BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Definisi atau Pengertian Persediaan. persediaan dapat diartikan sebagai berikut :

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 PERSEDIAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biaya persediaan = Rp ,-

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian Akuntansi Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 : 1198 )

Akuntansi Persediaan (INVENTORY)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi

Materi: 06 INVENTORIES (PERSEDIAAN) (Sistem Pencatatan & Metode Persediaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI ATAS PENERAPAN AKUNTANSI PERSEDIAAN (PSAK NO. 14) PADA PT. APIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk

Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak Persediaan. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB PERSEDIAAN. Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak Page 1

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II LANDASANTEORI

Materi: 7 INVENTORIES (PERSEDIAAN) (PENILAIAN, ESTIMASI & PERPUTARAN PERSEDIAAN)

BAB 4 PENILAIAN PERSEDIAAN DAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN

BAB 4 Persediaan (inventory)

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Klasifikasi Persediaan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Persediaan Pengertian Persediaan Syakur (2009;125)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ade Irmayani (2014), menyatakan bahwa akuntansi merupakan kontrol dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa perubahan bentuk atau untuk diproses

BAB I PENDAHULUAN. This page was created using BCL ALLPDF demo software. To purchase, go to

lancar, sehingga investasi pada persediaan memerlukan dana yang cukup

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. keakuratan data dan penelitian yang dilakukan saat ini. Dalam penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

PENILAIAN PERSEDIAAN: PENDEKATAN DASAR BIAYA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PERSEDIAAN BARANG JADI SESUAI DENGAN PSAK NO.14 PADA PT.FORTUNA INTI ALAM

2.1.2 Jenis-jenis Persediaan Menurut Carter (2006:40) Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut :

Week 10 Akuntansi Untuk Perusahaan Dagang

Inventories (Persediaan)

Analisis Sistem Akuntansi Persediaan

PERSEDIAAN (Penilaian Berdasar Harga Pokok)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Akuntansi Positif (Accounting Positive Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis. mempengaruhi baik neraca maupun laporan laba rugi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan. usahanya melakukan transaksi pembelian barang dagang kemudian untuk

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 9 Persediaan. Pengantar Akuntansi, Edisi ke-21 Warren Reeve Fess

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIS. Istilah akuntansi untuk persediaan yang digunakan untuk menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSEDIAAN A. HARGA PEROLEHAN/HARGA POKOK PERSEDIAAN

PERSEDIAAN (Penilaian Berdasar Harga Pokok)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Zimmerman (1960) yang menjelaskan tentang kebijakan akuntansi dan

BAB III PEMBAHASAN 1.1 Tinjauan Teori Pengertian Aset

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam Zaki Baridwan

BAB II LANDASAN TEORITIS

diperlukan pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkanmenjadi barng jadi. Pencatatannya ke dalam jurnal adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan perusahaan dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha

Pengertian Persediaan

BAB VXII AKUNTANSI PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk tujuan itu (Fess et al, 2006:452). Menurut PSAK No. 14, persediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

Persediaan (Inventory)

ANALISA PENERAPAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA PT. YANA PRIMA HASTA PERSADA, Tbk. SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 PENILAIAN PERSEDIAAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetapi laba yang besar belum merupakan ukuran perusahaan itu telah bekerja secara

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

ANALISIS SISTEM PENCATATAN DAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA PT. NUSANTARA SURYA SAKTI CABANG SEKAYU

BAB I PENDAHULUAN. Berdirinya suatu perusahaan tentunya memiliki tujuan, baik tujuan jangka pendek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi akuntansi terlebih dahulu. Penjelasan mengenai definisi

Manajemen Persediaan. Penilaian & Pengendalian Persediaan. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Persediaan Pada hakekatnya persediaan merupakan faktor-faktor yang penting bagi setiap perusahaan industri maupun perusahaan dagang. Persediaan merupakan salah satu aktiva perusahaan dengan peredaran yang relatif cepat setelah unsur kas, piutang, dan surat berharga. Jalannya suatu perusahaan bergantung dari cepat tidaknya perputaran persediaan. Semakin cepat perputaran persediaan semakin baik juga jalannya usaha dari perusahaan tersebut, karena akan mempengaruhi besarnya penjualan dan akan meningkatkan laba perusahaan tentunya. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas perusahaan dagang yang kegiatannya membeli barang untuk kemudian dijual kembali secara terus menerus. Bagi perusahaan industri, terdapat persediaan bahan baku sebagai unsur pembentuk harga pokok persediaan barang jadi yang selanjutnya juga akan mengalami peredaran dengan waktu yang relative cepat. Persediaan merupakan bagian dari harta perusahaan dalam bentuk barang yang ditujukan untuk dijual maupun untuk diproses lebih lanjut sebelum dijual. Menurut Warren Dkk (2005 : 440), Persediaan (inventory) digunakan untuk mengindikasikan : 1. Barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan 4

2. Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu Menurut Jusup, Al Haryono ( 2005 : 333 ) persediaan, yang terdiri atas barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada para konsumen selama periode normal kegiatan usaha. Pengertian menurut Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Per 1 September 2007, PSAK No.14) mendefinisikan persediaan sebagai berikut: Persediaan adalah asset: (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Sedangkan menurut Agoes, Sukrisno ( 2006 : 205 ) memberikan pengertian persediaan sebagai berikut: Pengertian persediaan adalah Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan usaha normal, apakah itu merupakan jenis persediaan barang jadi, barang dalam proses produksi atau bahan baku. Ketiga jenis persediaan tersebut 5

berfungsi sebagai barang yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi ataupun langsung diperdagangkan tergantung dari jenis perusahaan yang bersangkutan. Ketentuan suatu barang digolongkan sebagai persediaan adalah tergantung pada tujuan perusahaan untuk memiliki atau memperlakukannya, sebab persediaan pada suatu perusahaan belum tentu sebagai persediaan pada perusahaan lain. Misalnya, tanah dan bangunan pada perusahaan real estate adalah merupakan persediaan, sedangkan bagi perusahaan perkebunan itu merupakan aktiva tetap. Istilah persediaan pada umumnya dihubungkan dengan barang yang merupakan objek usaha pokok suatu perusahaan. Oleh karena itu, persediaan untuk tiap-tiap perusahaan berbeda, tergantung kepada jenis perusahaan yang bersangkutan. Istilah persediaan menurut Kieso Dkk ( 2007 : 328 329 ), dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Persediaan perusahaan dagang terdiri dari beberapa produk yang berbeda. Sebagai contoh, dalam sebuah toko bahan makanan, ssebagian kecil persediaan yang dimilikinya meliputi makanan kaleng, produk susu, daging. Produk-produk tersebut memiliki dua karakteristik umum: (1) Dimiliki oleh perusahaan, (2) memiliki siap jual. Hanya satu klasifikasi persediaan barang dagang, yang dibutuhkan untuk menggambarkan beberapa produk yang berbeda dalam persediaan. 2. Persediaan perusahaan manufaktur juga dimiliki oleh perusahaan, tetapi beberapa barang belum siap jual. Berdasarkan hal tersebut, persediaan 6

biasanya diklasifikasikan menjadimtiga kategori: barang jadi, barang dalam proses, dan bahan baku. B. Klasifikasi Persedian Jenis persediaan barang sangat bervariasi tergantung pada jenis kegiatan usaha perusahaan, apakah perusahaan itu merupakan usaha dagang atau perusahaan pabrikasi (manufacturing enterprises). Perusahaan dagang pada umumnya mempunyai jenis persediaan barang yang tidak memerlukan proses lebih lanjut. Perusahaan dagang mengadakan persediaan dagang dengan tujuan untuk dijual kembali kepada konsumen, tanpa harus merubah bentuk fisiknya. Akibatnya perusahaan ini hanya mempunyai satu jenis persediaan, yaitu persediaan barang dagangan. Perusahaan manufaktur memiliki jenis persediaan barang yang memerlukan pengolahan lebih lanjut (proses produksi), sebelum dijual kembali, karenanya jenis persediaan lebih kompleks. Dalam perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku meliputi barang-barang berwujud yang diperoleh untuk digunakan dalam pembuatan barang dan penggunaan langsung dalam proses produksi.bahan baku ini misalnya kayu untuk proses pembuatan kursi, meja yang terbuat dari kayu atau baja untuk memproduksi mobil dan lain sebagainya. Persediaan barang dalam proses meliputi produk-produk yang telah mulai dimasukkan dalam proses produksi, namun belum selesai diolah. Disuatu titik 7

