Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

Policy Brief: Faktor-faktor yang Memengaruhi Hubungan Anomali TFR dan CPR

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENURUNNYA USIA KAWIN PERTAMA DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan


BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

Minggu ke 2, 3 Teori Fertilitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Fertilitas Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perencanaan pembangunan, data mengenai kependudukan memegang peranan

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh fertilitas diukur dengan

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

ABSTRACT PENGARUH PENDIDIKAN, PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA, PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

Sgmendung2gmail.com

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada orang bagaimana memanfaatkan pandangan yang begitu

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

PIRAMIDA Vol. IX No. 2 : ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. kelahiran di Simalungun ini perlu dianalisis. (

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelahiran di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner

Transkripsi:

Latar belakang. Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI BPS mendefinisikan umur perkawinan pertama sebagai umur pada saat wanita melakukan perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali. Usia kawin pertama yang dilakukan oleh setiap wanita memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda usia kawin pertama seorang wanita, semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak. Hal ini terjadi karena belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak atau belum siapnya mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia kawin pertama seorang wanita, semakin tinggi pula resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan. Hal ini terjadi karena semakin lemahnya kondisi fisik seorang wanita menjelang usia senja. Pendewasaan usia perkawinan bagi remaja itu sudah dicetuskan pada Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) 1994 di Kairo, Mesir. Dengan meningkatnya usia nikah menjadi semakin dewasa dapat menunjang keberhasilan program KB melalui menurunnya jumlah anak yang dilahirkan oleh setiap ibu. Konteks. Provinsi Bali merupakan satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Luasnya relatif sempit yaitu 5.636,66 km 2 atau 0,29 persen dari luas wilayah Indonesia. Menurut hasil Sensus Penduduk (SP) 2010, penduduk Propinsi Bali tercatat hampir memcapai 3,9 juta jiwa dengan tingkat kepadatan 690 jiwa/km 2 (menempati urutan besar ketujuh setelah propinsi-propinsi yang ada di Pulau Jawa). Program KB sebagai salah satu aspek pembangunan berdimensi penduduk pernah mengalami zaman keemasan pada pemerintahan Orde Baru. Pada masa itu Program KB telah mampu menekan angka kelahiran secara signifikan (lebih dari 61,0 persen) sehingga berdampak pada menurunnya laju pertumbuhan penduduk (lpp) baik tingkat nasional ataupun lingkup Propinsi Bali. Tetapi pada Era Reformasi khususnya periode 2000-2010, lpp Propinsi Bali meningkat signifikan sehingga jauh melampui angka nasional (Grafik 1). Grafik 1 Laju pertumbuhan pendudu (lpp) Bali dan Indonesia, 1961-2010 LPP (%/tahun) 2,5 2 1,5 1 0,5 2,13 2,31 1,75 1,69 1,98 1,18 1,48 1,48 2,15 1,49 0 1961-1971 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 Bali Indonesia

