NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Tita Yulianti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S 1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR YULIANA A

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA LANCAR AKSARA JAWA MELALUI STRATEGI SCRAMBLE KELAS V SD N DUKUH 03 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

DALAM (PTK. Persyaratan. Oleh: A PROGRAM FAKULTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

ARTIKEL. oleh: NANDA MAITA F.G NIM ABSTRAK

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS IX MTs NEGERI 1 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK AND WRITE

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN. MELALUI METODE SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) PADA

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh : Nur Utami Guru SDN Mendiro 2 Kecamatan Ngrambe Kata Kunci : Kemampuan Membaca, Pemahaman, Surat Kabar

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Joko Setiyono* Kata kunci: inkuiri, menulis teks berita, multikultural

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

( PTK Pembelajaran Matematika Kelas X SMA N 1 Sidoharjo ) Naskah Publikasi

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

WINDA TRIANSARI A

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA BERITA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE (CIRC) PADA SISWA KELAS X AV A SMK MUHAMMADIYAH KUTOWINANGUN KEBUMEN

Aningsih, M.Pd* Icy Putri Jayanty*

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SULISTYANI AGUSTINA A

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE COPY THE MASTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SRUWENG TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE

LINGUA. Universitas Negeri Semarang. Dwi Rahmawati dan Haryadi. Info Artikel

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: L A S M I N I A

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

PENERAPAN METODE CIRC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN WACANA NON FIKSI DI KELAS X SMA AL ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN

Rini Endah Sugiharti, Tantri Putri Dwi Pratiwi.

Oleh: Dian Kartika Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Ahmad Nurhamid Guru Mapel Bahasa Jawa pada SMP Negeri 1 Toroh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

Dwi Rahmawati, Haryadi, dan Deby Luriawati N. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, Universitas Negeri Semarang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI VIDEO SEBUAH OBJEK PADA SISWA KELAS X TSM 1 SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA PAPAN SELIP (SLOT BOARD) PADA SISWA KELAS II SDN 2 KARANGTALUN TAHUN 2013/2014

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITANDENGAN METODE OBJEK LANGSUNGSISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KEBUMEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MELALUI MODEL DIRECT WRITING ACTIVITIES DI SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Oleh: Nimastiti Subagyo Putri Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena

LINA PUTRI NANDA SARI A.510

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: SUHARIYANI A

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN BERHITUNG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BATANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 03 REJOSARI KUDUS

Keyword: CIRC, Learning, Phoem

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN STRATEGI BUKU BERGAMBAR MINIM KATA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 IMOGIRI, BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH NGASEM

BAB III METODE PENELITIAN. kelas merupakan penelitian yang berbasis kelas, maka masalah-masalah yang diteliti

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE KALKULATOR JARIMATIKA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SD NEGERI NOGOSARI 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

NAS KAH PUBLAKAS I ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MEMBACA INTENSIF MELALUI METODE ASSESSMENT SEARCH PADA SISWA

Peningkatan Kemampuan Membaca Aksara Jawa Menggunakan Metode Iqro pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2016/2017

VARIASI PENGATURAN TEMPAT DUDUK SISWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SAWAHAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

Endang Sudarsih* PENDAHULUAN

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF DENGAN METODE REORGANISASI BARRETT TAXONOMY PADA SISWA KELAS VIII A MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh: NURUL ANGGRAINI A. 310 080 095 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 0

