II. TINJAUAN PUSTAKA. tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur itik umumnya berukuran

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan

1. PENDAHULUAN. Telur itik adalah salah satu pilihan sumber protein hewani yang memiliki rasa

Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

PENGARUH LAMA SIMPAN DAN WARNA KERABANG TELUR ITIK TEGAL TERHADAP INDEKS ALBUMEN, INDEKS YOLK, DAN PH TELUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan warna kerabang cokelat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Telur

PENGARUH LAMA SIMPAN TELUR ITIK TERHADAP PENURUNAN BERAT, INDEKS KUNING TELUR (IKT), DAN HAUGH UNIT (HU).

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur

II. TINJAUAN PUSTAKA. sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di

BAB II TINJAUAN PUTAKA

TEKNOLOGI TELUR. Pada umumnya telur mempunyai 3 struktur bagian, yaitu :

Struktur Telur. Suhardi, S.Pt.,MP Universitas Mulawarman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN WARNA KERABANG TERHADAP

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Telur ayam ras merupakan telur yang paling populer dan paling banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI TELUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

PENURUNAN KUALITAS TELUR AYAM RAS DENGAN INTENSITAS WARNA COKLAT KERABANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. susunan asam amino esensial yang lengkap sehingga dijadikan standar untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. (2001) adalah sebagai Kingdom Animalia, Subkingdom Metazoa, Phylum

I. TINJAUAN PUSTAKA. menguapnya gas karbondiosida dari dalam telur (Gaman dan Sherrington, 1994).

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

Pengaruh Pencelupan pada Air Mendidih dan Air Kapur Sebelum Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras (Gallus L.)

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

HUBUNGAN UMUR SIMPAN DENGAN PENYUSUTAN BOBOT, NILAI HAUGH UNIT, DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL PADA SUHU RUANG SKRIPSI ROSIDAH

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyedia bahan makanan di Indonesia (Lainawa et al., 2015). Usaha ternak puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan bobot telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

Mutu Telur Asin Desa Kelayu Selong Lombok Timur yang Dibungkus dalam Abu Gosok Dan Tanah Liat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

KUALITAS INTERIOR TELUR AYAM RAS DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING (lanjutan)

III. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014, bertempat di Laboratorium

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton

HASIL DAN PEMBAHASAN

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

Penggunaan Ekstrak Kulit Manggis Hasil Ekstraksi Alkohol Untuk Pengawetan Telur

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

TELUR ASIN PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

Gambar 1. Struktur Bagian-Bagian Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963)

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Itik Tegal Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber protein hewani, banyak unsur gizi yang cukup untuk tubuh seperti asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan. Telur juga mengandung lemak, mineral, dan beberapa vitamin A, D, E, dan K (Suardana dan Swacita, 2008). Telur merupakan sel telur (ovum) yang tumbuh dari sel induk (oogonium) di dalam indung telur (ovarium), dan oleh ternak unggas disediakan untuk bahan makanan bagi pertumbuhan embrio (Kurtini et al., 2011). Produksi telur itik tegal mencapai 250--275 butir/ekor/tahun, dewasa kelamin rata-rata 175 hari dengan masa produksi rata-rata 11 bulan per tahun. Bobot telur rata-rata yaitu 65 g, warna kerabang telur putih kehijauan dan konsumsi ransum itik tegal dewasa rata-rata 130--150 g per hari (Whendrato dan Madyana, 1986). Itik yang diberi ransum dengan kandungan protein sebesar 15,1% dan energi metabolis 2.530 kkal tiap kg, selama 4 bulan (rasio energi--protein 167), menghasilkan produksi telur antara 36,9 -- 41,5% (Srigandono, 1986). NRC (1994) merekomendasikan bahwa kebutuhan protein untuk itik petelur yaitu sebesar 15% dengan kandungan energi 2.900 kkal.

8 Telur secara umum memiliki kandungan nutrisi utama yaitu air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Perbedaan komposisi kimia antarspesies terletak pada jumlah dan proporsi zat-zat yang dikandungnya yang dipengaruhi oleh keturunan, makanan, dan lingkungan (Winarno dan Koswara, 2002). Perbandingan antara komposisi telur ayam dan itik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi telur ayam dan itik Komposisi Telur ayam Albumen Yolk Telur utuh Albumen Telur itik Yolk Telur utuh Air (%) Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat(%) Abu (%) 88,57 10,30 0,03 0,65 0,55 48,50 16,15 34,65 0,60 1,10 73,70 13,00 11,59 0,65 0,90 88,00 11,00 0,00 0,80 0,8 47,00 17,00 35,00 0,80 1,2 70,60 13,10 14,30 0,80 1,0 Sumber : Winarno dan Koswara, 2002 Telur memiliki tiga komponen pokok yaitu kerabang telur (11%), albumen (58%), dan yolk (31%) (Ensminger dan Nesheim, 1992). Struktur telur menurut Stadelman dan Cotterill (1995) dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur telur (Stadelman dan Cotterill, 1995).

