BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V FORMULASI MODEL KOMPUTER

BAB III Metodologi Penelitian

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

Erosi. Rekayasa Hidrologi

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

MENENTUKAN LAJU EROSI

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

Teknik Konservasi Waduk

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

DR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

Prosiding Matematika ISSN:

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

Gambar 1. Peta DAS penelitian

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii UCAPAN TERIMAKASIH...iii DAFTAR ISI...iv. DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...ix

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Permeabilitas dan Rembesan

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

PENDUGAAN EROSI DENGAN MODEL FISIK ROSE PADA LATOSOL DARMAGA

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

Pengukuran Indeks Bias Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI EROSI LAHAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KEJADIAN HUJAN TUNGGAL

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

1/3/2017 PROSES EROSI

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA

EVALUASI KONSTANTA PERSAMAAN INFILTRASI KOSTIAKOV DAN PHILIP SECARA EMPIRIK

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

PEMODELAN PEREMBESAN AIR DALAM TANAH

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

Molekul, Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 39-47

YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.

Struktur Baja 2 Kolom tersusun

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

DAERAH ALIRAN SUNGAI

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

KOTAK PINTAR UNTUK KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN PERTAMBANGAN. Nendaryono Madiutomo, Supriatna Mujahidin, Budi Islam

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode ini mengkombinasikan karakteristik fisik area tangkapan dan data curah hujan untuk memproduksi airan air. Karakteristik fisik area meiputi konduktivitas hidrauik, porositas tanah, gradien permukaan, dan data curah hujan yang terdiri dari data intensitas hujan pada interva waktu tertentu. Formuasi matematika yang teah dikembangkan ini berdasar pada asumsi bahwa kecepatan airan air dan airan impasan adaah konstan seama terjadi hujan, dan untuk menyederhanakan persamaan ini, gradien hidrauik di apisan permeabe yang sangat tipis diasumsikan sama dengan kemiringan permukaan tanah. Sebagai tambahan, waktu perambatan atau ag time antara pusat dari curah hujan dan runoff yang diproduksi adaah konsekuensi dari waktu untuk mengair dari titik hasi perhitungan hidrograf dan waktu dimuainya airan permukaan. IV.1.1 Persamaan Umum Mode Menurut Sudjono (1995) dengan memperhatikan keakuratan airan yang diperkirakan, karakteristik fisik area tangkapan seperti k, s, A, i, dan t harus dipertimbangkan, sehingga : ( k,s, A, i t) Q = f,...(iv.1) k = pendekatan kejenuhan konduktivitas hidrauik, [L]/[T] s = kemiringan permukaan, [L]/[L] A = uas area permukaan dari segmen, [L ] i = intensitas hujan, [L]/[T] t = waktu, [T]

69 Hujan Evaporasi Vi Infitrasi ZZ Vr Tertahan di dedaunan Airan permukaan Vo Vh Sisa di apisan permukaan Airan sungai Gambar IV.1. Skema perubahan airan pada air hujan (Sudjono, 1995). a Vrw permukaan as Voi Vo dd a Vri Vr dw a a Vbi Vbo a b a potongan meintang Gambar IV.. Properti segmen dari mode (Sudjono, 1995). IV.1. Keseimbangan Air daam Segmen Suatu segmen adaah potongan ahan: ebar b dan panjang. Pada segmen, sebagian dari air hujan akan terinfitrasi untuk memenuhi pori-pori tanah, kemudian seteah segmen tersebut menjadi jenuh, keebihan dari curah hujan akan menjadi airan impasan. Prinsip keseimbangan air daam segmen akan terimpementasi seperti pada gambar di atas (Sudjono, 1995).

70 Δ Vrw + ΔVbi + ΔVoi + ΔVri = ΔVv + ΔVbo + ΔVr + ΔVo...(IV.) V rw = voume curah hujan pada segmen [L 3 ] V bi = voume airan bawah permukaan yang masuk segmen [L 3 ] V bo = voume airan bawah permukaan yang keuar segmen [L 3 ] V v = voume curah hujan yang tertahan daam segmen [L 3 ] V oi = voume airan impasan yang datang [L 3 ] V o = voume airan impasan yang dihasikan segmen [L 3 ] V ri = voume airan baik yang datang [L 3 ] V r = voume airan baik dari segmen [L 3 ] IV.1..1 Voume Curah Hujan pada Segmen, Vrw Apabia area tangkapan tidak jenuh sebeum terjadi hujan, pada permuaan hujan sebagian keci air hujan mengisi pori-pori tanah di area tangkapan dan sisa air hujan tertingga pada dedaunan dan pepohonan. Jadi banyaknya air hujan yang mencapai permukaan tanah akan dikurangi dengan koefisien C d (Sudjono, 1995). Δ Vrw = i( t) AΔt Cd...(IV.3) A = Luas area segmen [L ] i = intensitas curah hujan [L]/[T] Δt = beda waktu untuk perhitungan [T] t = interva waktu curah hujan tercata [T] C d = koefisien kehiangan hujan IV.1.. Voume Airan Bawah Permukaan, Vb Berdasar hukum Darcy, dan dengan mengasumsikan bahwa gradien hidrauik dari muka air sementara di bawah tanah adaah sama dengan kemiringan permukaan, maka airan bawah permukaan (Sudjono, 1995): Δ Vb = qb Δt = k Δa s Δt...(IV.4)

