PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX-STAGE METHODE (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1.

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian B. Tujuan tindakan C. Indikasi, kontra indikasi, dan komplikasi tindakan Indikasi tindakan Kontraindikasi

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,

Sinyal ECG. ECG Signal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

KATA PENGANTAR. 1. Dosen Pembimbing 2. Pembimbing Lapangan 3. Bagian Lab TelkoMedika 4. TelkoMedika

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK PADA METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL-FLOWCHART DALAM PEMASANGAN IUD KARYA TULIS ILMIAH

Pengantar Elektrofisiologi Jantung

ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA DISRITMIA. Oleh : Bambang Sutikno

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

ANATOMI JANTUNG MANUSIA

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI)

Intro. - alifis.wordpress.com

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMASANGAN DAN INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI

SUCI ARSITA SARI. R

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

SISTEM CARDIO VASCULAR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE

KARYA TULIS ILMIAH. (Studi dilakukan di Kampung Sengon Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGARUH BODY MASSAGE TERHADAP TINGKAT DEPRESI IBU NIFAS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SIYAMTININGSIH KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

SOFIA PARAMITA R

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN KALA I DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

JANTUNG dan PEREDARAN DARAH. Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R

ECG ElectroCardioGraphy. Peralatan Diagnostik Dasar, MRM 12

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Mahayu Devi Kurniasari J

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) dengan 6 Channel

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TOODLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA

PERBEDAAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA D III KEBIDANAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health

PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO2MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

Informed Consent Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki

terdapat perbedaan elektrik dari gangguan irama yang ditemukan. 1 Diagnosis atrial flutter dan atrial fibrilasi biasanya berdasarkan pengawasan irama

EVALUASI KERJA ELECTROCARDIOGRAPH (ECG) RSUD ZAINOEL ABIDIN LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTIK

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN SMALL GROUP HASIL BELAJAR KB AKDR KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan

Rancang Bangun Sistem Monitoring RR Interval pada Data Elektrokardiogram Berbasis Metode First Derivative Based Technique (FDBT) untuk User Bergerak

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik.

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

Transkripsi:

1 PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : W I N A R T O NIM. ST13081 PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

2

iii 3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan YME atas segala limpahan rahmat, petunjuk, karunia, serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai tahapan akhir setelah peneliti melakukan penelitian dan merupakan syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah menyetujui atas skripsi ini. 3. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.M.Kep., selaku pembimbing utama skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. iv

5 4. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku pembimbing pendamping skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini 5. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes., selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 6. Dr. Endang Agustinar, M.Kes., selaku direktur RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 7. Kepala Ruang dan Staf Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memfasilitasi jalannya penelitian. 8. Dosen dan Staf Progam Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama menjalani pendidikan. 9. Istri, Ananda tercinta, dan seluruh keluarga yang selalu senantiasa memberikan doa restu, semangat dan dorongan kepada penulis selama menjalani pendidikan. 10. Teman-teman seperjuangan Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya selama ini, baik berupa moril dan materiil secara langsung atau tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembelajaran dan skripsi ini. 11. Responden penelitian yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. v

6 12. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam proses penyusunan skripsi ini, untuk itu dalam kesempatan ini tak lupa penulis juga mengharapkan masukan dan saran positif dari semua pihak demi sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan studi dan dapat memberikan manfaat positif bagi kita semua.. Surakarta, Agustus 2015 Penulis vi

7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRAK... xiii ABSTRACT... xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... 1 1.2. Rumusan masalah... 4 1.3. Tujuan penelitian... 5 1.4. Manfaat penelitian... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori... 7 2.1.1. Elektrokardiogram (EKG)... 7 2.1.2. Aritmia... 20 2.1.3. Metode pembelajaran the six stage method (SSM)... 28 2.1.4. Metode pembelajaran diskriptif... 33 2.1.5. Proses pembelajaran... 33 2.1.6. Mahasiswa keperawatan... 37 2.2. Keaslian penelitian... 39 2.3. Kerangka teori... 40 2.4. Kerangka konsep... 41 2.5. Hipotesis... 41 vi vii

