JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

Bab IV Analisis dan Pembahasan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Updating Peta Dasar Skala 1:1.000 Menggunakan Citra WorldView-2 (Studi Kasus : Surabaya Pusat) QURRATA A YUN

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya)

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat)

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Pengaruh Perubahan UU 32/2004 Menjadi UU 23/2014 Terhadap Luas Wilayah Bagi Hasil Kelautan Terminal Teluk Lamong antara

Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya)

ISI.OR.ID FIG.NET KADASTER.GEOMATIKA.ITS.AC.ID

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

Analisa Kesesuaian Kartografi Peta Desa Skala 1:5000 Berdasarkan Peraturan Kepala BIG Nomor 3 Tahun 2016 (Studi Kasus: Desa Beran Kabupaten Ngawi)

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

Abstrak PENDAHULUAN.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G165

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI. Oleh:

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PEMBUATAN PETA INTERAKTIF KAMPUS ITS SUKOLILO SURABAYA BERBASIS WEB

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

Peta Tunggal BPN Untuk Peningkatan Kualitas Sistem Pendaftaran Tanah (Permasalahan, Peluang dan Alternatif Solusinya)

PENGGUNAAN CITRA RESOLUSI TINGGI SEBAGAI DATA DASAR UNTUK RENCANA TATA RUANG KOTA (Studi Kasus : Kecamatan Rungkut, Surabaya)

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

Edwin Martha P. 1, Chatarina Nurjati S. 1, dan Roedy Rudianto 2. Abstrak

KAJIAN AKURASI PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD PADA GOOGLE EARTH UNTUK PEMETAAN BIDANG TANAH TESIS

IV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok

Isfandiar M. Baihaqi

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pembangunan Informasi Spasial 3 Dimensi untuk Pemanfaatan Kadaster 3 Dimensi (Studi Kasus: Rumah Susun Grudo Surabaya)

III. BAHAN DAN METODE

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

PENGGUNAAN DAN EVALUASI METODA GRAPHIC INDEX MAPPING DALAM PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PATI

ANALISA PERBANDINGAN NILAI TANAH DENGAN NJOP UNTUK MENINGKATKAN POTENSI PAD (PENDAPATAN ASLI DAERAH) KHUSUSNYA PBB DAN

KETELITIAN CITRA SATELIT QUICK BIRD UNTUK PERANCANGAN PRASARANA WILAYAH

Bab II Tinjauan Pustaka

SeminarTugas akhir BEN PRAYOGO HILLMAN ( )

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

STUDI BATAS WILAYAH MENGGUNAKAN METODE KARTOMETRIK Studi Kasus: Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Visualisasi Perubahan Volume Dan Elevasi Permukaan Lumpur Dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi Temporal Untuk Monitoring Lumpur Sidoarjo

Analisis Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades dan SPOT6 Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban)

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-440

ASPEK GEOSPASIAL DALAM DELINEASI BATAS WILAYAH KOTA GORONTALO: Studi Kasus dalam Pemutakhiran Data Batas Wilayah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

