TEKNOLOGI PERTANIAN ANDALAS

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

CURRICULUM VITAE. : Dr. Ir. FERI ARLIUS, M.Sc Tempat/Tanggal Lahir : Tanah Datar / 25 Desember 1967

III. KEADAAN UMUM LOKASI

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980)

NERACA AIR DAN PENGGUNAAN LAHAN SWP DAS ARAU

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAHAN KOTA PADANG

IDENTIFICATION OF FLOOD PRONE AREA WITH GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (CASE STUDY : PADANG CITY)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBERADAAN SITU (STUDI KASUS KOTA DEPOK) ROSNILA

PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN POLA PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA DANGKAL BERDASARKAN DATA GEOSPASIAL PADA DAERAH IRIGASI POMPA III NAGARI SINGKARAK

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN I.I

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh

DINAMIKA KEBERADAAN SAWAH di KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

SURVEI PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG DESA DI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA JURNAL. Oleh Rahmad Ferdi

Master Plan Pengendalian Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup Kabupaten Donggala. yang harus dikelola dengan baik dan bijaksana. Pemanfaatan sumber

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS Nomor : 84/XIII/M/FATETA Tentang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

ANALISIS SPASIAL KONVERSI LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai Cimanuk ) 1) ABSTRAK

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan (Land Based

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

PEMERINTAH KOTA PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Transkripsi:

J URNAL TEKNOLOGI PERTANIAN ANDALAS Fakultas Teknologi Pertanian FATETA UNAND Volume 18, No. 1 Maret 2014 DIDUKUNG OLEH : PERHIMPUNAN TEKNIK PERTANIAN INDONESIA (CABANG SUMATERA BARAT) PERHIMPUNAN AHLI TEKNOLOGI PANGAN INDONESIA (CABANG SUMATERA BARAT)

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas J URNAL TEKNOLOGI PERTANIAN ANDALAS Penanggung jawab Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Pimpinan Redaksi Dr. Ir. Sandra, MP Mislaini R, STP, MP Neswaty, STP, MSi Ir. Rifma Eliyasmi, MS Dewan Redaksi (Editorial Board) Prof. Dr. Ir. Isril Berd, SU Prof.Dr.Ir. Anwar Kasim Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Prof. Dr. Ir. Fauzan Azima, MS Dr. Handaka, M. Eng. (BBPMP-Serpong) Dr.Ir. Masrul Djalal, MS Dr.Ir. Kesuma Sayuti, MS Ir. M. Agita Tjandra, PhD Ir. Aisman, MSi Editor Dr. Ir. Sandra, MP Mislaini, R. S.TP, MP Desain Sampul Oleh: Muhammad Ikhwan, S.TP. Dari Redaksi Jurnal ini kembali menyajikan penelitian terbaru dari komunitas ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bidang teknologi pertanian. Diharapkan, tulisan dalam jurnal ini dapat menjadi satu acuan dalam pengembangan IPTEK. Redaksi ALAMAT Fakultas Teknologi Pertanian FATETA UNAND Kampus Limau Manis Padang - Sumatera Barat Telp: 0751-777413 e-mail : jtp_unand@yahoo.co.id CAKUPAN Teknologi Hasil Pertanian, Teknik Pertanian, Agro-Industri, Pangan & Gizi

