BAB I PENDAHULUAN. depan atau preputium penis dengan menyisakan mukosa (lapisan dalam kulit) dari

dokumen-dokumen yang mirip
Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. tahun 1999 terdapat 340 juta kasus baru infeksi menular seksual setiap

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. bersih, tidak mudah lecet/iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Harsono, et al.,

PENGGUNAAN & EFEK LISTRIK PADA PERMUKAAN TUBUH. Arif Yachya

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

I. PENDAHULUAN. Luka bakar derajat II (partial thickness) merupakan kerusakan pada kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. 1 Kerusakan yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN COMBUSTIO DI BANGSAL ANGGREK BRSUD SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau memberi izin. jadi pengertian Informed Consent adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Menurut American Medical Association tahun 1999, orang tua di AS

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

KEAMANAN Beberapa pertimbangan keamanan diperlukan dalam low-level laser. Namun, berbagai macam jenis laser telah berkembang dan kegunaannyapun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental untuk

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA (IBU) TENTANG PERAWATAN LUKA SIRKUMSISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB I PENDAHULUAN. Praktek sirkumsisi pada perempuan sudah menjadi tradisi disekelompok

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

: Memotong Prepusium dengan membuat irisan melingkar

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

Modul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640)

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan, gigi impaksi dan untuk keperluan prosedur ortodontik. 1, 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pneumonia merupakan penyebab kematian tersering. pada anak di bawah usia lima tahun di dunia terutama

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : AULIA PARAMEDIKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proposal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

4.2.3 UJI PROTEKSI TERHADAP ARUS LISTRIK RATA RATA BERLEBIH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan tersebut lumrah dilakukan terhadap kaum laki-laki saja.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. 1. kesadaran masyarakat akan hak-haknya dalam hal pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

Asia Tenggara termasuk dalam region dengan angka kejadian TB yang tinggi. Sebesar 58% dari 9,6 juta kasus baru TB pada tahun 2014 terjadi di daerah As

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirkumsisi (circumcision/khitan) merupakan proses pemotongan kulit depan atau preputium penis dengan menyisakan mukosa (lapisan dalam kulit) dari sulcus coronarious ke arah kepala penis, yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penumpukan smegma pada penis baik itu dengan alasan sosial, agama maupun budaya (Schoen,1990). Pendapat lain juga mengatakan bahwa sirkumsisi merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik oleh dokter, paramedis ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003). Sirkumsisi memiliki banyak manfaat, salah satunya mengurangi resiko penularan HIV dari perempuan ke laki-laki sebesar 50-60 % di Afrika (Auvert, et al., 2005; Bailey, et al., 2007; Gray, et al., 2007). Secara medis tidak ada batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Di Indonesia usia yang paling sering adalah 5-12 tahun dan banyaknya anak laki-laki untuk melakukan sirkumsisi adalah 85 % (8,7 juta) (WHO, 2007). Drain, et al. (2006) menyatakan angka kejadian sirkumsisi pada pria dipengaruhi oleh pola geografis yang berbeda. Di Asia Tenggara dan pulau Pasifik memiliki prevalensi 27% tersebar di Indonesia, Pakistan, Bangladesh, dan Filipina. Tiga belas negara berkembang seperti di Afrika Utara dan Timur Tengah memiliki prevalensi sebesar 14% dan 28 negara Afrika Sub-Sahara memiliki prevalensi sebesar 45%. Jika ditinjau dari segi agama, berdasarkan pendapat sebagian ulama mazhab syafii menyatakan bahwa sirkumsisi atau khitan hukumnya wajib bagi 1

2 laki-laki dan sunat bagi wanita (Hana, 2008). Sebagaimana dalam Al Quran surat An Nahl ayat 123 : Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), ikutilah agama (termasuk khitan di dalamnya) Ibrahim seorang yang hanif, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik Secara medis sirkumsisi dilakukan dengan maksud untuk menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine, mencegah terjadinya infeksi pada gland atau preputium penis serta mencegah timbulnya karsinoma penis. Indikasi medis dilakukan sirkumsisi antara lain Phimosis atau Paraphimosis, Condiloma Akuminata, karsinoma penis, sedangkan kontraindikasinya meliputi Hypospadia atau kelainan pada penis, prematuritas, dan penyakit (Rio Cruz, et al., 2001). Banyak metode sirkumsisi yang digunakan saat ini, mulai dari metode konvensional dengan pisau bedah (bistun) dengan atau tanpa penjahitan, Electrosurgery dengan alat diathermi dan Electrocautery, yakni elemen panas yang digunakan untuk memotong preputium. Metode Cautery yang cukup terkenal di masyarakat Indonesia yakni khitan laser. Penamaan yang digunakan sebenarnya kurang tepat, karena alat yang digunakan sama sekali tidak menggunakan laser melainkan alat hasil modifikasi sendiri, bukan keluaran dari sebuah pabrik untuk alat-alat kesehatan. Alat ini membutuhkan energi listrik sebagai sumber daya. Jika terjadi kerusakan alat, maka dapat terjadi sengatan listrik (luka bakar) yang beresiko bagi pasien maupun operator (Ridho, 2010).

