BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

COOLING WATER SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Bagian Utama Boiler

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut:

BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 61-68

BAB III PROSES PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB II LANDASAN TEORI

Bagian dan Cara Kerja PLTU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga listrik adalah Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya disebut ketel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI TURBINE GENERATOR QFSN B UNIT 10 dan 20 PT. PJB UBJOM PLTU REMBANG

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan

BAB II LANDASAN TEORI

Session 11 Steam Turbine Protection

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA GANGGUAN PLTU 2 BANTEN LABUAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE. Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ada beberapa fan yang digunakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Adapun pembangkit listrik yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

FOULING DAN PENGARUHNYA PADA FINAL SECONDARY SUPERHEATER PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

BAB I PENDAHULUAN. gesekan pada saat rotor turbin berputar, maka bantalan-bantalan. penyangga tersebut harus dilumasi dengan minyak pelumas.

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP :

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI HRSG KA13E2 DI MUARA TAWAR COMBINE CYCLE POWER PLANT

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH

BAB III PERANCANGAN. dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal

LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

BAB II TEORI DASAR. Dasar dari teknologi turbin gas adalah pemanfaatan energi dari gas bersuhu % sebagai pendingin, antara lain

LAPORAN SURVEI KAJIAN SIMULASI CFD PADA BOILER PLTU JERANJANG UNIT 3

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

MODUL 5A PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

ANALISA EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR COAL DENGAN KAPASITAS 110 TON/JAM PADA PLTU PANGKALAN SUSU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN COGENERATION PLANT. oleh Gas turbin yang juga terhubung pada HRSG. Tabel 3.1. Sample Parameter Gas Turbine

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

Session 10 Steam Turbine Instrumentation

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Ada tiga tahapan dalam proses proses penyalaan awal boiler, yang pertama ada tahap no load atau generator belum menghasilkan listrik, yang kedua adalah tahap load atau generator sudah menghasilkan listrik, yang ketiga adalah tahap full load atau generator sudah menghasilkan listik dengan daya maksimum. Dalam setiap tahapan penyalaan awal boiler, kenaikan tekanan dan suhu dari uap harus mengacu pada jenis penyalaan awal yang dilakaukan. Ada 4 jenis dari tipe penyalaan awal boiler berdasarkan pada temperatur 1 st HP turbin yaitu : 1. Cold start ( T <150 C ) 2. Warm start (150 C T< 300 C ) 3. Hot start (300 C T< 400 C ) 4. Extra hot start (400 C T ) 39

40 Tabel 4.1 Boiler Comisioning Performance Data Description Unit B MCR BRL SH flow t/h 1025 959 SH outlet pressure(gauge) MPa.g 17.4 17.23 SH outlet temp. 541 541 RH flow t/h 841 786 RH inlet/outlet pres. (gauge) MPa.g 3.8/3.63 3.54/3.38 RH inlet/outlet temp. 330/541 322/541 Feed water temp. 280 275 Drum pres.(gauge) MPa.g 18.58 18.36 SH 1st spray water flow t/h 12.88 20.02 SH 2rd spray water flow t/h 3.63 5.00 RH spray water flow t/h 4.16 1.51 Furnace outlet gas temp. 985 977 Final RH outlet gas temp. 804 798 Final SH outlet gas temp. 730 725 Primary SH outlet gas temp. 437 436 Econ. Outlet gas temp. 388 385 Exit gas temp.(diluted) 134 134 AH inlet air temp. 30 30 AH outlet air temp.(pa/sa) 363/355 361/354 Coal consumption t/h 159.95 152.15 Boiler efficiency (based LHV) % 93.1 design efficiency 92.71 ensure efficiency Sumber : Dongfang Boiler Group, Boiler Specification, Hal. 13