dalam proses produksi yang berkelanjutan terdapat beberapa unit yang belum selesai proses. Biaya bahan dari produksi yang telah dimulai tetapi belum diselesaikan ditambah biaya bahan langsung yang dibebankan secara spesifik pada bahan ini dan bagian yang merasta dari biaya overhead pabrik merupakan barang dalam proses. Biaya-biaya yang diidentifikasikan pada unit yang telah selesai tetapi belum terjual pada akhir periode fiskal dilaporkan sebagai persediaan barang jadi. C. Pengukuran Persediaan Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). Berbagai dasar pengukuran tersebut menurut (IAI 2007:14) adalah sebagai berikut 1. Biaya Persediaan Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition) 2. Biaya Pembelian Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk, dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), biaya pengangkutan, penanganan, dan biaya lainnya secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang (trade discount), rabat, dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. 8

3. Biaya Konversi Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahn barang menjadi barang jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relativ konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, sseperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, biaya manajemen dan administrasi pabrik. 4. Biaya Lain-lain Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam konndisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. 5. Biaya Persediaan Pemberian Jasa Biaya persediaan perusahaan jasa terutama meliputi upah dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk tenaga penyelia, dan overhead yang diatribusikan. Upah dan biaya lainnya yang menyangkut personalia penjualan serta administrasi umumtidak termasuk sebagai biaya persediaan, tapi diakui sebagai beban pada periode terjadi. Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Namun dalam sejumlah 9

kasus persediaan bisa dinilai selain dari pada harga pokok. Dua situasi semacam itu muncul apabila: 1. Biaya pergantian item-item persediaan lebih rendah dari pada biaya yang tercatat 2. Persediaan tidak dapat dijual pada harga normal karena ketidaksempurnaan, usang, perubahan gaya dan penyebab lainnya. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.1) persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yamg lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan. D. Biaya Persediaan Setiap perusahaan harus dapat memperhitungkan biaya persediaannya dengan tepat. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.2) biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition). Untuk perusahaan dagang biasanya biaya persediaan adalah biaya pembelian. Baiya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan 10

biaya lainnya yang secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang (trade discount), rabat dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. Pada perusahaan pabrikasi, selain biaya pembelian juga terdapat biaya konversi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.2) biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi bahan menjadi bahan jadi. Biaya overead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relative konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan dan peralatan pabrik, biaya manjemen dan administrasi pabrik. Biaya overhead produksi variable adalah biaya yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan dan upah tidak langsung. Biaya persediaan itu sendiri dalam perusahaan pabrikasi didapatkan untuk menghitung berapa biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam suatu periode dan berpengaruh kepada kegiatan perusahaan itu dalam menjalankan usahanya terutama dalam menentukan harga pokok. Sehingga pihak manajemen dapat mengetahui berapa keuntungan atupun berapa harga jual produknya. Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Misalnya dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya overhead non 11

produksi atau biaya pencanangan produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya persediaan. Biaya periode, beban penjualan dan dalam situasi biasa, beban umum dan administrasi dianggap tidak langsung berkaitan dengan perolehan atau produksi dari barang dan dengan demikian, bukan dipandang sebagai bagian dari persediaan. Biaya-biaya itu merupakan biaya periode, bukan biaya produk atau biaya persediaan. E. Metode Pencatatan Persediaan Pencatatan memegang peranan penting dalam sistem pencatatan persediaan, karena pencatatan merupakan bentuk dokumenttasi tertulis dari suatu transaksi yang akan memberikan informasi untuk pemecahan masalah dalam pengelolaan persediaan. Disamping itu berguna dalam membantu kegiatan yang dilakukan manajemen untuk mempermudah pekerjaan menjadi efektif dan efisien berdasarkan laporan yang tersusun dengan baik dan relevan. Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2007 : 261-262), ada 2 metode yang sering digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan dalam usahanya yaitu : 1. Metode pencatatan secara perpetual Dalam sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system), rincian catatan mengenai setiap pembelian dan penjualan persediaan disimpan. Sistem ini secara terus-menerus menunjukkan persediaan harus dimilki untuk setiap jenis barang. Sebagai contoh, sebuah agen pengiriman, Ford, 12