0

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF DENGAN METODE REORGANISASI BARRETT TAXONOMY PADA SISWA KELAS VIII A MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NURUL ANGGRAINI A 310080095 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah memaparkan hasil pembelajaran membaca intensif siswa kelas VIII A MTsN Susukan dengan menggunakan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus I terdiri dari dua pertemuan, demikian pula dengan siklus II. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A MTsN Susukan yang berjumlah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy menunjukkan peningkatan dalam proses pembelajaran membaca intensif siswa kelas VIII A MTsN Susukan Kabupaten Semarang. Hal ini dapat dilihat dari pemerolehan nilai rata-rata siswa mulai dari pra siklus hingga siklus II. Nilai rata-rata kelas pada tahap pra siklus sebesar 59, 19 dan mengalami peningkatan sebesar 3,5% menjadi 62, 64 pada siklus I. Pada siklus II nilai ratarata kelas meningkat sebesar 10, 2% menjadi 72, 79. Keaktifan siswa meningkat dari 46,6% pada siklus I menjadi 76,6% dan perhatian siswa terhadap proses pembelajarn meningkat dari 40% pada siklus I menjadi 66,6%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode Reorganisasi Barrett Taxonomy mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran membaca intensif. Penggunaan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy akan lebih baik bila dilakukan beberapa kali untuk mempermudah pemahaman siswa dalam sebuah teks. Kata kunci: membaca intensif, penelitian tindakan kelas, Reorganisasi Barrett Taxonomy PENDAHULUAN Belajar dan mengajar, kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar, yakni dengan sengaja dilakukan untuk mencapai yang dicita-citakan. Kedua aktifitas tersebut, dapat disimpulkan proses pembelajaran merupakan interaksi yang saling melengkapi antara guru dan siswa. Mengajar yaitu memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan membantu kegiatan belajar pada peserta didik dalam 1

mengembangkan potensi intelektualnya sehingga potensi-potensi tersebut dapat berkembang secara optimal (Sulistyorini, 2009: 35). Kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2004 (Depdiknas, dalam Sulistyorini, 2009) diselenggarakan untuk membentuk watak peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan berguna untuk mendorong pencapaian kompentensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang haya dan mewujudakan masyarakat belajar. Pengajaran bahasa sesuai dengan pengajaran nasional, yaitu mengembangkan warga negara Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, serta mampu mengembangkan fungsi bahasa dan kebudayaan. Ada empat kemampuan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan kemampuan menulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Membaca merupakan mata pelajaran tertua dalam sekolah formal. Setiap sekolah mencantumkan mata pelaran utamanya membaca, menulis, dan berhitung. Membaca merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Kemampuan membaca sangat penting bagi peserta didik sebab seluruh aktivitas sehari-hari selalu melibatkan kemampuan membaca. Mulai dari tanda-tanda di jalan raya, judul-judul buku, dan surat kabar yang diterbitkan setiap hari. Kemampuan membaca merupakan modal utama dalam proses pembelajaran. peserta didik mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dengan membaca. Peserta didik diharapkan dapat memahami isi wacana yang mereka baca dan dapat memberi tanggapan terhadap isi bacaan. Memahami isi suatu bacaan memang bukan perkara yang mudah. Itu pula yang dialami oleh sebagian siswa SMP, contohnya saja MTsN Susukan. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di MTsN Susukan, diketahui bahwa siswa memiliki kemampuan membaca yang masih rendah, yaitu 50%. Hal ini terjadi karena kurang memahami isi bacaan dengan maksimal. 2

Kendala yang dihadapi guru adalah tidak adanya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran membaca, rendahnya konsentrasi siswa saat membaca dan pemahaman siswa terhadap bacaan. Siswa akan memahami bacaan jika bacaan tersebut dibaca lebih dari satu kali. Dalam metode Reorganisasi Barrett Taxonomy peserta didik diminta untuk menemukan informasi dan memahami bacaan dari yang paling sederhana ke yang lebih kompleks. Berkaitan dengan hal itu maka peneliti menerapkan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy pada pembelajaran membaca intensif siswa kelas VIII A MTsN Susukan. Penelitian ini ingin menjawab Apakah implementasi metode Reorganisasi Barrett Taxonomy dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII A MTsN Susukan tahun pelajaran 2011/2012? Reorganisasi meminta siswa untuk menganalisa, mengumpulkan, dan menyusun gagasan atau informasi dengan tegas yang dinyatakan dalam pilihan. Pembaca bisa menggunakan pernyataan dari penulis atau bisa juga dengan memparafrase pernyataan dari penulis untuk menghasilkan informasi sesuai dengan pikiran yang diinginkan. Ada empat tugas dalam metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Empat tugas itu adalah: 1. Mengklasifikasikan Pada tahap ini siswa diminta untuk menentukan orang, benda, tempat, atau peristiwa dalam beberapa kategori. Peserta didik diminta untuk mengenali atau mengingat beberapa hal secara detail, sebuah hubungan atau sifat mereka dalam pengaruh mengklasifikasikan. 2. Menguraikan Peserta didik diminta untuk menyusun pilihan dalam sebuah skema dengan menggunakan kalimat langsung atau pernyataan yang diparafrase dari pilihan. 3. Menyimpulkan Peserta didik diminta untuk menyingkat pilihan dengan menggunakan pernyataan langsung atau parafrase dari pilihan. 3