9 Struktur telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: strain, umur, suhu lingkungan, penyakit, dan kualitas serta kuantitas ransum (Abbas, 1989). 1. Kerabang telur Kerabang telur merupakan lapisan luar telur yang melindungi telur dari penurunan kualitas, baik disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan fisik, maupun penguapan (Yuwanta, 2010). Ukuran pori-pori besar dan kecil pada permukaan kerabang telur itik masing-masing yaitu 0,036 x 0,031 mm dan 0,014 x 0,012 mm. Jumlah pori di seluruh bagian kerabang telur bervariasi antara 100--200 pori/cm 2, bagian tumpul dari kerabang memiliki pori lebih banyak serta tebal kerabang yang lebih tipis dibandingkan dengan bagian yang lainnya. Fungsi pori kerabang telur adalah sebagai tempat pertukaran gas-gas dari dalam dan luar kerabang sehingga membantu respirasi embrio di dalam telur (Romannof dan Romannof, 1963). Kerabang telur memiliki dua selaput (membrane), yaitu membran kerabang telur (outer shell membrane) dan membran albumen (inner shell membrane) pada bagian kerabang telur. Membran tersebut berfungsi melindungi isi dari infiltrasi bakteri dari luar. Kedua membran berpisah di bagian ujung tumpul, hal ini terjadi setelah telur keluar dari tubuh, terbentuk kantung udara akibat pendinginan yang cepat dari telur (41--27 o C) diluar tubuh sehingga terjadi pemisahan kedua membran dan keluarnya udara dari pori-pori kerabang telur (Kurtini et al., 2011). Telur yang masih baru, pori-porinya masih dilapisi oleh lapisan tipis kutikula yang terdiri dari 90% protein dan sedikit lemak. Fungsi kutikula adalah untuk mencegah penetrasi mikroba melalui kerabang telur dan mengurangi penguapan

10 air yang terlalu cepat (Sirait, 1986). Permukaan kerabang telur mula-mula dilapisi oleh cairan mukosa yang kental. Pada saat dikeluarkan oleh induknya terjadi pengeringan cairan mukosa tersebut. Cairan mukosa basah mampu melindungi telur dari penetrasi air, gas dan bakteri melalui pori-pori kerabang. Setelah mengering penutupan pori-pori menjadi tidak sempurna lagi (Muchtadi, 1992). Kerabang telur sebagian besar terdiri dari senyawa anorganik antara lain garamgaram kalium, garam fosfat, dan garam karbonat. Jumlah garam karbonat khususnya magnesium karbonat (MgCO 3 ), akan memengaruhi kekerasan kerabang (Sirait, 1986). Kerabang telur terdiri dari empat bagian yaitu: (1) lapisan membran kerabang telur, (2) lapisan mamila, (3) lapisan bunga karang (spingosa), dan (4) lapisan kutikula (Kurtini et al., 2011). Karakteristik dari kerabang telur adalah adanya pori-pori pada permukaan kerabang. Bagian tumpul telur jumlah pori-pori per satuan luas lebih besar dibandingkan dengan bagian lainnya sehingga terjadi rongga udara di sekitar daerah ini (Sirait, 1986). Pori-pori telur itik berbeda dengan telur ayam, baik dalam jumlah maupun ukurannya. Pori-pori yang terdapat pada telur itik tiap cm 2 jauh lebih banyak dibandingkan dengan telur ayam (Romanoff dan Romannof, 1963). Perbedaan jumlah pori-pori pada telur itik dan ayam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ukuran dan bentuk pori-pori telur itik dan ayam Jenis telur Pori-pori besar (mm) Pori-pori kecil (mm) Itik 0,036 x 0,031 0,014 x 0,012 Ayam 0,029 x 0,020 0,011 x 0,009 Sumber : Romanoff dan Romanoff, 1963