memiliki catatan persediaan yang terpisah untuk setiap kendaraan, truk, dan van yang dimilikinya. Dengan menggunakan bar codes (kode batang) dan pemindai optik (optical scanners), sebuah toko grosir dapat mencatat setiap kotak sereal dan setiap toples jelly yang dibeli dan dijual setiap harinya. Berdasarkan sistem persediaan perpetual, harga pokok penjualan ditentukan setiap kali terjadi penjulanan. Untuk mengilustrasikannya, diasumsikann bahwa Neraca saldo Celine s Sport Wear Shop per tanggal 31 Desember menunjukkan Persediaan Barang Dagang senilai $25.000, Penjualan senilai $162.400, Retur dan Potongan Penjualan sebesar $110.000, Pendapatan Sewa sebesar $6.000, Biaya pengirimamn sebesar $1.800, Beban Sewa $8.800, serta Beban Gaji dan Upah sebesar $22.000. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah : 31 Des Penjualan 162.400 Pendapatan Sewa 6.000 Ikhtisar Laba Rugi 168.000 31 Des Ikhtisar Laba Rugi 151.000 Harga Pokok Penjualan 110.000 Retur dan Potongan Penjualan 4.800 Diskon Penjualan 3.600 Beban Pengiriman 1.800 Beban Sewa 8.800 Beban Gaji dan Upah 22.000 13

2. Metode pencatatan secara periodik Dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system), rincian catatan persediaan barang yang dimiliki tidak sesuaikan secara terusmenerus dalam satu periode. Harga pokok penjualan barng ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi (secara periodik). Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara fisik untuk menentukan harga pokok penjualan yang tersedia (Persediaan Barang Dagang). Untuk menentukan harga pokok penjualan dalam sistem persediaan periodik, Anda harus (1) menentukan harga pokok baranng yang tersedia (cost of goods on hand) pada awal periode akuntansi, (2) menambahkannya pada harga pokok barng yang dibeli (cost of goods purchased), dan (3) menguranngkannya dengan harga pokok barang yang tersedia pada akhir periode akuntansi. Untuk mengilustrasikannnya, diasumsikan bahwa General Suppliers memiliki harga pokok barang tersedia untuk dijual sebesar $120.000. Jumlah ini berdasarkan pada persediaan awal sebesar $20.000 dan harga pokok barang yang dibeli sebesar $100.000. Persediaan yang ada sebanyak 5.000 unit dengan biaya $3 per unit, Alokasi dari kumpulan biaya ditunjukkan di bawah ini. Sebagaimana yang ditunjukkan, harga pokok barang tersedia untuk dijual sebesar $120.000 dialokasikan ke persediaan akhir sebesar $15.000 (5.000 x $3) dan ke harga pokok penjualan sebesar $105.000. 14

Kumpulan Biaya Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual Persediaan awal $ 20.000 Harga pokok barang yang dibeli 100.000 Harga Pokok barang tersedia untuk dijual $120.000 Langkah 1 Langkah 2 Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan Biaya perbiaya Harga pokok barang tersedia untuk dijual $120.000 Unit Unit Total Dikurangi: Persediaan akhir 15.000 5.000 $3,00 $15.000 Harga pokok penjualan $105.000 F. Metode Penilaian Persediaan Berdasarkan Cost Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( 2007 : 14.4 ) mengakui adanya beberapa metode yang dapat dipakai untuk penilaian persediaan. Metode tersebut adalah identifikasi khusus biaya ( specific identification ), Masuk Pertama Keluar Pertama ( MPKP atau FIFO ), rata-rata tertimbang (weighted average cost method), atau Masuk Terakhir Keluar Pertama ( MTKP atau LIFO). Penjelasan dari masing-masing metode arus biaya menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel ( 2007 : 336 ) 1. Identifikasi Khusus Biaya Metode ini menelusuri arus fisik aktual dari barang Masingmasing jenis persediaan ditandai, diberi label, ataupun diberi kode sesuai dengan spesifik biaya per unitnya. Pada akhir periode, biaya spesifik dari persediaan yang masih menjadi persediaan merupakan biaya 15

total dari persediaan akhir. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa Southland Music Company membeli 3 set televisi 46 inci dengan harga masingmasing $700, $750, dan $800. Selama tahun berjalan 2 set televisi tersebut dijual dengan harga $1.200 per unit. Pada tanggal 31 Desember, televisi dengan harga $750 masih belum terjual. Persediaan akhirnya adalah $750 dan harga pokok penjualannnya dalah $1500 ($700 + $800). 2. Firt-In, Firt-Out (FIFO) Metode FIFO (FIFO method) mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang pertama kali dijual. FIFO bahkan pararel dengan arus fisik aktual perssediaan barang dagang karena umumnya merupakan praktik bisnis sehat untuk menjual pertama kali barang yang dibeli lebih dulu. Dengan metode FIFO, harga pokok barang yang lebih dulu dibeli merupakan biaya pertama kali diakui sebagai harga popko penjuallan. Kumpulan Biaya Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual Tanggal Uraian Unit Biaya per Unit Biaya Total 1/1 Persediaan awal 100 $10 $ 1.000 15/4 Pembelian 200 11 2.200 24/8 Pembelian 300 12 3.600 27/11 Pembelian 400 13 5.200 Total 1.000 $12.000 16