ANALISIS SPASIAL KONVERSI LAHAN PERTANIAN KOTA PADANG TAHUN 2003-2012 Delvi Yanti dan Feri Arlius Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Telp. / Fax. 0751-777413, Kampus Limau Manis, Padang 25163 e-mail : delviyanti23@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas lahan pertanian (sawah) Kota Padang yang telah dikonversi menjadi lahan non pertanian dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012. Analisis data tahun 2003 2012 menggunakan data spasial (peta). Setelah diketahui luas lahan pertanian (sawah) Kota Padang yang telah terkonversi menjadi lahan non pertanian dari tahun 2003 2012, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui berapa persentase (%) yang terkonversi menjadi lahan terbangun (pemukiman) dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Total luas lahan pertanian (sawah) kota Padang yang telah terkonversi menjadi lahan non pertanian dari tahun 2003-2012 adalah 1.605,418766 ha. Total luas lahan pertanian (sawah) kota Padang yang telah terkonversi menjadi lahan terbangun (pemukiman) dari tahun 2003-2012 adalah 1,217.998614 ha atau 75,87 % dari total lahan pertanian (sawah) yang telah terkonversi. Keyword : analisis spasial, konversi lahan, lahan pertanian PENDAHULUAN Konversi lahan pertanian tidak menguntungkan bagi pertumbuhan sektor pertanian karena dapat menurunkan kapasitas produksi dan daya serap tenaga kerja, yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi pangan yang juga mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Konversi lahan pertanian merupakan perubahan fungsi lahan pertanian ke non-pertanian. Banyak faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian, salah satunya adalah pertambahan jumlah penduduk. Khusus untuk daerah perkotaan, urbanisasi merupakan salah satu penyebab pertambahan jumlah penduduk selain disebabkan oleh tingkat kelahiran. Semakin bertambah jumlah penduduk pada suatu wilayah maka akan menyebabkan semakin meningkatnya permintaan lahan untuk pemukiman dan fasilitas umum lainnya, sementara lahan yang tersedia tidak bertambah, sehingga konversi lahan tidak dapat dihindari. Terjadinya konversi lahan pada suatu wilayah dapat disebabkan oleh faktor sosial, ekonomi, dan kebijakan pemerintah. Selain aspek sosial dan ekonomi, aspek peraturan atau Undang-Undang yang mengatur tentang keberadaan dan berkelanjutan lahan-lahan pertanian saat ini juga tidak mampu membendung terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian, terutama pada daerah perkotaan, salah satu contohnya adalah Kota Padang. Perkembangan Kota Padang yang semakin pesat ditandai dengan semakin meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan serta dinamika kegiatan sosial ekonomi yang berlangsung, seperti semakin banyaknya pusat-pusat pelayanan jasa, sektor

ekonomi, industri, transportasi, pendidikan, pariwisata, dan ditunjang dengan akses jalan yang semakin baik (RTRW Kota Padang 2004-2013). Hal tersebut terkait dengan pertambahan penduduk Kota Padang setiap tahunnya yakni dari tahun 2003 sebanyak 765.450 (BPS Kota Padang tahun 2003) dan meningkat sampai dengan 846.731 jiwa pada tahun 2011 (BPS Kota Padang tahun 2011). Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan non-pertanian cenderung meningkat. Meningkatnya lahan terbangun terutama lahan untuk permukiman, berdampak terhadap keberadaan lahan-lahan pertanian, dimana lahan-lahan pertanian telah banyak yang berubah fungsi menjadi lahan-lahan permukiman, yang akan berdampak pada berkurangnya kawasan resapan air. Perubahan penggunaan lahan yang tidak memperhatikan aspek tata ruang dan lingkungan akan menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap lingkungan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya bencana alam. Berdasarkan fenomena perubahan penggunaan lahan pertanian ke lahan non pertanian serta dampak-dampak negatif terhadap lingkungan baik fisik dan sosial ekonomi yang terjadi di Kota Padang, maka peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai konversi lahan pertanian Kota Padang ke lahan non pertanian selama periode 2003-2012. Saat ini perkembangan teknologi penginderaan jauh dan berbagai kelebihan yang dimilikinya telah mendorong orang menggunakan teknik ini untuk berbagai studi, termasuk diantaranya untuk mendeteksi konversi penggunaan lahan. Analisis spasial dengan memanfaatkan data citra satelit dapat digunakan untuk memonitor konversi lahan pertanian yang terjadi. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui luas lahan pertanian (sawah) kota Padang yang telah dikonversi menjadi lahan non pertanian dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012. Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Pemerintah Daerah Kota Padang dan para pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan yang telah dikonversi dan melakukan perbaikan tata guna lahan di Kota Padang b. Para akademisi sebagai bahan tambahan dan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Wilayah penelitian adalah seluruh wilayah Kota Padang dan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2013. Pengumpulan Data Data yang digunakan untuk melihat konversi lahan pertanian (sawah) Kota Padang adalah : 1) Peta Administrasi Kota Padang digunakan untuk menunjukkan wilayah Kota Padang sebagai target wilayah penelitian. 2) Data Landsat tahun 2003 dan 2012

