HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN GAYA HIDUP DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA (PSTW) BUDI SEJAHTERA BANJARBARU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Agus Sumarno 1, Ana Sukriah Salam 2 1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Assyafi iyah

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

STUDI KOMPARASI TINGKAT STRES LANJUT USIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA (SBL) DI DUSUN MRISI DESA TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

GAMBARAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES BERDASARKAN GEJALA DAN FAKTOR PENYEBAB PADA IBU NIFAS DI KELURAHAN MARGADANA DAN SUMUR PANGGANG

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN GAYA HIDUP DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA (PSTW) BUDI SEJAHTERA BANJARBARU Dini Rahmayani 1, M. Arief Wijaksono 1,Rizki Rahmawati Putri * 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korespondensi Penulis: Telepon: 082148587807, E-mail: rizkiputri619@gmail.com ISSN: 2086-3454 ABSTRAK Latar Belakang: Kebutuhan kualitas tidur setiap orang berbeda-beda ada yang terpenuhi dengan baik dan ada yang mengalami gangguan. Waktu tidur usia lanjut 6-7 jam perhari, walaupun mereka menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki waktu tidur kurang, dan mengalami tidur siang lebih banyak. Panti Werdha merawat dan menampung sekitar 106 lansia yang terdiri dari laki-laki 48 orang dan perempuan 58 orang yang tinggal di panti Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat stres dan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru. Metode: Survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Sosial Tresna werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dari bulan Maret 2016 sebanyak 109 orang. Jumlah sampel 53 orang. Teknik sampling menggunakan Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan uji chi square (p=0,05) Hasil: Sebagian besar responden mengalami tingkat stres ringan sebanyak 25 orang (47,2%), gaya hidup kurang baik sebanyak 34 orang (64,2%), kualitas tidur buruk sebanyak 33 orang (62,3%) Simpulan: ada hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia. di panti sosial tresna wherda (pstw) budi sejahtera banjarbaru dan ada hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia. di panti sosial tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru Kata Kunci: Stres, kualitas tidur, gaya hidup dan lansia. 113

PENDAHULUAN Di Indonesia pada tahun 2012 termasuk negara Asia ketiga dengan jumlah populasi di atas 60 tahun keatas yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan Indonesia (25 juta). Di (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), perkirakan akan mencapai 100 juta lansia pada tahun 2050. Berdasarkan data dari Badan Pusat impaction (depresi), (sulit buang air besar), isolation inanition (kurang gizi), impecunity Statistik (BPS) tahun 2015 jumlah lanjut usia di Provinsi Kalimantan sebanyak 96.769 orang (BPS Banjarmasin, 2015) Sedangkan di Kota Banjarmasin jumlah lansia pada tahun 2015 sebanyak 24.919 orang. Umumnya pada orang yang memasuki lansia ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik dan kemunduran kognitif yang sering menimbulkan masalah. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi) (Bustan, 2007 dan Tamher, 2009). Tingginya masalah tidur yang terjadi pada lansia memerlukan penanganan yang sesuai untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur. Kebutuhan kualitas tidur setiap orang berbedabeda ada yang terpenuhi dengan baik dan ada yang mengalami gangguan. Waktu tidur usia orang dewasa, yang menurut Kane dan lanjut 6-7 jam perhari, walaupun mereka Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki waktu tidur kurang, dan mengalami tidur siang lebih banyak (Hidayat, 2012). 114

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun (Khasanah, 2012). Faktor -faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia antara lain penyakit, stress, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi, gaya hidup dan latihan (senam) (Saryono & Widianti, 2010). Kebutuhan tidur yang tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka akan mengalami kesulitan dalam memenuhi dan mencapai kebutuhan dasar manusia pada tingkatan yang selanjutnya, yaitu keamanan dan kenyamanan, cinta dan rasa memiliki, harga diri, bahkan sampai yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri (Iqbal, 2014). Tidur yang buruk juga berhubungan dengan meningkatnya gejala depresi tetapi hanya pada gejala fungsionalnya (contohnya penurunan Gaya hidup juga mempengaruhi pola tidur seseorang. Gaya hidup merupakan aktivitas dan rutinitas yang biasa dilakukan seseorang sehari-hari (Anggraini, 2011). Gaya hidup yang tidak sehat, menyebabkan terjadinya hipertensi, misalnya ; makanan, aktifitas fisik, stress, dan merokok (Puspitorini, 2009) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 November 2015, Panti Werdha merawat dan menampung sekitar 106 lansia yang terdiri dari laki-laki 48 orang dan perempuan 58 orang yang tinggal di panti. Hasil studi pendahuluan kepada 10 orang lansia di dapatkan sebanyak 7 orang mengalami gangguan tidur seperti susah memulai tidur dan buang air kecil dan hanya 3 orang tidak mengalami gangguan tidur Sedangkan 6 orang lansia mengalami stress dikarenakan tidak adanya konsentrasi) dan bukan alam perasaannya perhatian dari anaknya dan 4 orang tidak (contohnya sedih). Masalah pada tidur bisa berkontribusi terhadap perbedaan kemampuan antar lanjut usia, tetapi hanya pada kemampuan fungsi kognitif area tertentu. mengalami stress. Dari 10 orang lansia didapat 4 orang lansia memiliki gaya hidup yang buruk seperti tidak ikut senam pagi dan merokok dan 6 orang lansia memiliki gaya hidup baik. 115

Berdasarkan uraian yang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Stres dan Gaya Hidup dengan Kualitas Tidur pada Lansia. HASIL 1. Analisis Univariat Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru BAHAN DAN METODE sebanyak 53 orang. Berdasarkan hasil Lokasi penelitian di Panti Sosial Tresna penelitian didapatkan data sebagai berikut: Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan Banjarbaru Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu dengan teknik Tabel 1 Gambaran Karakteristik Responden Variabel n (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 45-59 tahun 60-74 tahun 75-90 tahun >90 tahun 18 (34%) 35 (66%) 2 (3,8%) 11 (20,8%) 39 (73,6%) 1 (1,9%) Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari purposive sampling. Dalam hal ini, adalah 53 responden menunjukkan menunjukkan bahwa Responden yang bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian sampai tahap akhir, Responden yang tidak mengalami dimensia/lupa, Responden yang tidak mengalami gangguan pendengaran. Uji statistik yang digunakan oleh peneliti adalah uji chi square dengan menggunakan komputerisasi. sebagian besar responden berumur 75-90 tahun sebanyak 39 orang (87,5%) dan paling sedikit berumuur >90 tahun sebanyak 1 orang (1,9%).Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 53 responden menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (66%) dan paling sedikit berjenis kelamin lakilaki sebanyak 18 orang (34%). 116

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat stres pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru No Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%) 1. Ringan 25 47,2 2. Sedang 16 30,2 3. Berat Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat stres ringan sebanyak 25 orang (47,2%) dan paling sedikit memiliki tingkat stres berat sebanyak 12 orang (22,6%). Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan gaya hidup pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru No Gaya Hidup Frekuensi Persentase (%) 1. Baik 19 35,8 2. Kurang baik 34 64,2 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki gaya hidup kurang baik sebanyak 34 orang (64,2%) dan kualitas tidur baik sebnayak 19 orang (35,8%) Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru No Kualitas Tidur Frekuensi Persentase (%) 1. Kualitas tidur baik 20 37,7 2. Kualitas tidur buruk 33 62,3 Jumlah 53 100 Tabel 4 menunjukkan 12 22,6 Jumlah 53 100 Jumlah 53 100 bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 33 orang (62,3%) dan paling sedikit memiliki kualitas tidur baik sebanyak 20 orang (37,7%). 2. Analisa Bivariat Tabel 5 Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia. di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru No Tingka Kualitas Tidur Jumlah P value t Stres Baik Buruk n % N % n % 1. Ringan 16 64 9 36 25 100 0,001 2. Sedang 2 12,5 14 87,5 16 100 3 Berat 2 12,5 10 83,3 12 100 Total 20 37,7 33 62,3 53 100 Hasil Uji statistik Chi square diperoleh nilai p = 0,001. Dengan nilai p< (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang artinya ada hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru. Tabel 6 Hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia. di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru No Gaya Hidup Baik Kualitas Tidur Jumlah P value Buruk n % n % n % 1. Baik 12 63,2 7 36,8 19 100 0,007 2. Kurang 8 23,5 26 76,5 34 100 Total 20 37,7 33 62,3 53 100 3. Hasil Uji statistik Chi square diperoleh nilai p = 0,007. Dengan nilai p< (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang artinya ada hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna 117

Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru. Hasil Penelitian ini sesuai penelitian Indiana (2010), menyatakan bahwa banyaknya stresor dapat menimbulkan stres pada diri PEMBAHASAN 1. Tingkat stres pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru. Berdasarkan hasil penelitian tingkat stres ringan sebanyak 25 orang (47,2%), tingkat stres sedang sebanyak 16 orang (30,2%) dan paling sedikit memiliki tingkat stres berat seseorang dan bukan karena stres yang disebabkan dari lingkungan saja tetapi dari dalam diri individu. Namun, sumber stres dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangannya karena tergantung dengan koping yang dimilikinya, sehingga dukungan dan interaksi yang akrab antara lansia dapat mengurangi stres yang dialami lansia. sebanyak 12 orang (22,6%). Tingkat stres Stres adalah suatu respon fisik normal ringan dikarenakan adanya dukungan dari terhadap suatu peristiwa yang membuat hidup lingkungan yang baik seperti keakraban seseorang menjadi terancam atau mengganggu sesama lansia lainnya serta dapat juga dikarenakan pola koping individu yang sudah baik terkait penyesuaian diri. Tingkat stres sedang dikarenakan lansia masih mengalami perasaan kesepian pada lansia meskipun banyak teman dipanti, sedangkan tingkat stres berat dikarenakan lansia kurang mendapat dukungan dari lingkungan, merasa dirinya tidak berharga lagi karena perubahan fisik dan mental. keseimbangan dalam beberapa cara, seperti yang ketika seseorang mengalami tubuh akan melakukan pertahanan secara otomatis yang dikenal dengan sebutan fight or fight reaction atau reaksi stres (Smith et al, 2012). Faktor penyebab stres terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal stres bersumber dari diri sendiri yang dapat dialami lewat penyakit. Penyakit dapat mengakibatkan perubahan fungsi psikologis pada orang yang 118

menderitanya. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi kehidupan seseorang sehingga dapat menyebabkan stres. Faktor eksternal bersumber dari keluarga.keluarga menjadi sumber tersendiri. Stres dalam kelurga dapat di sebabkan karena adanya konflik dalam keluarga, seperti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan, keinginan dan cita-cita serta pendapat yang tidak dapat di satukan. Oleh karena itu keluarga bisa menjadi pengaruh stress (Puspasari, 2009). 2. Gaya hidup pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru. Berdasarkan hasil penelitian gaya hidup kurang baik sebanyak 34 orang (64,2%) dan paling sedikit memiliki gaya hidup baik sebanyak 19 orang (35,8%). Gaya hidup baik dikarenakan mampu untuk melakukan gaya hidup sehat seperti olahraga, tidak merokok, pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan mengkonsumsi obat sedangkan gaya hidup sehari-hari dengan baik, sedangkan gaya hidup kurang baik dikarenakan responden sudah merasa dirinya tidak berharga lagi, hal ini akan memicu dirinya untuk tidak menjalankan gaya hidup yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian permana (2013) yang menyatakan bahwa gaya hidup tidak baik akan berdampak pada kehidupan sehari-hari pada lansia. Hal ini sesuai dengan teori Situmorang (2015) yang menyatakan bahwa gaya hidup seperti olahrga, tidak merokok, pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan mengkonsumsi obat akan membantu lansia sehingga tidak akan mudah terserang penyakit. Gaya hidup individu yang dicirikan dengan pola perilaku individu akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam kesehatan, gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang memengaruhi pola perilakunya. Dan tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur 119

keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerja yang berbeda, menciptakan berbagai gaya yang berbeda pula (Situmorang (2015). Menurut Belloc & Breslow, (1972) yang termasuk gaya hidup sehat adalah pola makan yang baik, aktivitas fisik, olahraga, istirahat/tidur 7 8 jam perhari, tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan mengkonsumsi obat. Hal ini sejalan dengan pendapat Collins (2008), bahwa kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kesehatan (penyakit), diet, olahraga, lingkungan, dan psikologisnya. Lansia yang mengalami kualitas tidur buruk pada penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan mengonsumsi obat-obatan. dikarenakan lansia perempuan mengalami 3. Kualitas tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru. perubahan hormon estrogen yang dapat berpengaruh pada pola irama sirkadian sehingga menyebabkan kesulitan tidur. Hal ini Berdasarkan hasil penelitian kualitas sejalan dengan penelitian Intani, (2013) bahwa tidur buruk sebanyak 33 orang (62,3%) dan wanita di atas 60 tahun akan mengalami paling sedikit memiliki kualitas tidur baik penurunan kualitas tidur dari pada laki-laki sebanyak 20 orang (37,7%). Kualitas tidur buruk dikarenakan adanya gaya hidup yang buruk seperti kebiasaan tidak adanya pengaturan jam tidur dan adanya masalah dilingkungan tempat tinggal seperti masalah dengan lansia lainnya, sedangkan kualitas tidur baik dikarenakan adanya gaya hidup yang baik seperti olahrga, tidak merokok, pola makan, diatas 60 tahun karena dipengaruhi oleh penurunan fungsi reproduksi dan hormonal yang diakibatkan oleh menopause. Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa tidur adalah suatu keadaan berulangulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur yang cukup dapat memulihkan tenaga. Tidur dapat 120

memberikan waktu untuk perbaikan dan disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang penyembuhan sistem tubuh untuk keterjagaan berikutnya. periode artinya ada hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia. di Panti Sosial Hidayat (2008) menyatakan bahwa sebagian besar lansia berisiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat beberapa faktor. Selama penuaan, terjadi perubahan fisik dan mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur yang khas yang membedakan dari orang yang lebih muda. Perubahan-perubahan itu mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang. Kurang tidur berkepanjangan dan sering terjadi dapat mengganggu kesehatan fisik maupun psikis. Kebutuhan tidur 4. Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia. Berdasarkan hasil penelitian mengalami stress ringan dengan kualitas tidur baik sebanyak 16 orang (64%) dan kualitas tidur Tresna Wherda (PSTW) Budi Seja htera Banjarbaru Responden yang mengalami stres ringan dengan kualitas tidur baik dikarenakan lingkungan di sekitar membuat lansia merasa aman dan nyaman sehingga lansia menjadi tidak depresi karena mempunyai banyak teman untuk berbagi hal-hal apapun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015) bahwa dikarenakan bahwa seseorang dengan pikiran tenang dapat memberikan tidur yang efektif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Drake, et al (2014), menyatakan bahwa efek dari paparan stres juga sangat berpengaruh dengan kesulitan tidur yang dapat berakibat pada kognitif sehingga berdampak pada emosi. Responden yang mengalami stres ringan dengan kualitas tidur buruk buruk sebanyak 9 orang (36%). Hasil Uji dikarenakan responden tidak teratur mengatur statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,001. Dengan nilai p< (α = 0,05), maka dapat pola tidur/jam malam akan tidur dikarenakan sering bangun pada malam hari. Hal ini 121

didukung oleh penelitian Sagala, (2013) yang menyatakan bahwa semakin tua umur lansia maka kemampuannya untuk bergerak menjadi sangat terbatas dan sering mengalami insomnia. Responden yang mengalami stres sedang dengan kualitas tidur baik dikarenakan responden merasa kesepian dengan lingkungan yang ada karena kurangnya interaksi antara lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden mengalami stres sedang dikarenakan pada masa lansia sering mengalami kesepian akan rindu dengan rumah dan keluarganya. Responden yang mengalami stres sedang dengan kualitas tidur buruk dikarenakan responden merasa tersisih atau kurang dianggap sehingga berakibat pada responden terganggu pola tidur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden mengalami stres sedang dikarenakan kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar. Responden yang mengalami stres berat dengan kualitas tidur baik dikarenakan responden rindu dengan keluarga dan tidak mendapat perhatian dari lingkungan seperti teman juga perawat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden mengalami stress berat selama di panti karena kurang berinteraksi dengan lingkungan Responden yang mengalami stres berat dengan kualitas tidur buruk dikarenakan responden sangat menginginkan berada di tengah keluarganya dan mendapatkan perhatian dari keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjarsari, (2013) yang menyatakan bahwa responden stress buruk dengan kualitas tidur buruk dikarenakan lingkungan yang kurang kondusif, kurang adanya kebersamaan antar lansia sehingga lansia merasa sendiri. 122

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tidur salah satu faktor yaitu lingkungan di PSTW sudah baik dan jauh dari kebisingan. Pernyataan ini sesuai dengan Stuart, (2006) bahwa lingkungan sosial dan budaya sekitar yang baik tidak akan menimbulkan stres yang parah. Tidur merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena terjadi suatu proses pemulihan serta penting untuk keseimbangan fisiologis dan fungsi mental dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Akerstedt et al dalam Kompier et al, (2012) menyebutkan bahwa stres dan tidur mempunyai hubungan yang erat. 5. Hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia. Berdasarkan hasil penelitian memiliki gaya hidup kurang dengan kualitas tidur buruk sebanyak 26 orang (76,5%) dan kualitas tidur artinya ada hubungan gaya hidup dengan kualitas tidur pada lansia. di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru Responden yang memiliki gaya hidup kurang dengan kualitas tidur buruk dikarenakan lansia tidak menerapkan gaya hidup yang baik maka hal ini akan berpengaruh ke psikologis lansia sehingga lansia akan mengalami kualitas tidur buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015) yang menyatakan bahwa gaya hidup buruk seperti tidak berolahraga maka akan mengakibatkan lansia mengalami insomnia. Responden yang memiliki gaya hidup kurang dengan kualitas tidur baik dikarenakan lansia jarang berolahrga tetapi tidur teratur, lansia tidak merokok dan memakan makanan yang bergizi sehingga akan menyebabkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015) baik sebanyak 8 orang (23,5%). Hasil Uji yang menyatakan bahwa gaya hidup kurang statistik Chi square diperoleh nilai p = 0,007. Dengan nilai p< (α = 0,05), maka dapat tetapi kualitas tidur baik dikarenakan kurangnya mengikuti olahraga selama di panti. disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yang 123

Gaya hidup baik dengan kualitas tidur buruk dikarenakan lansia melakukan gaya hidup yang baik seperti berolahraga, tidak menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seperti stres dapat diatasi dengan pengaturan koping dengan tepat, untuk merokok, tidur teratur akan tetapi karena masalah kelelahan dapat diatasi dengan semakin bertambahnya usia maka lansia sering mengalami insomnia. Hal ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015) yang menyatakan bahwa gaya hidup baik tidak menjamin lansia akan mengalami kualitas tidur baik juga malah sebaliknya dikarenakan lansia betambah usia maka akan semakin sulit tidur dikarenakan sering kencing dan terbangun di malam hari dan memikirkan keadaan keluarganya. Gaya hidup baik dengan kualitas tidur baik dikarenakan lansia makan-makanan yang bergizi, rajin berolahraga dan tidak merokok selama di panti sehingga hal ini akan menyebabkan kualitas tidur yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Masfuati, (2015) yang menyatakan bahwa gaya hidup sehat akan memperpanjang umur lansia dan terhindar dari insomnia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wicaksono, (2014) yang istirahat yang cukup, untuk masalah lingkungan dapat diatasi dengan membuat kondisi di sekitar menjadi senyaman mungkin, untuk masalah diet dapat diatasi dengan mengatur pola makan yang baik, untuk masalah obat dapat diatasi dengan tidak mengkonsumsi obat yang dapat mengganggu kualitas tidur, untuk masalah penyakit dapat diatasi dengan meminimalkan efek dari penyakit tersebut dan untuk masalah gaya hidup dapat diatasi dengan merubah gaya hidup tersebut menjadi lebih baik (Potter & Perry, 2005). UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kami ucapkan kepada ketua STIKES Sari Mulia Banjarmasin yang telah memberikan dukungan dalam melakukan penelitian dan kepala lansia Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Sejahtera Banjarbaru yang telah memfasilitasi tempat penelitian. 124

DAFTAR PUSTAKA Anggraini, F. 2008. Hubungan antara gaya hidup dan status kesehatan lansia binaan puskesmas pekayon jaya kota Bekasi. [skripsi]. Bekasi: Universitas Indonesia. Azizah, L.M,. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bandiyah, S. 2011. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Ygyakarta: Nuha Medika. Bustan MN, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka. BPS Banjarmasin. 2014. Jumlah penduduk provensi kalimantan selatan dan kota banjarmasin [internet]. Tersedia dalam: http://banjarmasinkota.bps.go.id [diakses 18 November 2015]. Efendi, F., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Edisi 2. Khusnul Khasanah & Wahyu Hidayati. 2012, Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial MANDIRI Semarang. Jurnal: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Masfuati, Any. 2015. Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Unit Budi Luhur Yogyakarta [Skripsi]: Yogyakarta:Universitas Muhammadiyah. Mubarok,dkk. 2006. Ilmu Keperawatan komunitas 2. CV Sagung Seto, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugrho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Fakultas Kedokteran ECG Edisi 3. Permana, Chandra Aji. 2013. Dukungan sosial keluarga dengan tingkat stres pada lansia andropause di Gebang wilayah kerja puskesmas patrang kabupaten Jember [skripsi]. Jember: Universitas Jember. Prasadja, A. 2009. Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur yang Benar. Jakarta: Penerbit Hikmah. Sagala. 2013. Hubungan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis terhadap sensitivitas pengecapan di klinik spesialis ginjal dan hipertensi [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Saputra Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Manusia. Bina Rupa Akshara Tanggerang Selatan. Situmorang, A. 2015. Hubungan karakteristik, gaya hidup, dan asupan gizi dengan status gizi pada lansia di wilayah kerja puskesmas aek habil kota Sibolga. [skripsi]. Sibolga: Universitas Sumatera Utara. Saryono dan Widianti A.T,. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi2., Jakarta: EGC. Tamher, S & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan 125

Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Tim penyusun. 2015. Panduan Tugas Akhir. Banjarmasin. Akademik kebidanan dan sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin. 126