A380 Analisis Metode Delineasi pada Citra Resolusi Tinggi dalam Pembuatan Kadaster Lengkap Arinda Kusuma Wardani, Agung Budi Cahyono, dan Dwi Budi Martono Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: agungbc@geodesy.its.ac.id, dwibudimartono@gmail.com Abstrak Delineasi bidang tanah dilakukan dengan cara mengidentifikasi bidang-bidang tanah dengan menggunakan peta foto dan menarik garis ukur untuk batas bidang tanah yang jelas dan memenuhi syarat. Dalam penarikan batas, ada 2 metode yang dapat dijadikan sebagai acuan, yaitu delineasi metode general boundary (penarikan batas dari kenampakan yang terlihat) dan delineasi metode fixed boundary (penarikan batas dari hasil pengukuran di lapangan). Delineasi dengan metode general boundary dapat dijadikan sebagai alat dalam percepatan pembangunan basis data bidang tanah yang lengkap, cepat dan lebih murah. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dari beberapa delineasi metode general boundary, hasil ketelitian yang paling mendekati toleransi adalah delineasi metode general boundary pada skala perbesaran 1:1000 dengan penarikan batas sisi tengah dari kenapampakan yang terlihat (hasil dilihat dari jumlah sampel yang paling banyak diterima berdasarkan standarisasi yang telah ditetapkan). Analisis juga dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis selisih nilai rata-rata berpasangan (uji paired t-test) untuk luas bidang sawah didapatkan hasil 0,186 (thitung<1,833) dan luas bidang pemukiman -1,742 (thitung<-1,833). Sedangkan untuk pergeseran posisi atau uji t jarak didapatkan hasil koordinat x = 5,374 (thitung>1,699) dan koordinat y = 5,469 (thitung>1,699) ; serta koordinat x = 8,504 (thitung>1,699) dan koordinat y = 9,015 (thitung>1,699) untuk bidang pemukiman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode general boundary yang dilakukan pada citra resolusi tinggi Quickbird tahun 2007 secara keseluruhan memenuhi toleransi apabila akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan geometrik bentuk dan luas. Akan tetapi apabila untuk memenuhi kebutuhan geometrik posisi, cara ini tidak bisa diterima. Kata Kunci Delineasi, Fixed Boundary, General Boundary, Kadaster Lengkap B I. PENDAHULUAN ADAN Pertanahan Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah dibentuk Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di kabupaten/kota [1]. Saat ini Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik membangun basis data berbasis bidang tanah per desa yang disebut dengan kadaster lengkap (KAKAP) dimana data dari setiap bidang tanah diperoleh dari hasil pengukuran dan delineasi untuk bidang yang belum diukur. Tahapan dalam pembangunan KAKAP antara lain: 1) penyediaan peta dasar skala besar untuk tampilan peta dari udara dengan skala 1:1000; 2) Graphical Index Mapping (GIM) seluruh bidang tanah yang terdaftar ke dalam peta hasil koreksi; 3) delineasi seluruh bidang tanah yang belum terdaftar; 4) validasi buku tanah, surat ukur tekstual, surat ukur spasial, dan peta pendaftaran; 5) pembuatan zonasi berdasarkan batas bidang KAKAP (peta zona nilai tanah dan peta zonasi tata ruang); 6) updating nilai tanah pada zona-zona baru. Delineasi bidang tanah merupakan salah satu dari komponen dalam pembangunan kadaster lengkap. Delineasi bidang tanah dilakukan dengan cara mengidentifikasi bidangbidang tanah dengan menggunakan peta foto dan menarik garis ukur untuk batas bidang tanah yang jelas dan memenuhi syarat. Ada dua jenis kategori batas yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam metode delineasi, antara lain adalah fixed boundaries dan general boundaries. Fixed boundaris adalah garis yang telah ditetapkan oleh yang berwenang melalui survei formal dan dinyatakan secara matematis oleh hubungan dan jarak, atau dengan koordinat. Sedangkan general boundaries adalah garis yang terlihat ada dalam kenyataan tetapi belum ditetapkan oleh pihak yang berwenang, biasanya batas tersebut berupa kenampakan fisik, baik alami atau buatan manusia seperti pagar, parit, atau jalan [2]. Dengan dilakukannya penelitian tentang analisis metode delineasi luas bidang tanah pada peta citra resolusi tinggi ini maka dapat diketahui geometrik bentuk, luas, dan posisi luas bidang yang dihasilkan serta ketelitian penggunaan dari hasil delineasi yang telah dilakukan, terutama dalam mencari luasan bidang tanah sesuai dengan standarisasi ketelitian luas yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan pekerjaan delineasi luas bidang tanah ini dapat menjadi salah satu faktor yang mendukung percepatan dalam pembangunan KAKAP. A. Lokasi Penelitian II. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. Secara geografis wilayah Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik terletak antara 112º - 113º BT dan 7º - 8º LS.