Pengolahan Data Proses pengolahan data sebagai berikut : 1) Citra landsat dikomposit untuk mendapatkan penampakan warna yang sesuai dari Band 3,4,5 2) Masing-masing citra landsat dikomposit yaitu tahun 2003 dan 2012 3) Proses pengklasifikasian : a) Pengklasifikasian dilakukan dengan metode Unsupervised classification dan Supervised classification untuk memisahkan klas-klas warna yang ada pada citra tersebut. b) Hasil klasifikasi raster akan berbertuk data vektor format.shp file polygon c) Dilanjutkan dengan majority, proses ini akan mengeksekusi poligon kecil yang berada pada poligon besar serta menggabungkannya d) Proses majority ini diulang sampai membentuk tata guna lahan yang sesuai dan dikontrol dengan kunci interpretasi citra. e) Setiap warna yang ada didefinisikan menjadi suatu penggunaan lahan misal warna merah muda merupakan pemukiman, warna biru tua bercak merukan sawah dan seterusnya, selain itu kita juga harus memperhatikan faktor rona, ukuran, bentuk, dan parameter lainnya sesuai dengan kunci interpretasi. 4) Proses point empat (4) dilakukan pada citra lansat tahun 2003 dan 2012, sehingga keduanya membentuk tata guna lahan yang sesuai 5) Setelah kedua peta tata guna lahan tersebut selesai dilanjutkan ke proses Overlay terhadap keduanya, dengan tujuan untuk mendapatkan perubahan. a) Overlay dilakukan untuk melihat perubahan lahan pertanian (sawah) menjadi lahan non pertanian dari tahun 2003 ke 2012 b) Overlay dilakukan untuk melihat perubahan lahan pertanian (sawah) menjadi lahan terbangun (pemukiman) dari tahun 2003 ke 2012 6) Hasil data overlay dilakukan analisa dari atribut yang ada dan ditambah informasi luasan perubahan yang terjadi. Analisis Data Setelah diketahui luas lahan pertanian (sawah) Kota Padang yang telah terkonversi menjadi lahan non pertanian dari tahun 2003 2012, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui berapa persentase (%) yang terkonversi menjadi lahan terbangun (pemukiman) dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian Kota Padang adalah Ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di Pantai barat pulau Sumatera dan berada antara 0 o 44 00 1 o 08 35 LS serta antara 100 o 05 05 100 o 34 09. Menurut PP No. 17 Tahun 1980, luas Kota Padang adalah 694,96 km² atau setara dengan 1,65 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat, data luas masing-masing Kecamatan di Kota Padang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Luas Kecamatan di Kota Padang No Kecamatan Luas (km 2 ) 1 Bungus Teluk Kabung 100,78 2 Lubuk Kilangan 85,99 3 Lubuk Begalung 30,91 4 Padang Selatan 10,03 5 Padang Timur 8,15 6 Padang Barat 7,00 7 Padang Utara 8,08 8 Nanggalo 8,07 9 Kuranji 57,41 10 Pauh 146,29 11 Koto Tangah 232,25 Total 694,96 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2002 Dari keseluruhan luas Kota Padang sebagian besar atau 52,52 persen berupa hutan yang dilindungi oleh pemerintah, bangunan dan perkarangan seluas 9,01 persen atau 62,63 km 2 sedangkan yang digunakan untuk lahan sawah seluas 7,52 persen atau 52,25 km 2. Wilayah daratan Kota Padang yang ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 0-1853 m diatas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah (di antaranya yaitu pulau Sikuai dengan luas 4,4 ha di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, pulau Toran seluas 25 Ha dan pulau Pisang Gadang di kecamatan Padang Selatan). Daerah perbukitan membentang di bagian timur dan selatan kota. ukitbukit yang terkenal di Kota Padang di antaranya adalah Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, dan Bukit Pegambiran. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan pada tahun 2003. Suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 23 0-32 0 C pada siang hari dan pada malam hari adalah antara 22 0-28 0 C, serta kelembabannya berkisar antara 78-81 persen. Konversi Lahan Pertanian (Sawah) Kota Padang Tahun 2003-2012 Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan manusia. Aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas fauna dan manusia. Setiap aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung selalu terkait dengan lahan, seperti untuk pertanian, pemukiman, transportasi, industri atau untuk rekreasi, sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut.

