bukan pula dengan djalan seorang manusia, melainkan jang ditetapkan oleh Jesus Keristus serta Allah Bapa, jang telah

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. 1 Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 6 TAHUN 1954. Tentang TAMAN PEMAKAIAN PEMELIHARAAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun Desember 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun Desember 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun 1969 18 Desember 1969 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Tabanan. Tanggal : 2 Agustus

Lebih terperinci

Peranan Seni Tradisionil dalam Modernisasi dan Integrasi Nasional di Asia Tenggara

Peranan Seni Tradisionil dalam Modernisasi dan Integrasi Nasional di Asia Tenggara Pedoman 9 September 1971 Peranan Seni Tradisionil dalam Modernisasi dan Integrasi Nasional di Asia Tenggara Oleh: Umar Kayam IV Bila masjarakat-masjarakat tradisionil itu mulai bergeser menudju kebentuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 13 tahun 1970 29 April 1970 No. 2/DPRDGR/A/Per/15. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar. Oleh: Shohib Masykur

Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar. Oleh: Shohib Masykur Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar Oleh: Shohib Masykur (Seorang diplomat muda sederhana jang memiliki tjita-tjita besar tentang Indonesia) Dalam tulisan ini saja ingin mengulas sebuah

Lebih terperinci

Prof. Dr SJAICH MAHMOUD SJ/ FATWA FATWA PE N E R B I O J A K A R TA

Prof. Dr SJAICH MAHMOUD SJ/ FATWA FATWA PE N E R B I O J A K A R TA Prof. Dr SJAICH MAHMOUD SJ/ T FATWA FATWA PE N E R B I O J A K A R TA DAFTAR ISI BAHAGIAN KELIMA KELUARGA DAN PERSOALANNJA Halaman 1. HUBUNGAN ANTARA PELAMAR DENGAN JANG DILAMAR (ANTARA SEORANG DENGAN

Lebih terperinci

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA Presiden Soeharto :..djangan kita silau dengan kemenangan-kemenangan

Lebih terperinci

DJAKARTA. Sekarang tiba gilirannja: dia djuga mau pergi ke Djakarta.

DJAKARTA. Sekarang tiba gilirannja: dia djuga mau pergi ke Djakarta. http://duniadalamebook.blogspot.com/ DJAKARTA PRAMUDYA ANANTA TOER Almanak Seni 1957 Sekarang tiba gilirannja: dia djuga mau pergi ke Djakarta. Aku takkan salahkan kau, mengapa kau ingin djadi wargakota

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 10/1963 13 April 1963 No.5 /DPRDGR/1963. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Meretapkan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Jang Berikut : PERATURAN DAERAH TENTANG MENGADAKAN

Lebih terperinci

TOO PEK KOAY HIAP. Oleh : Boe Beng Giok

TOO PEK KOAY HIAP. Oleh : Boe Beng Giok TOO PEK KOAY HIAP SIBUNGKUK PENDEKAR ANEH Oleh : Boe Beng Giok APABILA anak-negeri di-mana2 sedang sibuk ber-siap2 menjong-song tibanja musim semi atau Tahun Baru dengan upatjara istimewa-nja, sadji2an

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa telah tiba saatnja untuk membentuk daerah-daerah

Lebih terperinci

..INDONESIA" PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK

..INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK ..INDONESIA" PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK ,» >>>«& Q. 2~2>o8 >d C L < h o INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK I c\ 'b V FAK. HUK^ ^ ^ H A D IA H BAftl : ^... TOL. :... - J PERPLi^i AKAANFAk. litklmu-u

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1953 TENTANG PENDJUALAN MINUMAN KERAS DAN PEMUNGUTAN PADJAK ATAS IZIN PENDJUALAN

Lebih terperinci

Madjalah Kristen Kebangunan Roahani A P I M E N J A L A. * Untuk segala aliran Geredja (Interdenominational). * Disebarkan dengan tjuma2 (Gratis).

Madjalah Kristen Kebangunan Roahani A P I M E N J A L A. * Untuk segala aliran Geredja (Interdenominational). * Disebarkan dengan tjuma2 (Gratis). Madjalah Kristen Kebangunan Roahani A P I M E N J A L A * Untuk segala aliran Geredja (Interdenominational). * Disebarkan dengan tjuma2 (Gratis). Terbit 2 (dua) bulan sekali Diterbitkan oleh: Badan Kristen

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. :18/1969. 2 Mei 1969 No.5/DPRD-GR/1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan Daerah sebagai

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. No.6/ 1959. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. menetapkan peraturan-daerah sebagai berikut : PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. (1) Dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 95 TAHUN 1956. KAMI, PRESIDEN Menimbang : a. bahwa berhubung dengan terpilihnja Indonesia mendjadi Anggota E.C.O.S.O.C. mulai tahun 1956 untuk masa waktu 3 (tiga) tahun, maka diangap

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956 Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956 TENTANG PENJUALAN AIR SUSU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

Banjak orang jang menganggap, bahwa bekerdja buat Tuhan berarti harus mendjadi pendeta, dan harus disiapkan di Sekolah Alkitab.