71 q b = airan bawah permukaan [L 3 ]/[T] k = konduktivitas hidroik dari apisan tanah [L]/[T] a = potongan meintang suatu segmen [L ] s = kemiringan permukaan ahan [L]/[L] Potongan meintang suatu segmen, a : Δ a = b Δ dw...(iv.5) d w = kedaaman apisan jenuh [L] b = ebar segmen [L] Lebar segmen, b : b = vf Δt...(IV.6) v f = kecepatan air pada airan [L]/[T] Substitusi (IV.5) dan (IV.6) ke (IV.4) Δ Vb = k s ( vf Δdw) Δt...(IV.7) IV.1..3 Voume Airan Limpasan, Vo Voume airan impasan, V o (Sudjono, 1995): Δ Vo = qo Δt...(IV.8) q o = impasan permukaan, [L 3 ]/[T]

7 IV.1..4 Kapasitas Segmen Berpori, Vv Voume curah hujan yang tertahan pada segmen tergantung pada kedaaman dari apisan tanah kering (Sudjono, 1995). Δ Vv = AΔd d p...(iv.9) p = porositas tanah pada segmen d d = kedaaman apisan tanah kering [L] A = uas permukaan segmen [L ] Luas permukaan segmen, A : A = b...(iv.10) Panjang segmen, : = v Δt...(IV.11) v = kecepatan airan impasan rata-rata [L]/[T] Kemudian, dengan mensubstitusi persamaan (IV.6) dan (IV.11) ke persamaan (IV.10), uas segmen menjadi : A = vf v Δt...(IV.1) Persamaan (IV.) diatur sedemikian rupa menjadi : ( i t) AΔt Cd) + (( kj kj ) s Δa Δt) ΔVv = ( 1...(IV.13)

73 IV.1..5 Voume Airan Baik, Vr Airan baik diartikan sebagai naiknya atau muncunya airan dari bawah permukaan ke permukaan ahan. Mekanisme dari timbunya airan baik adaah konduktivitas hidrauik tanah pada segmen di hiir ebih rendah dari segmen atasnya, dan segmen hiir tersebut jenuh(sudjono, 1995). Maka: ( kj kj 1) ΔV r = s Δa Δt...(IV.14) ΔV r = voume airan baik ditambah atau dikurangi airan impasan, karena adanya perbedaan konduktivitas hidrauik antar segmen. Jika : a. k j-1 < k j, bagian dari airan bawah permukaan dari segmen huu akan merembes, dan menjadi airan impasan di segmen hiir, Vr > 0 b. k j-1 > k j, bagian dari airan impasan pada segmen huu menginfitrasi ke segmen hiir, dan menjadi airan bawah permukaan, Vr < 0 c. k j-1 = k j, tidak akan ada transformasi dari airan bawah permukaan ke airan impasan begitu juga sebaiknya, Vr = 0. IV. Mode Prediksi Erosi Wischeimer dan Smith (Foth, 1995) membuat rumus dugaan besarnya erosi yang dikena dengan metode USLE sebagai berikut : A = R K L S C P...( (IV.15) Persamaan erosi metode USLE memiiki satuan ton/ha, daam peneitian ini satuan akan diubah menjadi ton, mengingat perhitungan diakukan untuk menentukan erosi di suatu ahan. Maka persamaan erosi dikonversi menjadi: ton 1ha = Area cm...( IV.16 ) ha 100000000 cm Erosi A