41 4.1 Proses Penyalaan Awal Boiler Dengan Oil Gun 4.1.1 Persiapan Penyalaan Awal Boiler Dengan Oil Gun Pastikan semua test plug dari safety valve telah dibersihkan. Cek power yang dibutuhkan pada saat penyalaan awal boiler khususnya untuk flame ignitor, main fuel, dan feed water. Semua valve dan damper dalam posisi otomatis dan peralatan control telah berfungsi dengan baik. Cek status operasi ignitor dan peralatan burner, konfirmasikan kondisi valve-valve dan fuel oil harus mencukupi. Cek termocouple pada tube superheater dan drum apakah sudah dapat berfungsi dengan baik. Lakukan pengukuran temperatur air pada saat boiler mau penyalaan awal, untuk menentukan kecepatan start boiler. Pastikan sudah tidak ada orang yang tinggal di dalam boiler, dan semua manhole dan acces ke boiler telah tertutup. Cek shutoff valve pipa sirkulasi (eco recirculation) dari downcomer ke economizer telah terbuka. Valve drain dan vent dalam kondisi penyalaan awal. Valve ke pressure gauge telah terbuka Buka drain valve dari superheater untuk mengeluarkan kondensasi dari steam. Lakukan pengisian feed water menggunakan booster pump dan putaran turning gear BFPT ke economizer inlet header, dan tutup venting valve ketika sudah ada air keluar dari venting valve. Lakukan pengisian feed water ke drum sesuai dengan level pada saat start

42 Cek control level water gauge dan steam pressure telah dalam posisi siap operasi. Cek pelumasan dan sistem pendingin lube oil untuk semua motor penggerak Cek semua pressure gauge dan pressure gauge udara telah dikalibrasi dan dapat bekerja dengan baik. Masukkan thermoprobe gas temperatur ke dalam furnace untuk mengukur temperatur gas pembakaran. Masukkan CCTV ke dalam furnace untuk memonitor penyalaan pembakaran Cek semua peralatan safety interlock telah bekerja Pengoperasian mill disesuaikan dengan instruksi dari manufaktur Cek semua damper dari gas duct dan air duct. 4.1.2 Start Boiler Sebelum penyalaan ignitor, masukkan steam heating dari penyalaan awal boiler ke lower header dari walltube. Ketika temperatur dinding drum mencapai 100 120 o C, stop heating. Kenaikan temperatur dari saturated water boiler dapat dikontrol tidak lebih dari 28 o C/jam, dan perbedaan temparatur antara dinding atas dan dan dinding bawah drum harus lebih rendah dari 40 o C. Input steam heating pada lower header pada water wall untuk meminimalkan temperatur stress pada saat start-up dan dapat mempercepat proses penyalaan awal. Parameter dari steam heating : tekanan 0,6 1,3 Mpa, Temperatur 250 300 o C, Flow 20 ton/jam.

43 Selama proses steam heating water level drum akan naik secara perlahanlahan, sehingga harus tetap dijaga pada range +150 mm dan +200mm. 4.1.3 Ignition Start Air-Prehater, posisikan motor interlock dengan proteksi temperatur bearing. Pastikan sistem control gap sector plate telah bekerja dengan baik dan gap telah berada pada range yang telah ditentukan. Start IDF dan FDF, lakukan purging furnace dan gas duct. Flow untuk purging harus lebih dari 25 % dari flow udara pada beban penuh. Blow secara continius selama 5 menit. Jaga tekanan Induced furnace draft pada - 50 ~ -100 Pa untuk mempersiapkan ignition. Jika tidak ada flame (flameout) atau fuel oil tidak manyala setelah masuk ke furnace selama 10 detik, hentikan supply fuel dan lakukan kembali purging. Isi feed water ke drum sampai mencapai level 100 mm dibawah normal level. Cek pembacaan water level gauges pada kedua sisi drum. Fuel oil harus tetap sirkulasi, viskositi fuel lebih rendah dari 19,85 x 10-6 m 2 /s. Purging oil gun nozzle dengan steam sebelum penyalaan, pertama nyalakan grouplevel burner yang paling bawah secara silang dan kemudian level di atasnya. Amati kondisi penyalaan setiap start ignitor, atur pembakaran khususnya ketika oil gun telah menyala. Jaga atomizing tetap baik dan pembakaran stabil. Ketika tekanan steam mencapai 0,15 Mpa(g), tutup semua vent valve boiler dan drain valve superheater, dan operasikan HP dan LP turbin by-