8 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan rancangan penelitian... 42 3.2. Populasi dan sampel... 42 3.3. Tempat dan waktu penelitian... 44 3.4. Variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran... 44 3.5. Alat penelitian dan cara pengumpulan data... 46 3.6. Uji validitas dan reliabilitas... 46 3.7. Jalannya penelitian... 48 3.8. Teknik pengolahan dan analisa data... 51 3.9. Etika penelitian... 54 BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran umum tempat penelitian... 55 4.2. Karakteristik responden... 57 4.3. Analisa univariat... 58 4.4. Analisa bivariat... 60 BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik responden... 62 5.2. Analisa univariat... 64 5.3. Analisa bivariat... 65 BAB VI. PENUTUP 6.1. Simpulan... 68 6.2. Saran... 69 DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Definisi operasional... 45 Tabel 4.1. Distribusi jenis kelamin responden... 57 Tabel 4.2. Distribusi umur responden... 57 Tabel 4.3. Distribusi nilai interpretasi EKG responden... 58 Tabel 4.4. Distribusi nilai interpretasi EKG responden... 59 Tabel 4.5. Uji tendensi sentral responden... 59 Tabel 4.6. Uji normalitas data penelitian... 60 Tabel 4.7. Uji beda metode SSM dengan metode diskriptif... 61 ix

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Sistem konduksi jantung... 10 Gambar 2.2. Sandapan bipolar... 10 Gambar 2.3. Sandapan unipolar ekstremitas... 11 Gambar 2.4. Penempelan elektroda prekordial... 12 Gambar 2.5. Kertas EKG... 12 Gambar 2.6. Kurva EKG normal... 13 Gambar 2.7. Gelombang P... 14 Gambar 2.8. Komplek QRS... 14 Gambar 2.9. Gelombang T... 15 Gambar 2.10. Interval PR... 16 Gambar 2.11. ST depresi... 16 Gambar 2.12. ST elevasi... 16 Gambar 2.13. Sinus rhythm... 17 Gambar 2.14. Aksis jantung... 20 Gambar 2.15. Sinus takikardi... 23 Gambar 2.16. Sinus bradikardi... 23 Gambar 2.17. Atrial fibrilasi... 24 Gambar 2.18. Supra vetrikuler takikardi... 24 Gambar 2.19. Ventrikel takikardi... 25 Gambar 2.20. Ventrikel fibrilasi... 25 Gambar 2.21. AV blok derajat 1... 26 Gambar 2.22. AV blok derajat 2 tipe mobitz 1... 26 Gambar 2.23. AV blok derajat 2 tipe mobitz 2... 27 Gambar 2.24. Total AV blok... 28 Gambar 2.25. Asistole... 28 Gambar 2.26. Irama strip I... 29 Gambar 2.27. Irama strip 2... 30 Gambar 2.28. Irama strip 3... 31 x

11 Gambar 2.29. Irama strip 4... 32 Gambar 2.30. Kerangka teori... 40 Gambar 2.31. Kerangka konsep... 41 xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 : : : : : : : : : : : : : : : : : Jadwal penyusunan skripsi F.01 Usulan topik penelitian F.02 Pengajuan judul skripsi F.04 Pengajuan ijin studi pendahuluan F.07 Pengajuan ijin penelitian Permohonan studi pendahuluan penelitian Surat balasan pengantar studi pendahuluan penelitian Surat permohonan ijin penelitian Surat balasan pengantar ijin penelitian Surat persetujuan validitas isi Surat permohonan menjadi responden penelitian Surat pernyataan bersedia menjadi responden Kuesioner penelitian Tabulasi data Data SPSS Lembar konsultasi Surat keterangan telah menyelesaikan penelitian dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta. xii

13 PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Winarto PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ABSTRAK Belajar menginterpretasi EKG bagi perawat sangat penting, khususnya perawat di ruang intensif karena perawat merupakan mitra dokter yang perlu saling berkolaborasi dalam bekerja melayani pasien. The six stage method (SSM) adalah suatu metode pembelajaran alternative untuk pendidik, di dalam mengenalkan aritmia jantung dengan menggunakan gambaran strip EKG. Metode yang diteliti diharapkan efektif untuk mengajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara metode pembelajaran SSM dengan diskriptif terhadap hasil interpretasi EKG aritmia mahasiswa keperawatan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperiment dengan rancangan post test only control group design. Hasil rata-rata dari hasil belajar interpretasi EKG pada kelompok SSM adalah 6,73 dan kelompok diskriptif adalah 6,47. Hasil uji statistik didapat nilai t hitung= 0,947 dengan p-value sebesar 0,352 sehingga diterima pada taraf signifikansi 5% (P>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pengetahuan antara hasil belajar menggunakan metode SSM dengan metode diskriptif. Kedua metode sama efektifnya digunakan dalam metode pembelajaran interpretasi EKG aritmia terhadap mahasiswa keperawatan. Kata kunci : EKG, aritmia, Methode pembelajaran SSM dan Diskriptif. Daftar pustaka : 30(2005-2014) xiii

