perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

dokumen-dokumen yang mirip
99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas asia atau yang disebut dengan masyarakat ekonomi asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB II UKM DAN BIAYA

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blocher (2007:12) Husnanto (2013:1)

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tidak sedikit industri konveksi/industri pakaian jadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB III LANDASAN TEORI

Menurut Sofjan Assauri (2008 : 5) perkembangan produksi terdiri dari. a. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Telah lebih dari satu dekade krisis ekonomi melanda Indonesia, keterpurukan

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Khususnya bagi industri-industri, perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

2 Dengan batasan tersebut diharapkan peranan pemerintah maupun masyarakat perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu memperhatikan aspek sosial dan budaya di masing-masing daerah, mengingat usaha kecil dan menengah pada umumnya tumbuh dari masyarakat secara langsung. Disamping itu upaya pengembangan UKM dengan mensinergikannya dengan industri besar melalui pola kemitraan, juga akan memperkuat struktur ekonomi baik nasional maupun daerah. Partisipasi pihak terkait atau stakeholders perlu terus ditumbuhkembangkan lainnya agar UKM betul-betul mampu berkiprah lebih besar lagi dalam perekonomian nasional. Usaha Mikro Kecil Menengah pada mulanya tidak mengalami kemajuan yang sangat berarti baik dari segi kuantitas maupun dari kualitas, karena pada saat itu belum terdapat perhatian yang serius dari pihak-pihak yang berwenang, perhatian hanya diarahkan sebagai bentuk formalitas saja. Tapi sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 di mana UMKM ternyata mempunyai ketahanan yang relatif baik dibanding usaha besar, maka pihak-pihak yang berwenang sudah mulai sangat memperhatikan terhadap perkembangan UMKM baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Keberadaan UMKM pada suatu negara pasti tidak bisa dielakan, kesadaran dari warga negara yang ingin berinovasi dan memiliki usaha walau dengan kendala dari segi modal, pemasaran, dan pengelolaan, namun dari segi padat karya itulah yang membuat menjamurnya UMKM. Biasanya para pelaku UMKM beranggapan bahwa usaha yang dijalankan hanya untuk penghasilan tambahan atau bahkan untuk menyambung hidup, mereka tidak terlalu memikirkan keuntungan jangka panjang

3 yaitu investasi, ekspor, bahkan hak paten. Kemudian, lambat laun para pelaku usaha makin sadar akan pentingnya itu semua, inilah yang membuat UMKM juga sudah tidak diragukan lagi ketahanannya terhadap guncangan ekonomi, terutama di Indonesia dengan sejarah krisis tahun 1998 yang membuat nilai rupiah jatuh dan perekonomian hancur, namun dibalik keterpurukan itu justru UMKM yang mampu bertahan dan bisa menopang kebutuhan dan ketersediaan barang dan jasa didalam negeri khususnya, karena umumnya modal UMKM berasal bukan dari bank, melainkan koperasi atau modal sendiri. Selain itu UMKM berperan besar dalam menyerap tenaga kerja. Inilah alasan mengapa UMKM penting untung dikembangkan dan dipertahankan. Adapun perkembangan UMKM di Indonesia sudah cukup pesat menurut BPS pada tahun 2007 ada sebanyak 49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja di Indonesia. Dari jumlah tersebut ternyata pada tahun 2007 UMKM mampu mendukung Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 6,3 persen terhadap tahun 2006, bila dirinci menurut skala usaha pertumbuhan PDB usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mencapai 6,4 persen dari usaha besar (UB) tumbuh 6,2 persen. Dibanding tahun 2006 pertumbuhan UMKM hanya 5,7 persen dan PDB hanya 5,2 persen. Pada tahun 2007 total nilai PDB Indonesia mencapai Rp.3.957,4 triliun, dimana UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp.2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari PDB Indonesia. Pertumbuhan PDB UMKM tahun 2007 ini terjadi disemua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan sebesar 9,3 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5 persen, dan sektor