3 Electrocautery merupakan suatu alat bedah yang menggunakan panas dengan elektroda yang terdiri dari sepotong logam panas seperti kawat. Panas pada alat ini dihasilkan oleh suatu tegangan tinggi serta frekuensi tinggi yang berasal dari arus bolak-balik yang melewati elektroda. Electrocautery terbagi menjadi dua macam, yaitu Electrocautery bipolar dan Electrocautery monopolar (Unipolar Electrocautery) (Saunders, 2003). Radio frekuensi generator dari Electrocautery menghasilkan arus frekuensi tinggi (100K-Hz sampai 4 M-Hz) yang menginduksi vibrasi ion tetapi tanpa getaran. Getaran ionic menghasilkan panas intaseluler namun tanpa depolarisasi otot atau saraf. Selain itu, pengaturan Power Electrocautery dalam Watts (amps x volts) (Marsano, 2007). Efektifitas dari perbaikan luka jaringan pascasirkumsisi merupakan inti permasalahan yang harus dicapai dalam perkembangan ilmu kesehatan saat ini, sehingga penanganan sirkumsisi itu sendiri telah menarik perhatian generasi layanan kesehatan di tiap negara, meliputi berbagai strategi teknik dalam penyempurnaan dan mempercepat waktu kesembuhan pasien sirkumsisi (Huttenlocher, et al., 2007). Proses penyembuhan bersifat relatif karena tidak hanya tergantung dari sterilisasi alat yang dipakai, tetapi juga proses pengerjaannya dan kebersihan individu yang disirkumsisi itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh perbedaan dosis Electrocautery dan Scalpel terhadap kerusakan jaringan mukosa pascasirkumsisi pada laki-laki.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh perbedaan dosis Electrocautery dan Scalpel terhadap kerusakan jaringan mukosa pascasirkumsisi pada laki-laki? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis Electrocautery dan Scalpel yang digunakan terhadap kerusakan jaringan mukosa pascasirkumsisi pada laki-laki. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh penggunaan dosis Electrocautery terhadap kerusakan jaringan mukosa yang terdiri atas derajat luka bakar atau kedalaman kerusakan, reaksi inflamasi, luas perdarahan, luas nekrosis dan luas dilatasi pembuluh darah. b. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Scalpel terhadap kerusakan jaringan mukosa yang terdiri atas derajat luka, reaksi inflamasi, luas perdarahan, luas dilatasi pembuluh darah dan nekrosis. c. Untuk mengetahui dosis terapeutik Electrocautery yang dapat diterapkan dalam proses sirkumsisi pada laki-laki dengan kerusakan jaringan yang minimal.

5 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak : 1. Pengetahuan dan perkembangan ilmu kedokteran. Hasil penelitian dapat digunakan dalam penerapan dosis terapeutik sirkumsisi metode Electrocautery, serta dapat digunakan untuk menentukan metode sirkumsisi yang menimbulkan kerusakan jaringan minimal dengan penyembuhan klinis yang baik. 2. Masyarakat. Hasil penelitian dapat memberikan informasi yang akurat mengenai sirkumsisi, baik itu dalam hal tingkat efisiensi maupun efektifitasnya. Selain itu juga, masyarakat dapat menambah wawasan serta informasi tentang metode sirkumsisi yang terbaik. 3. Peneliti lain. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau pustaka untuk penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti mengenai pengaruh dosis Electrocautery terhadap tingkat kerusakan jaringan mukosa pasca sirkumsisi belum pernah dilakukan di Indonesia. Adapun beberapa penelitian yang hampir serupa dan dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah : 1. Penelitian oleh Evrianto B. (2010) dari Universitas Muhammadiyah Sirkumsisi dengan metode Cautery dan tanpa Cautery

6 yang digunakan adalah observasi non-eksperimental dengan rancangan penelitian Cohort Prospective untuk mengetahui tingkat kesembuhan sirkumsisi dengan metode konvensional dan Cautery. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan tingkat kesembuhan sirkumsisi metode Cautery tidak lebih baik daripada metode konvensional secara statistik terh Perbedaan penelitian kali ini adalah untuk mencari dosis terapeutik yang tepat dengan tingkat kerusakan jaringan mukosa yang minimal dilihat dari segi patologi anatomi pasca sirkumsisi. 2. Penel Safety and Efficacy of Electrocautery Scalpel Utilization for Skin Operation in Neurosurgery Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa amankan penggunaan Electrocautery Scalpel pada prosedur bedah saraf. Dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa jarum mikro Electrocautery Scalpel aman digunakan dalam bedah saraf terutama terkait dengan seberapa perdarahan atau seberapa banyak blood loss akibat pembedahan tersebut. 3. Penelitian oleh Mehmet Ozdogan et al Scalpel Versus Electrocautery Dissections : The Effect on Wound Complications and Pro- Inflammatory Cytokine Levels in Wound Fluid menyatakan bahwa Electrocautery menunjukkan hasil yang signifikan terkait dengan menurunkan jumlah darah yang hilang namun meningkatkan pembentukan seroma dengan mengukur peningkatan TNF- drain pasien dengan diseksi Electrocautery.

7 4. Penelitian oleh Fette A, Schleef J, Haberlik A, Seebacher U (2000) dengan penelitiannya yang b Circumcision in Paediatric Surgery Using An Ultrasound Dissection Scalpel Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara Elecrocutery dan Ultrasound Dissection Scalpel. Dalam abstak penelitian ini disebutkan bahwa Ultrasound Dissection Scalpel memungkinkan jaringan diseksi dan hemostasis yang akan dilakukan tanpa bahaya kerusakan jaringan termal atau pembakaran disebabkan oleh arus aktif yang tidak terkendali. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa keuntungan dari diseksi Ultrasound Dissection Scalpel, misalnya diseksi jaringan lembut dengan hemostasis simultan, juga dapat digunakan untuk teknik operasi sederhana seperti sirkumsisi tanpa harus takut risiko dari Electrocautery. Perbedaan dengan penelitian kali ini adalah untuk mencari dosis Electrocautery yang tepat dengan tingkat kerusakan jaringan yang minimal dilihat dari segi patologi anatomi pascasirkumsisi.