74 IV..1 Indeks erosivitas hujan (R) Faktor curah hujan merupakan ukuran gaya mengikis curah hujan tertentu. Gaya mengikis yang tersedia dihubungkan dengan kuantitas maupun intensitas curah hujan. Faktor energi erosifitas atau Rr merupakan jumah erosi akibat hujan untuk semua hujan seama perioda prediksi. Untuk hujan tungga Novotny (1981) mendefinisikan sebagai : [(.9 1.15 og Xi) Di]I Rr = +...( (IV.17 ) Dimana : i= Hyterograph hujan per interva waktu Di = Hujan seama waktu interva (cm) I = Intensitas hujan 30 menit maksima dari hujan. Xi = Intensitas hujan (cm/hr) Interva hujan pada peneitian ini ditentukan seama 5 menit sehingga untuk persamaan diatas intensitas hujan tidak daam cm/jam tetapi daam cm/5 menit. Ha ini diakukan untuk memperoeh perhitungan yang ebih deti mengingat perhitungan ini dibuat persegmen. Adapun untuk intensitas hujan maksima 30 menit berubah menjadi intensitas hujan per 5 menit. Baik erosifitas hujan maupun penghancuran partike tanah oeh impasan air permukaan berkontribusi pada kehiangan tanah. Oeh karena itu faktor hujan R harus memasukkan efek dari impasan air permukaan. R + 1/3 = 0.5 Rr 7.5 Q q...( (IV.18 ) Niai Q dan q yaitu voume runoff dan maksimum runoff rate didapat dari perhitungan dengan niai impasan permukaan yang didapat dari output fie ISTFM. Adapun perhitungannya membutuhkan konversi dari iter/detik menjadi cm/jam. Mengingat niai Rr didapat dari persamaan yang terdiri dari intensitas hujan satuan centimenter per 5 menit maka niai Q dan q pun harus dikonversi.

75 60det 1000m q 0 5menit Q = det menit...( IV.19) Area _ cm 1000m q max 300 det = det...( IV.0) Area _ cm 5menit q Dimana : Q = Voume runoff (cm) q 0 = impasan air permukaan yang didapat dari program ISTFM (/detik) Area = uas segmen (cm ) q = Maksimum runoff rate (cm/5 menit) q max = impasan air permukaan yang didapat dari program ISTFM (/detik) IV.. Erodibiitas tanah (K) Faktor erodibiitas tanah didapat dari gabungan tekstur tanah dan kandungan bahan organik di okasi peneitian. Dengan memasukkan kedaam Tabe II.8 faktor erodibiitas tanah menurut jenis tanah.yang disusun oeh Novotny (1981) maka didapat niai faktor erodibiitas. Seain itu besarnya faktor K dapat diperoeh dengan menggunakan Gambar II.1 Nomograf erosi tanah sesuai dengan yang digunakan daam persamaan USLE Wischmeier dan Smith. IV..3 Panjang Lereng (L) dan Kemiringan (S) Faktor panjang dan kemiringan ereng (L dan S) disatukan menjadi faktor LS dan dihitung menjadi: s ( 0,00138 + 0.00965 S + 0,0138) 1/ LS = L...(IV.1 ) Dimana : L = Panjang ereng (m) S = Kemiringan ereng (%)

76 Rumus diatas diperoeh dari percobaan dengan menggunakan pot erosi pada ereng 3 18 %, sehingga tidak memadai untuk ereng yang terja. Untuk ahan berereng terja disarankan menggunakan rumus berikut (Asdak, 001): LS ( 1,5,5 [ 0,5 (sin α) (sin α) ] m 1,50 = ) C ( cosα ) +...( IV. ) Dimana : m = 0,5 untuk ereng 5 % atau ebih 0,4 untuk ereng 3,5 4,9 % 0,3 untuk ereng 3,5 % C = 34,71; α = sudut ereng ; = panjang ereng IV..4 Pengeoaan Tanaman ( C ) dan Faktor Konservasi ( P ) Niai faktor pengeoaan tanaman didapat dari peneitian peneitian mengenai faktor tanaman terhadap erosi yang terjadi di ahan tersebut. Tabe II.10 menunjukkan beberapa angka C yang diperoeh dari hasi peneitian Pusat Peneitian Tanah, Bogor di beberapa daerah di Jawa. Demikian juga dengan faktor P yang teah berhasi ditentukan oeh peneitian sebeumnya, adapun berdasarkan peneitian di Puau Jawa niai faktor konservasi dapat diihat pada Tabe II.11. Sedangkan faktor konservasi untuk pertanaman menurut kontur dan tanaman daam teras ditunjukkan pada Tabe II.1. Sedangkan Tabe II.13 merupakan gabungan antara faktor pengeoaan tanaman dan faktor konservasi.