4. Mengumpulkan dan menjadikan satu Tahap ini peserta didik diminta untuk menggabungkan gagasan yang tegas atau informasi dari satu sumber atau lebih. Informasi ini harus disatukan hingga memberikan sebuah jawaban atas pertanyaan (Clymer, 2011: 12-13) Hudson (dalam Tarigan, 2008: 7) mengemukakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Menurut Crawley dan Mountain (dalam Somadaya, 2011: 6-7), membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, dan metakognitif sebab proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata lisan. Tarigan (dalam Somadaya 2011: 8) menyatakan bahwa membaca intensif merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literal standars), resensi kritis (critical reviw), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns of fiction). Nuttal (dalam Somadoyo, 2011: 54) menyatakan bahwa ketika seseorang membaca, kemudian tidak memahami bahan bacaannya, maka kegiatan membaca yang dilakukan tersebut tidak akan berarti apa-apa. Aspek yang penting dalam kemampuan membaca adalah bacaan. Tampubolon menyatakan bahwa kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan cara penguasaan teknik membaca efisien dan efektif. Pemahaman membaca harus diukur dengan cara menghitung presentase skor jawaban ideal dari pertanyaan-pertanyaan tes membaca intensif. Khuzaimatun (2009) dengan penelitian Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Metode SQ3R pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Sumberlawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode 4

SQ3R menunjukkan peningkatan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari siklus I sebesar 32,5%, siklus II sebesar 60% dan siklus III sebesar 87,5%. Penelitian Rokhmah Prihatiningsih (2011) berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Menemukan Ide Pokok dan Permasalahan dalam Artikel dengan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Teknik Close Reading pada Peserta Didik Kelas XII IPS 1 SMA Nasional Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel dengan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan teknik Close Reading sebesar 22,3%. Skor rata-rata kelas pada tahap pra siklus sebesar 57,7 dan mengalami peningkatan sebesar 16,1% menjadi 73,8 pada tahap siklus I. Pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat sebesar 6,2% menjadi 80. Setelah digunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan teknik Close Reading terjadi perubahan tingkah laku peserta didik yang sebelumnya kurang antusias dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, sekarang menjadi sangat antusias dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Munawaroh (2005), dengan judul penelitian Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa kelas VII B SMP N 10 Semarang. Hasil penelitian memnunjukkan bahwa keterampilan membaca intensif teks profil tokoh kelas VII B SMP N 10 Semarang mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Hasil pratindakan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 56,51. Setelah dilakukan tindakan siklus I, nilai rata-rata siswa menjadi 67,46. Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata menjadi 81. Masing-masing aspek dalam membaca intensif teks profil tokoh juga mengalami peningkatan. Aspek menyarikan riwayat hidup tokoh skor rata-rata pratindakan sebesar 58, siklus I menjadi 72,3 dan siklus II meningkat menjadi 81,3. Aspek mencatat hal-hal yang bermanfaat skor rata-rata pratindakan 51, siklus I 56,4 dan siklus II meningkat sebesar 20% menjadi 76,4. 5

