I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penampilan gigi berpengaruh dalam interaksi sosial manusia karena menjadi penentu daya tarik seseorang dan merupakan bagian dari estetika. Faktor yang mempengaruhi penampilan gigi diantaranya adalah warna, bentuk, posisi, dan susunan gigi. Warna gigi merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan penampilan. Umumnya, individu ingin memiliki gigi yang putih. Gigi yang putih sering dikaitkan dengan kemampuan intelektual yang tinggi, pengendalian psikologi yang baik serta dapat meningkatkan hubungan sosial. Perubahan warna gigi dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang (Tin-Oo dkk., 2011). Warna gigi akan menjadi lebih gelap seiring dengan bertambahnya umur, karena adanya penebalan dentin, pengikisan email, penumpukan noda sisa makanan dan minuman pada gigi (Watts dan Addy, 2001). Perubahan warna gigi dapat dibedakan berdasarkan penyebab, lokasi, dan tingkat keparahan. Berdasarkan lokasinya, perubahan warna gigi dapat dibedakan menjadi intrinsik dan ekstrinsik (Watts dan Addy, 2001). Perubahan warna intrinsik merupakan perubahan warna yang berada di dalam email dan dentin gigi yang dapat disebabkan oleh antibiotik tetrasiklin, fluorosis gigi, dan proses penuaan. Perubahan warna ekstrinsik adalah perubahan warna yang terdapat pada permukaan gigi akibat sisa dari makanan dan minuman seperti kopi dan teh yang terdeposit ke dalam pelikel serta dapat berpenetrasi ke dalam email (Hattab dkk., 1999; Watts dan Addy, 2001). Pelikel adalah lapisan tipis, halus, dan tidak 1
2 berwarna. Pelikel terdiri dari protein saliva yang melekat erat pada permukaan gigi (Manson dan Eley, 2004). Perubahan warna ekstrinsik yang terjadi pada gigi tersebut dapat dihilangkan dengan prosedur dental bleaching (Meizarini dan Rianti, 2005). Dental bleaching atau tooth whitening merupakan suatu cara memutihkan gigi yang berubah warna sampai mendekati warna asli gigi dengan proses perbaikan secara kimiawi (Meizarini dan Rianti, 2005). Teknik dental bleaching dapat diklasifikasikan berdasarkan gigi vital dan non-vital. Teknik dental bleaching pada gigi non-vital antara lain in office bleaching dan walking bleaching. Sedangkan teknik dental bleaching pada gigi vital meliputi in office bleaching dan home bleaching (Roberson dkk., 2002; Dahl dan Pallesen, 2003). Bahan yang sering digunakan untuk perawatan home bleaching adalah hidrogen peroksida atau karbamid peroksida. Bahan-bahan yang digunakan ini kurang aman dan dapat memberi dampak negatif pada gigi dalam dosis berlebih dan penggunaan lebih dari 8 jam/hari serta digunakan lebih dari enam minggu (Fauziah dkk., 2012; Meizarini dan Rianti, 2005). Dosis penggunaan karbamid peroksida sebagai agen home bleaching adalah 10 22% (Meizarini dan Rianti, 2005). Karbamid peroksida dapat menimbulkan iritasi gingiva, gigi sensitif, dan menjadi promoter karsinogen yang berpotensi menimbulkan kanker dalam penggunaan jangka panjang (Fauziah dkk., 2012; Consolaro dkk., 2011). Bahan dasar karbamid peroksida 10% terdiri dari 3% hidrogen peroksida dan 7% urea (Meizarini dan Rianti, 2005). Beberapa penelitian melaporkan bahwa hidrogen peroksida dapat menyebabkan hilangnya
3 mineral email apabila digunakan lebih dari dosis yang telah ditetapkan. Hidrogen peroksida atau karbamid peroksida juga dapat menimbulkan iritasi mukosa mulut apabila selama penggunaan bahan tersebut mengenai mukosa mulut (Al-Salehi, 2007; Mendonca dkk., 2011). Kandungan urea dalam agen bleaching dapat mendenaturasi protein material organik gigi dan meningkatkan demeneralisasi email (Efeoglu dkk., 2005; Al-Salehi dkk., 2007). Mendonca dkk. (2011) melaporkan bahwa permukaan email setelah aplikasi agen bleaching menjadi lebih porus, irregular, dan kasar. Hal tersebut menyebabkan agen bleaching dapat berpenetrasi ke dalam email dan mengubah mikro struktur dari gigi (Dudea dkk., 2009). Meningkatnya kekasaran permukaan email gigi dapat menyebabkan peningkatan pembentukan plak dan gigi mudah mengalami perubahan warna secara ekstrinsik (Dahl dan Pallesen, 2003; Gursoy dkk., 2008). Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang melekat pada permukaan gigi. Plak gigi merupakan salah satu faktor penyebab penyakit periodontal. Penyakit periodontal yang parah dapat menimbulkan penyakit sistemik seperti stroke, penyakit jantung dan kekurangan berat badan pada bayi (Newman dkk., 2002). Berbagai bahan alami telah diteliti efektifitasnya dalam memutihkan gigi. Salah satu dari bahan-bahan alami tersebut adalah stroberi. Buah stroberi memiliki kandungan asam elagat dan asam malat sebagai bahan aktif dalam proses pemutihan gigi. Asam elagat dapat memutihkan gigi dengan cara menghilangkan pewarnaan ekstrinsik melalui reaksi osksidasi (Margaretha dkk., 2009). Pemilihan stroberi sebagai bahan aktif dalam pembuatan gel home
4 blaching yaitu diharapkan dapat meminimalisir efek buruk yang ditimbulkan oleh gel home bleaching yang telah ada. Di samping itu, baking soda telah diteliti dan dapat digunakan sebagai pemutih gigi. Menurut Dunitz (2001) baking soda yang terkandung di dalam pasta gigi mempunyai kemampuan untuk memutihkan gigi. Baking soda bersifat amfoter yaitu akan bersifat asam dalam suasana basa dan sebaliknya akan bersifat basa dalam suasana asam kuat (Lakhanisky, 2002; Sumardjo, 2009). Masyarakat yang mengetahui manfaat buah stroberi dan baking soda sebagai pemutih gigi telah menggunakannya sebagai home bleaching, namun penggunaannya belum sesuai dengan prosedur bleaching yang seharusnya (Pinola, 2013). Pemakaian stroberi secara langsung belum memenuhi syarat ideal home bleaching yaitu memiliki ph yang netral dalam rentang 5,66 sampai 7,35 (Perdigao dkk., 2004). Stroberi memiliki ph yang sangat asam, yaitu 3-4 yang dapat mengikis permukaan email gigi (Margaretha dkk, 2009). Penggunaan stroberi dengan baking soda secara bersamaan diharapkan dapat menetralkan ph stroberi. Penelitian mengenai efek agen bleaching terhadap struktur gigi telah banyak dilakukan dan didapatkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian lebih lanjut dalam rangka melihat keamanan dari agen bleaching perlu dilakukan. Indikator efek samping dari agen bleaching secara tidak langsung dapat diamati dengan melacak penetrasi agen bleaching yang menembus struktur gigi. Penetrasi agen bleaching ke dalam struktur gigi dapat menyebabkan perubahan morfologi struktur gigi. Apabila agen bleaching berpenetrasi melebihi dentin dapat
5 menyebabkan iritasi pulpa. Kedalaman penetrasi agen bleaching melalui jaringan keras gigi dapat diamati menggunakan silver nitrat 50% (Mendonca dkk., 2011; Horning dkk., 2013). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan permasalahan apakah ada perbedaan kedalaman penetrasi antara gel karbamid peroksida 10% dengan gel buah stroberi-baking soda 10% pada ph netral sebagai agen home bleaching ke dalam struktur gigi. C. Keaslian Penelitian Penelitian in vitro mengenai penetrasi agen bleaching telah dilakukan oleh Horning dkk., 2013. Horning dkk. (2013) melaporkan bahwa pada gigi yang telah diaplikasikan hidrogen peroksida 6% dan 35%, bahan silver nitrate berpenetrasi ke dalam email dan tidak mencapai dentin. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Horning dkk adalah pada agen bleaching yang digunakan. Pada penelitian ini akan menggunakan gel karbamid peroksida 10% dan buah stroberibaking soda 10% pada ph netral sebagai agen bleaching. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penetrasi antara gel karbamid peroksida 10% dengan gel buah stroberi-baking soda 10% pada ph netral sebagai agen home bleaching ke dalam struktur gigi.
6 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan penetrasi antara gel karbamid peroksida 10% dengan gel buah stroberibaking soda 10% pada ph netral sebagai agen home bleaching ke dalam struktur gigi. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan gigi putih dengan adanya gel buah stroberi-baking soda 10% pada ph netral yang lebih efektif dan aman digunakan.