14 BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Winarto Comparison between Learning the Six-Stage Method (SSM) and Descriptive Method of the Nurse Students Interpretation Result of ECG Arrhythmias ABSTRACT Interpreting ECG is very important for nurses to be learnt, particularly for those who are employed at the intensive room because the nurses are the partners for doctors in managing the patients. The six stage method (SSM) is an alternative learning method for educator in introducing the cardiac arrhythmias by using the description of ECG stripe. The method is expected to be effective to teach the Nurse students interpretation result of ECG arrhythmias. The objective of this research is to investigate the difference of effectiveness between the SSM method and the descriptive method (DM) to the Nurse students interpretation result of ECG arrhythmias. The research used the true experimental method with the posttest-only control group design. The result shows that the average ECG interpretation learning result of the SSM group was 6.73 and ECG interpretation learning result of the DM group was 6.47. The result of the statistic test shows that the value of t count was 0.947 with the p-value = 0.352 meaning that the it was verified at the significance level 5% (p>0.05). Thus, there was no significant difference of knowledge between the SSM and the DM. Thus, both methods were similarly effective for the Nurse students interpretation learning method of ECG arrhythmias. Keywords : ECG, arrhythmias, six-stage method and descriptive method. References : 30 (2005-2014) xiv

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak di tengah toraks, dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 gram (10,6 oz) meskipun berat dan ukuranya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan, aktifitas fisik, dan penyakit jantung. Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot (Adipranoto, 2006). Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doengoes, 2009). Aritmia dapat diidentifikasi melalui gelombang elektrokardiogram (EKG). Aritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 2005). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 2006). Pemeriksaan aritmia jantung salah satunya dengan menggunakan perekaman elektrokardiografi. Elektrokardiogram (EKG) merupakan sebuah 1

2 instrument medis yang digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi seputar kerja jantung manusia. Mekanisme kerja sederhana dari alat ini adalah mengukur potensial listrik sebagai fungsi waktu yang dihasilkan oleh jantung. Potensial listrik tersebut dihasilkan oleh beberapa sel pemicu denyut jantung yang dapat merubah sistem kelistrikan jantung. Perbedaan potensial tersebut kemudian divisualisasikan sebagai sinyal pada layar monitor atau pada kertas perekam. Sinyal ini sering digunakan oleh dokter untuk mendeteksi kondisi jantung seorang pasien (Pratanu, 2006). Belajar menginterpretasi EKG bagi perawat sangat penting, khususnya perawat di ruang intensif karena perawat merupakan mitra dokter yang perlu saling berkolaborasi dalam bekerja melayani pasien. Proses pembelajaran terdapat interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik mempunyai peran penting saat berlangsungnya pembelajaran. Tugas pendidik tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tidak menjadikan peserta didik sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subyek pembelajaran, sehingga siswa tidak pasif dan dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajari. Oleh karena itu, pendidik harus memahami materi yang akan disampaikan kepada peserta didik serta dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu materi (Surakhman, 2004). Hasil penelitian lain menyebutkan seluruh hasil menunjukkan bahwa metode pembelajaran enam langkah (the six-stage method / SSM) sama efektifnya dengan metode pembelajaran diskriptif. Penelitian ini

3 menunjukkan bahwa dalam setiap group, bradiaritmia teridentifikasi dengan tepat oleh lebih banyak mahasiswa dari pada takiaritmia. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua metode mengajar yang terlihat dalam interpretasi aritmia jantung spesifik mana pun (Dimitrios, 2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dimitrios (2013) adalah terletak pada sampel, tempat dan uji analisis yang dipakai. Penelitian sebelumnya sampel yang dipakai adalah mahasiswa keperawatan satu kelas dari institusi perguruan tinggi yang sama, dan ada beberapa mahasiswa yang sudah pernah bekerja, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa DIII Keperawatan dari beberapa perguruan tinggi yang praktek di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi Surakarta (RSDM) yang semuanya belum pernah bekerja. Tempat penelitian sebelumnya ada di luar negeri sedangkan tempat penelitian ini ada di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Analisis penelitian sebelumnya menggunakan analisis hasil rata-rata (mean) sedangkan penelitian ini menggunakan nilai alpha. Penelitian dengan variabel metode SSM dan metode diskriptif belum pernah ada di Indonesia. Peneliti belum pernah melakukan metode pembelajaran the six stage method (SSM) selama menjadi Clinical Instructor (CI). Peneliti dan CI yang lain juga belum tahu metode yang efektif dalam memberikan pembelajaran interpretasi EKG aritmia kepada mahasiswa keperawatan.

