Peningkatkan Reaktivitas P-Alam dengan Pengasaman

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KULIAH KE- 4(11) KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fospor (P) merupakan salah satu unsur hara esensial makro selain N dan K yang

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

Increasing P Retention in the Peat Column Amended with Mineral Soil and Some Rock Phosphates

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

TINJAUAN PUSTAKA. tertangani dengan baik. Pemanfaatan tanah Ultisol akan dihadapkan pada berbagai

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *)

Pupuk super fosfat tunggal

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

I. PENDAHULUAN. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

ANALISIS ERAPAN P TANAH PADA BERBAGAI KONSENTRASI CaCl 2

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Bentuk P di Dalam Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk

Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas X Wacana berikut digunakan untuk menjawab soal no 1 dan 2. Ditentukan 5 unsur dengan konfigurasi

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Soal 5 Jumlah mol dari 29,8 gram amonium fosfat ((NH4)3PO4) (Ar N = 14, H = 1, dan P = 31) adalah. A. 0,05 mol

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

Antiremed Kelas 11 Kimia

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lokakarya Fungsional Non Peneli BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilaksanakan di laboratorium nutrisi Balai Penelitian Ternak di Bogor dengan meng

II. TINJAUAN PUSTAKA. P tersedia adalah P tanah yang dapat larut dalam air dan asam sitrat. Bentuk P

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

PENGARUH PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAH INCEPTISOL DAN ULTISOL

Pupuk SP-36 SNI

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

FOSFOR. Kesuburan Tanah Ratih Kurniasih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

I. PENDAHULUAN. Unsur P merupakan unsur hara makro utama bagi tanaman selain N dan K. Unsur

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Penentuan Ketersediaan Fosfat Tanah Menggunakan Kurva Erapan pada Sawah Bukaan Baru

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk Fosfat. yaitu : (a) Pupuk P yang melarut kedalam asam keras (mengandung P 2 O 5,

DASAR-DASAR ILMU TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Ultisol. merupakan tanah yang terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Reaksi dalam larutan berair

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

TAKARAN PUPUK P UNTUK TANAMAN JAGUNG PADA TANAH BERKESUBURAN KIMIA SEDANG

Pengaruh Pemupukan P Terhadap Bentuk Fosfat Tanah dan Hasil Jagung pada Typic Plintudults dan Placic Petraquepts

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

ph SEDERHANA ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

Peluang Formulasi Pupuk Berteknologi Nano

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

Transkripsi:

Peningkatkan Reaktivitas P-Alam dengan Pengasaman Enhancing the Reactivity of Phosphate Rocks by Acidulation SULAEMAN, SUPARTO, DAN EVIATI 1 ABSTRAK Tanah-tanah di Indonesia memerlukan pupuk fosfat (P) yang cukup banyak karena luasnya tanah-tanah yang miskin fosfat, seperti tanah-tanah Ultisols, Oxisols dan sebagian Inceptisols. Fosfat alam, terutama dari deposit di dalam negeri, merupakan sumber pupuk P yang paling murah bila dapat digunakan secara langsung. Pengasaman dilakukan hingga fosfat-alam cukup reaktif untuk memberikan fosfat terlarut (dalam asam lemah) yang diperlukan tanaman semusim, namun tidak terlalu larut (dalam air) sehingga mudah tercuci. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pupuk sumber fosfat yang efisien dan murah biaya produksinya. Sebanyak 8 jenis fosfatalam dari dalam dan luar negeri diasamkan secara bertingkat menggunakan asam sulfat dan asam fosfat. Reaktivitas pupuk diuji menggunakan nisbah kadar P-terekstrak dalam air, asam sitrat, dan asam format terhadap P-total. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa reaktivitas (asam sitrat) Ciamis > Cileungsi > Algeria > Gresik > Maroko > Sukabumi > Christmas > Senegal. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, kadar P-total dan reaktivitas dari pupuk yang dihasilkan pada setiap tingkat pengasaman dengan asam sulfat (H2SO4) dan asam ortofosfat (H3PO4) dapat dihitung. Pengekstrak air memberikan nilai indikator peningkatan reaktivitas yang paling peka, disusul oleh asam sitrat dan terakhir asam format. Kata kunci : Tanah miskin fosfat, Fosfat-alam, Pengasaman sebagian, Reaktivitas pupuk, P-total, Asam sitrat, Asam format, ABSTRACT Indonesian soils requiring a considerably large amount of P fertilizer, since it comprises a large area of phosphate poor soils as Ultisols, Oxisols, and part of Inceptisols. Phosphate rock, particularly of domestic origin, is one of cheapest P sources if it can be applied directly. Acidulation is performed to obtain sufficiently reactive phosphate rocks to give dissolved P (in weak acid) required by annual crops, although not too soluble (in water) to easily leach. The objective of this study was to obtain an efficient P source fertilizer with inexpensive production cost. Eight types of phosphate rocks of domestic and overseas origins were gradually acidulated with sulphuric and phosphoric acids. P fertilizers reactivity were tested by using extracted P content in water, citric acid, and formic acid to total P content ratio. The results showed that the reactivity (in citric acid) orders of tested phosphate rocks were Ciamis > Cileungsi > Algeria > Gresik > Maroko > Sukabumi > Christmas > Senegal. Based on gained regression equation, total P content and reactivity of produced fertilizer for each degree of acidulation with H2SO4 and H3PO4 can be calculated. Water extractant gives the most sensitive indicator value of increased reactivity, followed by citric and formic acids. Keywords: Phosphate poor soils, Phosphate rocks, Partially acidulation, Fertilizer reactivity, Total P, Water, Citric acid, Formic acid. PENDAHULUAN Tanah-tanah di Indonesia memerlukan pupuk P yang cukup banyak karena tanahnya yang miskin fosfat, seperti Ultisols, Oxisols, dan sebagian Inceptisols. Saat ini pupuk P yang digunakan adalah SP-36 yang harganya cukup mahal, karena semua bahan baku pembentuk pupuk tersebut berasal dari impor. Oleh karena itu perlu dicari pupuk P yang lebih murah, antara lain dengan cara menggunakan pupuk secara langsung atau dengan mengasamkan pupuk secara sebagian. Fosfat alam adalah batuan apatit yang mengandung fosfat cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk (Cathcart, 19) dengan rumus molekul Ca1(PO4,CO2)6F2. Bila fosfat alam telah mengalami pelapukan, ion Ca bisa disubstitusi oleh ion Na dan Mg, sehingga rumus molekulnya dapat berubah menjadi Ca1-a-b NaaMgb(PO4)6- x(co3)xf.4xf2 (Mc Clellan and Lehr, 1969). Pupuk mempunyai kelarutan yang rendah sehingga bila diberikan pada tanah-tanah yang bereaksi agak netral sampai netral untuk tanaman semusim, penyediaan hara P dari pupuk tersebut terlalu lambat dibandingkan dengan kebutuhan P untuk tanaman. Oleh karena itu, pupuk telah banyak diproses menjadi pupuk yang mudah larut dengan mengasamkan terlebih dahulu menggunakan asam sulfat, asam fosfat, dan asam nitrat menjadi super fosfat, tripel super fosfat, 1 Staf Peneliti Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Bogor ISSN 141 7244 69

JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. /2 SP36, dan nitrofosfat. Namun demikian pada tanah masam terutama untuk tanaman perkebunan dapat diberikan secara langsung atau diasamkan sebagian. Batuan bila diberikan kedalam tanah, melepaskan ion fosfat dan ion lainnya. Ion fosfat akan bereaksi dengan ion hidrogen menjadi ion H2PO4 1- yang dapat diserap oleh tanaman (Khasawneh and Doll, 1978). Kelarutan dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain besar butir dan reaktivitas, ph tanah, tipe dan jumlah liat dalam tanah, pco2, dan kandungan ion dalam tanah. Reaktivitas juga ditentukan oleh jumlah substitusi Na dan Mg pada ion Ca dan CO3 2- pada PO4 3- yang menentukan panjang pendeknya sumbu a dan b kristal dan merupakan indikator reaktivitas pupuk. Makin tinggi substitusi ion PO4 3- oleh CO3 2- dan ion Ca oleh Na makin panjang sumbu a, maka makin tinggi reaktivitas P- alam (Khasawneh and Doll, 1978). Mineral fosfat ditemukan di alam dalam bentuk-bentuk yang sangat bervariasi (Lindsay and Vlek, 1987). Deposit menjadi sumber bahan pembuatan superfosfat terpenting sejak sekitar pertengahan abad ke 19 (Jacob, 1964). Diantara bentuk-bentuk, sumber paling penting P- alam untuk pembuatan pupuk P adalah deposit apatit dengan rumus umum Ca1 (PO4.CO3)6 (F, Cl, OH). Efektivitas pada penggunaan secara langsung sebagai pupuk P ditentukan oleh reaktivitas dan ph tanah. Uji kelarutan P- alam dapat dilakukan di laboratorium dengan pengekstrak amonium sitrat netral 1 N, asam sitrat, asam format, dan amonium sitrat ph 3. P- alam yang memberikan P terlarut amonium sitrat netral lebih besar dari 17% dari P totalnya memiliki reaktivitas yang tinggi, bila nilainya antara 12-17% termasuk sedang, dan bila kurang dari 1 termasuk yang memiliki reaktivitas rendah (Tisdale et al., 1985). Reaktivitas yang rendah dapat ditingkatkan dengan pengasaman menggunakan asam sulfat atau asam ortofosfat. Berdasarkan hasil penelitian di daerah tropis, penggunaan fosfat alam indigenus secara langsung sebagai pupuk P tidak akan memenuhi keperluan tanaman yang berproduksi tinggi. Oleh karena itu penggunaan fosfat alam yang dikombinasikan dengan bentuk P mudah larut, seperti fosfat alam yang dimasamkan sebagian (PAPR= partially acidulated phosphate rocks), merupakan cara yang paling efisien dalam pemanfaatan sumber-sumber fosfat alam indigenus (Hammond et al., 1986). Fosfat alam merupakan sumber pupuk P yang paling murah bila dapat digunakan secara langsung terutama bila menggunakan dari deposit di dalam negeri. Namun pada umumnya penyediaan P dari sumber ini terlalu lambat, sehingga tidak cocok untuk tanaman semusim dan tanaman berproduksi tinggi. Pengasaman akan meningkatkan reaktivitas, namun pengasaman % yang menghasilkan superfosfat yang sangat larut tidak efisien terutama untuk tanah bertekstur ringan dan tanah gambut. Sebagian pupuk yang diberikan hilang bersama air drainase, disamping harganya menjadi lebih mahal. Pengasaman sebagian dilakukan hingga cukup reaktif untuk memberikan P terlarut (larut dalam asam lemah) yang diperlukan tanaman semusim namun tidak terlalu larut (dalam air) sehingga tidak mudah tercuci. Dengan demikian pupuk ini menjadi lebih efisien dan lebih murah biaya produksinya karena asam yang digunakan lebih sedikit dan prosesnya lebih sederhana. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan reaktivitas pupuk dengan cara pengasaman. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui formula pupuk P yang efektif dan efisien yang dibuat dari bahan dan asam kuat dengan komposisi yang tepat serta menggunakan teknologi sederhana. BAHAN DAN METODE yang digunakan berasal dari Indonesia (Ciamis, Sukabumi, Cileungsi, dan Gresik) dan dari luar negeri (Algeria, Maroko, Christmas Island, dan 7

