ABSTRAK Latar Belakang : Otitis Media Akut (OMA) merupakan penyakit infeksi telinga tengah yang sering dijumpai terutama pada anak-anak. Anak-anak lebih rentan terhadap OMA karena anatomi dan sistemkekebalan anak-anak berbeda dari orang dewasa. Anak-anak yang terkena terutama umur 0-5 tahun. Demam, otalgia, dan efusi telinga tengah adalah gejala yang sering ditemukan pada penderitas OMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kasus OMA yang terdapat di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data rekam medis pasien otitis media akut yang tercatat di RSUD Wangaya Denpasar. Karakteristik seperti umur, jenis kelamin, stadium,dan sisi telinga yang terjangkit OMA akan dicatat dan dihitung secara manual, Hasil : 72 data berhasil dikumpulkan. Distribusi proporsi tertinggi adalah pada usia 0-11 tahun (69,4%), perempuan (58,2%),stadium hiperemi (58,3%), dan unilateral kanan (44,4%) Diskusi :Insidensi terjadinya OMA cukup sering di masyarakat terutama pada anak-anak. Oleh karna itu, disarankan untuk melakukan konsultasi awal pada dokter jika gejala klinis OMA terdeteksi.penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan faktor resiko terjadinya OMA, yang berguna untuk tindakan pencegahan. Kata kunci : Otitis Media Akut, Karakteristik, Anak, Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar. i
ABSTRACT Background : Acute Otitis Media is a disease that affect middle ear, commonly found especially in children. Children is more suceptible to Acute otitis media because of children anatomy and immunity system is not working like adults. Acute Otitis Media mostly occur in children 0-11 years old. Otalgia and middle ear effusion is the most common symptom in acute otitis media Patient. Purpose of this study is to know the characteristic of Acute Otitis Media patient in Wangaya General Hospital in November 2015- November 2016 Methods : This study has been carried out by assesing the medical records all acute otitis media that came to Wangaya Hospital including age, gender,ear/ears involved,and stadium. The data obtained then processed manually. Results : Total 72 data were collected, the highest proportion is:age 0-11 years old (69,4%), female (58,2%), unilateral right ear (44,4%) and stadium hyperemy (58,3%) Discussion : The incidence of acute otitis media is common in society especially in children. Therefore parents suggest to do early consultation to doctors if there s any symptomof acute otitis media. Further study research is needed to determine the various risk factors associated with acute otitis media for prevention purpose. Keywords : acute otitis media, characteristics, children, Wangaya General Hospital. ii
DAFTARISI SAMPULDALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... i ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... iv v DAFTAR ISI... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.3.1 Tujuan Umum... 5 1.3.2 TujuanKhusus... 5 1.4 Manfaat Penelitian... 6 1.4.1 Manfaat Pendidikan dan Ilmu Kedokteran... 6 1.4.2 Manfaat Metodologi... 6 1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat... 6 1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telinga... 8 2.1.1 Anatomi Telinga... 9 2.1.2 Fisiologi Telinga... 10 iii
2.2 Definisi Otitis Media... 10 2.3 Etiologi Otitis Media... 11 2.4 Patofisiologi Otitis Media... 14 2.5 Diagnosis Otitis Media... 15 2.6 Penatalaksanaan Otitis Media... 16 2.7 Komplikasi Otitis Media... 18 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir... 19 3.2 Konsep Penelitian... 20 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 21 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 21 4.3 Subjek dan Sampel... 21 4.3.1 Variabilitas Populasi... 21 4.3.2 Kriteria Subjek... 22 4.3.3 Teknik Penentuan Sampel... 22 4.4 Variabel... 22 4.4.1 Identifikasi Variabel... 22 4.4.2 Klasifikasi Variabel... 23 4.4.2.1 Kriteria Inklusi... 23 4.4.2.2 Kriteria Eksklusi... 23 4.4.3 Definisi Operasional Variabel... 23 4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian... 24 iv
4.6 Protokol Penelitian... 26 4.7 Analisis Data... 27 BAB V HASIL DAN PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian... 29 5.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian... 29 5.1.2 Gambaran Karakteristik Responden... 30 5.2 Pembahasan... 32 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kesimpulan... 35 6.2 Saran... 35 DAFTAR PUSTAKA... 37 v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis Media Akut atau disingkat OMA adalah peradangan akut pada telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius (Tortora dkk, 2009). Terjadinya penyakit OMA dijabarkan menjadi beberapa tahap yaitu efusi pada telinga tengah yang akan berkembang menjadi pus yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, disertai tanda-tanda inflamasi akut, demam, otalgia, dan iritabilitas, (Linsk dkk, 1997; Kaneshiro, 2010; WHO, 2010). Otitis media akut seringkali terjadi pada anak-anak. Statistik dari beberapa negara maju menjelaskan bahwa otitis media akut merupakan infeksi yang umum pada usia dini dan merupakan alasan umum untuk berobat. Prevalensi otitis media akut di setiap negara berbeda-beda, namun biasanya berada pada kisaran 2,3-20%. Di Indonesia sendiri belum ada data baku tentang prevalensi otitis media akut. Berdasarkan survei kesehatan indra pendengaran tahun 1944-1996 pada 7 provinsi di Indonesia didapatkan prevalensi penyakit telinga tengah populasi segala umur di Indonesia sebesar 3,9%. Studi epidemiologi OMA di negara-negara berkembang sangat jarang. Di