11 Telur unggas air umumnya memiliki warna kerabang hijau kebiruan. Sifat ini diturunkan dengan berbagai faktor pola dan gen yang memengaruhinya. Pigmen yang bertanggung jawab terhadap warna kerabang telur itik menjadi hijau kebiruan adalah biliverdin khususnya zick chelate dan protoporpirin IX yang umumnya ditemukan pada telur berkerabang cokelat (Washburn, 1993). Biliverdin merupakan produk sampingan dari penguraian hemoglobin dan akhirnya akan menampilkan warna biru atau hijau di cangkang. Konsentrasi biliverdin bervariasi secara signifikan ketika disintesis di uterus dan tidak beredar dalam serum atau empedu antara pada itik yang menghasilkan kerabang berwarna biru maupun putih (Mushawwir dan Latipudin, 2013). Penelitian Liu et al.(2007) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi biliverdin yang disintesis di uterus yang menghasilkan telur berwarna kerabang biru maupun putih. Perbedaan warna ini mungkin timbul dari deposisi biliverdin yang berbeda pada itik yang menghasilkan warna berbeda (biru dan putih). Telur yang memiliki warna kerabang yang lebih tua menunjukkan ketebalan kerabang yang relatif lebih tebal dibandingkan dengan warna kerabang yang lebih muda. Hal ini dapat memengaruhi besarnya pori-pori kerabang dari telur, sehingga pada warna kerabang yang lebih tua memiliki pori-pori kerabang yang lebih kecil dan lebih rendah terjadinya penguapan sehingga penurunan kualitas internalnya lebih rendah dibandingkan dengan warna kerabang yang lebih muda. Pada telur kerabang terang ketebalan kerabang yaitu 0,36 mm dan 0,46 mm pada kerabang telur yang berwarna gelap (Kurtini, 1988). Kualitas kerabang lebih tebal apabila konsentrasi Ca dalam ransum yang dibutuhkan pada saat sintesis kerabang

12 sebesar 3,56% sehingga sebagian besar Ca kerabang akan tercukupi (Mushawwir dan Latipudin, 2013). Kerabang telur itik yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar sehingga mempercepat turunnya kualitas telur yang terjadi akibat adanya penguapan. Penguapan pada telur itik terjadi lebih cepat tergantung dari warna kerabang itu sendiri. Semakin gelap warna kerabang telur itik menandakan pori pada kerabang lebih sedikit dan tidak padat dibandingkan dengan telur itik yang berwana cerah (Yuwanta, 2010). 2. Albumen Albumen merupakan bagian telur yang mengandung protein dalam berbagai jenis. Protein tersebut yang akan memengaruhi sifat fungsional telur (Winarno dan Koswara, 2002). Albumen yang mengelilingi yolk merupakan bagian yang terbesar dari telur utuh (lebih kurang 60%) (Stadelman dan Cotterill, 1995). Hasil penelitian Budiman dan Rukmiasih (2007) menunjukkan bahwa berat albumen itik tegal adalah 33,96 ± 3,94 g atau sekitar 53,03% dari bobot telur secara keseluruhan. Kualitas albumen dipengaruhi oleh keturunan, umur, produksi, sistem pemeliharaan, musim, suhu lingkungan, dan penyakit (Hardianto, 1981). Selama penyimpanan terjadi perubahan tebal albumen secara cukup nyata yang menyebabkan albumen menjadi tipis. Hal ini terjadi secara cepat selama 24--28 jam setelah telur dikeluarkan dari induknya (Well, 1968).

13 Albumen terdiri dari empat bagian yaitu berturut-turut bagian dari luar ke dalam adalah lapisan albumen encer bagian luar, lapisan albumen kental bagian luar, lapisan albumen encer bagian dalam dan bagian chalazaferous (Nakamura dan Doi, 2000). Lapisan chalazaferous merupakan lapisan tipis tetapi kuat yang mengelilingi yolk dan membentuk ke arah dua sisi yang berlawanan membentuk chalaza (Buckle et al., 2007). Perbedaan kekentalan tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam kandungan airnya. Bagian ini banyak mengandung air sehingga selama penyimpanan bagian ini pula yang paling mudah rusak. Kerusakan terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari jala-jala ovomucin yang berfungsi sebagai pembentuk struktur albumen (Kurtini et al., 2011). Albumen yang semakin encer mengakibatkan naiknya ph albumen. Peningkatan ph albumen ini disebabkan oleh sebagian besar unsur anorganik albumen yang terdiri atas natrium dan kalsium bikarbonat, bila kehilangan CO 2 pada albumen melalui pori-pori kerabang selama penyimpanan maka albumen menjadi alkali (Winarno dan Jennie, 1982). Pengenceran bagian albumen kental disebabkan oleh adanya kerusakan fisikokimia dari serabut ovomucin. Ovomucin merupakan glikoprotein yang berbentuk serabut atau jala-jala yang dapat mengikat cairan telur untuk dibentuk menjadi struktur gel pada albumen (Stadelman dan Cotterill, 1997). 3. Yolk Yolk merupakan bagian terdalam dari telur yang terdiri dari membran vitelin, saluran latebra, lapisan yolk gelap, dan lapisan yolk terang. Yolk merupakan

