PERBEDAAN RASIO UKURAN MESIODISTAL GIGI (BOLTON) PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN 1 SALATIGA JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan ortodonsi salah satunya

PERBEDAAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN I SALATIGA JAWA TENGAH

PERBEDAAN RASIO UKURAN MESIODISTAL GIGI (BOLTON) PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN 1 SALATIGA JAWA TENGAH

PERBEDAAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN I SALATIGA JAWA TENGAH

Kata kunci: lebar mesiodistal gigi, indeks Bolton, maloklusi kelas I Angle, overjet, overbite, spacing, crowding

ABSTRAK. Kata kunci: analisis Bolton, rasio keseluruhan, rasio anterior, suku Tionghoa, suku Papua

ABSTRAK. Kata kunci: Arch Length Discrepancy (ALD), indeks Howes, indeks Pont, Model studi

Rasio lebar mesiodistal gigi Bolton pada geligi berjejal dan geligi normal

LEBAR MESIODISTAL GIGI PERMANEN RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA MALAYSIA DI FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut memiliki peran yang penting bagi fungsi

PERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG

Kata kunci : palatum, maloklusi Angle, indeks tinggi palatum

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

Taufiq Demmajannang & Eka Erwansyah: Gambaran indeks Bolton pada pasien yang dirawat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan desaincross sectional. 26

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN

PERUBAHAN INDEKS TINGGI WAJAH PADA PERAWATAN ORTODONTI MALOKLUSI KLAS I DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. standar yang diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh

UKURAN DAN BENTUK LENGKUNG GIGI RAHANG BAWAH PADA SUKU MONGONDOW

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

ABSTRAK GAMBARAN MALOKLUSI PADA SISWA SISWI SDK 6 BPK PENABUR KELOMPOK USIA TAHUN BERDASARKAN KLASIFIKASI ANGLE DAN KLASIFIKASI PROFFIT-ACKERMAN

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA

Howes Analysis Measurement of Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha Bandung Patients

Kata kunci: kepercayaan diri, perawatan ortodontik cekat, remaja, PIDAQ.

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

Jenis Pupuk o B1 B2 B3 B4

ABSTRAK. Kata kunci: Maloklusi, tidak mendapatkan ASI. v Universitas Kristen Maranatha

KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONSI BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED PADA SISWA KELAS II DI SMP NEGERI 2 BITUNG

ANALISIS BIVARIAT DATA KATEGORIK DAN NUMERIK Uji t dan ANOVA

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar minyak kemangi. Universitas Sumatera Utara

Perbedaan hasil penghitungan tempat yang dibutuhkan dengan metode prediksi Sitepu, Nourallah dan pengukuran langsung

FREKUENSI KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTIK BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED DI SMP NEGERI 1 SALATIGA

MULUT TERHADAP JUMLAH KARIES GIGI M1 PERMANEN PADA ANAK USIA 9-12 TAHUN DI MI SYAFAAT MUHAMMADIYAH JETIS KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

LAPORAN P E N E L I T I A N. O I eh. Drg. ISNANIAH MALIK NIP

ABSTRAK. Kata kunci : IOTN, Dental Health Component, Aesthetic Component, Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

PERUBAHAN KONVEKSITAS SKELETAL WAJAH SETELAH RETRAKSI ANTERIOR DENGAN PENCABUTAN EMPAT PREMOLAR PERTAMA T E S I S MARTHA

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L).

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

1. Persentasi penyerapan zat besi dari tiga jenis makanan sebagai berikut (data fiktif)

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

ALUR PENELITIAN. (Required space )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kurnia Indah Puspitasari 1, Dwi Kurniawati 2, Gunawan S 2

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FK UKM

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN

LATIHAN SPSS I. A. Entri Data

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

SKRIPSI. Oleh. Iriana Fitiariski NIM

Perawatan Ortodontik menggunakan Teknik Begg pada Kasus Pencabutan Satu Gigi Insisivus Inferior dan Frenectomy Labialis Superior

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

Dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama ± 1 jam

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Disusun oleh : Mia Handayani J

DISTRIBUSI MALOKLUSI BERDASARKAN KLASIFIKASI ANGLE PADA PASIEN DI DEPARTEMEN ORTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN

PENGARUH STATUS GIZI ANAK USIA 6 SAMPAI 7 TAHUN TERHADAP ERUPSI GIGI MOLAR SATU PERMANEN RAHANG BAWAH DI SD TA MIRUL ISLAM KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSLKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

: FAHRIZAL KUSUMA WIJAYA NIM:

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol)

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan.

KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI TERJADINYA RELAPS SETELAH PERAWATAN DENGAN ALAT ORTODONTIK CEKAT

Kata kunci : Pengetahuan, kesehatan gigi dan mulut, indeks def-t/dmf-t.

Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA PADA MALOKLUSI KLAS I

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

HUBUNGAN HIPOTIROIDISME DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI EREKSI PADA PRIA di KECAMATAN NGARGOYOSO, KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI

Perbandingan Derajat Keparahan Maloklusi dan Kebutuhan Perawatan Ortodontik pada Remaja Etnik Jawa dan Etnik Cina di Kodya Yogyakarta

Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran. Abstrak

Lampiran 1 Jaringan Kolon Mencit Kelompok Kontrol Negatif

Transkripsi:

PERBEDAAN RASIO UKURAN MESIODISTAL GIGI (BOLTON) PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN 1 SALATIGA JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta Diajukan Oleh : ERVYANTI AUDRI ANWAR J520110029 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

PERBEDAAN RASIO UKURAN MESIODISTAL GIGI (BOLTON) PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN 1 SALATIGA JAWA TENGAH Ervyanti Audri Anwar 1, Dwi Kurniawati 2, Suyadi 2 INTISARI Ukuran mesiodistal gigi merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan ortodonsi. Ketidaksesuaian ukuran mesiodistal gigi terhadap lengkung rahang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya maloklusi. Untuk memperkirakan ukuran normal mesiodistal gigi digunakan rasio Bolton yaitu Bolton Overall Ratio (BOR) dan Bolton Anterior Ratio (BAR). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Bolton Overall Ratio dan Bolton Anterior Ratio pada relasi gigi molar permanen pertama sesuai maloklusi klasifikasi Angle di SMPN 1 Salatiga Jawa Tengah. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan survei cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 51 orang dengan gigi permanen lengkap dari molar pertama kanan hingga molar pertama kiri dan telah tumbuh secara keseluruhan yang diambil dengan metode purposive sampling. Perbedaan rasio Bolton pada klas maloklusi klasifikasi Angle diuji menggunakan uji analisis one way Anova post hoc Bonferroni. Hasil analisis menunjukkan nilai BAR antara 72.41 dan 90.14, dengan nilai mean 79.95±3.30. Nilai BAR terendah terletak pada klas II dan tertinggi terletak pada klas III, namun perbedaan tersebut tidak signifikan berbeda. Nilai BOR berkisar antara 87.54 dan 97.38, dengan nilai mean 92.78±2.04. Nilai BOR terendah terletak pada klas II dan tertinggi terletak pada klas III, namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Hasil uji analisis one way Anova menunjukkan nilai signifikansi BAR terhadap klas maloklusi yaitu 0.030, sedangkan pada BOR terhadap klas maloklusi yaitu 0.165. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada nilai Bolton Anterior Ratio (BAR) terhadap maloklusi, namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada nilai Bolton Overall Ratio (BOR) terhadap maloklusi. Analisis menggunakan post hoc Bonferroni menunjukkan nilai BAR hanya menunjukkan perbedaan pada klas I dan klas II. Kata Kunci : rasio ukuran mesiodistal gigi, Bolton, maloklusi klasifikasi Angle 1. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta

DIFFERENCES OF MESIODISTAL TOOTH SIZE RATIO (BOLTON) ON ANGLE CLASSIFICATION OF MALOCCLUSION AT SMPN 1 SALATIGA JAWA TENGAH Ervyanti Audri Anwar 1, Dwi Kurniawati 2, Suyadi 2 ABSTRACT Width of mesiodistal tooth is one of the factors that need to be considered in orthodontic treatment. Mesiodistal tooth size discrepancy of the arch could be the causes of malocclusion. To estimate normal size of mesiodistal tooth used the ratio Bolton i.e. Bolton Overall Ratio (BOR ) and Bolton Anterior Ratio (BAR ). The purpose of this research is to know the difference between Bolton Overall Ratio and Bolton Anterior Ratio in relation to the first molar permanent tooth malocclusion of Angle classification at SMPN 1 Salatiga Central Java. This is an analytical observational with cross sectional design survey. Samples consisted of 51 people with fully erupted and complete permanent dentition form first molar to first molar who were registered by purposive sampling methode. The difference of ratio Bolton on malocclusion of Angle classification were tested using tests analysis of one-way Anova post hoc Bonferroni. Results of the analysis of BAR value was ranged between 72.41 and 90.14, with mean value 79.95±3.30. The lowest BAR was in Class II and the highest was in Class III, but the difference was not statistically significant. The BOR value was ranged between 87.54 and 97.38, with mean value 92.78±2.04. The lowest BOR was in Class II and the highest was in Class III, but the difference was not statistically significant. The result of one-way Anova analysis showed the p value in BAR toward malocclusion was 0,030, and BOR toward malocclusion was 0,165. It can be concluded that there was a difference means of Bolton Anterior Ratio (BAR) to malocclusion, but there is no difference means of Bolton Overall Ratio (BOR) to malocclusion. Analysis using post hoc Bonferroni showed that BAR differences was only in Class I and Class II Angle classification of malocclusion. Keywords: mesiodistal tooth size ratio, Bolton ratio, Angle classification of malocclusion. 1. Student of Dentistry Faculty, Muhammadiyah University, Surakarta 2. Lecture of Dentistry Faculty, Muhammadiyah University, Surakarta

PENDAHULUAN Hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan ortodonsi salah satunya adalah lebar mesiodistal gigi. Lebar mesiodistal gigi berkaitan dengan garis lengkung rahang yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya crowded dan maloklusi gigi 1,10. Hubungan gigi geligi saat oklusi normal akan mempengaruhi posisi overjet dan overbite yang normal kemudian akan membentuk kesesuaian lengkung gigi dan inklinasi gigi antara rahang atas dan rahang bawah. Ketidaksesuaian ukuran mesiodistal gigi terhadap lengkung rahang merupakan salah satu penyebab terjadinya maloklusi. Dilihat dari ukuran mesiodistal gigi, jika mesiodistal gigi lebih besar atau lebih kecil dari normal maka akan menyebabkan perubahan bentuk lengkung gigi dan inklinasi gigi 2. Ketidaksesuaian ukuran gigi dalam hubungannya dengan perawatan maloklusi telah diteliti oleh Bolton pada tahun 1958. Bolton mengevaluasi 55 model gigi dengan oklusi baik dan menemukan 2 rasio untuk memperkirakan ukuran mesiodistal gigi normal dengan menghitung jumlah lebar mesiodistal gigi anterior dan posterior rahang bawah terhadap rahang atas. Rasio tersebut adalah Bolton Anterior Ratio dan Bolton Overall Ratio 3,9,11,12,13. Hasil penghitungan rasio Bolton yang semakin besar dari normal, menunjukkan rahang bawah lebih besar dan rahang atas lebih kecil. Semakin kecil persentase rasio bolton maka rahang bawah lebih kecil dan rahang atas semakin besar 6,8,13.

