BAB I PENDAHULUAN. dengan perlindungan hukum. Salah satu yang perlu mendapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan pada lembaga Notariat yang

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP PENERBITAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH YANG CACAD HUKUM. ( Studi di Kantor Pertanahan Kota Surakarta ) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. tanah, padahal luas wilayah negara adalah tetap atau terbatas 1.

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah permukaan bumi yang dalam penggunaannya meliputi juga

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Notaris/PPAT merupakan profesi hukum sekaligus sebagai suatu profesi

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud

2. Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau yang MENERIMA HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidahkaidah. dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB V PENUTUP. penulis laksanakan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa. diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik dan sekaligus bisa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan tinggi hukum yang menghasilkan tenaga Ahli Madya Hukum

PENGIKATAN PEMBAGIAN HAK BERSAMA. Nomor : Pada hari ini, Kamis, tanggal 31 (tiga puluh satu), bulan Oktober, tahun

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan. Peranan bank dalam perekonomian yaitu sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, hampir semua aspek kehidupan di masyarat Indonesia ini sudah ada aturan hukum yang mengaturnya. Hukum diciptakan tidak hanya untuk mengatur tingkah laku masyarakat saja, namun juga untuk melindungi. Inilah yang kemudian sering disebut dengan perlindungan hukum. Salah satu yang perlu mendapat perlindungan hukum di Indonesia adalah profesi Pejabat Pembuat Akta Tanah yang lebih dikenal dengan singkatannya yaitu PPAT. Ada beberapa peraturan yang mengatur tentang PPAT diantaranya yaitu, pertama, Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah;keduaPeraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998; ketiga Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998. Seperti yang diamanatkan oleh Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 bahwa tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah atau yang selanjutnya disebut PPAT yaitu untuk melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta-akta otentik sebagai 1

2 bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum tersebut. Akta yang dibuat oleh PPAT merupakan akta para pihak (partij acte) yang artinya bahwa dasar pembuatan akta tersebut adalah berdasarkan keterangan dan data-data yang diberikan oleh para pihak, sehingga PPAT tidak bertanggung jawab selain yang disampaikan oleh para pihak kepadanya. Pada era globaisasi dewasa ini para pemangku jabatan PPAT terkadang mengalami permasalahan hukum yang membuatnya menjalani pemeriksaan di pengadilan.hal tersebut ada yang disebabkan karena kelalaian PPAT itu sendiri maupun disebabkan oleh pihak-pihak yang dengan sengaja ingin menguntungkan diri sendiri, dengan sedemikian rupa menghalalkan segala cara sehingga menyeret PPAT ke meja hijau. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah kasus yang dialami oleh Notaris/PPAT Silviani Tri Budi Esti, S.H. dengan daerah kerja Kota Surakarta, yang kasusnya telah sampai pada pengadilan dan telah diputus dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap nomor 83/Pdt.G/2011/PN. Ska. Dimana dalam kasus tersebut Notaris/PPAT Silviani Tri Budi Esti S.H. adalah selaku PPAT Penerima Protokol dari PPAT Drs. Wongsoatmojo yang telah meninggal dunia. Kasus tersebut bermula ketika PPAT Drs. Wongsoatmojo ketika masih hidup dan menjalankan jabatannya membuat Akta Jual Beli atas lima bidang tanah

3 yang terletak di Kismorejo RT 01 RW 10, Mojosongo, Surakarta 1 pada tahun 1991-1992, dengan pembeli yaitu Tuan APS seorang Rohaniwan Katholik yang juga selaku Penggugat dalam kasus tersebut. Pelaksanaan jual beli dan balik nama kelima sertipikat tersebut kepengurusannya diserahkan kepada Bapak Reso dan Bapak Suparno yang salah satu diantaranya pada waktu itu selaku Lurah Mojosongo untuk mengurusnya sampai selesai balik nama sertipikat hak milik atas nama penggugat 2 karena penggugat berada di luar kota untuk waktu yang lama. Ternyata dalam mengurus jual beli dan balik nama tersebut terjadi kekeliruan dalam pembuatan identitas KTP Penggugat oleh petugas Kelurahan Mojosongo yaitu dengan menyebut bahwa Penggugat telah kawin padahal Penggugat adalah seorang Rohaniwan Katholik yang tidak kawin sehingga tidak memiliki isteri. 3 Sementara itu orang yang diserahi untuk mengurus jual beli dan balik nama ketika itu yaitu Bapak Reso dan Bapak Suparno telah meninggal dunia, 4 begitu pula dengan PPAT yang membuat Jual Beli tersebut yaitu Drs. Wongsoatmojo. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa tanggung jawab akta PPAT melekat pada PPAT yang membuatnya seumur hidup, bukan pada PPAT penerima protokol. PPAT penerima protokol hanya berwenang untuk menyimpan dan mengeluarkan salinan. Di dalam Putusan Nomor 83/Pdt.G/2011/PN.SKA menggambarkan bahwa PPAT penerima protokol 1 Putusan Nomor: 83/Pdt.G/2011/PN.Ska.,hlm. 2. 2 Ibid, hlm. 3. 3 Ibid, hlm. 3-4 4 Ibid, hlm. 4.