SULAEMAN ET AL. : PENINGKATKAN REAKTIVITAS P-ALAM DENGAN PENGASAMAN Senegal). Contoh-contoh dari berbagai lokasi ini diharapkan akan memberikan variasi komposisi dan sifat kelarutan. Untuk mengasamkan digunakan asam sulfat (H2SO4) dan asam ortofosfat (H3PO4). Guna mendapatkan hubungan antara tingkat pengasaman dengan peningkatan reaktivitas pupuk yang dihasilkan, maka dilakukan 5 tingkat pengasaman. dicampurkan dengan asam sulfat dan asam ortofosfat pekat, masing-masing sebanyak 1,, 3, 4, dan 5% jumlah asam yang diperlukan untuk membuat single superphosphate (SSP). Reaksi yang disederhanakan dari dengan asam sulfat dan asam fosfat untuk menghasilkan SSP, double superphosphate (DSP) dan triple superphosphate (TSP) sebagai berikut : Menggunakan asam sulfat : Ca 3 (PO 4 ) 2 + H 2 SO 4 2 CaHPO 4 + CaSO 4... 5% pengasaman (1) 2CaHPO 4 +CaSO 4 + H 2 SO 4 hasil (1) Ca(H 2 PO 4 ) 2 + 2CaSO 4.. % pengasaman (2) SSP Menggunakan asam ortofosfat : 2CaHPO 4 +CaSO 4 +2 H 3 PO 4 hasil (1) 2Ca(H 2 PO 4 ) 2 + CaSO 4..% pengasaman (3) DSP Ca 3 (PO 4 ) 2 +4 H 3 PO 4 3Ca(H 2 PO 4 ) 2.% pengasaman (4) TSP Hasil pengasaman 5% dengan H2SO4 (pengasaman 1), bila dilanjutkan oleh pengasaman dengan asam ortofosfat hingga %, maka akan dihasilkan double superphosphate (DSP) (persamaan 3). Penggunaan asam ortofosfat untuk seluruh pengasaman akan menghasilkan triple superphosphate (TSP) (pengasaman 4). Pengasaman 5% menghasilkan P dalam bentuk Ca(HPO4), sedangkan pengasaman % menghasilkan P dalam bentuk Ca(H2PO4)2. Persamaan 1 digunakan untuk menghitung jumlah asam sulfat yang diperlukan untuk tingkattingkat pengasaman. Seperti terlihat pada persamaan 1, pada pengasaman 5% diperlukan 1 mol asam sulfat untuk mengasamkan 1 mol kalsium fosfat atau 2 mol P dalam. Maka perbandingan satuan berat P terhadap H2SO4 adalah 62 (massa 2 atom P) : 98 (massa 1 molekul H2SO4). Kadar P-total contoh-contoh digunakan dalam perhitungan ini. Misalnya, sejenis dianalisis mengandung 3% P total, maka 1 kg ini mengandung 3 gram P yang memerlukan: (98/ 62) x 3 g H2SO4 untuk 5% pengasaman. Pengasaman 1,, 3, dan 4% dihitung dari jumlah asam sulfat yang diperlukan pada pengasaman 5%. Asam fosfat yang diperlukan untuk membuat tingkat-tingkat pengasaman dapat dihitung dari reaksi sederhana berikut : Ca 3 (PO 4 ) 2 + H 3 PO 4 3CaHPO 4.5% pengasaman (5) Pada pengasaman 5% menggunakan asam fosfat, 1 mol Ca3(PO4)2 dari memerlukan 1 mol H3PO4 dan menghasilkan 3 mol Ca(HPO4) (persamaan 5). Perbandingan berat P dalam terhadap berat asam fosfat adalah 62 (massa 2 atom P) : 98 (massa 1 molekul H3PO4). Pengasaman 5% untuk 1 kg memerlukan H3PO4 sebanyak: (98/62) x (% P total dari x 1) kg. Pengasaman 1,, 3, dan 4% dihitung dari jumlah asam fosfat yang diperlukan untuk pengasaman 5%. Perbedaan dengan pengasaman menggunakan H2SO4, pada pengasaman dengan asam fosfat tidak terbentuk hasil samping CaSO4. Perubahan reaktivitas setelah pengasaman disebabkan perubahan bentuk P yang dikandungnya. SSP mengandung bentuk kalsium fosfat primer (Ca(H2 PO4)2) yang mudah larut, mengandung kalsium fosfat tertier (Ca3(PO4)2) yang sukar larut dan yang dimasamkan 5% mengandung 71

JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. /2 bentuk kalsium fosfat sekunder (CaHPO4). Pengasaman dari hingga % tingkat pengasaman akan mengandung campuran ketiga bentuk P tersebut. Pengasaman hingga 5% akan mengandung bentuk-bentuk Ca3(PO4)2 dan CaHPO4 dengan komposisi yang ditentukan oleh tingkat pengasamannya. Pembuatan 1,, 3, 4, dan 5% pengasaman dilakukan dengan menimbang ke dalam erlenmeyer 2 liter, asam ditambahkan perlahan dengan jumlah yang sesuai untuk tingkat pengasaman yang dikehendaki sambil diaduk dengan pengaduk fiber (bahan tahan asam). Pupuk P yang dihasilkan dari setiap tingkat pengasaman dengan H2SO4 dan H3PO4 dikeringkan pada suhu 15 o C, ditumbuk dan diayak hingga lolos mesh. Analisis sifat-sifat kimia asal dan P- alam yang dimasamkan sebagian meliputi: kadar P total serta P terlarut dalam air, asam sitrat, dan asam format. Untuk asal ditambah analisis kadar hara makro lainnya, unsur mikro dan alkalinitas. Analisis kadar unsur total dilakukan dengan destruksi contoh menggunakan campuran HNO3 dan HClO4 (3:2). Ekstrak jernih digunakan untuk pengukuran kadar unsur makro dan mikro. Kadar P ditetapkan dengan metode molibdovanadat dan S dengan metode turbidimetri menggunakan spektrofotometer Hitachi U- berturut-turut pada panjang gelombang 466 nm dan 432 nm. Kadar unsur K dan Na diukur dengan Fotometer Nyala Eppendorf, sedangkan unsur Ca, Mg dan unsur mikro Fe, Al, Mn, Cu, dan Zn diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-823. Alkalinitas asal ditetapkan dengan cara titrasi kembali menggunakan HCl,5 M dan kelebihan asam dititar menggunakan NaOH,25 M dengan indikator fenolftalin (PP). Uji reaktivitas asal dan yang dimasamkan dilakukan menggunakan pengekstrak air, asam sitrat, dan asam format. Sebanyak,5 g contoh ditambah 5 ml pengekstrak, dikocok selama 1 jam lalu disaring. Kadar P dalam ekstrak jernih diukur dengan spektrofotometer Hitachi U- pada 466 nm menggunakan metode molibdovanadat. Reaktivitas setiap jenis pupuk dipelajari dengan menggunakan nisbah kadar P-terekstrak air, asam sitrat dan asam format masing-masing terhadap P-totalnya. Kadar P terekstrak dari pupuk tidak hanya ditentukan oleh reaktivitas, tetapi juga oleh kadar P-totalnya. Nisbah ini dihubungkan dengan tingkat pengasaman yang digunakan untuk mendapatkan persamaan regresinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat-sifat asal Pupuk memiliki variasi P2O5 total dari terendah sekitar 23,7% yang berasal dari Cileungsi hingga yang tertinggi sebesar 35,7% berasal dari Senegal (Tabel 1). Kelarutan di dalam asam sitrat bervariasi antara 11% hingga 21% P2O5 dan dalam asam format antara 5% hingga 24% P2O5. Kadar P dalam asam sitrat umumnya lebih kecil daripada kadar P dalam asam format, kecuali dari Christmas Island. Asam sitrat merupakan pengekstrak yang lebih lemah daripada asam format. Meskipun asam sitrat memiliki pka1 (3,8) yang lebih rendah daripada pka asam format (3,75), namun memiliki pka2 (4,74) dan pka3 (5,4) yang lebih tinggi. Pada persentase yang sama (), asam format (HCOOH) akan mengeluarkan lebih banyak H + dibanding asam sitrat ((COOH) CH2C(OH)(COOH)CH2COOH), sehingga dapat melarutkan lebih banyak P dari. Adanya P- alam yang terlarut lebih banyak dalam asam sitrat mengindikasikan adanya mekanisme lain dalam pelarutan. Mungkin asam sitrat lebih kuat dalam mengkhelat kation-kation yang dapat mengendapkan ion fosfat. Daya netralisasi dari contoh-contoh (setara CaCO3) merupakan ukuran alkalinitas (Tabel 1). Perbedaan kelarutan dalam kedua jenis asam lemah ini dipengaruhi oleh jenis dan kadar 72