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan ketiga penelitian di atas yaitu peningkatan kemampuan membaca intensif. Adapun perbedaannya terletak pada metode pengajaran yang diterapkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Susukan, di Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu bulan Desember sampai Mei. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 30 orang. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Kemis (dalam Syamsudin, 2009: 191) penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Pada dasarnya penelitian tindakan dengan penelitian tindakan kelas hampir sama, hanya saja perbedaannya terdapat pada fokus penelitian. Penelitian tindakan kelas cukup potensial untuk membantu memecahkan masalah guru dalam menjalankan profesinya sekaligus meningkatkan kinerjanya. Akan tetapi dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, masih banyak kendala yang dihadapi oleh guru. Menurut Prayono (dalam Syamsudin, 2009: 227) ada tiga kendala yaitu: a) masih lemahnya pemahaman guru tentang konsep penelitian tindakan kelas, b) belum diyakini proses penelitian tindakan kelas sebagai strategi pengembangan profesi guru, c) belum membudayakan reflectif thinking di kalangan guru. Objek penelitian ini adalah proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan membaca intensif dengan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Sumber data dari penelitian ini adalah guru bidang studi bahasa Indonesia kelas VIII A MTsN Susukan, siswa kelas VIII A MTsN Susukan, dan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti. Data primer dari penelitian ini adalah kemampuan membaca intensif pada siswa sedangkan data sekundernya adalah daftar nilai kemampuan membaca intensif siswa. 6

Data dikumpulkan menggunakan cara observasi, wawancara (interview), tes, dokumentasi, dan catatan lapangan. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy.Wawancara yaitu tanya jawab peneliti dengan siswa mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi. Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah essay. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kemampuan membaca intensif dengan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nama dan jumlah siswa kelas VIII A MTsN Susukan. Data yang berwujud foto digunakan dalam penelitian ini sebagai bukti nyata penelitian ini. Model catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru bahasa Indonesia kelas VIII A MTsN Susukan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu 1. Reduksi data, reduksi data merupakan proses penyederhanaan data yang dilakukan dengan seleksi, pemfokusan dan mengabstaksikan data mentah menjadi informasi bermakna 2. Penyajian data, penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang disusun, diatur, diringkas, dalam kategori-kategori sehingga mudah dipahami. 3. Penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk narasi kalimat yang padat dan mengandung isi luas. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal. Observasi awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran membaca intensif. Kondisi awal yang ditemukan penilti, rendahnya minat siswa dan kemampuan siswa memahami isi bacaan serta kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kurangnya pemahaman yang didapat siswa 7

ketika membaca menjadikan mereka tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini pula yang mempengaruhi keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan peserta didik kelas VIII A MTsN Susukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia meningkat pada setiap siklusnya. Sebelum masuknya implementasi pada siklus didapatkan informasi bahwa kemampuan peserta didik pada bidang bahasa Indonesia tidak begitu baik yaitu rata-rata 59, 19. Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan. Implementasi tindakan terdiri dari tiga tingkatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Pada tahap kegiatan awal, peneliti berusaha menguasai atmosfir kelas dengan memberikan kesan keakraban. Peneliti menunjukkan rasa nyaman kepada siswa agar mereka bisa diajak kerja sama dalam proses pembelajaran. Langkah berikutnya adalah presentasi, peneliti memberikan penjelasan tentang bagaimana cara memahami sebuah teks. Siswa diajarkan bagaimana cara memahami sebuah teks dengan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy yaitu cara mengklasifikasikan, menguraikan, menyimpulkan, mengumpulkan dan menjadikan satu. Pada sesi kegiatan inti ini, siswa melakukan praktek, peneliti meminta siswa untuk membuat kelompok kecil. Tiap kelompok diminta untuk memahami bagaimana cara mengklasifikasikan, menguraikan, menyimpulkan, mengumpulkan dan menjadikan satu pada sebuah teks dari surat kabar. Langkah yang ketiga adalah penutup. Sebelum mengakhiri proses pembelajaran, peneliti meminta siswa untuk mengulang lagi materi dengan pertanyaan dari peneliti yang berkaitan dengan isi teks. Peneliti memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya apabila ada bagian yang masih tidak dimengerti. Kemudian peneliti menutup pertemuan dengan mengucapkan terima kasih. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy pada siklus I berjalan dengan lancar. Siswa lebih aktif bertanya dan berdebat, terutama ketika berlangsungnya praktek berkelompok dan mereka saling bantu untuk menemukan apa yang diperintah oleh peneliti. Tapi terkadang masih ada pertanyaan dari siswa uang menyimpang dari materi. Pernyataan yang dilontarkan oleh siswa adalah respon yang baik, karena 8