4 tidak mendapatkan perlindungan hukum, karena dalam putusan tersebut mejelis hakim mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya. Dalam putusan tersebut majelis hakim menyatakan bahwa penerbitan kelima sertipikat Hak Milik di bawah ini cacat hukum, yaitu : 1. Tanah Sertipikat Hak Milik No. 2891/Mojosongo, seluas 450 m 2, Akta Jual Beli tanggal 6-7-1992 No. 404/Jebres/1992 atas nama APS suami Ny. Maria Lena Susanti; 2 2. Tanah Sertipikat Hak Milik No. 2892/Mojosongo, seluas 637 m, Akta Jual Beli tanggal 3-6-1991 No. 279/Jebres/1991 atas nama APS suami Ny. Susanti; 2 3. Tanah Sertipikat Hak Milik No. 2916/Mojosongo, seluas 320 m, Akta Jual Beli tanggal 6-7-1992 No. 403/Jebres/1992 atas nama APS suami Ny. Maria Lena Susanti; 2 4. Tanah Sertipikat Hak Milik No. 2941/Mojosongo, seluas 360 m, Akta Jual Beli tanggal 20-5-1992 No. 282/Jebres/1992 atas nama APS suami Ny. Maria Lena Susanti; dan 5. Tanah Sertipikat Hak Milik No. 2935/Mojosongo, seluas 400 m 2, Akta Jual Beli tanggal 20-5-1992 No. 281/Jebres/1992 atas nama APS suami Ny. Maria Lena Susanti. 5 Selain itu, dalam putusan tersebut majelis hakim juga memerintahkan Tergugat II (Silviani Tri Budi Esti, S.H.) dan Turut Tergugat (Kantor Pertanahan Kota Surakarta yang selanjutnya disebut Kantah Surakarta) untuk mencoret kelima sertipikat tanah Hak Milik tersebut dan memerintahkan Tergugat II dan Turut Tergugat merubah penyebutan pemegang Hak Milik kelima sertipikat tersebut menjadi atas nama APS. Apakah seorang PPAT penerima protokol seperti Silviani Tri Budi Esti berwenang untuk melaksanakan putusan hakim yaitu untuk mencoret dan merubah kelima sertipikat tanah Hak Milik tersebut menjadi atas nama APS. Inilah yang menjadi perhatian penulis untuk meneliti hal tersebut. 5 Ibid, hlm. 25.

5 Sepengetahuan penulis belum ada aturan yang mengatur mengenai perlindungan hukum bagi PPAT penerima protokol. Sehubungan dengan yang telah dipaparkan di atas dan dan seiring dengan bertambah kritisnya masyarakat Indonesia serta meningkatnya kesadaran hukum maka dalam pelaksanaan jabatan PPAT perlu perlindungan hukum bagi PPAT. Demikian halnya juga bagi PPAT penerima Protokol atas protokol yang diterimanya dari PPAT pemberi Protokol. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka berkaitan dengan hal tersebut beberapa yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Penerima Protokol dalam studi kasus Putusan Nomor 83/Pdt.G/2011/PN.SKA? 2. Bagaimanakah peran Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) dalam memberikan dalam memberikan perlindunganterhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Penerima Protokol? C. Keaslian Penulisan Dari hasil pengamatan penulis berdasarkan penelusuran ke berbagai media yang ada, baik pengamatan data kepustakaan maupun media internet, penulisan mengenai : Perlindungan Hukum Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Penerima Protokol (Studi Kasus Putusan Nomor

6 83/Pdt.G/2011/PN.SKA) ini sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan. Apabila suatu saat terdapat penulis sebelumnya yang telah meneliti maka hasil penulisan ini sebagai pelengkap dari penulisan sebelumnya. Walaupun demikian, sejauh pengamatan penulis terhadap hasil penulisan-penulisan ilmiah/tesis terdahulu yang telah dipublikasikan, dijumpai beberapa karya ilmiah/tesis yang materi penulisannya dengan tema yang serupa dengan penulisan ini, tetapi di dalamnya tidak terdapat kemiripan. Di luar itu semua penulis menjadikan hasil penulisan-penulisan tersebut sebagai bahan pertimbangan atau inspirasi dalam melaksanakan penulisan ini. Adapun hasil penulisan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penulisan yang dilakukan oleh Hersa Krisna Muslim 6 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pembuatan Akta Jual Beli Tanah Pura-Pura (Schijn Handeling): Studi Kasus Putusan Perkara Perdata Nomor 08/Pdt.G/2009.PN.BTL. Ada dua inti permasalahan yang diangkat di dalam penulisan tersebut. Pertama,bagaimana akibat hukum jual beli hak atas tanah pura-pura. Kedua,bagaimana bentuk tanggungjawab PPAT apabila akta jual beli yang dibuatnya terdapat unsur jual beli pura-pura. Hasil dari penulisan tersebut yaitu, pertama,akibat hukum jual beli hak atas tanah pura-pura dimana dalam kasus 6 Hersa Krisna Muslim, Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pembuatan Akta Jual Beli Tanah Pura-Pura (Schijn Handeling): Studi Kasus Putusan Perkara Perdata Nomor 08/Pdt.G/2009.PN.BTL.,Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2012.