44 pass system. Fungsikan furnace gas outlet temperatur probe, dan amati setiap 7 menit. Atur pembakaran dengan mangatur supply fuel oil untuk memproteksi Superheater dan Reheater dan tetap monitor temperatur gas pembakaran pada bottom platen superheater dan harus dipastikan lebih kecil dari 540 o C. Tutup shutoff valve eco recirculation ketika sudah tidak ada getaran dari pipa feed water atau steam flow telah lebih dari 7 %. Selama saat pertama kali penyalaan, dibutuhkan untuk memasukkan auxiliary steam ke air heater sootblower untuk cleaning air pre-heater. Karena belum ada steam dari boiler selama proses start-up, air heater sootblower mebutuhkan steam dari axuiliary steam sebagai back up.hal ini dilakukan ketika beban lebih kecil dari 15 %. Ketika beban sudah diatas 15 % supply steam diambil dari header sootblower yang sumbernya dari platen superheater. Tabel 4.2 Oil Gun Main Boiler Comisioning Performance Data Sumber : Dongfang Boiler Group, Fuel Oil Comisioning Procedure, Hal. 3

45 4.1.4 Kenaikan Temperatur dan Tekanan Ketika penyalaan awal boiler dari kondisi cold start, kenaikan tekanan dan temperatur harus berdasarkan kurva cold start boiler. Kontrol kecepatan kenaikan temperatur dan tekanan berdasarkan rate kenaikan temperatur saturasi dari air boiler. Tabel 4.3 Kenaikan pressure dan temperature Main steam pressure MPa 0.98 0.98~3.92 3.92~9.8 9.8~18.2 Rate Kenaikan temperatur o C/jam Rate kenaikan pressure MPa/min 28 o C 56 o C 30 o C 36 o C 0.03 0.05 0.06 Sumber : Dongfang Boiler Group, Boiler Operation Instruction Hal. 17 Jaga water level drum untuk menjaga kestabilan selama proses kenaikan temperature Perbedaan temperatur antara dinding upper dan bottom boiler harus lebih kecil dari 40 o C selama proses penaikan tekanan Selama periode penaikan tekanan, temperatur superheater dan reheater harus tetap diperhatikan dan dikontrol untuk mencegah panas yang berlebihan. Selama proses penaikan tekanan boiler, perhatikan dan catat setiap kenaikan tekanan. Jika ada kenaikan tekanan yang tidak sesuai, cari penyebabnya dan segera diatasi. Hanya ketika tidak ada ketidaksesuaian kenaikan tekanan,penaikan tekanan boiler dapat terus dilanjutkan. Pada proses penaikan tekanan setelah pembakaran, operator harus menaikkan rate pembakaran secara perlahan dan adjust sistem turbin by-

46 pass.tingkatkan parameter uap yang dibutuhkan untuk rolling turbin sesuai dengan kurva start-up. Setelah turbin rolling, atur rate pembakaran, jaga stabilitas tekanan steam, kontrol temperatur dan flow steam berdasarkan spesifikasi start-up turbin. Teruskan pembakaran dengan oil burner, ketika beban mencapai 20 30 % MCR dan temperatur hot air mencapai nilai yang ditentukan, coba nyalakan underlayer coal burner, karena itu yang terdekat dengan oil burner. Setelah itu nyalakan coal burner mulai dari level bawah ke level atas sesuai dengan spesifikasi kenaikan beban. Setelah beban naik ke 30 % dari MCR, buka shut-off valve pipa utama dari spray water. Set control Superheater dan Reheater attemperator ke posisi otomatis. Set pembakaran ke posisi automatis. Ketika main steam pressure telah mencapai 10 Mpa, buang silicon. Kontrol kandungan silicon dalam boiler water berdasarkan analisis kimia sampel boiler water. Ketika kandungan silikon pada boiler water masih pada batas yang diperbolehkan pada kenaikan pressure berikutnya (berdasarkan tabel), maka teruskan menaikkan tekanan sampai tekanan kerja main team tercapai. Kandungan silicon yang diperbolehkan dalam boiler water : Main steam pressure MPa Tabel 4.4 Kandungan silicon dalam air boiler 7.5~10 10~12.5 12.5~15 15~16 16~17 17~18.2 KandunganSiO 2 ppm 3.0 1.5 0.5 0.4 0.3 0.2 Sumber : Dongfang Boiler Group, Boiler Operation Instruction Hal. 18