Sihaloho (2004) menjelaskan bahwa konversi lahan adalah alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian atau dari lahan non pertanian ke lahan pertanian. Data konversi lahan pertanian (sawah) Kota Padang tahun 2003-2012 disajikan pada Tabel 2 dan petanya pada Gambar 1. Tabel 2. Data Konversi Lahan Pertanian (Sawah) Kota Padang Tahun 2003-2012 No Kecamatan Luas (ha) 1 Bungus 468,609645 2 Pauh 305,054584 3 Koto Tangah 291,640451 4 Kuranji 279,441044 5 Lubuk Begalung 129,701763 6 Lubuk Kilangan 113,194258 7 Padang Timur 10,528024 8 Nanggalo 7,248997 Total 1.605,418766 Sumber : hasil analisis Agustus 2013 Dari 11 Kecamatan yang ada di Kota Padang, 8 Kecamatan yang mengalami konversi lahan pertanian (sawah). Total lahan pertanian (sawah) Kota Padang yang telah terkonversi dari tahun 2003-2012 adalah 1.605, 418766 ha dan yang paling luas mengalami konversi lahan pertanian (sawah) adalah Kecamatan Bungus. Kecamatan ini merupakan kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang dengan luas 100,78 km2 dan jumlah penduduk 23.400 jiwa. Banyak faktor yang menyebabkan konversi lahan (sawah) yang terjadi di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, diantaranya adalah kebijakan pemerintah. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2004-2013 Kecamatan Bungus Teluk Kabung merupakan daerah yang termasuk pada sentra pertumbuhan selatan Kota Padang. Kawasan yang memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut ini direncanakan sebagai kawasan andalan pengembangan pariwisata (Pemerintah Kota Padang 2004). Kebijakan daerah yang tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Padang menunjukan bahwa konsep dan strategi pengembangan pariwisata Kota Padang diprioritaskan pada pengembangan pariwisata bahari dan pantai,dimana pusat pengembangan wisata pantai adalah Teluk Bungus (Pemerintah Kota Padang, 2007). Pakpahan (1993) membagi faktor yang mempengaruhi konversi dalam kaitannya dengan petani, yakni faktor tidak langsung dan faktor langsung. Faktor tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, pertumbuhan penduduk, arus urbanisasi dan konsistensi implementasi rencana tata ruang. Sedangkan faktor langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi, pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan sebaran lahan sawah. Faktor langsung dipengaruhi oleh faktor tidak langsung, seperti pertumbuhan penduduk akan menyebabkan pertumbuhan pemukiman, perubahan struktur ekonomi ke arah industri dan jasa akan meningkatkan kebutuhan pembangunan sarana transportasi dan lahan untuk industri, serta peningkatan arus urbanisasi akan meningkatkan tekanan penduduk atas lahan di pinggiran kota.

Konversi Lahan Pertanian (Sawah) Kota Padang menjadi Lahan Terbangun (Pemukiman) Tahun 2003-2012 Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Konversi lahan pertanian (sawah) cendrung ke lahan terbangun (pemukiman), hal ini sangat erat kaitannya dengan pertambahan jumlah penduduk. Data konversi lahan pertanian (sawah) kota Padang menjadi pemukiman tahun 2003-2012 disajikan pada Tabel 3 dan petanya disajikan pada Gambar 2. Tabel 3. Data Konversi Lahan Pertanian (Sawah) Kota Padang Menjadi Lahan Terbangun (Pemukiman) Tahun 2003-2012 No Kecamatan Luas (ha) 1 Bungus 317,667668 2 Pauh 228,230678 3 Koto Tangah 226,999990 4 Kuranji 209,403081 5 Lubuk Begalung 126,996373 6 Lubuk Kilangan 101,626415 7 Padang Timur 0,044535 8 Nanggalo 7,029874 Total 1.217,998614 Sumber : hasil analisis Agustus 2013 Kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian cenderung terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian. Karena peningkatan jumlah penduduk secara tidak langsung juga peningkatan terhadap kebutuhan pemukiman. Perubahan lahan pertanian menjadi lahan terbangun (pemukiman), mengakibatkan lahan pertanian yang tersisa menjadi tidak produktif lagi karena lahan pertanian yang tersisa tersebut telah diapit oleh bangunan pemukiman, maka kemungkinan lahan tersebut dikonversi semakin besar. Akibat peralihan lahan pertanian menjadi lahan bangunan pemukiman, mengakibatkan keinginan para petani untuk bercocok tanam menjadi menurun, karena pendapatan yang diperoleh dari hasil bertani tidak sebanding dengan usaha yang telah dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena lingkungan bangunan pemukiman memberikan dampak negatif untuk kesuburan hasil pertanian, karena pada daerah pemukiman telah tercemar dengan kegiatan masyarakat, sehingga berdampak penurunan hasil panen petani. Berkurangnya pendapatan dari hasil pertanian tersebut, membuat para petani yang memiliki lahan pertanian memilih mengalih fungsikan lahan pertanian yang mereka miliki untuk dijadikan bangunan pemukiman dan bangunan lainnya, karena dengan mengalih fungsi lahan pertanian yang dimiliki, para petani lebih mendapatkan keuntungan daripada tetap mempertahankan lahan pertanian yang dimilik. Persentase konversi lahan pertanian (sawah) Kota Padang menjadi lahan terbangun (pemukiman) dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012, disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Konversi Lahan Pertanian (Sawah) Kota Padang Menjadi Lahan Terbangun (Pemukiman) dari Tahun 2003-2012 Luas lahan pertanian (sawah) No Kecamatan (ha) Persentase yang telah dikonversi menjadi lahan (%) dikonversi terbangun (pemukiman) 1 Bungus 468,609645 317,667668 67,79 2 Pauh 305,054584 228,230678 74,82 3 Koto Tangah 291,640451 226,999990 77,84 4 Kuranji 279,441044 209,403081 74,94 5 Lubuk Begalung 129,701763 126,996373 97,91 6 Lubuk Kilangan 113,194258 101,626415 89,78 7 Padang Timur 10,528024 0,044535 0,42 8 Nanggalo 7,248997 7,029874 96,98 Total 1.605,418766 1.217,998614 75,87 Sumber : hasil analisis Agustus 2013 Pada Tabel 4 dapat dilihat dari keseluruhan lahan pertanian (sawah) Kota Padang yang telah terkonversi dari tahun 2003-2012 yaitu 75,87 % terkonversi menjadi lahan terbangun (pemukiman), dengan kata lain 24,13 % lahan pertanian (sawah) dikonversi ke sektor lain. Konversi lahan pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan. Kebutuhan konversi lahan tersebut terjadi karena dua hal pokok, yaitu pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya, dan yang kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat Kustiawan (1997), selama jumlah penduduk terus mengalami peningkatan dan tekanan penduduk terhadap lahan terus meningkat maka konversi lahan pertanian sangat sulit dihindari.