membuktikan bahwa siswa memperhatikan pelajaran atau hanya sekedar selingan mereka agar mereka lebih dekat dengan peneliti. Banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas, hingga menghasilkan nilai yang baik pada siklus pertama. Berdasarkan hasil observasi siklus I, dapat disimpulkan aktivitas pembelajaran dengan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy berjalan lancar. Namun hasil yang diperoleh kurang memuaskan karena banyak kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. kekurangan tersebut antara lain 1) sebagian siswa sibuk dengan kegiatannya sendiri ketika proses pembelajaran berlangsung, 2) siswa kurang begitu menguasai Reorganisasi Barrett Taxonomy dalam mengumpulkan dan menjadikan satu, 3) peneliti mengalami kelemahan karena banyak memberikan penjelasan kepada siswa, sedangkan siswa kurang memperhatikan, 4) banyak pertanyaan yang menyimpang dari materi, dan 5) peneliti terlalu banyak bercanda. Faktor penyebab siswa kurang tuntas dalam pembelajaran adalah pada batasan waktu yang diberikan dan siswa terlalu bersemangat sehingga membuat kelas menjadi gaduh dan sulit dikendalikan. Hasil observasi pertama di siklus I siswa memang terlihat kurang berminat dengan pelajaran bahasa Indonesia terutama membaca, karena siswa kurang begitu suka dalam mempelajari teks, terutama teks yang terbilang teks panjang. Kemampuan peserta didik pada siklus I dapat dilihat dengan rata-rata 62, 64. Hasil observasi siklus I diketahui penguasaan materi oleh siswa belum maksimal, belum tercapainya materi yang diberikan, seperti siswa belum menguasai Reorganisasi Barrett Taxonomy pada tahap mengumpulkan dan menjadikan satu. Implementasi tindakan siklus II dilakukan dalam dua pertemuan. Implementasi tindakan terdiri dari tiga tingkatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan awal peneliti mencoba mengingatkan kembali dengan pertemuan sebelumnya. Pertemuan kali ini siswa tampak lebih tenang, karena sudah mulai terbiasa dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Langkah berikutnya adalah presentasi. Peneliti meminta siswa untuk menjelaskan sejauh mana mereka mengetahui tentang cara mengklasifikasikan, menguraikan, menyimpulkan, mengumpulkan dan menjadikan satu dalam sebuah teks. Kegiatan 9