Meningkatnya secara signifikan lpp Propinsi Bali dalam kurun waktu 2000-2010 salah satunya tidak dapat dilepaskan dari melemahnya pembangunan berdimensi penduduk (baca: Program KB ) di semua kabupaten/kota. Hal ini tercermin dari digabungnya instansi yang mengelola Program KB dengan instansi lain yang tidak berkaitan dengan program tersebut. Disamping itu Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang merupakan ujung tombak Program KB banyak dimutasi sehingga jumlahnya menyusut. Akibatnya intensitas kegiatan Program KB melemah dan berdampak pada meningkatnya TFR dari 2,03 (SP 2000) menjadi 2,13 (SP 2010). Pada saat yang sama dua komponen pertumbuhan penduduk yang lain yaitu migrasi risen dan angka harapan hidup penduduk juga meningkat. Menurut SP 2000 Bali mengalami migrasi risen netto positif 21.879 jiwa dan meningkat menjadi positif 62.209 jiwa (SP 2010). Sedangkan angka harapan hidup naik dari 68,08 tahun menjadi 70,72 tahun. Meningkatnya angka harapan hidup mencerminkan menurunnya angka kematian. Tinggi rendahnya fertilitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Semua faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu demografi dan non-demografi. Termasuk kedalam kelompok demografi antara lain struktur umur, umur kawin pertama, dan paritas. Sedangkan yang termasuk kelompok non-demografi seperti misalnya tingkat pendidikan, keadaan ekonomi penduduk, urbanisasi, dan industrilisasi. Pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap fertilitas ada yang bersifat langsung, tetapi ada juga yang tidak langsung (Mantra, 2003). Kingsley Davis & Judith Blake (dalam Sri Harjati Hatmadji, 1981) menyebutkan faktor sosial, ekonomi, dan budaya mempengaruhi fertilitas melalui faktor-faktor yang langsung berkaitan dengan tiga tahap penting dari proses reproduksi yaitu: (a) tahap hubungan kelamin, (b) tahap konsepsi, dan (c) tahap kehamilan. Faktorfaktor yang berkaitan dengan ketiga tahap tersebut disebut dengan variabel antara. Oleh karena itu faktor sosial, ekonomi, dan budaya tidak langsung berpengaruh terhadap fertilitas, tetapi melalui variabel antara. Selanjutnya Davis & Blake menyebutkan ada 11 variabel antara, dimana enam diantaranya berkaitan dengan tahap hubungan kelamin, tiga variabel berkaitan dengan tahap konsepsi, dan dua variabel yang lain berkaitan dengan tahap kehamilan. Dari enam variabel antara yang berkaitan dengan tahap hubungan kelamin, satu diantaranya adalah umur memulai hubungan kelamin (baca: umur pada saat kawin pertama). Setiap variabel antara tersebut dapat memberikan dampak positif (+) atau negatif ( -) terhadap fertilitas (Said Rusli, 1983). Blake & Davis membuat generalisasi sementara bahwa bagi masyarakat yang sedang berkembang (pra -industri), umur memulai hubungan kelamin yang rendah mempunyai pengaruh positif terhadap kelahiran. Artinya makin rendah umur kawin pertama akan diikuti oleh kelahiran yang semakin banyak. Sebaliknya jika umur kawin pertama makin tinggi, angka kelahiran akan semakin rendah. Umur kawin pertama yang rendah disamping dapat meningkatkan TFR, juga beresiko terhadap persalinannya.semakin muda usia kawin pertama seorang perempuan semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak. Uraian diatas menunjukkan bahwa pendewasaan usia kawin wanita merupakan salah satu program strategis baik dalam upaya menekan angka TFR ataupun kesehatan ibu dan anak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi umur kawin pertama wanita di Bali. Metode. Studi ini merupakan penelitian survei dengan ukuran sampel sebanyak 600 sampel. Respondennya adalah istri dari pasangan usia subur (PUS) yang melangsungan perkawinannya dalam kurun waktu 2009-2013. Seluruh responden disebar secara merata di tiga wilayah yaitu Kota Denpasar (mewakili daerah dengan struktur perekonomian jasa-jasa), Kabupaten Bangli (mewakili

daerah dengan struktur perekonomian pertanian), dan Kabuapten Gianyar (mewakili daerah dengan struktur perekonomian dimana pertanian dan non pertanian hampir berimbang). Jumlah responden 200 orang tiap kabupaten/kota. Responden di masing-masing kabupaten/kota didistribusikan 50,0 persen di dua desa yang termasuk perkotaan dan 50,0 persen di dua desa yang tergolong pedesaan (kecuali di Kota Denpasar diambil tiga desa yang tergolong pedesaan). Pemilihan desa pada masing masing kabupaten/kota dilakukan secara acak. Dalam rangka pemilihan sampel responden, sebelumnnya di masing masing desa terpilih dilakukan listing terhadap semua PUS yang melakukan perkawinannya dalam kurun waktu 2009-2013. Hasil listing ini digunakan sebagai dasar untuk memilih sampel responden yang dilakukan secara acak dengan bantuan Program SPSS. Analisis data dilakukan dalam bentuk tabel frekuensi, tabel silang dan analisis regresi berganda. Tabel frekuensi untuk melihat kecendrungan jawaban sampel responden untuk masing masing variabel penelitian, tabel silang akan menjelaskan hubungan antara dua variabel penelitian, dan metode regresi berganda untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi umur kawin pertama wanita. Hasil. (1) Alasan kawin dan umur kawin pertama. a. Secara keseluruhan median umur kawin pertama wanita adalah 23,0 tahun. Median umur kawin berbeda antara pedesaan dan perkotaan. Di pedesaan 23,0 tahun dan di perkotaan 24,0 tahun. Ini berarti wanita di pedesaan umur kawinnya satu tahun lebih muda dibandingkan dengan di perkotaan. Tetapi dari tabel frekuensi terlihat hampir 20,0 persen wanita kawin sebelum umur 20 tahun (di pedesaan: 23,0 persen dan di perkotaan: 12,9 persen). b. Separuh dari wanita kawin yang kawin pada umur tertentu menyebutkan karena merasa sudah cukup umur, proporsi besar kedua (30,5 persen) karena MBA (married by accident), dan proporsi besar ketiga (15,3 persen) karena sudah punya pekerjaan. Sisanya dengan alasan dorongan orang tua, mengurangi beban orang tua, dan alasan lainnya bervariasi antara 0,5 2,3 persen. c. Alasan kawin karena MBA proporsinya lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di perkotaan (32,5 persen dan 26,8 persen). (2) Hubungan antara umur kawin dengan beberapa latar belakang responden. Latar belakang yang dimaksud disini hanya terbatas pada pendididkan dan kelengkapan orang tua, serta status kegiatan suami sebelum kawin. Hasil analisis dengan tabel silang menunjukkan hal hal berikut: a. Pendidikan orang tua responden (ayah atau ibunya) berkorelasi positif dengan umur kawin mereka. Korelasinya bersifat signifikan (α = 0,05) dengan contingency coefficints + 0,152. Ini berarti makin tinggi pendidikan orang tuanya diikuti oleh umur kawin responden yang semakin tinggi pula. b. Umur kawin responden juga berkorelasi dengan lengkap tidaknya orang tua mereka. Dari tabel silang terlihat terjadi kecendrungan, mereka yang kawin muda (< 20 tahun)

