KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA Penyunting Humphrey Wangke Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2011
Judul: Transnasional Di Indonesia dan Upaya Penanganannya Penyunting: Humphrey Wangke Perancang Sampul: Ahans Mahabbie Perancang Tata Letak: Sony Sifatira Cetakan Pertama, 2011 Penerbit: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR Republik Indonesia ISBN: XXX Alamat Penerbit: Gedung Nusantara I Lt. 2 Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Pusat 10270 Telp. (021) 5715409 Fax. (021) 5715245 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidanan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
KATA PENGANTAR Kejahatan transnasional bukanlah fenomena baru dalam hubungan internasional. Akan tetapi munculnya kejahatan transnasional tidak dapat dipisahkan dari era globalisasi saat ini. Beberapa faktor yang menunjang kompleksitas perkembangan kejahatan transnasional antara lain adalah globalisasi, migrasi atau pergerakan manusia, serta perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang pesat. Globalisasi yang disertai dengan kemajuan teknologi komunikasi yang pesat menyebabkan hubungan antarbangsa, antarmasyarakat dan antarindividu semakin dekat, saling tergantung dan saling mempengaruhi sehingga tercipta suatu dunia tanpa batas (borderless world). Berbagai bentuk kejahatan transnasional semakin berkembang pesat dan telah diidentifikasi sebagai ancaman keamanan. Aktifitas seperti peredaran obat-obatan gelap, illigal fishing, penyelundupan, dan perdagangan orang, merupakan praktik-praktik yang sangat mengabaikan dan mengancam keamanan manusia yang pada gilirannya akan mengancam keamanan negara. Kejahatan transnasional, karena sifatnya yang terlarang dan lintas batas, telah mengabaikan semua bentuk-bentuk kedaulatan dan perbatasan negara. Atau dengan kata lain, kejahatan transnasional tidak lagi memperhitungkan kedaulatan atau batas yurisdiksi suatu negara, wilayah, perbatasan, tetapi lebih memperhatikan kelancaran arus barang, orang, dan perdagangan gelap yang memberikan penghasilan uang pada pelakunya. Dalam bentuknya yang paling ekstrim, kejahatan transnasional bukan hanya merupakan ancaman tetapi juga merupakan musuh bagi negara. Seperti misalnya, dalam upaya untuk mempertahankan kegiatan bisnisnya yang illegal atau terlarang, pihak-pihak yang terkait dalam kejahatan transnasional itu akan menggunakan kekuatan senjata yang dimilikinya untuk melawan aparat keamanan. Dengan gambaran yang sedemikian itu, para peneliti dari Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Infromasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPRRI telah mengadakan penelitian di Provinsi Kepulauan Riau dan Bali untuk memperoleh informasi dan data mengenai kegiatan kejahatan transnasional iii
di kedua provinsi itu. Hasil-hasil dari penelitian itu, yang diperoleh melalui wawancara dan observasi lapangan serta melalui studi kepustakaan, diuraikan dalam buku ini dengan tujuan untuk membantu anggota DPRRI dalam menjalankan perannya membuat dan mengawasi kebijakan terkait kasus-kasus dalam kejahatan transnasional. Tidak semua bentuk-bentuk kejahatan transnasional seperti yang didefiniskan oleh PBB kita teliti mengingat keterbatasan waktu dan jumlah peneliti yang memiliki interest dengan kejahatan transnasional. Oleh karena itu, buku ini dibagi dalam enam bagian dengan rincian sebagai berikut. Bagian pertama merupakan tulisan dari Sita Hidriyah yang membahas tentang perdagangan orang. Dari hasil penelitian terungkap bahwa perdagangan orang terjadi akibat mudahnya orang keluar masuk suatu negara tanpa dilengkapi dokumen yang sah. Hingga pada akhirnya, gejala perdagangan orang bukan lagi hanya merupakan fenomena sosial biasa yang diakibatkan oleh faktor kemiskinan dan ketertinggalan di bidang pendidikan semata, tapi sudah menjadi fenomena pelanggaran hukum dan pelanggaran berat HAM sebagai akibat dari adanya praktek-praktek tindak