KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 ABSTRAK

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

III. METODE PENELITIAN

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI YANG ADAPTIF PADA LAHAN SAWAH BUKAAN BARU UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI YANG ADAPTIF PADA LAHAN SAWAH BUKAAN BARU UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAMPUNG SELATAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

Keragaan Varietas Inpari Pada Lahan Lebak Tengahan di Desa Epil Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI. Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

DAYA HASIL DAN POTENSI LIMBAH UNTUK PAKAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SISTEM TANAM LEGOWO 2:1. I NYOMAN ADIJAYA dan I MADE RAI YASA

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

III. BAHAN DAN METODE

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

Kajian Adaptasi Enam Varietas Unggul Baru Padi Sawah Irigasi Semi Teknis di Daerah Perbatasan Kalimantan Barat

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

Kata kunci : pertumbuhan dan hasil, galur harapan dan produksi beras

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Keywords: assistance, SL-PTT, rice Inpari, increased production

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI SISTEM TANAM LEGOWO DAN TEGEL DI KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG.

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH DI KECAMATAN PADANG JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

Keragaan Tiga Varietas Unggul Baru Padi di Sawah Bukaan Baru Lahan Gambut

KERAGAAN PRODUKSI DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SL PTT DI KABUPATEN KUANSING

Transkripsi:

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU Yartiwi, Yahumri dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu yartiwitiwi@yahoo.co.id ABSTRAK unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Tersedianya varietas unggul yang dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar. sebelum uji adaptasi dilapangan sebaiknya telah dilakukan pegujian ditingkat laboratorium atau rumah kaca. Penelitian bertujuan untuk membandingkan keragaan pertumbuhan dan komponen hasil keempat varietas; Inpara 1, 2, 4 dan 5. Penelitian telah dilakukan di Rumah Kaca pada bulan Desember 2011 sampai dengan April 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan varietas padi; Inpara 1, 2, 4 dan I 5 yang masing-masing diulang 5 kali. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam, dan apabila terdapat berpedaan yang nyata, dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik parameter panjang malai, jumlah gabah bernas/malai tidak menunjukkan beda nyata antar perlakuan. Inpara 5 memiliki panjang malai dan gabah bernas tertinggi (22,54 cm dan 91,80 butir/malai), sedangkan untuk jumlah gabah hampa varietas; Inpara 5 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan Inpara 4, 2 dan Inpara 1 (7,87 butir/malai berbanding 26.50; 29.34 dan 32.50 butir/malai). Untuk berat 1000 butir varietas Inpara 2 dan 4 yang menunjukkan beda nyata dengan varietas Inpara 1 dan 5 (24.80 g dan 21.93 g dengan 20.30 g dan 17.07 g). Sedangkan hasil/pot hanya Inpara 4 yang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan Inpara 5, 2 dan 1 (40.15 g banding 35.92 g; 35.67 g dan 22.35 g). Kata Kunci : pertumbuhan, komponen hasil, padi rawa, VUB, rumah kaca PENDAHULUAN unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Tersedianya varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar. Potensi pengembangan lahan rawa untuk komoditas padi masih terbuka tetapi saat ini petani padi rawa di Bengkulu masih menggunakan teknologi sederhana dengan varietas padi sawah seperti Ciherang, Ciliwung dan IR 64 serta padi lokal yang berumur dalam (5-6 bulan). Inbrida Padi Rawa (Inpara) adalah varietas-varietas unggul padi yang baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada kondisi lahan masam. Beberapa varietas padi rawa telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian diantaranya adalah Banyu Asin, Dendang, Mendawak, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5 dan Inpara 6. Dengan pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu, produktivitas padi di lahan rawa dapat mencapai 4-6 t/ha (Suprihatno et al., 2011). Menurut data BPS (2011) luas lahan rawa pasang surut di Provinsi Bengkulu 491 ha dan rawa lebak seluas 8.015 ha. Dengan luasan tersebut padi rawa dapat menyumbangkan produksi padi terhadap produksi padi di Bengkulu. Rata-rata produktivitas padi rawa di Bengkulu masih sangat rendah karena varietas yang digunakan masih varietas lokal dan varietas padi sawah. Budidaya padi di lahan rawa mempunyai resiko yang cukup tinggi karena pada umumnya lahan rawa bersifat masam, miskin unsur hara, dan mengandung besi (Fe) yang tinggi. Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan unsur hara merupakan permasalahan utama. Keracunan besi menyebabkan produktivitas padi dilahan rawa relatif rendah (1-2 t/ha) atau bahkan tidak menghasilkan. Ada beberapa cara untuk mengatasi keracunan besi, diantaranya adalah penanaman varietas yang toleran dan pemupukan untuk meningkatkan keseimbangan unsur hara. Disadari bahwa adopsi varietas unggul baru padi rawa di tingkat petani tidaklah mudah. Diperlukan informasi tentang kesesuaian varietas dengan kondisi spesifik lokasi. Sebelum uji adaptasi dilapangan, sebaiknya telah dilakukan pegujian ditingkat laboratorium atau rumah kaca, sehingga dalam proses diseminasi yang lebih luas, varietas yang dipilih telah diyakini akan beradaptasi dengan baik dilapangan.