Gambar 1. Peta Konversi Lahan Pertanian (Sawah) Kota Padang Tahun 2003-2012

Gambar 2. Peta Konversi Lahan Pertanian (Sawah) Menjadi Lahan Terbangun (Pemukiman) Kota Padang Tahun 2003-2012

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 1. Total luas lahan pertanian (sawah) kota Padang yang telah terkonversi menjadi lahan non pertanian dari tahun 2003-2012 adalah 1.605,418766 ha 2. Total luas lahan pertanian (sawah) kota Padang yang telah terkonversi menjadi lahan terbangun (pemukiman) dari tahun 2003-2012 adalah 1,217.998614 ha atau 75,87 % dari total lahan pertanian (sawah) yang telah terkonversi. 1. Pemerintah harus menetapkan batas-batas wilayah pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Padang 2. Pemerintah harus memberikan penyuluhan kepada pemilik lahan pertanian (sawah) dengan cara memberikan penyuluhan dan pelatihan melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan) agar pemilik lahan (sawah) dapat meningkatkan produktifitas lahan yang dimilikinya guna meningkatkan pendapatan petani dan nilai lahan itu sendiri, sehingga pemilik lahan tidak tertarik untuk mengkonversi lahan. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor. Barlowe, R. 1986. Land Resource Economics. The Economics of Real Estate. Prentice-Hall Inc. New York, 635 (Saefulhakim 2000). Demers, M.N. (1997), Fundamentals of Geographic Information Systems, John Wileys & Sons,Inc., New York. Fotheringham. Stewart. A.2005. Quantitative Geography- Perspective on Spatial Data Analysis. SAGE Publication. London Gandasasmita K. 2001. Analisis Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Daerah Aliran Sungai Cimanuk Hulu Jawa Barat (Disertasi). Sekolah Pascasarjana Bogor. Institut Pertanian Bogor Galih Wasis Wicaksono. 2013. Analisis Spasial. Teknik Infortika UMM. http://galih.staff.umm.ac.id/ Gunanto, E.S. 2007. Konservasi Lahan Pertanian Mengkhawatirkan. http://www.tempointeraktif.com Iqbal, M dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Volume 5 Nomor 2, Juni 2007 : 167-182. Bogor Kustiawan, I. 1997. Konversi Lahan Pertanian di Pantai Utara dalam Prisma No. 1. Jakarta: Pustaka LP3ES. Pemerintah Kota Padang. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang 2004-2013. Badan Perencanaan Pembangunan Kota Padang Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis : Konsep-konsep Dasar. Bandung : Informatika Sihaloho, M. 2004. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria. Bogor: Tesis Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sitorus., S.R.P. 2001. Pengembangan Sumber Daya Lahan Berkelanjutan. Edisi Kedua. Lab. Perencanaan Pengembangan Sumber Daya Lahan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 138 halaman Pakpahan, et. al. 1993. Analisis Kebijaksanaan Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non- Pertanian. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.