14 emulsi lemak di dalam air yang mengandung 50% bahan padat, yang terdiri atas 1/3 protein dan 2/3 lemak (Belitz dan Grosch, 1999). Letak yolk berada di tengah-tengah bila telur dalam keadaan normal atau masih segar (Romannof dan Romannof, 1963). Selama penyimpanan akan terjadi migrasi air dari bagian albumen ke yolk dan mengakibatkan persentase bahan padat menurun selama penyimpanan (Stadelman dan Cotterill, 1995), selanjutnya akan menyebabkan perenggangan membran vitelin hingga pecah, sehingga yolk dapat bercampur dengan albumen (Abbas, 1989). Kekuatan dan elastisitas membran vitelin memengaruhi tinggi yolk (Heath, 1977). Yolk mengandung zat warna yang bersifat larut dalam alkohol, yaitu pigmen karotenoid. Warna yolk dipengaruhi oleh tingkat pigmen ransum. Pada yolk ayam atau telur itik, banyak terdapat lutein. Warna yolk bukan disebabkan oleh karoten atau provitamin A melainkan oleh betha lutein (Kurtini et al., 2011). B. Standarisasi dan Kualitas Telur Faktor-faktor kualitas yang dapat memberikan petunjuk terhadap kesegaran telur adalah penyusutan berat telur, keadaan diameter rongga udara, keadaan albumen dan yolk, bentuk dan warna yolk, serta tingkat kebersihan kerabang telur. Kualitas telur yang dipengaruhi oleh sifat genetik adalah tekstur dan ketebalan kerabang telur, jumlah pori-pori kerabang telur, adanya noda darah, banyaknya albumen kental, dan komposisi kimia telur (Romannof dan Romannof, 1963).

15 Kualitas telur dapat mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal ini terjadi karena penguapan CO 2 dan air dari dalam telur, sehingga akan mengakibatkan ph telur meningkat. Perubahan ini terjadi setelah telur dikeluarkan dari induknya (Belitz dan Grosch, 1999). Penguapan air melalui kerabang telur, difusi air dari albumen ke yolk akibat perbedaan tekanan osmotik, terjadinya pelepasan gas yang menyebabkan ph naik dan struktur gel albumen rusak. Semua kejadian tersebut berlangsung terus-menerus, sehingga semakin lama telur disimpan maka akan semakin encer (Romannof dan Romannof, 1963). Tinggi albumen maksimum pada saat telur dikeluarkan dan nilai tersebut menurun seiring dengan meningkatnya lama penyimpanan (Silversides dan Scott, 2000). Penurunan kualitas telur, terutama albumen disebabkan oleh CO 2 dan H 2 O dalam telur menguap dan masuknya mikroba atau bakteri ke dalam telur melalui kerabang telur (Syarief dan Halid, 1992). Untuk menentukan kualitas internal telur dapat dilihat dari perubahan selama penyimpanan telur sebagai berikut 1. Indeks albumen Indeks albumen merupakan perbandingan antara tinggi albumen dengan rata-rata garis tengah panjang dan pendek albumen. Dalam telur yang baru ditelurkan nilai ini berkisar antara 0,05 dan 0,17, meskipun biasanya berkisar antara 0,09 dan 0,12. Indeks albumen juga menurun karena penyimpanan dan pemecahan ovomucin yang dipercepat pada ph yang tinggi (Winarno dan Koswara, 2002). Menurut hasil penelitian Surainiwati et al. (2013), indeks albumen mengalami