47 Gambar 4.1 Diagram penyalaan awal boiler Sumber : Dongfang Boiler Group, Boiler Operation Instruction, hal 31

48 4.1.5 Perhitungan Pemakaian Bahan Bakar 4.1.5.1 Perhitungan Pemakaian Bahan Bakar Teoritis Efisensi Boiler (ƞ) dengan metode langsung (Direct Method) Efisensi Boiler (ƞ) : PA A E A PA A A % Efisensi Boiler (ƞ) : ṁs h ṁ x GC % Dimana : ṁs : main steam flow (kg/h) ṁf : fuel flow (kg/h) hg : enthalpi uap (kkal/kg) hf : enthalpi air pengisi (kkal/kg) GCV : Panas kotor bahan bakar (kkal/kg) Data lapangan pada beban 163 MW - Main steam flow : 471 t/h - Main steam pressure : 12,30 Mpa - Main steam temperatur : 536 C - Fuel flow : 96,29 t/h - Feed water pressure : 12,57 Mpa - Feed water temperature : 143 C - Enthalpy main steam (hg) : 3442.1 kj/kg = 822,13 kkal/kg (tabel uap kering lampiran11) - Enthalpy Feed water (hf) : 609.9 kj/kg = 145,68 kkal/kg (tabel uap basah lampiran 9)

49 - GCV HSD : 4554 kkal/kg Efisensi Boiler (ƞ) : : ṁs h ṁ x GC %,, % : 75 % Pemakaian bahan bakar teoritis a. Noload sampai rolling turbine 3000 rpm Data dari tabel cold start up - Main steam flow : 105,6 t/h - Main steam pressure : 5,88 Mpa - Main steam temperatur : 400 C - Feed water pressure : 1atm - Feed water temperature : 99 C - Enthalpy main steam (hg) : 3181,9 kj/kg = 759,63 kkal/kg (table uap kering lampiran10) - Enthalpy Feed water (hf) : 417,4 kj/kg = 99,1 kkal/kg (table uap jenuh lampiran 9) - GCV HSD : 9000 kkal/kg Efisensi Boiler (ƞ) : ṁs h ṁ x GC % 75% : ṁf :,, ṁ x,,, x ṁf : 10333,6 kg/h

50 ṁf : 12450 liter/h (berat jenis HSD : 0,83 kg/liter) jadi pemakaian HSD teoritis berdasarkan diagram cold start saat noload Sampai dengan rolling turbine 3000 rpm : 12450 liter/h x 5 jam : 62250 liter b. Rolling turbine 3000 rpm sampai beban 65 MW Data dari tabel cold start up - Main steam flow beban 65 MW : 207 t/h - Main steam pressure beban 65 MW : 8,273 Mpa - Main steam temperatur beban 65 MW : 510 C - Enthalpy main steam beban 65 MW(h2): 3420,9 kj/kg : 817,08 kkal/kg (table uap kering lampiran11) - Enthalpy main steam rolling turbine 3000 rpm (h1) : 759,63 kkal/kg - GCV HSD : 9000 kkal/kg Efisensi Boiler (ƞ) : ṁs h ṁ x GC % 75% : ṁf :,, ṁ x,,, x ṁf : 1761,8 kg/h ṁf : 2122,65 liter/h (berat jenis HSD : 0,83 kg/liter) jadi pemakaian HSD teoritis berdasarkan diagram cold start Rolling turbine 3000 rpm sampai beban 65 MW : 2122,65 liter/h x 1jam : 2122 liter

51 Jadi total pemakaian bahan bakar teoritis saat cold start boiler sampai unit berbeban 65 MW : 62250 liter + 2122 liter : 64372 liter. 4.1.5.2 Pemakaian bahan bakar aktual BLB. Data pemakaian bahan bakar pada saat penyalaan awal boiler di PLTU 2 No Tabel 4.5 Pemakainan HSD pada proses penyalaan awal boiler Total jam Pemakaian HSD liter Liter/jam 1 7.68 64,454 8,389 Start unit dari manual trip 2 4.95 44,660 9,022 Start unit dari MFT trip 3 4.00 85,156 21,289 Start unit dari drum level high high 4 3.45 62,761 18,192 Start unit dari penghantar saketi kena petir 5 6.20 71,421 18,778 Start unit dari drum level high high 6 6.33 88,703 20,637 Start unit dari perbaikan boiler bocor Sumber : Rendal Operasi PLTU 2 BLB 4.2 Proses Penyalaan Awal Boiler Dengan Tiny Oil Gun SOP (standart operating procedure) pengoperasian tiny oil gun berdasarkan manual book D&C dibagi menjadi dua yaitu cold start up dan warm/hot start up. Secara garis besar standar pengoperasian tiny oil gun adalah sebagai berikut:

52 Gambar 4.2 Diagram penyalaan awal boiler dengan tiny oil gun Sumber : PT. D&C Engineering, Training Manual Of Tiny Oil Ignition System, hal 17

53 4.2.1 Cold start 1. Catat inisial counter tiny oil flow 2. Start IDF, FDF dan jaga tekanan furnace antara -20 Pa sampai -80 Pa 3. Start Cooling air fan untuk pendingin flame detector 4. Start satu atau dua PAF. Atur primary air pressure antara 6,5 Kpa sampai 8 Kpa 5. Atur aliran udara pada mill A antara 50 t/h sampai 60 t/h dan atur kecepatan autlet mill pada coal pipe tidak kurang dari 20 m/s 6. Start tiny oil gun satu per satu, jika sudah normal semua, input tiny-oil mode 7. Buka air heater auxiliary steam manual first valve sampai full open 8. Jika temperatur inlet air Mill A sudah mencapai 120 OC, start mill A dan coal feeder A dan buat coal flow antara 8 t/h sampai 10 t/h 9. Berdasarkan kondisi aktual operasi, atur secondary air damper AA layer 35%, A layer 30%, dan layer yang lain 20% 10. Buat pembakaran batubara sesuai kebutuhan beban dengan menaikkan coal flow dan air flow pada Mill A 11. Perhatikan tiny oil burner temperature, harus kurang dari 500 oc, dengan mempercepat primary air rate dan membuka SA damper A layer akan menurunkan temperatur burner 12. Jika hot air temperature pada APH sudah lebih dari 150 oc, alihkan supply hot air pada Mill A dari steam coil ke sumber dari APH. Perhatikan temperature dan flow inlet Mill A

54 13. Selama tiny oil gun in service, pastikan untuk mengoperasikan sootblower dan melakukan pengecekan pada APH 14. Dengan mempertimbangkan kebutuhan kecepatan akan kenaikan temperature dan pressure, operasikan Mill B dan seterusnya 15. Ketika temperatur boiler sudah mencapai 500 oc, berdasarkan kondisi boiler persiapkan untuk men-stop tiny oil gun, sebelum stop tiny oil gun pastikan tiny oil gun mode pada DCS sudah di nonaktifkan 16. Jika diinginkan untuk mematikan tiny oil system, tutup tiny oil inlet main valve saja, dan jika diinginkan tiny oil system start setiap saat bisa dengan hanya membuka tiny oil inlet main valve 17. Catat conter tiny oil flow, hitung fuel consumption 4.2.2 Warm/Hot start up Berdasarkan Manual Book tiny oil gun, pada dasarnya SOP pengoperasian tiny oil gun dalam kondisi warm/hot start up sama dengan cold start up, hanya saja ketika kondisi warm/hot start up apabila primary air outlet temperature APH sudah lebih dari 150 oc maka dalam pengoperasian Mill A tidak perlu menggunakan steam coil tetapi langsung menggunakan hot air dari outlet APH. Adapun jika primary air outlet temperature APH masih kurang dari 150 oc maka SOP nya sama dengan SOP kondisi cold start up.

55 Gambar 4.3 Tampilan Mill A pada DCS Sumber : DCS PLTU 2 BLB 4.2.3 Perhitungan pemakaian bahan bakar 4.2.3.1 Pemakaian bahan bakar teoritis a. Noload sampai rolling turbine 3000 rpm Data dari tabel cold start up - Main steam flow : 105,6 t/h - Main steam pressure : 5,88 Mpa - Main steam temperatur : 400 C - Feed water pressure : 1atm - Feed water temperature : 99 C

56 - Enthalpy main steam (hg) : 759,63 kkal/kg - Enthalpy Feed water (hf) : 99,1 kkal/kg - GCV HSD : 9000 kkal/kg - ṁ HSD tiny oil gun : 4 x 60 kg/h : 240 kg/h - GCV Batubara : 4554 kkal/kg Efisensi Boiler (ƞ) : ṁs h ṁ x GC % 75% : 75% : 75% :,, ṁ x GC sd + ṁ x GC bb,, x + ṁ x GC bb,, + ṁ x GC bb ṁf x GCVbb :,, % - ṁf x :,, % - ṁf batubara : ṁf : 19947 kg/h ṁf : 19,9 ton/h jadi pemakaian HSD dan batubara teoritis berdasarkan diagram cold start saat noload Sampai dengan rolling turbine 3000 rpm HSD : 240 kg/h x 5 : 1200 kg/h = 1445,7 liter Batubara : 19,9 ton/h x 5 h = 99,5 ton/h

