BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
VI. PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN SUHU TINGGI

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

PENGENDALIAN MIKROORGANISME

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

Pengolahan dengan suhu tinggi

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

PASTEURISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

Pengolahan dengan Suhu Tinggi

METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-3

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Faktor Lingkungan Mikroba

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-4

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mikrobiologi Industri

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

SANITASI DAN HYGIENE STERILISASI & DESINFEKSI. DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

STERILISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

2. Shigella. Suhu : C, suhu optimum

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE

LINGKUNGAN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP SEL VEGETATIF DAN SPORA

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Bakteri memerlukan Aw relatif tinggi untuk pertumbuhan > 0,90

SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Susu Menurut SNI susu segar adalah susu murni yang tidak

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasteurisasi dan Pendinginan Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

PENGONTROLAN MIKROBA DALAM MAKANAN MIKROBIOLOGI MAKANAN PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih

Factors influencing microbial growth. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB VI. MIKROBIOLOGI PADA PROSES TERMAL PENGOLAHAN PANGAN. A. Penerapan Proses Termal pada Pengolahan Pangan

4 Hasil dan Pembahasan

KONTAMINASI DAN FOODBORNE (PERSPEKTIF SANITASI)

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

Latar Belakang : Dasar Tek Pengolahan Pangan

Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

DAN PENGEMASAN ASEPTIK. Purwiyatno Hariyadi 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III SOLUSI BISNIS

Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB II EKOLOGI MIKROBIOLOGI PANGAN

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

I. PERTUMBUHAN MIKROBA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

Pengeringan Untuk Pengawetan

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) Gambar 1. Tanaman jagung (a), jagung (b), dan endosperm jagung (c).

PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER

DASAR-DASAR PENGOLAHAN IKAN Lanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN: 1. Mikrobia penyebab kerusakan dan mikrobia patogen yang dimatikan. 2. Panas tidak boleh menurunkan nilai gizi / merusak komponen bukan makanan. 3. Panas tidak boleh merusak nilai organoleptikbukan makanan, PANAS MEMPUNYAI MEKANISME YANG MEMATIKAN: 1. Denaturasi protein / enzim. Ada 2 macam protein: Protein struktural yang menyusun struktur sel Enzim yang mengkatalisis reaksi biokimia. Apabila denaturasi maka pembentukan sel terhambat dan reaksi biokimia tidak berlangsung. Ada protein yang tahan panas yaitu terdapat pada bakteri termofil 2. Intoksikasi (keracunann pada mikrobia) pada suhu di atas optimum akan terjadi kegiatan metabolismee yang menyebab-kan tertimbunnya zat-zat toksik, yang dapat menimbulkan keracunan sendiri. 3. Perubahan pada lemak. Lemak mempunyai daya pelindung terhadap sel. Apabila suhu tinggi maka lemak akan mencair, sehingga fungsi perlindungan hilang. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN MIKROBIA TERHADAP PEMANASAN: SUHU DAN WAKTU PEMANASAN:

Makin tinggi suhu, jasad makin sensitif (mudah dimatikan) sehingga waktu pemanasan lebih singkat. JUMLAH SPORA / SEL MIKROBIA: Makin banyak jumlah sel / spora pada bahan makanan makin lama waktu yang diperlukan untuk mematikan. KEADAAN MIKROBIA SEBELUM PEMANASAN o Medium kultur o Apabila medium mengandung kadar gula tinggi o ketahanan mikrobia terhadap panas sangat kurang. o ph medium netral, membantu ketahanan ph medium asam mengurangi ketahanan o Suhu inkubasi Suhu inkubasi yang tinggi, daya tahan mikrobia juga tinggi, karena sudah beradaptasi. Contoh: Escherichia coli t inkubasi 37 C lebih tahan dan pada t inkubasii 28 C. Spora Bacillus subtitis t inkubasi pemanasan 100 C 41 C 18 menit 37 C 16 menit

o Fase pertumbuhan dan umur Akhir log fase > tahan Fase stasioner maksimum, paling tahan. Spora> tahan dan sel vegetatif Spora dewasa> tahan dan pada spora muda Spora bakteri > tahan spora jamur dan khamir. o Pengeringan Sel / spora yang kering lebih tahan terhadap pemanasan. MEDIUM PEMANAS o Kelembaban. Pemanasan yang lembab lebih efektif karena mempunyai daya penetrasi yang lebih efektif.