4 pertambangan dan penggalian sebesar 7,8 persen. Adapun hasil eksport produksi UMKM selama tahun 2007 mencapai Rp.142,8 triliun atau 20 persen terhadap total eksport non-migas nasional sebesar Rp.713,4 triliun. Perkembangan UMKM ini tidak terlepas adanya dukungan dari pihak pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terutama melalui aturan-aturan yang dikeluarkan misalnya, adanya undang-undang tentang Bank Indonesia sejak 16 November 1999, yang mendukung pengembangan UMKM melalui pemberian kredit. Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber tenaga kerja, Alat, bahan dan dana yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Produksi juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, Alat, bahan baku dan modal agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Bisnis merupakan aktivitas yang selalu ada di sekitar kita dan dikenal oleh kaum muda hingga kaum tua. Pada era globalisasi saat ini, masyarakat indonesia khususnya para mahasiswa masih bingung dengan manfaat dan tujuan dari bisnis

5 tersebut. Padahal, kalau kita memahami apa bisnis tersebut, kita akan mendapatkan keuntungan yang kita inginkan dalam aktivitas bisnis tersebut. Sebagai seorang wirausaha pada umumnya memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan dan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, agar dapat memperoleh hal tersebut dibutuhkan sebuah terobosan untuk menghasilkan barang dalam jumlah yang besar, sehingga untuk mengatasi ini diperlukan sebuah mesinmesin yang mampu membantu mempermudah dan menjamin kualitas barang yang dihasilkan. Di era yang semakin modern ini, membuat suatu usaha untuk terus berlari untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat serta berusaha untuk lebih kompetitif agar mampu bersaing sehingga mampu merebut pasar yang ada baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Perkembangan zaman membuat ide-ide kreatif berkembang di tengahtengah masyarakat, ide kreatif ini bermunculan dengan berbagai hasil karya, seperti berbagai macam motif yang dituangkan misalnya dalam kerajinan tangan contohnya rajutan. Rajutan ini memiliki berbagai macam bentuk dan motif. Merajut dapat dilakukan dengan tangan atau dengan mesin. Ada berbagai jenis gaya dan teknik merajut. Kalau dilihat kondisi pasar saat ini, tas rajutan ini jarang kita temuai maka dari sinilah timbul ide kreatif untuk mencoba merancang rajutan dengan berbagai model dan motif. Karimake adalah usaha yang didirikan oleh bapak Eka Rahmat Jaya sebagai pemilik yang dibantu oleh bapak Edi Suyanto serta beberapa rekannya yaitu Abdul Muhet sebagai administrasi dan Wahyu sebagai pemasar. Mereka membuat nama

6 Karimake sebagai brand image usaha mereka yang bertujuan untuk mudah diingat karena Karimake berasal dari bahasa sunda dan bahasa Jepang. Usaha rajut home industri yang didirikan pada tahun 1997. Awalnya hanya mempunyai modal kurang dari 3 juta an, dari minimnya modal dan mesin tradisional dalam pengerjaan. Karyawan yang dulunya hanya 2 orang, beberapa tahun kemudian perusahaan ini berkembang setelah mencoba meminjam modal kepada bank swasta dan PKBL. Hingga kini mempunyai 15 orang karyawan. Karimake berlokasi di kawasan industri rajut Binong Jati, dimana kawasan tersebut dianggap strategis di kota Bandung, serta dekat dengan kawasan elit TSM sehingga dapat dengan mudah untuk menguasai pasar di kota Bandung, selain itu Bandung sebagai kota tujuan wisata domestik dengan 250 ribu kendaraan masuk Bandung setiap akhir pekan. Produk rajut yang dihasilkan Karimake berupa Jaket, rompi, sweater, syall, dress dan sebagainya. Untuk membuat 1 lusin sweater atau jaket rajutaan membutuhkan 3-5 kg benang dengan jenis bahan yg berbeda-beda yaitu cotton, acrylic, spandek, dan sebagainya. Bahan baku diperoleh dari PT Kahatex yang berada di kawasan Rancaekek, Bandung. Proses produksi rajutan ada yang melalui tangan dan ada juga yang melalui mesin produksi. Mesin yang digunakan terdiri dari mesin rajut, mesin linking, steam (setrika uap) dan mesin bagian sortir (quality control). Jika ada permintaan pasar dalam partai besar biasanya bapak eka menyewa mesin yang ada di wilayah Kopo, Bandung. Alasan pemilik menyewa mesin tersebut karena pemilik tidak sanggup