16 penurunan dari hari ke-3 penyimpanan 0,16 menjadi 0,09 pada hari ke-10 dan 0,06 pada hari ke-17. Menurut (BSN, 2008), mutu indeks albumen pada telur ayam konsumsi dibagi menjadi tiga, yaitu mutu I dengan kisaran 0,13--0,17 dan tingkat kekentalan yaitu kental, mutu II yaitu 0,09--0,13 dengan tingkat kekentalan yaitu sedikit encer, dan mutu III yaitu 0,05--0,09 dengan tingkat kekentalan albumen yaitu encer tetapi yolk belum tercampur dengan albumen. Semakin lama telur disimpan maka nilai indeks albumen akan menurun. Hal ini disebabkan oleh sifat fisika-kimia pada telur kehilangan CO 2 melalui pori-pori kulit dari albumen yang menyebabkan perubahan fisik dan kimia (Tien et al., 2010). 2. Indeks yolk Indeks yolk merupakan indeks mutu kesegaran yang diukur dari tinggi dan diameter yolk (Sudaryani, 2003). Indeks yolk beragam antara 0,33 dan 0,50 dengan nilai rata-rata 0,42. Semakin bertambahnya umur telur, indeks yolk semakin menurun karena penambahan ukuran yolk akibat perpindahan air (Buckle et al., 2007). Hal ini didukung oleh penelitian Surainiwati et al. (2013) bahwa rata-rata nilai indeks yolk telur itik tegal segar pada hari ke-3 (0,44), mengalami penurunan berturut-turut pada hari ke-10 (0,33), hari ke-17 (0,32). Hasil penelitian ini juga menunjukkan indeks yolk telur itik segar pada hari ke-3 dengan hari ke-10 berbeda sangat nyata, begitu juga pada hari ke-10 dengan hari ke-17 dan hari ke-17 dengan hari ke-24.

17 Mutu indeks yolk pada telur ayam konsumsi dibagi menjadi tiga, yaitu mutu I dengan kisaran 0,45--0,52 dan bentuk posisi yolk bulat di tengah, mutu II yaitu 0,39--0,45 dengan bentuk posisi yolk agak pipih sedikit bergeser dari tengah, dan mutu III yaitu 0,33--0,39 dengan bentuk posisi yolk pipih agak ke pinggir (BSN, 2008). 3. Derajat keasaman (ph telur) Pada peningkatan ph akan terjadi ikatan kompleks ovomucin-lysozym yang akan mengeluarkan air sehingga albumen menjadi encer. Perubahan nilai ph albumen disebabkan oleh hilangnya CO 2 dan aktifnya enzim proteolitik yang merusak membran vitelin menjadi lemah dan akhirnya pecah sehingga menyebabkan albumen menjadi cair dan tipis. Persentase albumen akan menurun dengan bertambahnya umur dan pada akhir periode produksi relatif konstan (Romanoff dan Romanoff, 1963 dalam Fahrullah, 2012). Peningkatan ph telur disebabkan oleh penguapan CO 2 juga mengakibatkan berubahnya konsentrasi hidrogen. Telur yang baru ditelurkan memiliki ph sekitar 7,8 tetapi selama penyimpanan dapat meningkat menjadi 9,5 atau lebih pada telur kualitas rendah. Derajat keasaman albumen tergantung dari keseimbangan antara penguraian CO 2, ion bikarbonat, ion karbonat, dan protein. Konsentrasi ion bikarbonat dan karbonat dipengaruhi CO 2 lingkungan luar (Kurtini et al., 2011). CO 2 yang hilang melalui pori-pori kerabang telur mengakibatkan konsentrasi ion bikarbonat dalam albumen menurun dan merusak sistem buffer. Hal tersebut menjadikan albumen bersifat basa dan ph albumen naik yang diikuti dengan

18 kerusakan serabut-serabut ovomucin (yang memberikan tekstur kental), sehingga kekentalan albumen menurun (Romanoff dan Romanoff, 1963). Berdasarkan penelitian Rosidah (2006), pada minggu kedua masa penyimpanan telur itik tegal ph telur mengalami peningkatan hingga 9,43. Meningkatnya ph telur berkorelasi positif terhadap kestabilan buih telur, sebagai akibat dari rusaknya protein yang berperan dalam kestabilan buih. C. Hubungan Lama Simpan dengan Indeks Albumen, Indeks Yolk, dan ph Telur Lama penyimpanan akan berpengaruh pada rongga udara telur sehingga mengakibatkan meningkatnya konsentrasi dan kadar air pada telur. Albumen merupakan bagian yang paling mudah rusak jika kadar air tidak seimbang. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai indeks albumen, semakin lama umur penyimpanan maka nilai indeks albumen akan menurun yang disebabkan oleh CO 2 dan H 2 O yang menguap sehingga berpengaruh pada ph telur (Surainiwati et al., 2013). Penyimpangan fisik telur itik yang disebabkan oleh lama penyimpanan pada suhu ruang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penyimpangan fisik telur itik yang disimpan pada suhu ruang Aspek-aspek yang diteliti 1. Penyusutan berat telur (%) 2. Penyusutan indeks yolk 3. Tinggi albumen kental (mm) Lama penyimpanan 1 hari 7 hari 14 hari -- 1,59 2,90 45,83 40,56 36,51 8,50 6,23 4,85 Sumber :Ranto dan Sitanggang, 2007.