A381 perkalian pada nilai aman statistik confident level pada 90% = 1,5175 sehingga didapatkan nilai = 2,51 meter [3]. B. Analisis Delineasi Hasil Intepretasi Citra Dapat dilihat pada Tabel 1 untuk bidang sawah, kenampakan obyek pada skala 1:5000 masih dapat terlihat jelas oleh penafsir sehingga obyek dapat dilakukan pendelineasian. Sedangkan untuk bidang pemukiman, penafsir hanya mampu melakukan pendelineasian hingga batas skala 1:2500. Hal ini dikarenakan identifikasi kenampakan pemukiman pada skala 1:5000 kurang jelas dan terlalu kecil sehingga menyulitkan identifikasi batas bidangnya (lihat Tabel 1). Gambar 1. Lokasi Penelitian B. Data yang Digunakan Penelitian ini menggunakan data antara lain: a. Citra satelit resolusi tinggi Quickbird tahun 2007 yang telah terkoreksi dari Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik untuk wilayah Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. b. Peta Pendaftaran skala 1:15000 Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. C. Delineasi Delineasi bidang tanah dilakukan pada peta Pendaftaran untuk bidang tanah yang sudah terdaftar (fixed boundary). Delineasi juga dilakukan pada citra yang telah terkoreksi untuk bidang tanah yang sudah terdaftar sesuai dengan interpretasi (general boundary). Dalam melakukan delineasi batas obyek, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yakni perbesaran (zooming) dan kaidah kartografi pemetaan dalam penafsiran citra. Pada penelitian ini, delineasi dilakukan pada beberapa perbesaran, antara lain perbesaran dengan skala 1:1000, 1:2500, dan 1:5000. Dan untuk penafsiran batas sesuai kaidah kartografi, dilakukan penarikan batas (delineasi) pada sisi batas luar, batas tengah, dan batas dalam dari kenampakan fisik obyek yang terlihat. Delineasi dengan metode fixed boundary dan metode general boundary pada bidang yang telah terdaftar dilakukan untuk mengetahui bagaimana delineasi yang sesuai dan masuk toleransi ketelitian luas berdasarkan standarisasi dari BPN. III. HASIL DAN ANALISA A. Analisis Ketelititan RMSE yang Dihasilkan Citra Quickbird tahun 2007 yang diperoleh dari Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik telah dilakukan koreksi geometrik secara orthorektifikasi dengan menggunakan 68 titik GCP (Ground Control Point) dan 40 titik ICP (Independent Check Point). Posisinya menyebar mengelilingi citra dengan cakupan wilayah se-kabupaten Gresik. Ketelitian dari citra satelit untuk titik GCP didapatkan RMSE sebesar 1,628 meter. Sedangkan titik ICP didapatkan hasil RMSE sebesar 1,59655 meter yang selanjutnya dilakukan 1:1000 1:2500 1:5000 Tabel 1. Kenampakan Citra berdasarkan Obyek Sawah Untuk penafsiran batas sesuai kaidah kartografi, dilakukan penarikan batas (delineasi) pada sisi batas luar, batas tengah, dan batas dalam dari kenampakan fisik obyek yang terlihat (ilustrasi gambar dapat dilihat pada Tabel 2). Dari hasil ketiga perlakuan penarikan batas tersebut ketelitian paling bagus yang dihasilkan adalah penarikan batas (delineasi) pada sisi batas tengah dari kenampakan fisik obyek. Tabel 2. Hasil Delineasi berdasarkan Pada Sisi Sisi Kenampakan Sisi Dalam