Langkah 1 Langkah 2 Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan Biaya Per Biaya Tanggal Unit Unit Total Harga pokok barang tersedia untuk dijual $12.000 27/11 400 $13 $5.200 Dikurangi: Persediaan akhir 5.800 24/8 50 12 600 Harga pokok penjualan $ 6.200 Total 450 $5.800 3. Last-In. First-Out (LIFO) Metode LIFO (LIFO method) mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli adalah barang yang pertama kali dijual. LIFO jarang bertepatan dengan arus fisik aktual persediaan. Hanya untuk orang barang dalam tumpukan seperti rumput, batu bara, atau produksi pada toko bahan makanan metode ini cocok dengan arus fisik persediaan. Berdasarkan metode LIFO, harga pokok barang terakhir dibeli adalah yang pertama kali ditetapkan dalam menghitung harga pokok penjualan. Alokasi harga pokok barang tersedia dijual pada Bow Valley Electronics berdasarkan metode LIFO Kumpulan Biaya Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual Tanggal Uraian Unit Biaya per Unit Biaya Total 1/1 Persediaan awal 100 $10 $ 1.000 15/4 Pembelian 200 11 2.200 24/8 Pembelian 300 12 3.600 27/11 Pembelian 400 13 5.200 Total 1.000 $12.000 17

Langkah 1 Langkah 2 Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan Biaya Per Biaya Tanggal Unit Unit Total Harga pokok barang tersedia untuk dijual $12.000 1/1 100 $10 $1.000 Dikurangi: Persediaan akhir 5.000 15/4 200 11 600 Harga pokok penjualan $ 7.000 24/8 150 12 1.800 Total 450 $5.000 4. Biaya Rata-Rata Tertimbang Metode biaya rata-rata (average cost method) mengasumsikan bahwa barang yang tersedia untuk dijual memiliki biaya per unit yang sama (rarta-rata). Pada umumnya barang yang dijual adalah identik. Berdasarkan metode tersebut, harga pokok barang tersedia untuk dijual dialokasikan pada dasar biaya rata-rata tertimbang per unit. Rumus dan contoh perhitungan dari biaya rata-rata tertimbang per unit adalah sebagai berikut: Harga Pokok Barang Tersedia + Total Unit yang Tersedia = Biaya Rata-rata Tertimbang Untuk Dijual untuk Dijual per Unit $12.000 + 1.000 = $12,00 Biaya rata-rata tertimbang per unit kemudian diterapkan pada unit yang tersedia. Perhitungan tersebut menentukan biaya persediaan akhir. 18

Alokasi harga pokok tersedia untuk dijual pada Bow Valley Electronics dengan mengunakan biaya rata-rata. Untuk memverifikasi data harga pokok penjualan pada contoh dibawah ini, kalikan unit yang terjual dengan biaya rata-rata tertimbang per unit (550 x $12 = $6.600). Perhatikan bahwa metode tersebut tidak menggunakan biaya rata-rata biaya per unit. Rata-rata biaya tersebut adalah $11,5 ($10 + $11 + $13 = $46; $46 / 4). Metode biaya rata-rata mengunakan rata-rata tertimbang dari jumlah yang dibeli untuk setiap biaya per unit. Kumpulan Biaya Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual Tanggal Uraian Unit Biaya per Unit Biaya Total 1/1 Persediaan awal 100 $10 $ 1.000 15/4 Pembelian 200 11 2.200 24/8 Pembelian 300 12 3.600 27/11 Pembelian 400 13 5.200 Total 1.000 $12.000 Langkah 1 Langkah 2 Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan $12.000 / 1.000 = $12,00 Harga pokok barang tersedia untuk dijual $12.000 Biaya Biaya Dikurangi: Persediaan akhir 5.400 Tanggal per Unit Total Harga pokok penjualan $ 6.600 450 x $12,00 = $5.400 19