BPTP Bengkulu yang memiliki mandat mendiseminasikan inovasi teknologi khususnya berasal dari Badan Litbang Pertanian perlu memiliki informasi tentang keragaan pertumbuhan dan hasil varietas unggul baru padi rawa dilapngan. Untuk itu telah dilakukan pengujian adaptasi 4 varietas unggul baru padi rawa yaitu Inpara 1, 2, 4 dan Inpara 5 di rumah kaca BPTP Bengkulu yang bertujuan untuk membandingkan keragaan pertumbuhan dan komponen hasil keempat varietas Inpara 1, 2, 4 dan Inpara 5. BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan di Rumah Kaca BPTP Bengkulu di bulan Desember 2011 sampai dengan April 2012. Alat dan bahan yang digunakan adalah pot plastik, tanah rawa, benih padi Inpara 1, 2, 4 dan Inpara 5, pupuk urea, sp-36 dan KCl. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan varietas unggul baru padi Inpara 1, 2, 4 dan Inpara 5 yang masingmasing diulang 5 kali sehingga diperoleh 20 tanaman. Dosis pupuk yang digunakan pada seluruh perlakuan sama sesuai dengan hasil analisis tanah. Adapun tahapan penelitian adalah: (1) persiapan media, tempat media yang digunakan adalah pot yang tidak berlubang dan jika berlubang beri isolasi untuk memudahkan dalam pengaturan air, (2) media penanaman (tanah) yang diambil di lahan rawa dan dikering anginkan selama 1 minggu kemudian ditimbang berat tanah lalu masukkan tanah ke dalam pot yang telah disiapkan setinggi 20 cm dengan kapasitas lapang 2 liter, (3) penanaman, benih ditanam secara langsung 1 benih per pot, (4) pemupukan, sebelum melakukan pemupukan, unsur hara yang ada didalam media diukur dengan menggunakan PUTR, yaitu N sedang (urea 200 kg/ha), P2O5 sedang (SP-36 100 kg/ha) dan K2O tinggi (KCl 50 kg/ha), (5) pemeliharaan yaitu pemberian air/penyiraman dilakukan 1 minggu sekali, dan (6) panen. Data yang dikumpulkan meliputi data pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman dan jumlah anakan, serta data komponen hasil berupa jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa, panjang malai, berat 1000 butir dan hasil per pot. Keragaan pertumbuhan diukur setiap minggu sampai tanaman berumur 9 minggu setelah tanam (MST) dan saat panen, sedangkan komponen hasil diamati saat panen. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam, dan apabila terdapat berpedaan yang nyata, dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %. Keragaan pertumbuhan dan komponen hasil dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil penelitian dengan deskripsi varietas. Pertumbuhan Vegetatif HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi tanaman Pertumbuhan vegetatif tanaman yang diambil adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan, pengukuran dilakukan mulai 1 minggu setelah tanam (MST) sampai dengan terbentuknya bunga. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tinggi tanaman setelah diuji secara statistik pada minggu ke- 1, ke-2, ke-5, ke-6, ke-8 dan ke-9 memperlihatkan tinggi tanaman antar varietas berbeda nyata, sedangkan pada minggu ke-3, ke-4 dan ke-7 memperlihatkan tinggi tanaman tidak menunjukkan perbedaan antar varietas (Tabel 1). Adapun varietas yang paling tinggi dari keempat varietas tersebut adalah Inpara 2 (104,70 cm) sedangkan paling rendah varietas Inpara 4 (88,90 cm).