kejahatan yang dilakukan baik secara perorangan maupun jaringan sindikat dengan maksud mengeksploitasi korban demi keuntungan pelaku dan jaringannya. Komitmen yang tinggi dan keseriusan pemerintah terhadap masalah perdagangan orang telah meningkatkan Indonesia dari posisi Tier 3 menjadi Tier 2 yang berarti pemerintah Indonesia telah memenuhi standar minimum pencegahan dan penanganan perdagangan orang seperti yang ditetapkan dalam ketentuan internasional. Tulisan kedua dari Venty Eka Satya membahas tentang aktivitas penyelundupan barang dan dampak yang ditimbulkannya. Dalam analisisnya, penulis berpendapat bahwa salah satu sektor yang paling terpengaruh akibat penyelundupan adalah perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Sebab dengan adanya aktivitas penyeludupan barang ke dalam negeri, penyerapan barang produksi dalam negeri akan berkurang serta akan mempengaruhi penerimaan negara dari sektor pajak dan cukai. Bahkan yang paling penting, aktifitas penyelundupan ini berkorelasi dengan peningkatan angka pengangguran. Berdasarkan data hasil penindakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk periode tahun 2010 tercatat 3.277 kasus dengan potensi kerugian negara sebesar Rp.35.233.764.339,72, baik berupa hasil penyelundupan maupun pelanggaran administrasi. Maraknya penyelundupan tidak lepas dari banyaknya keuntungan yang diperoleh pelaku iv
dari aktifitas ilegal ini dan ironisnya tidak sedikit aparat pemerintah yang menjadi kehilangan integritas dan menjadi bagian dari mafia penyelundupan. Tulisan ketiga dari Simela Viktor tentang illegal fishing antara lain menyebutkan bahwa illegal fishing yang terjadi di perairan Indonesia sebagian besar merupakan tindak kejahatan transnasional, karena pelakunya adalah orang asing atau orang Indonesia tetapi melibatkan pihak asing dibelakangnya. Penangkapan ikan yang dilakukan oleh kapal-kapal penangkap ikan asing yang memasuki perairan Indonesia secara ilegal mengalami peningkatan dalam beberapa tahun. Akibat praktek-praktek illegal fisihing ini, negara berpotensi dirugikan sedikitnya 1,5 milyar dolar Amerika Serikat setiap bulannya. Untuk mengatasinya, diperlukan kerjasama antar negara sebab sifat kejahatannya yang lintas negara. Tulisan keempat dari Marfuatul Latifah secara khusus membahas upaya hukum Indonesia dalam memberantas tindak pidana narkotika. Pertama, Indonesia membentuk peraturan hukum terkait dengan tindak pidana seperti UU No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika yang kemudian diubah melalui UU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Dua belas tahun kemudian Pemerintah Indonesia kembali melakukan perubahan terhadap peraturan hukum terkait tindak pidana narkotika melalui UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Selain membentuk UU, pemerintah juga membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. Ketika BKKN dirasakan tidak lagi memadai guna menghadapi ancaman bahaya narkotika, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah dengan melakukan berbagai kerjasama luar negeri baik secara bilateral maupun secara multilateral guna mempermudah upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika. Tulisan kelima dari Riski Rosa membahas tentang upaya-upaya penanganan bahaya narkoba di tingkat regional melalui kerangka kerjasama ASEAN. Sejak mengadopsi the ASEAN Plan of Action on Drug Abuse and Control pada bulan Oktober 1994, negara-negara anggota ASEAN telah mempunyai pedoman untuk secara bersama-sama menghadapi ancaman bahaya narkoba. Kemudian, pada tahun 1998 ASEAN mengadopsi Joint Declaration for a Drug-Free ASEAN yang menetapkan komitmen negara-negara anggota ASEAN untuk menghapuskan produksi, pengolahan, perdagangan, dan konsumsi narkoba sebelum 2020. Berbagai upaya dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut, tetapi tidak v