7 untuk membeli mesin yang memiliki harga yang cukup besar kurang lebih senilai Rp 1.200.000.000. sehingga pemilik beranggapan lebih baik menyewa saja. Tabel 1.1 Produksi Jaket Rajut Pria Periode 2014-2015 Tahun Target Realisasi Penyimpangan Produksi 2014 18000 pcs 18000 pcs 0% 2015 18000 pcs 12000 pcs 33,34% Sumber : Data diperoleh dari Karimake Bandung, 2016 Tabel 1.2 Pembelanjaan Bahan Baku 2014 NO NAMA JUMLAH NILAI SATUAN JUMLAH SATUAN BARANG SATUAN (Rp) (Rp) 1 benang acrilic kg 360 65,000 23,400,000 2 cotton kg 50 95,000 4,750,000 JUMLAH 28,150,000 Sumber : Data diperoleh dari Karimake Bandung, 2016 Tabel 1.3 Pembelanjaan Bahan Baku 2015 NO NAMA JUMLAH NILAI SATUAN JUMLAH SATUAN BARANG SATUAN (Rp) (Rp) 1 benang acrilic kg 320 65,000 20,800,000 2 cotton kg 42 95,000 3,990,000 JUMLAH 24,790,000 Sumber : Data diperoleh dari Karimake Bandung, 2016 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan realisasi jumlah produksi yang bisa disebabkan oleh kurangnya daya beli masyarakat, inflasi, serta biaya persediaan bahan baku. Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah, karena apabila jumlah persediaan yang terlalu besar maka menimbulkan biaya persediaan yang besar pula, tingginya dana yang tertanam

8 dalam persediaan, meningkatnya biaya penyimpanan, selain iu resiko kerusakan akan lebih besar. Apabila persediaan bahan baku terlalu sedikit akan menyebabkan terhambatnya proses produksi. Salah satu cara untuk menentukan jumlah persediaan bahan baku adalah dengan menggunakan metode EOQ yang belum diterapkan oleh Karimake. Berdasarkan Uraian latar belakang masalah tersebut maka peneliti mengajukan judul ANALISIS PROSES PRODUKSI DENGAN METODE EOQ PADA USAHA RAJUT DI KARIMAKE BANDUNG. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: a. Bagaimana proses pelaksanaan produksi yang dilakukan di Karimake? b. Bagaimana Analisis proses produksi dengan metode EOQ di Karimake? c. Bagaimana perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan metode EOQ di Karimake? d. Apa saja hambatan-hambatan dalam pelaksanaan proses produksi? e. Apa saja usaha untuk menanggulangi hambatan-hambatan tersebut?

9 2. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah proses produksi dengan metode EOQ dapat meminimalkan biaya produksi. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: a. Mengetahui pelaksanaan proses produksi yang dilakukan di Karimake b. Mengetahui Analisis proses produksi dengan metode EOQ di Karimake c. Mengetahui perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan metode EOQ di Karimake d. Mengetahui hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan proses produksi e. Mengetahui usaha apa saja untuk menanggulangi hambatan tersebut 2. Kegunaan Penelitian a. Secara teori Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya mengenai peranan mesin dalam pelaksanaan proses produksi yang dilakukan di Karimake. b. Secara praktis 1) Bagi peneliti, diharapkan dapat menerapkan ilmunya secara langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang selama ini di dapat dalam perkuliahan dengan praktek di lapangan.