A382 Sisi Tengah Sisi Luar Tabel 4. T-hitung Masing-masing Pengukuran Luasan untuk Sisi t hitung t tabel Keterangan 1:1000 Dalam 0,9386 1,8331 Diterima 1:1000 Tengah -1,7421 1,8331 Diterima 1:1000 Luar -3,2747 1,8331 Ditolak 1:2500 Dalam - - - 1:2500 Tengah -2,5081 1,8331 Ditolak 1:2500 Luar - - - 1:5000 Tengah - - - C. Analisis Delineasi Metode Fixed Boundary dan Metode General Boundary Analisis Perbandingan Luas Analisis perbandingan luas untuk mengetahui perbedaan luas yang terjadi dilakukan dengan menggunanakan uji t- berpasangan (uji paired sample t-test). Uji t sampel berpasangan berfungsi untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda ataukah tidak. Uji t ini menggunakan uji dua sisi dengan derajat kepercayaan (α) = 10 %, degrees of freedom (df) = 9, t tabel = 1,833. Sehingga Ho diterima jika -1,8331< t hitung <1,8331 dan Ho ditolak (Ha diterima) jika t hitung <-1,8331 atau t hitung >1,8331. Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho: Tidak terdapat perbedaan luas yang signifikan antara hasil Ha: Terdapat perbedaan luas yang signifikan antara hasil Dari perhitungan diperoleh t hitung untuk masing-masing jenis bidang tanah dengan perlakukan delineasi yang berbeda (Tabel 3 dan Tabel 4). Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk jenis bidang tanah sawah, dari 7 percobaan yang dilakukan seluruhnya tidak terdapat perbedaan luas yang signifikan antara hasil delineasi fixed boundary dengan general boundary. Sedangkan untuk jenis bidang tanah pemukiman, dari 4 percobaan yang dilakukan, 2 percobaan tidak terdapat perbedaan luas yang signifikan antara hasil delineasi fixed boundary dengan general boundary. Sedangkan 2 percobaan lainnya terjadi perbedaan luas. Tabel 3. T-hitung Masing-masing Pengukuran Luasan untuk Sawah Sisi t hitung t tabel Keterangan 1:1000 Dalam 0,7564 1,8331 Diterima 1:1000 Tengah 0,1856 1,8331 Diterima 1:1000 Luar -1,4447 1,8331 Diterima 1:2500 Dalam 0,5159 1,8331 Diterima 1:2500 Tengah -0,5079 1,8331 Diterima 1:2500 Luar -1,3388 1,8331 Diterima 1:5000 Tengah -1,0889 1,8331 Diterima Analisis Perbandingan Jarak Analisis perbandingan jarak yang dimaksudkan adalah analisis jarak pergeseran titik-titik pojok bidang tanah. Untuk mengetahui perbedaan jarak pergeseran titik yang terjadi, dilakukan analisis dengan menggunanakan uji t-berpasangan (uji paired sample t-test). Uji t ini menggunakan uji dua sisi dengan derajat kepercayaan (α) = 10 %, degrees of freedom (df) = 29, t tabel = 1,6991. Sehingga Ho diterima jika -1,6991< t hitung < 1,6991 dan Ho. Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho: Tidak terdapat perbedaan jarak yang signifikan antara hasil Ha: Terdapat perbedaan jarak yang signifikan antara hasil Dari perhitungan diperoleh t hitung untuk masing-masing jenis bidang tanah dengan perlakukan delineasi yang berbeda, hasil dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. T-hitung Masing-masing Pengukuran Jarak untuk Sawah t hitung Keterangan Easting t tabel Easting 1:1000 Dalam 5,2832 5,8723 1,6991 Ditolak Ditolak 1:1000 Tengah 5,3743 5,4690 1,6991 Ditolak Ditolak 1:1000 Luar 6,7681 5,7312 1,6991 Ditolak Ditolak 1:2500 Dalam 6,5515 6,6061 1,6991 Ditolak Ditolak 1:2500 Tengah 5,8374 6,0964 1,6991 Ditolak Ditolak 1:2500 Luar 7,0591 7,3482 1,6991 Ditolak Ditolak 1:5000 Tengah 7,8783 7,6432 1,6991 Ditolak Ditolak Tabel 6. T-hitung Masing-masing Pengukuran Jarak untuk t hitung Keterangan Easting t tabel Easting 1:1000 Dalam 9,6097 7,7959 1,6991 Ditolak Ditolak 1:1000 Tengah 8,5040 9,0148 1,6991 Ditolak Ditolak 1:1000 Luar 8,2506 6,8183 1,6991 Ditolak Ditolak 1:2500 Dalam - - - - - 1:2500 Tengah 6,6039 9,3326 1,6991 Ditolak Ditolak 1:2500 Luar - - - - - 1:5000 Tengah - - - - -