proporsinya lebih tinggi pada kelompok dimana orang tuanya masih lengkap (ayah dan ibunya masih hidup). Tetapi coefficients contingency-nya rendah yaitu 0,052 sehingga hubungan antara kedua variabel tersebut tidak signifikan. c. Umur kawin responden berkorelasi dengan status kegiatan suami sebelum kawin. Responden yang kawin muda (< 20 tahun) proporsinya lebih tinggi kawin dengan suami yang tidak bekerja. Contingency coefficients kedua variabel ini adalah + 0,230 dan signifikan pada α = 0,05. (3) Faktor faktor yang mempengaruhi umur kawin pertama wanita. Dalam studi ada tiga faktor yang diidentifikasi dalam kaitannya dengan umur kawin. Masing masing fakor terdiri atas beberapa variabel. Faktor sosial terdiri atas lima variabel yaitu: (1) banyaknya anggota keluarga, (2) pendidikan responden, (3) akses ke me dia masa, (4) alasan kawin (MBA atau bukan MBA), dan (5) pengetahuan tentang pernikahan dini. Faktor ekonomi terdiri atas dua variabel yaitu nilai aset orang tua responden dan status kegiatan responden (bekerja atau tidak bekerja). Faktor budaya juga terdiri atas dua variabel yaitu adat istiadat dan nilai anak perempuan. Sehingga dengan demikian ada sembilan variabel yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap umur kawin pertama responden. Analalisis dilakukan untuk level seluruh responden, pedesaan, perkotaan, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Bangli. Hasil analisis menggunakan Metode Regresi Berganda dirangkum dalam tabel berikut. Variabel yang Hasil analisis regresi level: No. mempengaruhi umur kawin pertama. Seluruh responden Desa Kota Kota Denpasar Kab. Gianyar Kab. Bangli 1 Jumlah anggota keluarga (X 1 ) *). Ya (6) - 0,064 - Ya (5) - 0,134 - Ya (6) *) - 0,126 Ya (4) *) - 108 2 Pendidikan responden Ya (3) Ya (6) *) - Ya (4) *) - (X 2 ). + 0,235 + 0,257 + 0,126 + 0,129 3 Akses media masa (X 3 ) Ya (4) Ya (6) *) Ya (3) - Ya (3) - + 0,143 + 0,091 + 0,202 + 0,220 4 Pengetahuan tentang - - - - - - pernikahan dini (X 4 ). 5 Nilai aset bergerak dan tak bergerak (X 5 ). - Ya (4) *) + 0,106 - - - + 0,241 6 Budaya (X 6 ). Ya (5) Ya (5) Ya (4) Ya (4) Ya (5) *) - - 0,115-0,104-0,149-0,179-0,126 7 Nilai anak (X 7 ). - - - Ya (3) - - - 0,192 8 Status kegiatan (D 1 ). + 0,243 Ya (3) + 0,242 + 0,252 + 0,208 + 0,226 Ya (3) + 0,209 9 Alasan kawin (D 2 ) - 0,281-0,272-0,301-0,319-0,359-0,210 Keterangan: *) Signifikan pada α = 0,10 dan yang lainnya signifikan pada α = 0,05. Angka dalam kurung menunjukkan urutan besarnya pengaruh. Angka yang diketik miring adalah koefisien regresi terstandardisir dari variabel ybs. Pada tabel terungkap hanya 1 dari 9 variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap umur kawin untuk semua level analisis. Variabel tersebut adalah pengetahuan responden tentang pengetahuan pernikahan dini. Delapan variabel yang lain sifat pengaruhnya dapat dijelaskan sbb:

a. Variabel jumlah anggota keluarga koefisien regresinya tandanya negatif, ini berarti makin banyak anggota keluarga responden diikuti oleh umur kawin yang semakin muda. b. Pendidikan responden koefisien regresinya tandanya positif, ini berarti makin tinggi pendidikan responden umur kawin mereka juga semakin tinggi. c. Akses ke media koefisien regresinya tandanya positif, ini berarti makin tinggi akses responden ke media umur kawin mereka juga semakin tinggi. d. Nilai aset koefisien regresinya tandanya positif, artinya makin tinggi nilai aset orang tua responden umur kawin responden juga semakin tinggi. e. Budaya koefisien regresinya negatif, artinya adanya budaya yang mendorong kawin muda di daerah asal responden mengakibatkan umur kawin responden semakin muda. f. Nilai anak koefisien regresinya negatif, artinya adanya persepsi dimana orang tua lebih memberikan perhatian kepada anak laki-laki mengakibatkan umur kawin responden semakin muda. g. Status kegiatan koefisien regresinya positif, artinya responden yang berstatus bekerja umur kawinnya cendrung lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tdak bekerja. h. Alasan kawin koefisien regresinya negatif, artinya responden yang kawin karena alasan MBA umur kawinnya lebih muda dibandingkan dengan mereka yang kawin bukan karena MBA (merasa sudah cukup umur, punya penghasilan sendiri, dorongan orang tua, mengurangi beban orang tua, dll). (4) Kondisi pasca perkawinan. a. Perkawinan berpengaruh negatif terhadap pendidikan dan status kegiatan responden, dimana responden yang sekolah dan bekerja proporsinya menurun setelah mereka kawin. b. Pengaruh negatif ini berlaku juga bagi pendidikan suami responden, tetapi tidak untuk status kegiatan. Karena suami responden yang bekerja proporsinya semakin tinggi setelah mereka kawin. c. Pasca perkawinan beberapa responden pernah mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti kanker rahim, keguguran, anak lahir mati, anak lahir muda, perdarahan saat hamil, dan mengalami persalinan lama. Tetapi jumlah responden yang mengalami salah satu atau lebih gangguan kesehatan tersbut proporsinya relatif rendah yaitu bervariasi antara 0,2 8,5 persen. d. Masalah lain yang dialami responden pasca pernikahan seperti misalnya cekcok dengan suami, stress, dan KDRT. Responden yang mengalami salah satu atau lebih gangguan ini proporsinya masing masing sekitar 1,0 persen. Simpulan. 1. Median Umur Kawin Pertama responden adalah 23 tahun (Pedesaan: 23 tahun dan di Perkotaan: 24 tahun). Sebanyak 19,5 persen responden kawin sebelum umur 20 tahun. 2. Alasan responden kawin pada umur tertentu, proporsi terbesar (50,0 persen) karena merasa sudah cukup umur, proporsi besar kedua (30,5 persen) karena MBA, dan proporsi besar ketiga (15,3 persen) karena sudah punya pekerjaan/penghasilan sendiri. 3. Hampir semua variabel variabel yang termasuk dalam faktor sosial, ekonomi, dan budaya berpengaruh signifikan terhadap umur kawin pertama responden.

4. Perkawinan berdampak negatif terhadap pendidikan dan pekerjaan responden. Tetapi responden yang berhenti kerja dan berhenti sekolah proporsinya relatif kecil (< 5,0 persen). 5. Responden juga mengalami berbagai gangguan kesehatan, KDRT, cekcok dengan suami, dan depresi. Tetapiresponden yang mengalami ganguan tsb masing-masing < 5,0 persen. Rekomendasi. 1. Lebih memberdayakan dan memperluas Program GenRe dengan PIK R/M-nya. 2. Meningkatkan program wajib belajar menjadi 12 tahun. 3. Memberdayakan para petani 4. Mengembangkan ekonomi kreatif terutama yang berkaitan dengan sektor pariwisata. 5. Menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan investasi untuk mendorong perluasan kesempatan kerja. Daftar pustaka. Said Rusli. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES : Jakarta. Sri Harjati Hatmadji.1981. Dasar-Dasar Demograsi, Fertlitas. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:Jakarata. Sriudiyani Ida Ayu & Soebijanto. 2011. Perkawinan Muda Dikalangan Perempuan: Mengapa...?. Puslit Kependudukan-BKKBN:Jakarta. Sudibia Ketut, Riyanto Made & Sundra Wayan. 2009. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, PROPINSI BALI. Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN: Jakarta. Sudibia, Ketut. 1992. Penduduk Indonesia Selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I,BALI. Kantor Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup: Jakarta. (http://female.kompas.com/read/2011/10/06/15331434/3.dampak.buruk.pernikah andini) (http://dianapriliahartanti.wordpress.com/2013/06/17/dampak-fisik-dan-psikologispernikahan-dini). (http://www.dw.de/kuatnya-tradisi-salah-satu-penyebab-pernikahan-dini/a- 4897834). (http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-faktor-yangmempengaruhi_69.html).

(http://pernikahan-dini-1.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-pernikahandini.html). (http://id.scribd.com/doc/189267637/) http://yellowsakura.wordpress.com/2012/11/05/11-ciri-wanita-subur-untuk-hamil/.