Sel vegetatif B. stearothermophilus ditumbuhkan Clostridium pada media tertentu pada waktu dan suhu tertentu menghasilkan spora Sel dan spora dipisahkan dan media (sentrifugasi) Spora dipisahkan dan sel dengan pasteurisasi Spora 10 6 / ml dalam fosfat buffer Dipanaskan dalam waterbath waktu dan suhu tertentu Ice bath Plating dalam media inkubasi dan hitung kolo Universitas Gadjah Mada

Makin tinggi suhu pemanasan, waktu yang dibutuhkan makin pendek. D: Decimal Reduction Time Waktu yang diperlukan untuk mengurangi jumlah mikrobia 90% atau dg 1 sikius logaritma.

Misal: Jumlah spora awal 10 6 /ml. Untuk mengurangi waktu 60 menit. 1D menurunkan Z spora / ml dg 1 siklus log 2D menurunkan 2 siklus log 6D menurunkan 10 6 / ml 1 / ml 7D menurunkan 10 6 / ml 1 / 10 ml 1/ml diperlukan Suhu o C 100 105 110 115 120 125 130 135 Waktu (menit) untuk mematikan spora 1200 600 190 70 19 7 3 1

B. Subtils Suhu Waktu Panas/ lembab 120 o C 10 Menit Gliserol anhidrit 170 o C 30 menit Adanya bahan-bahan lain pada medium NaCl 3% daya pelindung spora terhadap panas. Kadar gula tinggi, pelindung terhadap jasad osmofil. Bahan-bahan seperti protein dan lemak membantu ketahanan terhadap panas. TDT TDP Z F : Thermal Death Time Waktu yang diperlukan untuk membunuh sejumkh mikrobia padaa suhu tertentu. : Thermal Death Point Suhu yang diperlukan antuk rnembunith mikrobia selama waktu tertentu. : Perbedaan suhu pemanasan untuk mematikan Mikrobia yang menyebabkan perbedaan D 1 sikius log. : Waktu (menit), untuk membunuh mikrobia Dalam suatu medium pada suhu 124 C. Fa : Harga F bila Z = 10 C.

MACAM-MACAM PEMANASAN 1. BLANSIR (Blanching) a. Pemanasan pendahuluan yang pada umumnya dilakukan untuk pretreatment suatu proses pengawetan. b. Tujuan utama : menginaktifkan enzim, tetapi juga mereduksi populasi mikrobia. c. Suhu blansir 82-93 C selama 3-5 menit. 2. PASTEURISASI: a. Membunuh sebagian besar mikrobia terutama patogen. b. Menjaga kualitas bahan. Karena: Suhu yang tinggi akan menurunkan kualitas. Pada suhu yang tidak terlalu tinggi, mikrobia patogen dan pembusuk dapat dimatikan. Pasteurisasi dilakukan: Low temperature Long Time (LTLT), yaitu pemanasan pada suhu 63-65 C. High Temperature Short Time (HTST), yaitu pemanasan pada temperatur 70 C selama 15 detik 3. STERILISASI Dapat dibedakan menjadi: Sterilisasi absolut, yaitu sterilisasi untuk membunuh semua sel vegetatif dan spora mikrobia. Sterilisasi pada umumnya dilakukan untuk media dan alat yang digunakan dalam analisis mikrobiologi. Sterilisasi komersial, yaitu sterilisasi untuk membunuh sel vegetatif dan sebagian spora mikrobia patogen dan pembusuk. Spora thermofil masih tetap hidup. Sterilisasi ini dilakukan khusus untuk hasil-hasil pertanian. Tergantung dari sumber yang digunakan, sterilisasi dapat dilakukan dengan: Sterilisasi kering, yaitu sterilisasi dengan aliran udara panas. (Sterilisasi absolut oven pada suhu 170 o C selama 2-3 jam). Sterilisasi basah, yaitu sterilisasi dengan uap air panas bertekanan (dengan otoklaf). Universitas Gadjah Mada

Setelah sterilisasi pendinginan untuk mencegah terjadinya germinasi spora mikrobia thermofil. Sterilisasi UHT (Ultra High Temperature) yaitu sterilisasi pada suhu 140 C selama 15 detik kemudian 149 C selama 0,5 detik. PEMANASAN (kurang lebih 100 C) Penggodokan Tidak hanya untuk pengawetan tetapi juga membentuk rasa dan aroma, menaikkan nilai cerna. Penggorengan Kadang-kadang mencapai > 100 C, tetapi yang mencapai suhu tersebut hanya di bagian luar. Universitas Gadjah Mada