Thailand, Prasansuk, dikutip dari Bremen, melaporkan bahwa prevalensi otitis media akut pada anak-anak berumur kurang dari 16 tahun pada tahun 1986 sampai 1991 sebesar 0,8%. Prevalensi otitis media akut di negara-negara maju rata-rata hampir sama dengan di USA. Di Quebec, Kanada, tenaga medis menghabiskan waktu kira-kira 4,9 jam untuk keseluruhan penanganan OMA dan lebih dari sepuluh juta dolar setiap tahunnya dihabiskan untuk biaya penanganan OMA (Dube dkk, 2011). Pada tahun 1999 program Active Bacterial Core Surveilance (ABCs) dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan kasus OMA terjadi sebanyak enam juta kasus per tahun. Meropol, dkk juga mendapati OMA menyebabkan 45-62% indikasi pemberian antibiotik pada anak-anak di Amerika Serikat (Meropol dkk, 2008). Beban negara tersebut yang digunakan untuk kasus OMA tergolong signifikan, melebihi 3,8 triliun dolar vi
setiap tahunnya disebabkan oleh karena pemakaian antibiotik yang tinggi, (Heikkinen dkk, 1999). Otitis media dalam klasifikasinya terbagi atas; pertama otitis media supuratif yaitu otitis media supuratif akut atau otitis media akut dan otitis media supuratif kronik. Kedua otitis media non supuratif atau otitis media serosa yaitu otitis media serosa akut (barotrauma atau aerotitis) dan otitis media serosa kronik (glue ear), ketiga otitis media spesifik seperti otitis media sifilitika atau otitis media tuberkulosa, dan terakhir otitis media adhesiva. Adapun bakteri aerob penyebab otitis media yaitu Staphylococcus aureus, Pneumokok, Haemofilus influenza, Escherichia coli, Streptococcus anhemolitikus, Streptococcus hemolyticus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aeruginosa (Mansjoer dkk, 2001). Faktor resiko yang paling berkaitan dengan OMA ialah faktor usia. Kasus OMA secara umum paling sering terjadi pada anak-anak dibandingkan tingkatan usia lainnya. Faktor anatomis, dimana pada fase perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak, tuba Eustachius memang memiliki posisi yang lebih horizontal dengan drainase yang minimal dibandingkan dengan usia lebih dewasa menyebabkan kondisi demikian. (Tortora dkk, 2009). Hal inilah yang membuat kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih ekstrim dibandingkan usia dewasa (Torpy, 2010). Penyakit OMA dapat terjadi di berbagai tingkatan usia dan kejadiannya. Di Brazil, Yonamine, dkk dalam studinya mengemukakan bahwa estimasi insidensi OMA pada orang dewasa berkisar 0,004% dan progresivitas kasus OMA umumnya lebih berat pada orang dewasa (Yonamine dkk, 2009). Lain halnya dengan kasus OMA pada anak-anak, karena meskipun sering terjadi, kasus OMA pada anak-anak umumnya tidak perlu diberi antibiotik tertentu dan dapat membaik dengan perhatian khusus (watchful waiting) kecuali adanya indikasi lain (Bylander dkk, 2007). Peneliti ingin mengangkat karakteristik dan prevalensi kasus OMA sebagai dasar untuk penelitian berskala nasional dalam memperoleh angka prevalensi penyakit telinga khususnya OMA di Provinsi Bali sehingga hasilnya bisa bermanfaat bagi masyarakat bali, pelayanan kesehatan, serta membantu pengambilan kebijakan tentang kesehatan telinga di Bali. Perlu adanya pemahaman lebih mendalam mengenai karakteristik dan prevalensi OMA, hal tersebut yang ingin ditelaah lebih dalam oleh penulis dalam makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah vii
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah gambaran penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016 berdasarkan umur? 2. Bagaimanakah gambaran penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016 berdasarkan jenis kelamin? 3. Bagaimanakan gambaran penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- Desember 2016 berdasarkan stadium otitis media akut? 4. Bagaimanakah gambaran penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016 berdasarkan sisi telinga yang terjangkit otitis media akut? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan Khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar peiode November 2015- November 2016 berdasarkan umur. 2. Mengetahui gambaran penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016berdasarkan jenis kelamin. 3. Mengetahui gambaran penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016 berdasarkan stadium otitis media akut. 4. Mengetahui gambaran penyakit otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016 berdasarkan sisi telinga yang terjangkit otitis media akut. 1.4 Manfaat Penelitian viii
1.4.1 Manfaat Pendidikan dan Ilmu Kedokteran Penelitian ini diharapkan berguna sebagai acuan data dasar gambaran penyakit otitis media akut dalam mengembangkan konsep preventif sekunder dan tersier, serta di lembaga pendidikan agar dapat merencanakan kegiatan secara komprehensif sehingga lulusannya diharapkan mampu memberikan kontribusinya dalam pelayanan kesehatan telinga. 1.4.2 Manfaat Metodologi Hasil penelitian ini juga berguna sebagai referensi atau data dasar penelitian berikutnya dalam skala penelitian yang lebih besar dan jangka waktu yang lebih panjang. 1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat seperti untuk menambah keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan penyakit otitis media akut terutama pentingnya faktor usia terhadap kecenderungan terjadinya OMA. 1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai gambaran otitis media akut di RSUD Wangaya Denpasar periode November 2015- November 2016 sehingga peneliti nantinya dapat menerapkan manfaat dari pengetahuan tentang OMA ke masyarakat sekitarnya. ix