10 2) Bagi usaha yang diteliti yaitu pemilik usaha bisnis rajut Karimake ini dapat diberikan informasi dan masukan yang bermanfaat dalam menetapkan strategi produksi pada periode selanjutnya. 3) Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi perkembangan permasalahan sejenis yang diteliti. D. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan apakah itu perusahaan perdagangan atau pabrik serta perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting, tanpa adanya persediaan para pengusaha yang mempunyai perusahaan perusahaan tersebut akan dihadapkan pada resiko-resiko yang dihadapi, misalnya; pada sewaktu-waktu perusahaan tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal tersebut dapat terjadi karena disetiap perusahaan tidak selamanya barang-barang atau jasa-jasa tersedia setiap saat, yang berarti pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya di dapatkan. Persediaan menurut Sofjan Assauri (2004: 169) adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

11 Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikan pada pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk yang dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumsi atau sebaliknya tidak perlu dikonsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi. Proses produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi yang memiliki makna yang berbeda.proses adalah cara, metode, dan teknik bagaimana sumber-sumber (manusia, mesin, material dan uang) yang akan dirubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Jadi pengertian dari proses produksi adalah suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material, dan uang) yang ada. Berikut ini merupakan jenis-jenis proses produksi. Menurut Sofjan Assauri (2008 : 35) menjelaskan bahwa Proses produksi merupakan rangkaian kegiatan yang dengan menggunakan peralatan, sehingga masukan atau input dapat diolah menjadi keluaran yang berupa barang atau jasa yang akhirnya dapat dijual kepada pelanggan untuk memungkinkan perusahaan memperoleh hasil keuntungan yang diharapkan.

12 Pengendalian bahan baku yang digunakan oleh suatu perusahaan dapat menggunakan berbagai metode, salah satu metode yang akan digunakan adalah metode EOQ (Economic Order Quantity). Menurut Gitosudarmo (2002 : 101) mengatakan Economic Order Quantity adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Menurut Bambang Riyanto (2001:78) EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Menurut Irham Fahmi (2012:120) EOQ (Economic Order Quantity) adalah model matematik yang menentukan jumlah barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan yang diproyeksikan dengan biaya persediaan. Metode EOQ dapat menentukan jumlah barang yang dipesan dengan model penghitungan matematik, maka dengan melakukan penerapan metode EOQ ini pelaku usaha dapat menentukan jumlah pemesanan bahan baku yang akan digunakan pada proses produksi sehingga dapat meminimalkan biaya pembelanjaan serta dapat meminimalkan kegagalan produk. Tujuan dari model EOQ untuk meminimalkan total biaya persediaan. Biaya penting adalah biaya pemesanan, biaya penempatan order, dan biaya membawa atau memegang unit persediaan dalam persediaan. Semua biaya lain seperti, misalnya, biaya pembelian persediaan itu sendiri, yang konstan dan karena itu tidak relevan

13 dengan model. Biaya pemesanan juga dikenal sebagai biaya pembelian atau biaya set up, ini adalah jumlah biaya tetap yang terjadi setiap kali item diperintahkan. Biaya tersebut tidak berhubungan dengan kuantitas yang dipesan tapi terutama dengan aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk memproses pesanan. Biaya tercatat disebut juga biaya penyimpanan, biaya tercatat adalah biaya yang terkait dengan persediaan yang memiliki di tangan. Hal ini terutama terdiri dari biaya yang berkaitan dengan investasi persediaan dan biaya penyimpanan. E. Lokasi dan lamanya Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Karimake yang berlokasi di rumah kediaman Bapak Eka Rahmat Jaya yang beralamat di Jl Binong Jati gg mesid IV no 28, Kelurahan Binong Jati, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung 40275. 2. Lamanya Penelitian Penelitian di Karimake dimulai pada bulan Januari 2016 dan berakhir pada bulan Juni 2016.