mencakup persoalan pendanaan, pengawasan, dan implementasi, serta tidak dilengkapi mekanisme pengawasan kepatuhan terhadap komitmen. Dengan keterbatasan kerjasama ASEAN tersebut, pemerintah Indonesia dihadapkan pada berbagai kendala yang semestinya bisa diatasi jika kerangka kerjasama ASEAN disusun dengan lebih baik. Dukungan dan bantuan justru seringkali diperoleh Indonesia melalui kerjasama bilateral dengan beberapa negara tertentu yang memiliki komitmen lebih besar dalam memerangi ancaman bahaya narkoba. Tulisan keenam dari Humphrey Wangke berkaitan dengan diplomasi Indonesia dalam menangani kejahatan transnasional. Didalam tulisannya, penulis berpendapat bahwa Konvensi PBB tentang Kejahatan Transnasional telah menjadi kiblat pemerintah Indonesia dalam merespon masalah-masalah yang terkait dengan kejahatan transnasional. Dalam upaya mengatasi kejahatn transnasional, upaya diplomasi yang dilakukan Indonesia bukan hanya oleh pemerintah saja tetapi juga dari kelompok-kelompok atau aktor-aktor di luar pemerintah, baik didalam maupun luar negeri. Dalam kasus-kasus yang terkait dengan kejahatan transnasional, peran Kementerian Luar Negeri lebih bersifat defensif mengingat ada lembaga lain yang lebih mengetahui permasalahan yang dihadapi. Karenanya, dalam melakukan tugas pengamanan terhadap kejahatan transnasional ini, Kementerian Luar Negeri lebih banyak melakukan tugas koordinatif. Melalui penulisan buku ini, kami harapkan semoga dapat memberikan manfaat bagi para anggota DPRRI dalam melaksanakan fungsinya dibidang pengawasan, serta kepada berbagai pihak yang berkepentingan dangan buku ini. Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah meluangkan waktunya hingga buku ini dapat diterbitkan, serta kepada informan di daerah yang telah memberikan informasi yang sangat bermanfaat guna penulisan buku ini. Kami juga menyadari bahwa buku bunga rampai dengan judul KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA masih jauh dari sempurna. Karena itu, setiap saran dan kritik yang kami terima akan kami jadikan sebagai masukan agar ke depan, buku yang kami tulis bisa lebih baik lagi. Terima kasih. Jakarta, 4 November 2011 Penyunting Humphrey Wangke vi
DAFTAR ISI Kata Pengantar...iii Daftar Isi... vii BAGIAN PERTAMA UPAYA PEMERINTAH DAN KERJASAMA ASEAN DALAM PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA Sita Hidriyah...1 BAB I PENDAHULUAN...3 BAB II METODOLOGI PENELITIAN...9 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 11 BAB IV KESIMPULAN...23 DAFTAR PUSTAKA...25 BAGIAN KEDUA PENYELUNDUPAN BARANG DI INDONESIA DAN DAMPAKNYA SECARA EKONOMI Venty Eka Satya... 27 BAB I PENDAHULUAN...29 BAB II METODE PENELITIAN... 37 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS...39 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN... 47 DAFTAR PUSTAKA...49 BAGIAN KETIGA KEJAHATAN TRANSNASIONAL ILLEGAL FISHING DI PERAIRAN INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA SECARA REGIONAL DI ASIA TENGGARA Simela Victor Muhamad... 51 BAB I PENDAHULUAN...53 vii
BAB II METODOLOGI PENELITIAN... 57 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...59 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...79 DAFTAR PUSTAKA... 81 BAGIAN KEEMPAT FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI PROVINSI BALI Marfuatul Latifah...85 BAB I PENDAHULUAN... 87 BAB II METODOLOGI PENELITIAN...93 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...95 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 105 DAFTAR PUSTAKA... 107 BAGIAN KELIMA PERAN ASEAN DALAM UPAYA INDONESIA MEMERANGI PEREDARAN GELAP NARKOBA Rizki Roza...109 BAB I PENDAHULUAN... 111 BAB II METODOLOGI PENELITIAN...117 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN... 119 BAB IV KESIMPULAN... 137 DAFTAR PUSTAKA...139 BAGIAN KEENAM DIPLOMASI INDONESIA DALAM MERESPON KEJAHATAN TRANSNASIONAL Humphrey Wangke... 143 BAB I PENDAHULUAN... 145 BAB II METODOLOGI PENELITIAN...155 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 157 BAB IV KESIMPULAN...171 DAFTAR PUSTAKA... 173 BIOGRAFI PENULIS... 175 viii