19 Penyimpanan telur menyebabkan terjadinya pemindahan air dari albumen menuju yolk sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10 o C dan indeks yolk dari 0,45 menjadi 0,30 serta penurunan tinggi yolk apabila disimpan selama 25 hari pada suhu 25 o C. Tekanan osmotik yolk lebih besar dari albumen sehingga air dari albumen berpindah menuju yolk. Perpindahan air secara terus menerus akan menyebabkan viskositas yolk menurun sehingga yolk menjadi pipih kemudian akan pecah. Pemindahan air ini tergantung dari kekentalan albumen. Yolk akan menjadi semakin lembek sehingga indeks yolk menurun, kemudian membran vitelin akan rusak dan menyebabkan yolk rusak (Romanoff dan Romanoff, 1963 dalam Soeparno et al., 2011). Masuknya air akan semakin memperbesar diameter granula (Sirait, 1986). Apabila telur terlalu lama disimpan akan menurunkan indeks yolk yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosis mengakibatkan terjadinya difusi air dari albumen ke dalam yolk (Nowland,1978). Indeks yolk dapat menurun menjadi 0,35 atau kurang karena semakin encer dan semakin lebarnya albumen dibandingkan dengan telur yang baru (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996). Beberapa mikroorganisme khususnya khamir dan kapang mampu memecah asam yang secara alamiah terdapat dalam bahan pangan. Akibatnya terjadi perubahan ph yang memungkinkan tumbuhnya spesies bakteri pembusuk yang sebelumnya terhambat pertumbuhannya (Buckle et al., 2007). Peningkatan ph putih dan yolk akan terjadi selama proses penyimpanan pada suhu ruang. Telur yang baru ditelurkan memiliki ph albumen 7,6 dan setelah dilakukan penyimpanan pada

20 suhu ruang menjadi 9,0--9,7. Peningkatan tersebut terjadi karena penguapan CO 2, O 2, ion bikarbonat, dan protein (Abbas, 1998). D. Hubungan Warna Kerabang dengan Indeks Albumen, Indeks Yolk, dan ph Telur Telur dengan kerabang gelap lebih tebal dan kuat jika dibandingkan dengan telur yang memiliki kerabang terang. Kerabang telur terang lebih tipis, relatif berpori lebih banyak, dan besar sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan.co 2 yang hilang melalui pori-pori kerabang telur mengakibatkan konsentrasi ion bikarbonat dalam albumen menurun dan merusak sistem buffer, aktifnya enzim proteolitik juga merusak membran vitelin menjadi lemah dan akhirnya pecah sehingga menyebabkan albumen menjadi cair dan tipis (Jazil et al., 2012). Hal tersebut menjadikan albumen bersifat basa dan ph albumen naik yang diikuti dengan kerusakan serabut-serabut ovomucin (yang memberikan tekstur kental), sehingga kekentalan albumen menurun yang diikuti dengan menurunnya indeks albumen dan yolk. Yolk akan menjadi semakin lembek dan membran vitelin yang rusak menyebabkan yolk pecah (Romanoff dan Romanoff, 1963). Warna kerabang berpengaruh nyata dalam memengaruhi kondisi ph internal telur itik. Hal ini terjadi akibat adanya penguapan air dan gas seperti CO 2 melalui poripori pada warna kerabang yang menyebabkan albumen kental semakin encer. Semakin terang warna kerabang semakin banyak pori pori pada kerabang. Perubahan kandungan CO 2 dalam albumen akan mengakibatkan perubahan ph albumen menjadi basa (Yuwanta, 2010). Semakin gelap warna telur itik akan

21 memengaruhi suhu yang dapat menimbulkan kondisi yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme di dalam telur. Mikroorganisme ini akan memengaruhi ph telur (Rusli, 2009).