SULAEMAN ET AL. : PENINGKATKAN REAKTIVITAS P-ALAM DENGAN PENGASAMAN Tabel 1. Kelarutan dalam berbagai pengekstrak dan alkalinitas Table 1. Phosphate rocks solubility in various extractant and phosphate rocks alcalinity No. Kadar air Air Sitrat P2O5 Terhadap contoh kering 15 o C Nisbah thd. P-total Format Total Sitrat Format Alkalinitas (setara CaCO3).... %.. 1. RP- Christmas 1,16, 1,97 5,81 31,6 34,71 18,4 2,2 2. RP - Maroko 1,4, 12,8 15,85 31,6 38,22 5,16 17,15 3. RP - Senegal,35, 11, 13,57 35,7 3, 38, 8,23 4. RP - Algeria 1,33, 16,36 18,55 28,41 57,58 65,3 12,87 5. RP - Ciamis 2,54, 21,38 23,84 28,6 76, 84,94 29,67 6. RP - Sukabumi 19,14, 11,19 11,25 29,6 37,81 38,2,71 7. RP - Cileungsi 13,4, 15,35 15,66 23,71 64,74 66,5,6 8. RP - Petro Kimia Gresik 1,28, 16,3,31 32, 5,93 63,47 1,67 Tabel 2. Kadar total unsur makro dan mikro dari Table 2. Total content of macro and micro elements of phosphate rocks Terhadap contoh kering 15 o C No. Ekstrak total K Na Ca Mg S Fe Al Mn Cu Zn %.. ppm.. 1. RP- Christmas,1,25 17,24,15,8 33636 3553 187 167 459 2. RP - Maroko.4.98 33.65.47.77 173 1525 5 78 585 3. RP - Senegal.1. 32,72,3,7 534 7568 293 71 58 4. RP - Algeria,9 1,58 32,46,94 1,5 2 3976 45 1 173 5. RP - Ciamis,2,12 32,69,7,7 5822 12456 3564 499 315 6. RP - Sukabumi,12,1 14,52,,6 26233 38897 224 4 2549 7. RP - Cileungsi,17,13 22,6,33,8 18344 32671 15623 712 3 8. RP - Petro Kimia Gresik,2,71 33,78,17,4 1384 143 73 35 211 apatit serta tingkat alkalinitas. Christmas Island memiliki alkalinitas paling rendah, sehingga pelarutan oleh pengekstrak yang bersifat asam menjadi lebih efektif. Kadar unsur makro total tertinggi adalah Ca yang merupakan komponen utama bersama P dalam senyawa apatit, sedangkan terendah adalah K (Tabel 2). Kadar Ca berkisar dari 14,5 hingga 33,8%, sedangkan kadar K tertinggi hanya,. Kadar Mg, S dan Na dalam, umumnya kurang dari 1%. Kandungan unsur mikro cukup tinggi, tertinggi pada Crismast Island adalah besi (3,36%), pada Sukabumi adalah aluminium (3,89%) dan tembaga (4 ppm), pada Cileungsi adalah mangan (1,56%), dan pada Ciamis adalah seng (315 ppm). Rasio kadar P dalam asam sitrat dan asam format terhadap kadar P total yang disebut kelarutan relatif digunakan untuk menentukan reaktivitas setiap jenis (Tabel 1). Pengekstrak air pada umumnya tidak dapat melarutkan P, sehingga tidak dapat digunakan 73

JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. /2 untuk menentukan reaktivitas. Reaktivitas yang diuji bervariasi dari yang terendah 3,8% (Senegal) hingga tertinggi sebesar 76, (Ciamis) dengan asam sitrat. Untuk asam format reaktivitas berkisar dari 18,4% untuk Christmas Island hingga 84,9% untuk Ciamis. dari Cileungsi yang lebih reaktif dari Sukabumi dapat disebabkan oleh lebih tingginya tingkat substitusi isomorfik pada apatit Cileungsi. Substitusi PO4 oleh CO3 dalam kristal apatit menghasilkan frankolit yang lebih reaktif (Khasawneh and Doll, 1978). dari deposit di Jawa dan Madura berasal dari fluor apatit yang mengalami proses substitusi menjadi karbonat apatit (frankolit) dengan hidroksi dan khlor apatit sebagai hasil antara (Darliah dkk., 1996). Reaktivitas yang diuji dengan asam sitrat dari yang tertinggi ke terendah berurutan sebagai berikut: Ciamis > Cileungsi > Algeria > Gresik > Sukabumi > Maroko > Christmas > Senegal. Pada pembuatan yang diasamkan sebagian, yang memiliki reaktivitas lebih tinggi akan memerlukan jumlah asam yang lebih sedikit untuk mencapai reaktivitas yang diinginkan. Pengaruh pengasaman terhadap Penambahan asam kuat ke dalam meningkatkan P terlarut dalam semua pengekstrak yang digunakan dengan pola yang serupa. Perbedaan utama yang diperlihatkan oleh penambahan kedua asam ini ke dalam adalah kadar P-total yang dihasilkan. Penambahan asam sulfat menurunkan kadar P-total, sedangkan penambahan asam fosfat pekat dengan kadar P sekitar 58% P2O5, meningkatkan P-total. Persamaan regresi linier dapat digunakan untuk menggambarkan pola peningkatan atau penurunan kadar P-total dari pupuk yang dihasilkan. Pola yang sama diperlihatkan oleh peningkatan kelarutan seiring peningkatan takaran asam sulfat (Gambar 1) maupun asam fosfat (Gambar 2). Berdasarkan persamaan regresinya kadar P-total pada setiap tingkat pengasaman dapat dihitung. Sukabumi misalnya akan turun kadar P-totalnya sebesar,16 kali persen pengasaman menggunakan H2SO4. Pengasaman 5% akan menurunkan kadar P- totalnya sebanyak,16 x 5 = 8% dari sekitar 3% menjadi 2. Pengasaman dengan H3PO4 akan meningkatkan kadar Cileungsi sebesar,27 kali persen pengasaman. Sehingga kadar P- totalnya akan meningkat dari sekitar 23% menjadi sekitar 36% dengan pengasaman 5%. Pengasaman dengan asam sulfat (Gambar 1) maupun dengan asam fosfat (Gambar 2) memberikan peningkatan reaktivitas untuk semua pengekstrak yang digunakan. Hammond et al. (1986) mengemukakan, bahwa penambahan asam meningkatkan reaktivitas dengan terbentuknya asam fosfat hasil reaksi apatit dengan asam. Nisbah P-terekstrak/P-total dari ketiga pengekstrak, pada umumnya memberikan hubungan yang baik dengan jumlah asam yang ditambahkan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai R 2 persamaan regresinya yang umumnya lebih besar dari,66 (nilai batas kritis pada taraf 5% ), kecuali pengekstrak asam format untuk Ciamis dan Cileungsi (kedua jenis pengasaman) serta Gresik (pengasaman H3PO4), dan pengekstrak asam sitrat untuk Christmas Island (pengasaman H3PO4). Dengan demikian ketiga pengekstrak dapat digunakan untuk menentukan reaktivitas yang diasamkan sebagian. Berdasarkan keeratan hubungan nisbah P-terekstrak/P-total dengan tingkat pengasaman, air merupakan pengekstrak terbaik, diikuti asam sitrat dan terakhir asam format. Hasil ini agak berlainan dengan laporan Sofyan dkk. (199), bahwa hanya metode ekstraksi asam sitrat dan asam format yang merupakan metode yang baik, sedangkan pengekstrak air tidak cocok untuk menentukan reaktivitas yang dimasamkan sebagian (PAPR). Pengekstrak air memang tidak cocok untuk, karena pada umumnya tidak dapat melarutkan P dari (Tabel 1), tetapi cocok untuk yang diasamkan. 74