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman padi pada 1 sampai dengan 9 minggu setelah tanam. Jumlah anakan minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inpara 1 15,44 ab 27,58 ab 38,80 a 49,86 a 55,40 ab 64,80 b 80,30 a 86,00 b 90,40 b Inpara 2 18,74 a 30,56 a 39,40 a 50,74 a 60,40 a 76,00 a 84,80 a 100,20 a 104,70 a Inpara 4 12,76 a 25,62 b 35,20 a 46,68 a 51,00 b 64,80 b 75,80 a 84,20 b 88,90 b Inpara 5 17,50 a 30,30 a 40,50 a 51,30 a 55,40 ab 69,40 b 81,30 a 91,00 b 95,40 ab 2. Jumlah anakan Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah anakan pada varietas Inpara 2 pada minggu ke-4 (16,80) memperlihatkan perbedaan yang nyata, sedangkan pada varietas lain tidak memperlihatkan perbedaan nyata hingga pengamatan minggu ke-9 (Tabel 2). Dari keempat varietas tersebut jumlah anakan yang tertinggi adalah varitas Inpara 1 yaitu rata-rata 35,20 anakan sedangkan yang terendah adalah varetas Inpara 2 yaitu rata-rata anakan 30,40 anakan. Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan pada 1 sampai dengan 9 minggu setelah tanam. Jumlah anakan minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Inpara 1 7,40 a 11,60 a 16,40 a 23,20 a 28,40 a 34,40 a 35,20 a 35,20 a 35,20 a Inpara 2 4,60 a 8,20 a 10,80 ab 16,80 b 23,20 a 28,00 a 30,40 a 30,40 a 30,40 a Inpara 4 6,00 a 9,80 a 13,80 a 26,00 a 26,00 a 30,60 a 32,00 a 32,00 a 32,00 a Inpara 5 7,20 a 11,00 a 8,60 a 21,60 ab 29,00 a 32,00 a 34,80 a 34,80 a 34,80 a Terjadinya perbedaan tinggi tanaman dan jumlah anakan pada masing-masing varietas tersebut diduga karena adanya pengaruh dari dalam maupun luar tanaman itu sendiri, seperti halnya faktor; genetik, suhu, kondisi air, kejernihan air, intensitas cahaya dan kandungan nitrogen dalam tanah itu sendiri. Menurut De Datta (1981) dalam Firdaus et.al., (2001) bahwa lama fase pertumbuhan vegetatif merupakan penyebab perbedaan umur tanaman yang disebabkan oleh faktor genetik dari suatu tanaman. Sedangkan menurut Gani dan Sembiring (2007) unsur nitrogen (N) adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman padi terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat mengurangi jumlah anakan tanaman padi. Sedangkan kondisi air yang jernih mepengaruhi intensitas cahaya dapat langsung masuk ke dalam air dan dapat diterima oleh tanaman (Supartopo et al., 2007). Selain itu menurut Rachim et al., (2000) untuk pertumbuhan tanaman padi, selain memerlukan unsur makro yang cukup dan berimbang juga memerlukan unsur mikro. Komponen Hasil Pada parameter komponen hasil ini selain ke produksi juga diamati tinggi tanaman jumlah anakan produktif, dimana tinggi tanaman dari keempat varietas yaitu Inpara 1, 2, 4 dan 5 tidak menunjukkan berbeda nyata (Tabel 3). Inpara 1 mempunyai rata-rata tinggi tanaman yaitu 111,80 cm sedangkan yang paling rendah adalah varietas Inpara 4 dengan rata-rata tinggi tanaman 98,80 cm.

Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif tanaman padi pengkajian. Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan (btg) Inpara 1 115,80 a 20,60 ab Inpara 2 103,00 a 19,80 b Inpara 4 98,80 a 22,80 ab Inpara 5 103.,60 a 26,80 a Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata Bila dilihat keragaan pertumbuhan tanaman padi hasil kajian, terlihat adanya selisih dengan yang di deskripsi varietas antar perlakuanyang cukup beragam. Dimana pada perlakuan varietas Inpara 1, 4 dan 5 untuk tinggi tanaman dan jumlah anakan hasil penelitian lebih tinggi dari deskrpsi, sedangkan Inpara 2 tinggi tanaman sama dengan yang di deskripsi tetapi jumlah anakan hasil penelitian lebih tinggi dari yang ada di deskripsi varietas. Tabel 4. Keragaan pertumbuhan tanaman untuk tinggi tanaman dan jumlah anakan hasil kajian dibandingkan dengan deskripsi varietas antar perlakuan. Keragaan Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah anakan produktif Deskripsi Selisih Hasil penelitian Deskripsi (cm)** (cm) (cm)* (cm)** Hasil penelitian (cm)* Selisih (cm) Inpara 1 115,80 111,00 4,80 20,60 18,00 2,60 Inpara 2 103,00 103,00 0,00 19,80 16,00 3,80 Inpara 4 98,80 94,00 4,80 22,80 18,00 4,80 Inpara 5 103,60 92,00 11,60 26,80 18,00 8,80 Keterangan : * Data primer diolah ** Deskripsi varietas padi menurut BB-Padi. 2009 dan Suprihatno, et. al., 2011. Untuk tinggi tanaman dari keempat varietas tersebut hanya varietas Inpara 2 yang sama dengan deskripsi padi yang dirilis Balai Besar Penelitian Padi yaitu + 103 cm, sedangkan jumlah anakan diatas deskripsi padi semua (Suprihatno, et, al., 2011). Tingginya batang tanaman ini diperkirakan bahwa kondisi tanah yang digunakan sebagai media tanaman yang digunakan sangat adaptif dengan tanaman tersebut, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Supartopo et, al. (2007) bahwa dengan tanaman terendam akan terjadi penambahan tinggi tanaman hal ini menunjukkan adanya aktivitas fisiologis pada tanaman meskipun dalam kondisi terendam. Untuk komponen hasil dari semua parameter panjang malai, jumlah gabah bernas per malai tidak menunjukkan beda nyata antar perlakuan, sedangkan jumlah gabah hampa pada perlakuan Inpara 5 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan yang lain. Pada parameter berat 1000 butir dimana perlakuan Inpara 2 dan Inpara 4 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan Inpara 1 dan Inpara 5, setelah di uji secara statistik. Untuk berat 1000 butir yang tertinggi adalah varietas Inpara 1 yaitu 24,80 g ini menunjukkan lebih berat diatas deskripsi yang dirilis Balai Besar Penelitian Padi yaitu + 23,25 g. Sedangkan varietas Inpara 5, 2 dan Inpara 4 sudah mendekati yang dideskripsi yaitu 21,93 g; 20,30 g dan 17,07 g (87,72 %; 87,54 % dan 79,11 %) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data komponen hasil (panjang malai, gabah hampa, gabah bernas berat 1000 butir dan hasil/pot padi varietas inpara 1, 2, 4 dan 5. Panjang Malai (cm) Gabah Hampa (butir) Gabah Bernas (butir) Berat 1000 Butir (g) Hasil/Pot (g) Inpara 1 19,93 b 32,50 a 70,16 a 24,80 a 35,67 ab Inpara 2 20,06 ab 29,34 a 73,12 a 20,30 bc 35,92 ab Inpara 4 20,22 ab 26,50 a 68,60 a 17,07 c 22,35 b Inpara 5 22,54 a 7,87 b 91,80 a 21,93 ab 40,15 a