A383 Dapat disimpulkan bahwa untuk jenis bidang tanah sawah, dari 7 percobaan yang dilakukan seluruhnya terdapat perbedaan jarak yang signifikan antara hasil delineasi fixed boundary dengan general boundary. Dan untuk jenis bidang tanah pemukiman, dari 5 percobaan yang dilakukan, seluruhnya juga terdapat perbedaan jarak yang signifikan antara hasil Analisis Berdasarkan Standarisasi yang telah Ditetapkan a. Ketelitian Luas Berdasarkan Dokumen BPN Berdasarkan Standarisisasi Pengukuran dan Pemetaan Kadastral yang dikeluarkan oleh Bagian Proyek Administrasi Pertanahan Tahun 2003 bahwa ketelitian dari perhitungan luas (KL) bidang tanah tidak lebih besar dari KL (0,5 L) m 2. Jumlah sampel yang digunakan untuk masing-masing jenis bidang tanah adalah 10 sampel. Dari hasil analisis, didapatkan hasil sebagai berikut (Lihat Tabel 7). Tabel 7. Jumlah Sampel yang Diterima Sawah 1:1000 Dalam 0 0 1:1000 Tengah 1 2 1:1000 Luar 2 1 1:2500 Dalam 2-1:2500 Tengah 0 1 1:2500 Luar 2-1:5000 Tengah 0 - Berdasarkan Tabel 7, jumlah sampel yang paling banyak diterima untuk masing-masing jenis bidang tanah adalah hasil delineasi zooming 1:1000 pada penarikan batas sisi tengah bidang tanah, serta zooming 1:1000 pada penarikan batas sisi luar bidang tanah. b. Ketelitian Luas Berdasarkan PMNA/KBPN Ketelitian luas bidang tanah dihitung dengan mencari selisih luas suatu bidang tanah menggunakan dua metode. Dimana salah satu metode digunakan sebagai acuan pembanding dan diasumsikan mempunyai ketelitian yang lebih baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran untuk toleransi ketelitian luas, hasil analisis yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sisi Jumlah Sampel yang Diterima Sawah Toleransi Ketelitian Luas (%) 1:1000 Dalam 0 0 10% 1:1000 Tengah 1 2 10% 1:1000 Luar 2 1 10% 1:2500 Dalam 2-4% 1:2500 Tengah 0 1 4% 1:2500 Luar 2-4% 1:5000 Tengah 0 - - Dapat dilihat pada Tabel 8, jumlah sampel yang paling banyak diterima untuk masing-masing jenis bidang tanah adalah hasil delineasi zooming 1:1000 pada penarikan batas sisi dalam bidang tanah, serta zooming 1:1000 pada penarikan batas sisi tengah bidang tanah. c. Ketelitian Jarak Berdasarkan PMNA/KBPN Analisis jarak dilakukan pada titik-titik pojok sampel bidang tanah pada peta pendaftaran dan peta citra resolusi tinggi. Keduanya ditampalkan kemudian dilihat jarak yang dihasilkan oleh pergeseran titik-titik pojok bidang tanah. Berikut adalah hasil analisis yang dilakukan berdasarkan PMNA/KBPN No.3 Tahun 1997. Tabel 9. Jumlah Sampel yang Diterima Sawah Easting Easting Toleransi Ketelitian Jarak (m) 1:1000 Dalam 0 2 2 5 0,3 1:1000 Tengah 3 4 3 3 0,3 1:1000 Luar 1 3 2 2 0,3 1:2500 Dalam 7 5 - - 0,75 1:2500 Tengah 8 3 10 5 0,75 1:2500 Luar 5 4 - - 0,75 1:5000 Tengah 6 12 - - 1,5 Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 9, jumlah sampel yang paling banyak diterima untuk masing-masing jenis bidang tanah adalah hasil delineasi pada perbesaran skala 1:2500 untuk penarikan batas sisi tengah bidang tanah, dan pada skala perbesaran 1:5000. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun beberapa hal yang bisa disimpulkan dari penelitian ini adalah: 1. Hasil analisis perbandingan delineasi metode general boundary dan metode fixed boundary menunjukkan bahwa delineasi metode general boundary pada citra satelit Quickbird tahun 2007 sebaiknya dilakukan dalam skala perbesaran (zooming) 1:1000 dengan penarikan batas bidang pada sisi tengah bidang tanah tersebut. 2. Delineasi metode general boundary pada peta citra resolusi tinggi Quickbird tahun 2007 secara keseluruhan memenuhi toleransi apabila akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan geometrik bentuk dan luas. Akan

A384 tetapi apabila untuk memenuhi kebutuhan geometrik posisi, cara ini tidak bisa diterima. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Alternatif lain untuk melakukan proses delineasi metode general boundary agar hasil yang didapatkan lebih maksimum adalah dengan menggunakan foto udara. Selain itu, foto udara juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan geometrik posisi. 2. Metode general boundary tidak bisa dipakai untuk kegiatan Pendaftaran. Tetapi bisa dipakai untuk kegiatan administrasi pertanahan yang lain, yaitu land value, land tenure, land use dan land development. 3. Sebaiknya setelah melakukan delineasi metode general boundary harus ditindaklanjuti dengan konsultasi ke masyarakat (pemetaan partisipatif). UCAPAN TERIMA KASIH Penulis A.K.W. mengucapkan terima kasih kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik yang telah memberikan dukungan berupa penyediaan data untuk penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim. 1997. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Jakarta: Kementerian Negara Agraria. [2] Williamson, Enemark, Wallace, Rajabifard. 2010. Land Administration for Sustainable Development. ESRI. [3] Pantimena, Leo. 2015. Processing Orthorektifikasi dan Pengukuran Independent Check Point (ICP) Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik.