DASAR HUKUM, PRINSIP DAN TITIK BERAT OTONOMI DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

APA ITU DAERAH OTONOM?

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

Sumarma, SH R

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Panduan diskusi kelompok

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

Manajemen Berbasis Sekolah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

BAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut sistem

PELAKSANAAAN TUGAS DAN WEWENANG CAMAT DALAM MEMBINA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KECAMATAN IMOGIRI BERDASARKAN PERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

Penyelenggaraan Kewenangan dalam Konteks Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB II PENGATURAN TENTANG HIBAH DAERAH DI INDONESIA. A. Pengaturan Tentang Hibah Daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Bab I: Pendahuluan A.Latar Belakang B. Permasalahan Bab II: Pembahasan UU No. 5 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah yang dilaksanakan dalam Negara kesatuan Republik

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT KEWENANGAN KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2000 TENTANG

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

Perekonomian Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. disebutanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut Asas

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

RGS Mitra 1 of 8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PAGAR ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara yuridis, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEWENANGAN GUBERNUR DALAM URUSAN AGAMA DI DAERAH SKRIPSI

Transkripsi:

DASAR HUKUM, PRINSIP DAN TITIK BERAT OTONOMI DAERAH O L E H AMSALI S. SEMBIRING,SH.M.Hum NIP. 132216099 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN... 1 B. Dasar Hukum, Prinsip dan Titik Berat Otonomi Daerah... 3 1. Dasar Hukum Otonomi Daerah... 3 2. Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah... 5 3. Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah... 7 4. Titik Berat Otonomi Daerah... 8 5. Tujuan Otonomi Daerah... 9 6. Manfaat Dari Otonomi Daerah... 11 C. PENUTUP... 12 A. Kesimpulan... 12 B. Saran... 13 - DAFTAR PUSTAKA... 14

BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Dalam pemerinthan Daerah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi lagi atas beberapa Kabupaten dan kota. Terhadap daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota tersebut mempunyai pemerintahan daerah dan berhak mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerinthan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan yang diatur dengan undang-undang. 1 Pelaksanaan Otonomi Daerah sebagai implementasi Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerinthan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah kini sedang bergulir di Daerah. Banyak harapan yang dimungkinkan dari penerapan Otonomi Daerah. Seiring dengan itu tidak mudah pula masalah, memecahkan tantangan, tantangan dan kendala yang sedang dan akan dicapai oleh Daerah. Otonomi Daerah sekarang ini merupakan fenomena politis yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi dan demokratis, apalagi jika 1 Republik Indoensia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pasca Amandemen) Paal 1 dan Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2)

dikaitkan dengan tantangan masa depan memasuki eraperdagangan bebas yang antara lain dengan tumbuhnyaberbagai bentuk kerja sama regional, perubahan pola/sisteminformasi global. Melalui otonomi diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan peemrintah mampu memainkan peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan anggaran belanja daerah secara ekonomi wajar, efisien dan efektif termasuk kemampuan perangkat daerah dalam meningkatkan kinerja serta mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasannya maupun publik. 2 2 Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 21

B. Dasar Hukum, Prinsip dan Titik Berat Otonomi Daerah 1. Dasar Hukum Otonomi Daerah Keberadaan suatu negara atau pemerintah, tingkat pertama harus dilihat dari kehadiran seperangkat dasar hukum atau aturan hukum yang berlaku secara sah dan pada keberadaan suatu pemerintah. Adapun dasar hukum Pemerintah Daerah di Indonesia adalahs ebagai berikut : a. Pasal 18 dan UUD1945 (PascaAmandemen) (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan udnang-undang. (2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. b. TAP MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 Tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta pertimbagnan Keuangan {usat dan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Undang-Undang Ada 7 (tujuh) Undang-undang tentang Otonomi Daerah dan satu penetapan Presiden yang pernah ditetapkan, yaitu : a. Undang-undang Nomor I Tahun 1945 b. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 (berlaku bagi Indonesia Barat) c. Staat Blad Nomor 22 Tahun 1950 (berlaku bagi Indonesia Timur) d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 (bersifat terlampau demokratis) e. Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1957 (disempurnakan) f. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah g. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. h. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemeritnahan Daerah. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai peraturan perundang-undangan yang telah berlaku efektif sejak 2004, yang mengatur tentang Pemerintahan di daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Sebagai diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,, bahwa Peme,ri,nt,ah Daerah selain diselenggarakan atas dasar asas desentralisasi dan dekonsentrasi juga didasarkan atas asas perbantuan (modebewind). Hal ini berarti bahwa daerah selain diberi wewenang juga mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sendiri, daerah juga diberi wewenang dan tugas untuk menjalankan pekerjaanpekerjaan pemerintah pusat dan membantutugas pemerintah pusat di daerah. Berikut ini akan diuraikan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah antara lain sebagai berikut : a. Asas Desentralisasi Desentralisasi pada dasarnya menyangkut tentang distribusi kekuasaan pemerintah, yang dilaksanakan secara utuh di daerah kabupaten dan daerah kota. Dampak administratif dari penyerahankewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. 3 3 Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaran Pemerintah Daerah, cetakan ketiga, (Jakarta : Fokus Media, 2003), hal. 17.

b. Asas Dekonsentrasi Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/perangkat pusat daerah. Dlam penyelenggaraan asas dekonsentrasi dilaksanakan di Daerah Propinsi yang juga berkedudukan sebagai wilayah administrasi. Dengan prinsip otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab,,maka asas dekonsentrasi dapat dianggap sebagai komplemen atau pelengkap terhadap asas desentralisasi. 4 c. Asas Tugas Pembantuan Di dalam penyelenggaraan pemerintah daerah memberikan pula kemungkinan bagi pelaksanaan asas tugas pembantuan (medebewind). Tugas pembantuan merupakan penugasan dan pemerintah kepada daerah dan desa dan daerah ke daerah untuk melaksanakan tugas tertentu disertai pembiayaan, sarana dan prasarananya serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada menugaskannya. 5 Dari penjelasan di atas bahwa asas tugas pembantuan dapat dilaksanakan di daerah propinsi, daerah kabupaten/daerah kota dan desa dan aderah ke daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Republik Indoensia. Oleh karena itu, penyelenggaraan pemerintah daerah dalam 4 H. Abubakar Busro dan Abu Daud Busroh, Hukum Tata Negara, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), hal. 147. 5 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 1 angka 9.

kaitannya dengan Otonomi Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan asasdesentralisasi. 6 Hal ini berbeda dengan Otonomi Daerah yang dimaksud didalam Undang-undang No. 5 Tahun 1974, dimana lebih ditonjolkan asas sentralisasi, sehingga daerah tidak memiliki kebebasan mengatur dan mengurus kepentignan masyarakatnya sendiri. 3. Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah Salah satu prinsip Otonomi Daerah yang dianut oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di Daerah adalah Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab lebih merupakan kewajiban bagi daerah dari pada hak. Sedangkan prinsip Otonomi Daerah yang dianut oleh Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah adalah Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Dengan prinsip otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab, maka memberikan kewenangan yang lebih banyak kepada daerah Kabupaten/Kota yang didasarkan atas asas desentralisasi. Kewenangan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam penjelasan umum Undang-undang No. 32 Tahun 2004 adalah : a. Otonomi luas adalahkeleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintah yang mencakup kewenangan semua bidang kecuali 6 Ibid

kewenangan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter, fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya, yangditetapkan dengan peraturan pemerintah. Di samping itu keleluasaan Otonomi Daerah mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengadilan dan evaluasi. b. Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata dan diperlukan serta tumbuh dan berkembang di Daerah. c. Otonomi yang bertanggung jawab adalah merupakan perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan berkembang di daerah. 4. Titik Berat Otonomi Daerah Titik berat otonomi yang diletakkan pada daerah Kabupaten dan Daerah kota dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dapat dilihat dalam penjelasan umumnya pada Pasal 1 huruf e yang berbunyi mendoronguntuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu, udnang-undang ini menetapkan otonomi secara utuh pada Daerah Otonom mempunyai kewenangan dan

keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. 7 Dari penjelasan di atas, dapatlah diketahui tujuan dan titik berat otonomi berada di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota adalah agar Pemerintah Daerah lebih rensposif dalam memenuhi aspirasi-aspirasi masyarakat, memberdayakan masyarakat, peran serta masyarakat. 8 Hal itu diperkuat dengan asumsi bahwa daerah Kabupaten dan Daerah Kota secara geografis dan kependudukan relatif dekat dalam berhubungan langsung dengan apa keinginan/kemauan masyarakat. 9 Sehingga dengan demikian dapat diketahui masalah yang dihadapi masyarakat, mengembangkan peran serta masyarakat kemauan dan keinginan daerah akan lebih cepat teratasi dan dapat dipecahkan. 10 5. Tujuan Otonomi Daerah berikut : 11 Adapun tujuan Otonomi Daerah, secara sederhana adalah sebagai 7 Harry Alexander, Paduan Rancangan Peraturan Daerah di Indonesia, (Jakarta : Solusindo, 2004), hal. 26 8 Tim Harian Umum Suara Pembaharuan dan Pustaka Sinar Harapan, Otonomi Atau Federalisasi, diterbitkan oleh Harian Umum Suara Pembaharuan bekerjasama dengan Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hal. 80-81 9 Ibid 10 S.H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah, (Jakarta : Sinar Harapan, 2001), hal. 35 11 T.B. Silalahi, Otonomi Daerah, Peluang dan Tantangan, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2002), hal. 24.

a. Desentralisasi dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk menjaga stabilitas politik dalam menghadapi adanya tunttuan akan lokalizon atau usaha pemisahan dari ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari sisi pelayanan memudahkan pelayanan kepada publik. argumen klasik mengatakan bahwa daerah akan lebih mengetahui kondisi keamanan, kekurangan dan karakteristiknya dari pada Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan faktor kedekatan fisik yang akan memudahkan masyarakat lokal untuk menyelenggarakan pelayanan secara bertanggung jawab. b. Otonomi Daerah adalah upaya untuk mencapai kemandirian peningkatan kehidupan masyarakat melalui pemanfaatan dan pendayagunaan seluruh dumber daya, aset dan potensisumber daya yang ada di daerah. 12 Maksudnya adalah sumber daya manusia sebagai pelaksana sumber daya alam infrastuktur, pendapatan, pelayanan/pembelanjaan, pengeluaran Otonomi Daerah, akan menimbulkan rasa saling ketergantungan yang bersifat adil, jujur dan terbuka dari Otonomi Daerah/kawasan/wilayah. 13 c. Tujuan dari Otonomi juga untuk lebih meningkatkan pemerataan pembangunan, namun bukan pemekaran daerah. 14 12 Andi A. Mallaranggeng, Otonomi Daerah Perspektif Teoritis dan Praktis, Bigraf Publisihing bekerjasama dengan Fisip Universitas Muhammadiyah Malang, 2000, hal. 62-63. 13 Ibid 14 Ibid

6. Manfaat Dari Otonomi Daerah Adapun manfaat dari otonomi daerah adalah sebagai berikut : a. Pemberian dan pelaksanaan Otonomi Daerah adalah sangat tergantung pada kemauan, kemampuan aparatur dalam mengelola dan memperoleh daftar serta mengorganisasikan manusianya sebagai aktor dalam membiayai kegiatan dan manusia sebagai aktor dalam proses pelaksanaan otonomi daerah. b. Pelaksanaan desentralisasi diharapkan daerah dalam mengalokasikan dana pembangunan serta tepat berdasarkan karakteristik dan potensi daerah masing-masing, sehingga diharapkan hasilnya secara agregat akan lebih optimal. 15 Hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah terciptanya equity baikberupa horizontal equity (sejauh mana Pemberian kota Medan memiliki kapasitas fiskal untuk memberi tingkat pelayanan yang sama kepada masyarakat) maupun within state equity (kemauan, kemampuan Pemerintah Kota Medan untuk memperbaiki distribusi pendapatan daerahnya). 15 Sadu Wasistiono, op.cit.,hal. 19

BAB II PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai konsekuensi dari perletakan titik berat otonomi pada Daerah Kabupaten dan Pemerintah Kota Medan sebagai salah satu daerah diberikan kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yitu kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengadilan pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemebrdayaan sumebr daya alam serta teknologi tinggi yang strategi, konservasi, dan standarisasi nasional yang secara riil tugas dan tanggung jawabdaerah tersebut. Dalam pelaskanaan Otonomi Daerah hendaknya semua pihak baik aparatur pemerintah, wiraswasta, masyarakatterutama perguruan tinggi sebagai motor penggerak dan mobilisator perubahan sudah siap untuk menerima perubahan dan menjalankan perubahan tersebut secara sistematis.

B. Saran Pemerintah Pusat dan Provinsi harus konsekuensi dalam melaksanakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang penuh agar daerah mampu mengurus rumah tangganya dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Alexander Harry, Paduan Rancangan Peraturan Daerah di Indonesia, Jakarta : Solusindo, 2004 Busro H. Abubakar dan Abu Daud Busroh, Hukum Tata Negara, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), Gie, The Liang, Pertumbuhan Pemerintah Daerah Daerah Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1985. Andi A. Mallaranggeng, Otonomi Daerah Perspektif Teoritis dan Praktis, 2001. Sarundajang, S.H. Arus Balik Kekuasaan Pusat KE Daerah. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001 T.B. Silalahi, Otonomi Daerah, Peluang dan Tantangan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2002 Tim Harian Umum Suara Pembaharuan, Otonomi Atau Federalisasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, Republik Indonesia, Undang-undang Tentang Otonomi Daerah Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, LN No. 125 Tahun 2004, TLN No. 4437.