Pada tiap perlakuan untuk hasil per pot dari perlakuan tersebut hanya Inpara 4 yang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, untuk hasil tertinggi yaitu perlakuan Inpara 5 yaitu; 40,15 g/pot sedangkan Inpara 1, 2 dan 4 yaitu: 35,67 g/pot; 35,92 g/pot dan 22,35 g/pot. Salah satu komponen hasil yang ikut menentukan hasil adalah jumlah malai/rumpun. Tidak seluruh jumlah anakan behasil membentuk malai yang memiliki gabah bernas, banyak hal yang mempengaruhi diantaranya sifat genetik dan lingkungan tumbuh seperti kecukupan hara, hama, penyakit serta cekaman lingkungan (Tanaka et al., 1975 dalam Ar-Riza, 2010). Pada penelitian yang dilakukan salah satu permasalahan yang ditemui adalah ada salah satu perlakuan yaitu perlakuan Inpara 4 terjadi serangan hama burung dan kesalahan dari teknis saat perawatan yang menyebabkan gabah banyak rontok dilapangan dan hampa. Menurut Makarim dan Las (2005), bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dari penggunaan varietas unggul baru diperlukan lingkungan tumbuh yang sesuai agar potensi hasil dan keunggulannya dapat terwujudkan. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada akhir pertumbuhan vegetatif dari keempat varietas yang diuji adalah varietas Inpara 1 yaitu rata-rata 115,80 cm dan jumlah anakan produktif tertinggi adalah varietas Inpara 5 yaitu rata-rata 26,80 batang/rumpun. Tinggi tanaman yang terendah pada varietas Inpara 4 yaitu 98,80 cm sedangkan jumlah anakan terendah pada Inpara 2 yaitu 19,80 batang per rumpun. Untuk komponen hasil yang terbaik dari 4 perlakuan yaitu perlakuan varietas Inpara 5 yang dilihat dari panjang malai, jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa dan hasil per pot, Rerata masing-masing 22,54 cm; 91,80 butir/malai; 7,87 butir/malai dan 40,15 g/pot. DAFTAR PUSTAKA Ar-Riza, I. 2010. Peningkatan Produksi Padi Rintak Di Rawa Lebak Melalui Peningkatan Populasi Tanaman dan Pemupukan. Prosd. Seminar Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Buku 2;951-960. BPS. 2011. Tabel Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta. (di unduh 7 juni 2012). BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Berita Resmi Statistik Nomor 43/11/17/th.V, 1 November 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu. Firdaus, Yardha dan Adri. 2001. Keragaman Galur-Galur Harapan Padi Sawah. Jurnal Agronomi Universitas Jambi. Jambi Vol. 5(2). Gani dan H. Sembiring. 2007. Respon Padi Ciherang dan Mendawah Terhadap N, P dan K Ditanah dari Desa Lhoknga. http://www.dpi. Nsw.gov.au/data/assets/pdf_file/0018/202770/ Respon-Ciherang -dan -Mendawak -terhadap -N, -P dan K -di-tanah Tanjung,-Lhoknga. pdf. html di [Diunduh 07 Juni 2012]. Humaedah Ume. 2009. - Baru Tanaman Padi. Tabloid Sinar Tani. Jakarta. Makarim, A.K dan I. Las. 2005. Trobosan Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Irigasi Melalui Model Pengembangan Tanaman Dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Balitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. (115-12). Rachim, A., A. A. N. Supadma dan Engkus. 2000. Uji Adaptasi Penggunaan Pupuk Alternatif Pada Lahan Sawah di Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar. Supartopo, R., Hermanasari., A. Hairmansis dan B. Kustianto. 2007. Uji Rendaman Galur Harapan Padi Rawa Lebak. Apresiasi Hasil Penelitian Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. (705-711). Suprihatno, B., Aan A. Daradjat., Satato., Erwin Lubis., Baehaki, SE., S. Dewi Indrasari., I Putu Wardana dan M.J. Mejaya. 2011. Deskripsi Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.; 118.