7 tesebut tidak ada pembayaran harga sebagaimana tertulis dalam akta jual beli adalah batal demi hukum. Kedua, bentuk tanggung jawab PPAT apabila akta jual beli yang dibuatnya terdapat unsur jual beli pura-pura yaitu PPAT tidak dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, perdata, maupun pidana, karena inisiatif atau kehendak untuk membuat akta, berikut keterangan yang ditulis dalam akta berasal dari orang yang menyuruh memasukkan, bukan dari PPAT dan PPAT tidak mengetahui keterangan para pihak ternyata tidak sesuai dengan kebenaran materiil. 2. Penulisan yang dilakukan oleh Walinono 7 Wewenang dan Tanggungjawab Notaris Penerima Protokol Akta Notaris di Kota Makassar. Ada dua inti permasalahan yang diangkat di dalam penulisan tersebut. Pertama, Bagaimana pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab Notaris penerima protokol akta Notaris dan implikasi hukumnya. Kedua, Bagaimana bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang dan tanggungjawab Notaris penerima protokol akta Notaris. Hasil dari penulisan tersebut yaitu, pertama, pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab Notaris penerima protokol akta Notaris dan implikasi hukumnya belum optimal karena Notaris penerima protokol hanya berwenang membuat salinan kedua (copy collectione) berdasarkan minuta akta yang diterimanya dan sebaliknya jika minuta akta tidak ada maka Notaris tidak dapat membuat salinan 7 Walinono, Wewenang dan Tanggungjawab NotarisPenerima Protokol Akta Notaris Di Kota Makassar,Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2009.

8 kedua (copy collectione) sedangkan tanggung jawabnya hanya menjaga dan memelihara minuta akta.kedua, bentuk-bentuk penyalahgunaaan wewenang dan tanggung- jawab Notaris penerima protokol akta Notaris masih terjadi ialah merubah isi dari minuta akta, memperlihatkan isi minuta yang tidak berhak dan mengelurakan salinan kedua diberikan yang tidak berhak menerimanya. Perbedaan penulisan di atas dengan penulisan yang akan dilakukan oleh penulis yaitu terletak pada permasalahan yang diangkat oleh penulis, dalam penulisan ini penulis melakukan penulisan mengenai perlindungan hukum PPAT penerima protokol dalam studi kasus putusan pengadilan nomor 83/Pdt.G/2011/PN.SKA. Perbedaan lainnya yaitu dalam penulisan ini penulis akan meneliti mengenai peran Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) dalam memberikan perlindungan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Penerima Protokol. D. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan yang dilakukan oleh penulis dengan judul Perlindungan Hukum Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Penerima Protokol (studi kasus Putusan Nomor 83/Pdt.G/2011/PN.SKA) adalah: 1. Untuk mengetahui, perlindungan hukum bagi PPAT penerima protokol dalam studi kasus Putusan Nomor 83/Pdt.G/2011/PN.SKA. 2. Untuk mengetahui, peran Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) dalam memberikan perlindungan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Penerima Protokol.

9 E. Manfaat Penulisan Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Manfaat Teoritis Sebagai karya tulis yang bersifat akademik guna menggapai derajat jenjang strata dua di Program Studi Magster Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, karya tulis ini diharapkan juga mempunyai kontribusi positif yang baik bagi mahasiswa, dosen, kalangan PPAT, aparatur instansi pemerintah yang berhubungan dengan pengurusan hak atas tanah, maupun bagi masyarakat luas, dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu serta pengetahuan tentang hukum pertanahan khususnya mengenali perlindungan hukum bagi PPAT Penerima Protokol. Selain itu penulis berharap karya tulis ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan Penulisan karya tulis selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penulisan karya tulis ini diharapkan dapat terbaca secara luas dan hasil penulisan dapat diaplikasikan dalam praktek khususnya bagi kalangan PPAT, aparatur instansi pemrintahan, maupun masyarakat pada umumnya.