pemberian materi hampir sama dengan pertemuan sebelumnya, tetapi peneliti lebih menekankan pada materi mengumpulkan dan menjadikan satu dalam sebuah teks. Peneliti meminta siswa untuk membuat tugas perindividu. Peserta didik diminta untuk mempelajari teks yang diberikan oleh peneliti kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan, menguraikan, menyimpulkan, mengumpulkan dan menjadikan satu teks tersebut. Secara acak, peneliti menunjuk siswa untuk membaca teks, kemudian diminta untuk membaca klasifikasi, uraian, kesimpulan dan apa yang terkumpul dari teks tersebut. Langkah terkahir adalah penutup, peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan terima kasih sebagai penghargaan karena keaktifan mereka. Pada siklus II kelas mulai terkendali dan siiswa lebih fokus dengan pelajaran karena peneliti lebih fokus juga. Untuk mengatasi kebosanan siswa, peneliti memberikan sedikit canda. Materi juga sudah bagus karena penliti mampu menyesuaikan materi dengan alokasi waktu yang diberikan. Peserta didik mulai terbiasa dengan peneliti sebagai guru dan metode pembelajaran yang berganti teks dan topik, membuat peserta didik lebih semangat. Berdasarkan hasil observasi siklus II, peneliti menyimbulkan bahwa aktivitas dalam proses belajar dan mengajar menggunakan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy berjalan dengan lancar, terbukti banyaknya kelebihan dan keberhasilan dalam mengajar, siswa sudah fokus dalam pembelajaran, materi selesai sesuai dengan target yang diinginkan oleh guru. Kelebihan pembelajaran dalam proses pembelajaran kali ini antara lain, 1) kerja sama antar siswa meningkat, 2) antusias siswa dalam menutarakan pendapat meningkat, 3) banya pertanyaan peneliti yang bisa dijawab oleh siswa, 4) siswa lebih detail dalam mempelajari isi teks. Hasil observasi siklus II, didapati temuan bahwa metode Reorganisasi Barrett Taxonomy akan lebih baik bila dilakukan beberapa kali untuk mempermudah pemahaman siswa dalam sebuah teks. Penggunaan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy akan lebih baik bila dilakukan beberapa kali untuk mempermudah pemahaman siswa dalam sebuah teks. Pembelajaran menggunakan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy harus dilakukan dengan penuh konsentrasi oleh guru, karena terdiri dari beberapa poin yang harus diulas 10

satu persatu dengan baik. Sebelum menerapkan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy, guru harus menguasai atmosfir siswa. Kemampuan peserta didik pada siklus II menunjukkan ada peningkatan, terlihat dari rata-rata nilainya adalah 72, 79. Peningkatan nilai antara siklus I dan II adalah 10,2% sedangkan keaktifan siswa meningkat dari 46, 6% atau 14 orang menjadi 76,6% atau 23 orang dan perhatian siswa terhadap proses pembelajarn meningkat dari 40% atau 12 orang menjadi 66,6% atau 20 orang. Dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang baik, perlu adanya pengajaran yang bertahap. Penelitian ini selalu mengalami peningkatan dari pra siklus hingga siklus II, sama halnya dengan penelitian Munawaroh (2005) yaitu hasil penelitian dari Munawaroh pada pratindakan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 56,1. Setelah dilakukan tindakan siklus I, nilai rata-rata siswa 67,46 dan nilai rata-rata siklus II menjadi 81. Perbedaan presentase peningkatan hasil penelitian Munawaroh dan hasil penelitian peneliti adalah sekitar 3% KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, peneliti menerapkan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy sebagai berikut, siswa diajarkan bagaimana cara memahami sebuah teks dengan metode Reorganisasi Barrett Taxonomy, yaitu cara mengklasifikasikan, menguraikan, menyimpulkan, mengumpulkan dan menjadikan satu. Sambil menjelaskan materi, peneliti juga mencoba melibatkan siswa untuk turut aktif dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa sekedar untuk mengetahui keseriusan siswa. Hasil tes membaca intensif yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 62,64, jumlah siswa yang nilainya diatas KKM hanya berjumlah 3 orang atau 10%. Pada siklus II menunjukkan ada peningkatan, terlihat dari rata-rata nilainya adalah 72,79. 11

DAFTAR PUSTAKA Clymer. 2011. The Barrett Taxonomy of Cognitive and Affective Dimensions of Reading Comprehension. (Online). http://www.vdac.de/vdac/index.php?option=com_docman&task=doc_vie w&gid=149. Diakses pada tanggal 25 September 2011. Khuzaimatun, Siti. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif dengan Metode SQ3R pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Sumberlawang. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Munawaroh. 2005. Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa kelas VII B SMP N 10 Semarang. Skripsi. http://www.pustakaskripsi.com/peningkatan-keterampilan-membacaintensif.html. diakses pada tanggal 31 Mei 2012. Prihatiningsih, Rokhmah. 2011. Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Menemukan Ide Pokok dan Permasalahan dalam Artikel dengan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Teknik Close Reading pada Peserta Didik Kelas XII IPS 1 SMA Nasional Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Semarang. Sulistyorini. 2009. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Teras. Somadoyo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Syamsudin, dkk. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 12