Beberapa penelitian telah mempelajari tentang rasio ukuran mesiodistal gigi pada maloklusi klasifikasi Angle. Akyalcin mengevaluasi hubungan antara rasio Bolton dan overjet, ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik 4. Tancan menemukan peningkatan rasio gigi keseluruhan yang signifikan dan lebih tinggi pada gigi yang mengalami maloklusi daripada kelompok gigi yang memiliki oklusi normal 5. Beberapa peneliti tidak menemukan perbedaan yang signifikan terhadap hubungan antara lebar mesiodistal gigi keseluruhan dan lebar mesiodistal gigi anterior dari Bolton rasio terhadap kelompok maloklusi klasifikasi Angle 1,6,7. Penelitian tentang rasio ukuran mesiodistal gigi pada maloklusi klasifikasi Angle banyak dilakukan pada ras Kaukasoid. Oleh karena itu, penulis ingin membuktikan apakah terdapat perbedaan rasio ukuran mesiodistal gigi menurut rasio Bolton terhadap maloklusi klasifikasi Angle pada ras Mongoloid. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan survei cross sectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode non random sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 51 orang dengan gigi permanen lengkap dari molar pertama kanan hingga molar pertama kiri dan telah tumbuh secara keseluruhan. Sampel diambil dari populasi siswa SMPN 1 Salatiga Jawa Tengah yang berjumlah 840 orang.

Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut: Oklusi gigi permanen lengkap dan seluruh gigi molar permanen pertama telah tumbuh secara keseluruhan, tidak memiliki gigi dengan kehilangan mahkota dengan pelebaran mesiodistal yang dikarenakan karies gigi, fraktur mahkota, pathological wear, atau congenital defects, tidak menggunakan protesa mahkota jaket atau mahkota jembatan, belum pernah melakukan perawatan ortodonsi, mahkota gigi tidak memiliki anomali pada ukuran, bentuk maupun jumlah, gigi tidak mengalami spacing maupun crowding, subyek masuk kedalam kategori ras Mongoloid. Perbedaan rasio Bolton pada klas maloklusi klasifikasi Angle diuji menggunakan uji analisis one way Anova post hoc Bonferroni. HASIL Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Relasi Molar Permanen Pertama Relasi molar pemanen pertama berdasar klasifikasi Angle Total (%) Klas I 38 (74,51%) Klas II 6 (11,76%) Klas III 7 (13,73%) Berdasarkan relasi molar permanen pertama pada klasifikasi Angle didapatkan 38 orang (74,51%) dengan relasi molar klas I, 6 orang (11,76%) dengan relasi molar klas II dan 7 orang (13,73%) dengan relasi molar klas III. Tabel 2. Bolton Anterior Ratio pada Klas Maloklusi Klasifikasi Angle N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Klas I 38 80.33 2.56 75.86 86.14 Klas II 6 76.66 3.94 72.41 82.46 Klas III 7 80.67 5.01 74.19 90.14 Total 51 79.95 3.30 72.41 90.14

Tabel 3. Bolton Overall Ratio pada Klas Maloklusi Klasifikasi Angle N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Klas I 38 93.06 1.87 87.80 96.30 Klas II 6 91.39 2.10 87.54 93.46 Klas III 7 92.49 2.64 88.92 97.38 Total 51 92.78 2.04 87.54 97.38 Tabel 2 menunjukkan nilai BAR antara 72.41 dan 90.14, dengan nilai mean 79.95±3.30. Nilai BAR terendah terletak pada klas II dan tertinggi terletak pada klas III, namun perbedaan tersebut tidak signifikan berbeda. Tabel 3 menunjukkan nilai BOR berkisar antara 87.54 dan 97.38, dengan nilai mean 92.78±2.04. Nilai BOR terendah terletak pada klas II dan tertinggi terletak pada klas III, namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova BAR BOR Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 74.203 2 37.102 3.783.030 Within Groups 470.797 48 9.808 Total 545.000 50 Between Groups 15.105 2 7.552 1.872.165 Within Groups 193.665 48 4.035 Total 208.770 50 Tabel 4 menjelaskan mengenai hasil uji analisis one way Anova yang menunjukkan nilai signifikansi BAR terhadap klas maloklusi yaitu 0.030, sedangkan nilai signifikansi BOR terhadap klas maloklusi yaitu 0.165. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada nilai Bolton Anterior Ratio