57 b. Rolling turbine 3000 rpm sampai beban 65 MW Data dari tabel cold start up - Main steam flow beban 65 MW : 207 t/h - Main steam pressure beban 65 MW : 8,273 Mpa - Main steam temperatur beban 65 MW : 510 C - Enthalpy main steam beban 65 MW (h2) : 817,08 kkal/kg - Enthalpy main steam rolling turbine 3000 rpm (h1) : 759,63 kkal/kg - GCV HSD : 9000 kkal/kg - ṁ HSD tiny oil gun : 4 x 60 kg/h : 240 kg/h - GCV Batubara : 4554 kkal/kg Efisensi Boiler (ƞ) : ṁs h ṁ x GC % 75% :,, ṁ x 75% :,, ṁ x GC sd + ṁ x GC bb 75% : 75% :,, x + ṁ x GC bb,, + ṁ x GC bb ṁf x GCVbb :,, % - ṁf x :,, % - ṁf : 3007 kg/h ṁf batubara :

58 ṁf : 3 ton/h jadi pemakaian HSD teoritis berdasarkan diagram penyalaan awal boiler sampai Rolling turbine 3000 rpm sampai beban 65 MW HSD : 240 kg/h x 1 h : 240 kg/h = 289 liter Batubara : 3 ton/h x 1 h = 3 ton Jadi total pemakaian bahan bakar teoritis saat penyalaan awal boiler sampai unit berbeban 65W HSD : 1445,7 liter + 289 liter : 1734 liter Batubara : 99,5 ton + 3 ton : 102,5 ton 4.2.3.2 Pemakaian bahan bakar aktual Start up Tabel 4.6 Data pemakaian HSD dan batubara saat penyalaan awal boiler Total jam Pemakaian HSD liter/ liter jam Pemakaian Batubara ton ton/jam 1 7.20 2,088 290 144 20 Start unit (stator cooling water flow low) 2 8.00 2,320 290 168 21 Start unit (perbaikan di drain MSV no. 2) 3 7.50 8,078 290 165 22 Start unit (SST gagal transfer ke UAT) 4 4.50 7,050 1,567 81 18 5 4.07 6,768 1,664 69 17 6 7.80 2,284 290.0 171.6 22 Start unit (RSH) Sumber : Rendal Operasi PLTU 2 BLB Start unit (vibrasi tinggi), tiny oil gun #1 tidak bisa dioperasikan, OG AB1 start Start unit (stator cooling water flow low), tiny oil gun #4 tidak bisa dioperasikan OG AB4 start Pada proses penyalaan awal aktual dilapangan jumlah pemakain HSD lebih besar dari pada perhitungan teoritis hal ini disebabkan jika pada saat start MSM

59 temperature furnace terlalu rendah ( lebih kecil dari 90 C ) akan terjadi explosive pada boiler dikarenakan banyak batubara yang tidak terbakar. Oleh karena itu diperlukan pemanasan ruangan bakar oleh oil tiny oil gun yang biasanya memakan waktu 2-3 jam. Pemakaian HSD aktual pada penyalaan awal boiler juga lebih besar dari pada perhitungan teoritis pada beberapa proses penyalaan awal boiler dikarenakan ketidaksiapan tiny oil gun, sehingga proses penyalaan awal perlu dibantu dengan menggunakan oil gun. 4.3 Penghematan Pemakaian HSD Dari perhitungan secara teoritis dan data aktual pemakaian HSD pada proses penyalaan awal boiler sangat terlihat penghematan pemakaian HSD saat menggunakan tiny oil gun dibandingkan menggunakan oil gun saat penyalaan awal boiler. Penghematan HSD : Rata-rata HSD oil gun Rata-rata HSD tiny oil gun : 62825 liter 4764 liter : 58061 liter Jadi penghematan HSD yang didapatkan apabila menggunakan tiny oil gun adalah sebesar 58061 liter setiap kali proses penyalaan awal boiler.