G. Metode Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok 1. Lower of Cost or Market (LCM) Jika biaya pergantian item persediaan lebih rendah daripada biaya pembelian awal, maka metode mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar (lower-of-cost-or market method-lcm) digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam LCM, adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada kuantitas yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. Dalam bisnis yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang turun. Namun, dalam bisnis yang teknologinya berubah cepat (misalnya, televise dan mikrokomputer), penurunan harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode LCM adalah bahwa laba kotor (dan laba bersih) akan berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar. Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan dengan salah satu dari 3 cara berikut. Biaya dan biaya penggantian (replacement cost) dapat ditentukan untuk : 1. setiap item dalam persediaan, 2. kelas atau kategori utama persediaan, dan 3. persediaan secara keseluruhan. Dalam praktek, yang ditentukan biasanya adalah biaya dan biaya penggantian setiap item. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa terdapat 40 unit item A yang identik dalam persediaan, yang dibeli dengan harga $10,25 per unit. Jika 20

pada tanggal persediaan item tersebut akan merlukan biaya $10,50 untuk menggantinya, maka harga sebesar $10,25 akan dikalikan dengan 400 untuk menentukan nilai persediaan. Pada sisi lain, jika item tersebut dapat digganti dengan harga $9,50 per unit, biaya penggantian (replacement cost) sebesar $9,50 akan digunakan untuk tujuan penilaian. Harga Total Kuantitas Harga Pasar Komoditas Persediaan Per Unit per Unit Biaya Pasar LCM A 400 $10,25 $ 9,50 $3.800 $3.800 $3.800 B 120 22,50 24,10 2.892 2.892 2.700 C 600 8,00 7,75 4.650 4.650 4.650 D 280 14,00 14,75 4.130 4.130 3.920 Total $15.520 $15.472 $15.070 Jumlah penurunan nilai pasar, $450 ($15.520 - $15.070), bisa dilaporkan sebagai item terpisah dalam laporan laba rugi atau dimasukkan dalam harga pokok penjualan. Yang pasti, laba bersih akan berkurang sebesar penilai pasar. 2. Penilaian pada Nilai Realisasi Bersih Seperti yang telah diperkirakan, barang dagang yang telah using, rusak, cacat, atau yang hanya bisa dijual dengan harga di bawah harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang semacam itu harus dinilai pada nilai realisasi bersih. Nilai realisasi Bersih (net realizable value) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa barang dagang yang telah rusak, yang berharga pokok $1.000, hanya dapat dijual dengan harga 21

$800, dan beban penjualan langsung diestimasi sebesar $150. Persediaan ini harus dinilai sebesar $650 ($800 - $150), yang merupakan nilai realisasi bersihnya. H. LABA 1. Pengertian Laba Laba merupakan salah satu alat ukur keberhasilan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan. Peningkatan laba memberikan penilaiaan yang bagus atas kinerja perusahaan. Menurut Ghozali, dkk (2007 : 345) menyatakan bahwa pengertiaan laba adalah merupakan selisih pengukuran pendapatan danm biaya. Menurut Ikatan Akuntan Keuangan (per 1 September 2007 : PSAK No.25) yaitu : Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya. Biasanya semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut, termasuk juga pos luar biasa dan dampak perubahan estimasi akuntansi. Tetapi dalam keadaan tertentu mungkin diperlukan untuk 22

mengeluarkan unsur-unsur tertentu dari laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Pernyataan ini menyangkut dua kondisi tertentu: koreksi atas kesalahan yang mendasar dan dampak perubahan kebijakan akuntansi. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi: (a) laba atau rugi dari aktivitas normal; dan (b) pos luar biasa 2. Komponen Unsur-unsur Laba Menurut Harahap, Sofyan Syafri dalam buku Teori Akuntansi (2005 : 226-228) komponen-komponen unsur laba adalah sebagai berikut : a. Pendapatan (Income) Pendapatan adalah arus masuk atau penambahan atas aktiva suatu entitas atau penyelesaiaan kewajiban-kewajiban yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas-aktivitas laba yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas. b. Beban (Expenses) Adalah sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode 23

yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan. c. Keuntungan (Gain) Adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil aatu investasi dari pemillik. d. Kerugian (Losses) Adalah turunnya nilai equity dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari seluruh transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau pemberian kepada pemilik (prive). 24