(BAR) terhadap maloklusi, namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada nilai Bolton Overall Ratio (BOR) terhadap maloklusi. Tabel 5. Hasil Uji One Way Anova Post Hoc Bonferroni Dependent Variable BAR BOR (I) (J) Mean Difference Std. maloklusi maloklusi (I-J) Error Sig. klas I klas II 3.67482 * 1.37580.031 klas III -.33541 1.28814 1.000 klas II klas I -3.67482 * 1.37580.031 klas III -4.01024 1.74238.077 klas III klas I.33541 1.28814 1.000 klas II 4.01024 1.74238.077 klas I klas II 1.66588.88240.195 klas III.57350.82617 1.000 klas II klas I -1.66588.88240.195 klas III -1.09238 1.11751 1.000 klas III klas I -.57350.82617 1.000 klas II 1.09238 1.11751 1.000 Tabel 5 menjelaskan mengenai analisis menggunakan post hoc Bonferroni yang menunjukkan nilai BAR terdapat perbedaan hanya pada klas I dan klas II dengan signifikansi 0.031. Sedangkan, pada klas lainnya tidak ada perbedaan yang cukup signifikan. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan rasio ukuran mesiodistal gigi menurut rasio Bolton terhadap maloklusi klasifikasi Angle pada ras Mongoloid. Ukuran mesiodistal gigi yang lebih besar atau lebih kecil dari normal maka akan menyebabkan perubahan bentuk lengkung gigi dan inklinasi gigi 2,16.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai mean dari Bolton Anterior Ratio (BAR) yaitu 79,95 dan nilai mean dari Bolton Overall Ratio (BOR) yaitu 92,78. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian Lopatiene yang menunjukkan nilai mean dari BAR yaitu 77,89 dan nilai mean dari BOR yaitu 92,74 8. Penelitian lain yang dilakukan Akyalcin menunjukkan nilai mean dari BAR yaitu 78,6 dan nilai mean dari BOR yaitu 90,96 4. Penelitian Basaran juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Basaran menyatakan nilai mean dari BAR yaitu 78,38 dan nilai mean dari BOR yaitu 89,9 6. Lopatiene, Akyalcin dan Basaran melakukan penelitian pada ras Kaukasoid dan penelitian yang dilakukan penulis dilakukan pada ras Mongoloid. Dilihat dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan ras Mongoloid memiliki nilai BAR dan BOR yang tidak jauh berbeda dengan ras Kaukasoid. Hasil penelitian menunjukkan adanya sedikit perbedaan nilai BAR dan BOR pada maloklusi klas I, klas II dan klas III. Nilai BAR tertinggi ditunjukkan pada klas III dan nilai BAR terendah ditunjukkan pada klas II. Sedangkan, nilai BOR tertinggi ditunjukkan pada klas III dan nilai BOR terendah pada klas II. Namun, perbedaan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Nilai BOR yang menurun menunjukkan jumlah mesiodistal gigi pada rahang atas lebih besar dibanding jumlah mesiodistal gigi pada rahang bawah dan dapat menyebabkan peningkatan nilai overjet. Sebaliknya, nilai BOR yang meningkat menunjukkan jumlah mesiodistal gigi geligi pada rahang bawah lebih besar dibanding jumlah mesiodistal gigi pada rahang atas dan dapat meningkatkan derajat inklinasi gigi insisivus rahang bawah dan menurunkan nilai overbite 4,8,14,15.

Hasil uji analisis one way Anova menunjukkan nilai signifikansi BAR terhadap klas maloklusi yaitu 0.030, sedangkan nilai signifikansi BOR terhadap klas maloklusi yaitu 0.165. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada nilai Bolton Anterior Ratio (BAR) terhadap maloklusi, namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada nilai Bolton Overall Ratio (BOR) terhadap maloklusi. Analisis dilanjutkan dengan menggunakan post hoc Bonferroni yang menunjukkan nilai BAR terdapat perbedaan hanya pada klas I dan klas II dengan signifikansi 0.031. Sedangkan, pada klas lainnya tidak ada perbedaan yang cukup signifikan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan rasio ukuran mesiodistal gigi menurut rasio Bolton terhadap maloklusi klasifikasi Angle dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai Bolton Anterior Ratio (BAR) pada maloklusi klasifikasi Angle klas I dan klas II, sedangkan nilai BAR dan BOR pada klas maloklusi klasifikasi Angle yang lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik. SARAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka disarankan pada studi berikutnya untuk melakukan penelitian pada populasi yang lebih luas agar sampel yang didapatkan lebih merata dan lebih akurat.

UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dwi Kurniawati, S.KG, MPH dan drg. Suyadi yang telah membimbing dengan penuh kesabaran serta memberi perhatian dan motivasi dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, serta drg. Lasmi Dewi, Sp.KGA yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. Terimakasih kepada seluruh dosen dan temanteman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan banyak waktu untuk berbagi ilmu, memberikan bantuan moral dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Susan, N., dan Elham, S., J., 2006. Tooth Size Discrepancies and Arch Parameters among Different Malocclusions in a Jordanian Sample. The EH Angle Education and Research Foundation Inc. 2. Hassan, M. I. A., Mohammad, H. A., Hussain, S. F., 2011. Dental Arch Dimension of Malay Ethnic Group. American Journal of Applied Sciences. 3. Othman, S. A., Harradine, N. W. T., 2006. Tooth-size Discrepancy and Bolton s Ratios: a Literature review. Journal of Orthodontics. Vol. 33, 45-51. 4. Akyalcin, S., Dogan, S., Dincer, B., Erdinc, A. M. E., Oncag, G., 2006. Bolton Tooh Size Discrepancies in Skeletal Class I Individuals Presenting with Different Dental Angle Classifications. The EH Angle Education and Research Foundation Inc. 5. Uysal, Tancan., Sari, Zaver., 2005. Intermaxillary Tooth Size Discrepancy and Malocclusion: Is There a Relation?. The EH Angle Education and Research Foundation Inc. 6. Basaran, G., Selek, M., Hamamci, O., Akkus, Z., 2006. Intermaxillary Bolton Tooth Size Discrepancies Among Different Malocclusion Groups. The EH Angle Education and Research Foundation Inc. 7. Begum, M., Goje, S. K., Karra, A., Mohan, S., 2014. Tooth Size and Arch Parameter Discrepancies Among Different Malocclusions in Young Permanent Dentition of 13-15 Year Old School Children of Nalgonda District South Indian Population. J Orthod Res. 4-10. 8. Lopatiene, K., Dumbravaite, A., 2009. Relationship Between Tooth Size Discrepancies and Malocclusion. Stomatolgija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal, Vol. 11. 9. Bolton, W. A., 1958. Disharmony In Tooth Size and Its Relation to The Analysis and Treatment of Malocclusion. Department of Orthodontics, University of Washington. 10. Iman, Prihandini, 2008. Buku Ajar Orthodonti 2. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi UGM. 11. Gaidyte, A., Baubiniene, D., Latkauskiene, D., 2005. Influence of Premolar Extraction on Tooth Size Discrepancy. Part One: Analysis of Bolton Index. Department of Orthodontics, Kaunas Medical University. 12. Han, C., Dai, J., Qian, H., Chen, L., Wang, Y., Na Huo, Duan, Y., 2009. The Application of Bolton s Ratios in Orthodontic Treatment Planning for

Chinese Patients. Department of Orthodontics, School of Stomatology, Fourth Military Medical University. 13. M. V., Karla, Bernabe, E., Carlos, Flores, 2004. Tooth Width Ratios in Crowded and Noncrowded Dentitions. The EH Angle Education and Research Foundation Inc. 14. Othman, S. A., Harradine, N. W. T., 2006. Tooth-size Discrepancy and Bolton s Ratios: a Literature review. Journal of Orthodontics. Vol. 33, 45-51. 15. Shu, R., Han, X., Wang, Y., Hui Xu, Ding Bai, 2013. Comparison of Arch Width, Alveolar Width and Buccolingual Inclination of Teeth Between Class II division 1 malocclusion and Class I Occlusion. Angle Orthodontist, Vol. 83 No. 2. 16. Rahardjo, P., 2011. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press.