1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep perbankan syariah adalah hal yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan penerapan konsep perbankan konvensional. Konsep perbankan syariah sendiri di Indonesia mulai diperkenalkan dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992, dan menjadi bank umum syariah pertama di Indonesia. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip agama Islam. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga) untuk pembagian keuntungannya. Besarnya bagi hasil (profit sharing) ini ditentukan di awal perjanjian. Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada PSAK No.102 tentang Akuntansi Murabahah yang mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2008. PSAK ini menggantikan PSAK No.59 yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah. PSAK No.102 dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah seperti bank, asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, koperasi, dan lainnya yang menjalankan transaksi murabahah (Rizal dkk, 2009 : 185). 1
2 Pinjaman dana kepada masyarakat disebut juga pembiayaan. Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank islam dari masyarakat yang memiliki surplus dana. Dengan tidak diperbolehkannya sistem bunga, maka bank syariah harus berhati-hati dalam penentuan pengakuan pendapatan bagi hasil. Pendapatan bagi hasil ini diperoleh dari pembiayaan-pembiayaan yang diberikan bank kepada nasabahnya termasuk dalam hal ini yaitu pembiayaan murabahah. Bank syariah selain dituntut untuk mematuhi aturan-aturan syariah, bank syariah juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana pihak ketiga minimal sama dengan, atau bahkan lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku di bank konvensional serta menerapkan marjin keuntungan pembiayaan yang lebih rendah dari pada suku bunga kredit bank konvensional. Bank syariah menerapkan marjin keuntungan terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna. Secara teknis, yang dimaksud dengan marjin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan marjin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan marjin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan (Adiwarman, 2010 : 279-280).
3 Penetapan marjin keuntungan bagi bank syariah memilki banyak faktor yang akan menjadi pertimbangan bank dalam menentukan besaran marjin yang harus dibebankan pada suatu pembiayaan. Tampaknya dalam pembiayaan murabahah, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan marjin adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter, bahkan suku bunga luar negeri, serta marketabilitas barang-barang murabahah, dan tidak terlepas dari itu adalah tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang tersebut. Pada era globalisasi seperti saat ini, apalagi menjelang diberlakukannya perdagangan bebas yang menuntut persaingan yang sangat hebat, berbagai cara dilakukan agar dapat memenangkan persaingan dalam perdagangan, salah satunya dengan memberikan kredit dalam jual beli (perdagangan). Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengupas lebih jauh lagi tentang jual beli secara kredit dalam Islam yang lebih dikenal dengan istilah Murabahah yang menjadi salah satu produk dalam bank syariah, dimana masyarakat umum masih banyak yang belum mengetahui tentang keberadaan Bank Syariah beserta produknya. Jenis-jenis pembiayaan yang ada di bank syariah dengan prinsip bagi hasil, jual beli, sewa menyewa dan pinjaman yaitu : pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah, pembiayaan Murabahah, pembiayaan Salam, pembiayaan Istishna, pembiayaan Ijarah, pembiayaan Muntahiyah bit tamlik / wa iqtina dan pinjaman Qardh.
4 Menurut Adiwarman (2010 : 113), Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). Pengertian Murabahah juga dapat didefinisikan sebagai jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang yang dijual ditambah dengan sejumlah keuntungan (ribhun) yang disepakati oleh kedua belah pihak, pembeli dan penjual. Pada transaksi Murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil (Slamet, 2005 : 40). Bank Muamalat merupakan prionir perbankan syariah pertama kali di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan bank-bank syariah di negaranegara Islam. Pada awal tahun 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi islam dilakukan. Seiring dengan lajunya perekonomian, maka prakarsa lebih khusus untuk mendirikan Bank Islan di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990 dalam lokakarya Bunga Bank dan Perbankan tanggal 18-20 Agustus 1990 yang dilaksanakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Cisarua Bogor. Ditindak lanjuti pada 22-25 Agustus 1990 dalam musyawarah Nasional IV MUI dan berhasil membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam Indonesia. Dalam kegiatannya sebagai penyalur dana, bank syariah menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang (barang modal atau
5 investasi). Konsep akad yang dipakai dalam Murabahah ini adalah akad jual beli dengan tambahan marjin keuntungan. Dengan memperhatikan latar belakang diatas, maka penulis bermaksud untuk meninjau lebih dalam mengenai konsep Murabahah serta prakteknya khususnya pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang dituangkan dalam skripsi dengan judul : Analisis Penetapan Marjin Dalam Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk), sehingga dapat memberikan informasi aktual serta kontribusi yang diperlukan untuk masa yang akan datang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin merumuskan hal yang terkait dalam pembahasan skripsi ini, yaitu : Apakah penetapan marjin dalam pembiayaan murabahah telah sesuai dengan PSAK No.102? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah : Ingin mengetahui dan mengkaji penetapan marjin dalam pembiayaan murabahah telah sesuai dengan PSAK No.102. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan teoriteori yang diperoleh ke dalam praktek yang sesungguhnya, khususnya pada
6 perusahaan yang diteliti. Serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Mercu Buana program studi Akuntansi S1. 2. Bagi perusahaan yang bergerak dalam perbankan syariah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perhitungan marjin pembiayaan murabahah. 3. Bagi pembaca, semoga dapat menjadi contoh atau referensi untuk melakukan penelitian yang akan datang, khususnya dibidang perbankan syariah.