SULAEMAN ET AL. : PENINGKATKAN REAKTIVITAS P-ALAM DENGAN PENGASAMAN 6 4 Christmas Island y Sitrat = 1,14x + 3, y Format = 1,6x + 15,95 y Air = 1,1x - 3,7 R 2 =,98 R 2 =,98 R 2 =,98 y Total = -,24x + 31,29 R 2 =,98 1 3 4 5 - Pemasaman H 2SO 4 (%) 6 4 Maroko y Format =,84x + 56,55 R 2 =,93 y Sitrat = 1,5x + 39,19 R 2 =,99 y Air = 1,56x - 4,6 R 2 =,99 y Total = -,x + 3,52 R 2 =,96 1 3 4 5 - Pemasaman H 2SO 4 (% ) Senegal Algeria P-total dan nisbah P-terekstrak 6 4 - y Sitrat = 1,22x + 31,36 y Format = 1,8x + 33,93 y Air = 1,74x -,68 R 2 =,99 R 2 =,97 R 2 =,99 y Total = -,26x + 35,49 R 2 =,99 1 3 4 5 6 4 - y Format =,25x + 66,48 y Sitrat =,37x + 57,7 y Air = 1,14x - 4,5 R 2 =,96 R 2 =,99 R 2 =,98 y Total = -,13x + 28,69 R 2 =,99 1 3 4 5 Pemasaman H 2SO 4 (% ) Pemasaman H 2SO 4 (%) Ciamis Sukabumi y Format =,86x + 86,341 R 2 =,1 6 y Sitrat =,36x + 77,13 R 2 =,95 4 y Total = -,13x + 27,96 R 2 =,97 R 2 =,85 y Air =,62x - 3,87 1 3 4 5-6 4 - y Sitra t =,76x + 32,22 y Format =,57x + 33,24 y Air =,78x - 4,59 R 2 =,9 R 2 =,9 R 2 =,84 y Total = -,16x + 3,16 R 2 =,98 1 3 4 5 Pemasaman H2SO4 (%) Pemasaman H2SO4 (%) Cileungsi Gresik y Sitrat =,22x + 65,97 R 2 =,95 6 4 y Format =,6x + 67,59 R 2 =,48 y Total = -,12x + 23,83 R 2 =,96 y Air =,53x -, R 2 =,97 1 3 4 5 - y Format =,52x + 6,14 R 2 =,87 6 R 2 =,87 y Sitrat =,79x + 49,93 R 2 =,99 4 y Air = 1,46x - 4,3 y Total = -,19x + 32,15 R 2 =,99 1 3 4 5 - Pemasaman H2SO4 (%) Pemasaman H2SO4 (%) Gambar 1. Kelarutan dari berbagai deposit dalam beberapa pengekstrak pada pemasaman dengan H2SO4 hingga 5% Figure 1. Solubility of phosphate rocks of various deposits in several extractants on acidulation with H2SO4 up to 5% 75

JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. /2 Christmas Island Maroko 6 4 y Sitrat =,28x + 39,54 y Format =,x + 35,91 y Total =,27x + 33,92 R 2 =,94 R 2 =,63 R 2 =,88 y Air =,58x + 3,85 R 2 =,93 1 3 4 5 y Format =,85x + 59,74 R 2 =,86 R 2 =,97 6 y Sitrat = 1,5x + 43,77 4 y Total =,33x + 3,62 R 2 =,97 y Air = 1,43x +,54 R 2 =,99 1 3 4 5 Senegal Algeria 6 4 y Sitrat =,96x + 45,16 y Format =,67x + 49,44 R 2 =,79 R 2 =,94 R 2 =,98 y Total =,21x + 35,98 y Air = 1,37x + 9,26 R 2 =,94 1 3 4 5 y Format =,58x + 67,1 R 2 =,9 6 R 2 =,92 4 y Sitrat =,63x + 53,75 R 2 =,95 y Total =,26x + 29,92 y Air = 1,75x - 3,74 R 2 =,99 1 3 4 5 - Pemasaman H 3PO 4 (%) Ciamis Sukabumi 6 4 y Format =,18x + 87,34 y Sitrat =,37x + 79,37 y Total =,35x + 29,5 y Air =,28x + 1, R 2 =,4 R 2 =,75 R 2 =,98 R 2 =,96 1 3 4 5 6 y Sitrat =,38x + 43,47 y Format =,31x + 42,34 R 2 =,92 R 2 =,87 4 R 2 =,95 y Total =,31x + 29,33 y Air =,88x - 1,8942 R 2 =,97 1 3 4 5 - Cileungsi Gresik 6 4 - y Sitrat =,35x + 7,58 y Total =,27x + 22,87 y Format =,15x + 73,74 R 2 =,96 R 2 =,68 R 2 =,18 R 2 =,9 y Air =,76x - 3,8 1 3 4 5 y Format =,1x + 69,49 R 2 =,22 6 R 2 =,82 y Sitrat =,46x + 53,83 4 R 2 =,97 y Total =,31x + 29,27 y Air = 1,22x + 5,24 R 2 =,94 1 3 4 5 Pemasaman H3PO4 (%) Gambar 2. Kelarutan dari berbagai deposit dalam beberapa pengekstrak pada pemasaman dengan H3PO4 hingga 5% Figure 2. Solubility of phosphate rocks of various deposits in several extractants on acidulation with H3PO4 up to 5% 76

SULAEMAN ET AL. : PENINGKATKAN REAKTIVITAS P-ALAM DENGAN PENGASAMAN Dengan menggunakan persamaan regresinya, maka peningkatan reaktivitas pada setiap tingkat pengasaman juga dapat dihitung seperti pada P-total. Koefisien x dari persamaan regresi hubungan tingkat pengasaman dengan nisbah P- terekstrak/p-total (Gambar 1 dan Gambar 2) disajikan pada Tabel 3. Untuk setiap pengekstrak yang digunakan, koefisien ini merupakan indikator dari peningkatan reaktivitas yang diasamkan. Nilai rendah menunjukkan reaktivitas P- alam asal yang tinggi dan sebaliknya. Setiap tingkat pengasaman yang diberikan pada reaktivitas rendah akan memberikan peningkatan reaktivitas yang lebih tinggi daripada yang sudah memiliki reaktivitas tinggi. Pada pengasaman dengan menggunakan asam sulfat, pengekstrak air menghasilkan nilai peningkatan reaktivitas terendah pada pengasaman Cileungsi (,53) dan tertinggi pada pengasaman Senegal (1,74). Pengekstrak asam sitrat juga memberikan nilai indikator terendah pada asal Cileungsi (,22) dan tertinggi pada Senegal (1,22). Asam format memberikan peningkatan reaktivitas terendah yang berbeda dari kedua pengekstrak lainnya, yaitu pada Ciamis (,1), namun nilainya tidak begitu jauh beda dengan Cileungsi. Peningkatan reaktivitas tertinggi pada asam format sama seperti kedua pengekstrak lainnya, yaitu pada Senegal (1,8). Pengasaman dengan menggunakan asam fosfat, pengekstrak air memberikan nilai peningkatan reaktivitas terendah pada Ciamis (,28) dan tertinggi pada Algeria (1,75). Asam sitrat memberikan peningkatan reaktivitas terendah pada Cileungsi (,35), meskipun nilainya hampir sama dengan Ciamis (,37) dan Sukabumi (,38), dan tertinggi Maroko (1,5). Gresik menunjukkan peningkatan reaktivitas terendah pada ekstraksi dengan asam format (,1). Peningkatan reaktivitas tertinggi untuk pengekstrak ini ada pada Maroko (,85) seperti pada ekstraksi dengan asam sitrat. Pada umumnya, pengekstrak yang lebih kuat menghasilkan nilai peningkatan reaktivitas yang lebih kecil. Untuk ketiga pengekstrak yang digunakan, nilai peningkatan reaktivitas berurutan dari yang paling tinggi air > asam sitrat > asam format. Hal ini menunjukkan bahwa air lebih sensitif bila digunakan sebagai pengekstrak untuk mendapatkan indikator peningkatan reaktivitas pada yang diasamkan. Tabel 3. Nilai peningkatan reaktivitas pada setiap persen pengasaman dengan asam sulfat atau asam fosfat Table 3. Values of phosphate rocks reactivity improvement for each percent of acidulation with sulphuric acid or phosphoric acid Peningkatan reaktivitas untuk setiap% pengasaman No. Air H2SO4 Asam sitrat Asam format Air H3PO4 Asam sitrat Asam format. %. 1 Christmas Island 1,1 1,14 1,6,58,28, 2 Maroko 1,56 1,5,84 1,43 1,5,85 3 Senegal 1,74 1,22 1,8 1,37,96,67 4 Algeria 1,14,37,25 1,75,63,58 5 Ciamis,62,36,1,28,37,18 6 Sukabumi,78,76,57,88,38,31 7 Cileungsi,53,22,6,76,35,15 8 Gresik 1,46,79,52 1,22,46,1 77

JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. /2 Nilai konstanta dari persamaan regresi hubungan antara nisbah P-terekstrak/P-total dengan tingkat pengasamannya menunjukkan jumlah P yang terekstrak tanpa pengasaman. Makin kuat pengekstrak yang digunakan, akan lebih banyak P- alam yang dilarutkan, dan akan semakin kecil pengaruh pengasaman yang terdeteksi. Untuk menentukan tingkat pengasaman (reaktivitas) yang tepat, yaitu P cukup tersedia bagi tanaman namun tidak mudah tercuci, perlu dikorelasikan dengan hasil tanaman. Penelitian pada tanah-tanah Ultisols menunjukkan, bahwa kenaikan tingkat pengasaman PAPR meningkatkan respon tanaman palawija pada tanah-tanah dengan kejenuhan asam rendah (< 4%), namun tidak berpengaruh terhadap respon tanaman pada tanah dengan kejenuhan asam tinggi (> 7%) (Sri Adiningsih, 1987). PAPR dengan tingkat pengasaman 3%, lebih efisien daripada TSP (Hartatik dkk., 1998). Pada tanah dengan kemasaman tinggi, tanpa pengasaman sudah cukup reaktif untuk digunakan secara langsung (Hartatik dkk., 1996; Kasno dkk., 1997). Penggunaan pada tanah miskin P dan berph <5 dengan tanaman pangan memberikan respon yang hampir sama dengan penggunaan TSP (Moersidi, 1999). KESIMPULAN 1. Reaktivitas yang diuji dengan pengekstrak asam sitrat bervariasi dari yang terendah 31% (Senegal) hingga tertinggi sebesar 76% (Ciamis). Untuk asam format reaktivitas berkisar dari 18% untuk Christmas Island hingga 85% untuk Ciamis. Reaktivitas yang diuji dengan asam sitrat berturut-turut adalah Ciamis > Cileungsi > Algeria > Gresik > Maroko > Sukabumi > Christmas > Senegal. 2. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, kadar P-total dan reaktivitas dari pupuk yang dihasilkan pada setiap tingkat pengasaman dengan H2SO4 dan H3PO4 dapat dihitung. 3. Kepekaan suatu metode ekstraksi menentukan ketelitian dalam menetapkan jumlah asam yang diperlukan untuk mendapatkan yang diasamkan sebagian dengan reaktivitas yang diinginkan. Makin peka suatu metode ekstraksi, maka akan semakin teliti jumlah asam yang ditetapkan. Urutan pengekstrak dari yang paling peka adalah air>asam sitrat>asam format. DAFTAR PUSTAKA Cathart, J.B. 19. World Phosphate Reserves and Resources. In Khasawneh, F.E; E.C. Sample, and E.J. Kamprath (Eds). The Role of Phosphate in Agriculture. ASA, CSSA, SSSA, Madison Wisconsin USA; F.E. and E.C doll, 1978. The Use of Phosphate Rock for Direct Application to Soils. Adv. Argon. Vol. 3. Darliah, E., Junus Dai, dan Sulaeman. 1996. Karakterisasi Fosfat Alam dari Jawa dan Madura. Kumpulan Makalah Seminar Forum Komunikasi Penelitian Tanah dan Agroklimat. No. 1/1996. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal. 19-24. Hammond, L.L., S.H. Chien, and A.U. Mokwunye. 1986. Agronomic Value of Unacidulated and Acidulated Phosphate Rocks Indigenous to the Tropics. Adv. Agron. 4. Hartatik, W., A. Kasno, Prastowo K., dan J. Sri Adiningsih. 1998. Pembandingan Efektivitas Sumber dan Takaran Pupuk Fosfat terhadap Tanaman Padi dan Kedelai pada Lahan Kering Masam. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. No. 14. Bidang Kimia dan Biologi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal. 37-61. Hartatik, W., Ladiyani R.W., dan Sulaeman. 1996. Pembandingan Efektivitas dan TSP pada Tanaman Padi Sawah. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. No. 12. Buku III Bidang Kesuburan dan Produktivitas Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal. 152-163. 78

SULAEMAN ET AL. : PENINGKATKAN REAKTIVITAS P-ALAM DENGAN PENGASAMAN Jacob, K.D. 1964. History and Status of the Superphosphate Industry. In Superphosphate, Its History, Chemistry and Manufacture. USDA and Tennessee Valley Authority. Agricultural Research Service, Washington, D.C. p.19-94. Kasno, A., Sulaeman dan B. Hendro P. 1998. Efektivitas Penggunaan Pupuk pada Lahan Sawah Bukaan Baru. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. No. 13. Bidang Kimia dan Biologi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal. 39-55. Khasawneh, F.E.; and E.C. Doll. 1978. The Use of Phosphate Rock for Direct Application to Soils. Adv. Agron. 3. Lindsay, W.L. and Paul L.G. Vlek. 1987. Phosphate Minerals. In Minerals in Soil Environments. J.B. Dixon and S.B. Weed (Eds.). SSSA Inc., Madison, Wisconsin USA. Mc Clellan, G.H. and Lehr J.R. 1969. Am. Mineral. 54: 1374-1391. Moersidi, S. 1999. Fosfat Alam Sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. 82 hal. Sofyan, A., I P.G. Widjaja-Adhi, M. Sudjadi, dan N. Sri Mulyani. 199. Kelarutan Beberapa Jenis Pupuk P-Alam dan TSP dalam Berbagai Pengekstrak serta Korelasinya Terhadap Hasil Padi Sawah pada Ultisol Rangkasbitung. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. No. 9. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal.-26. Sri Adiningsih, S. 1987. Penelitian Pemupukan P pada Tanaman Pangan di Lahan Kering Masam. Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk P. Cipanas, 29 Juni 2 Juli 1987. Pusat Penelitian Tanah. Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4 th ed. Mac Millan Publishing Co. New York. 754 p. 79