Banjak orang jang menganggap, bahwa bekerdja buat Tuhan berarti harus mendjadi pendeta, dan harus disiapkan di Sekolah Alkitab. Panggilan Tuhan Sering kali kami menerima pertanjaan dari orang2 jang merasakan panggilan Tuhan di dalam hidupnja, lalu mereka ingin mengetahu tjaranja disiapkan untuk melajani pekerdjaan Tuhan itu. Banjak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o.135 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o.135 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN N o.135 TAHUN 1951. KAMI, PRESIDEN Menimbang : bahwa dipandang perlu sekali Indonesia, sebagai anggauta "INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION" (I. T. U.), ikut serta dalam "KONPERENSI

Lebih terperinci

DJANGAN MENDERITA TANI-PHOBI! >itas Indonesia iltas Sastra pustakaan...^ y! ,08 j. f - /;, \ f. ' P!! r ^ s ^ S T R X JfcV. ' -.-r

DJANGAN MENDERITA TANI-PHOBI! >itas Indonesia iltas Sastra pustakaan...^ y! ,08 j. f - /;, \ f. ' P!! r ^ s ^ S T R X JfcV. ' -.-r DJANGAN MENDERITA TANI-PHOBI! >itas Indonesia iltas Sastra pustakaan....^ y! F o F,08 j. f - /;, \ f -.-r v Q : ' P!! r ^ s ^ S T R X JfcV. ' jd E P A R T E JiE N TENTIRANGAN R.I. JfP... 1! S/

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) Mengubah Peraturan Uap No. 342 tahun 1924 Menimbang bahwa dianggap perlu untuk menindjau kembali Peraturan Uap jang ditetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 16/1963 20 April 1963 No. 7/DPRD-GR/1963.- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Menetapkan

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 No.10/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

SEDJARAH TELANDJANG MEMBUKA. MULUT MANUSIA BISU Chris Hartono

SEDJARAH TELANDJANG MEMBUKA. MULUT MANUSIA BISU Chris Hartono SEDJARAH TELANDJANG MEMBUKA MULUT MANUSIA BISU Chris Hartono SEDJARAH TELANDJANG Sedjarah telandjang berdegup ladju; menguak tabir memetjah-belah tabu, tradisi lama membeku kaku, melontjat djauh ke arah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 30/1963 5 Juli 1963 No : 2/DPR/1962 DEWAN PERWKAILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 25 tahun 1970 17 Djuli 1970 No. 43/PD/DPRDGR/1969. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 8 TAHUN 1953 TENTANG TUGAS BELADJAR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

KONSEPSI SENDIRI - DJANGAN MENDJIPLAK!

KONSEPSI SENDIRI - DJANGAN MENDJIPLAK! PRESIDEN SUKARNO PADA PERXNGATAN DE tit 5 DJULI:.» ' ** \ V ' * * - *v, 1. KONSEPSI SENDIRI - DJANGAN MENDJIPLAK! Perpustakaan Fakultas Sastra LTniversitas Indonesia DEPARTBMEN PENERANGAN R.l. P / y A

Lebih terperinci

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * Terbit: Diterbitkan oleh :...rtjetakan :..ialah Kristen Kebangunan Rochani: "A P I M E N J A L A". 2 (dua) bulan sekali. Badan Kristen "KEPENUILAN KESAATUAN KESAKSIAN" ( B. K. "3 K" ). P. O. Box 10, JOGJAKARTA.

Lebih terperinci

MADJALAH KRISTEN KEBANGUNAN ROCHANI A P I M E N J A L A

MADJALAH KRISTEN KEBANGUNAN ROCHANI A P I M E N J A L A MADJALAH KRISTEN KEBANGUNAN ROCHANI A P I M E N J A L A * Untuk segala aliran Geredja (Interdenominational). * Disebarkan dengan tjuma2 (Gratis). Terbit 2 {dua) bulan sekali. Diterbitkan oleh: Badan Kristen

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1968 DEPARTEMEN PENERANGAN R.I. S.A. 11 SERI AMANAT 11 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 1 / 1966 14 Desember 1966 No. 8/D.P.R.D.G.R./1962 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

Jahja 1 Keadaan dan pekerdjaan Firman jang kekal Kesaksian Jahja Pembaptis akan dirinja dan akan hal Tuhan Jesus

Jahja 1 Keadaan dan pekerdjaan Firman jang kekal Kesaksian Jahja Pembaptis akan dirinja dan akan hal Tuhan Jesus Jahja 1 Keadaan dan pekerdjaan Firman jang kekal 1 Maka pada awal pertama adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itulah djuga Allah. 2 Adalah Ia pada mulanja beserta dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu diadakan peratuaran tentang penggunaan Lambang Negara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA

Lebih terperinci