4 Berdasarkan hasil studi pendahuluan di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi Surakarta terhadap 5 mahasiswa DIII Keperawatan, didapatkan bahwa belum semuanya bisa menginterpretasikan EKG. Mahasiswa DIII Keperawatan yang praktik di ruang intensif khususnya ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta mempunyai target kompetensi mampu melakukan perekaman EKG 12 Lead dan menginterpretasikan hasil perekaman EKG strip, sehingga CI (Clinical Instructor) perlu metode pembelajaran yang tepat untuk mentrasfer ilmunya kepada mahasiswa DIII Keperawatan yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan. 1.2. Rumusan Masalah Perawat di ruang intensif dituntut harus bisa menginterpretasikan EKG aritmia karena bila ada pasien yang mengalami aritmia jantung, ketepatan dalam menginterpretasi EKG aritmia akan sangat membantu medis dalam menentukan tindakan dan terapi sesegera mungkin. Pemberian pelayanan keperawatan di ruang intensif juga melibatkan mahasiswa perawat, oleh karena itu peranan CI dalam memberikan pembelajaran tentang EKG aritmia pada mahasiswa perawat sangat dibutuhkan. Berdasarkan studi

5 pendahuluan terhadap 5 mahasiswa DIII Keperawatan di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta ternyata belum semuanya bisa menginterpretasikan EKG, sehingga CI perlu metode pembelajaran yang tepat untuk mentrasfer ilmunya kepada mahasiswa DIII Keperawatan yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian : Apakah ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan antara lain : 1. Tujuan umum Membandingkan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.. 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan hasil belajar interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan menggunakan metode pembelalajaran the six stage method (SSM) di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

6 b. Mendiskripsikan hasil belajar interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan menggunakan metode pembelalajaran diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. c. Menganalisis perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu : 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit khususnya para pembimbing klinik untuk memberikan bimbingan yang tepat terkait interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah khasanah keilmuan tentang perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi peneliti berikutnya terkait perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan.

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Elektrokardiogram (EKG) 1. Pengertian Elektrokardiagram (EKG) adalah rekaman listrik jantung yang diperoleh dengan bantuan elektroda yang ditempel di permukaan tubuh. Elektrokardiagrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang EKG (Munawar dan Sutandar, 2006). 2. Kegunaan EKG EKG sangat berguna dalam menentukan kelainan seperti : aritmia jantung, hipertrofi atrium dan ventrikel, iskemik dan infark miokard, efek beberapa pengobatan terutama digitalis dan anti aritmia, gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium, serta penilaian fungsi pacu jantung (Munawar dan Sutandar, 2006). 3. Potensial aksi Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanik, dan termis. Lima fase aksi potensial (Dharma, 2009) yaitu : 7

8 a. Fase istirahat : bagian dalam bermuatan negative (polarisasi) dan bagian luar bermuatan positif. b. Fase depolarisasi (cepat) : disebabkan meningkatnya permeabilitas membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke dalam. c. Fase polarisasi parsial : setelah depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan positih dalam sel menjadi berkurang. d. Fase plato (keadaan stabil) : fase depolarisasi diikuti keadaan stabil agak lama sesuai masa refraktor absolut miokard. e. Fase repolarisasi (cepat) : kalsium dan natrium berangsurangsur tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat. 4. Sistem konduksi jantung a. Sino-atrial node (SA node) Sering disebut nodus sinus, disingkat sinus nodus SA terletak di atrium kanan di dekat muara vena kava superior. Secara anatomis nodus SA memiliki panjang 10 12 mm, lebar 3 5 mm dan tebal 1 mm. Pada keadaan normal nodus SA mampu menghasilkan impuls listrik sebesar 60 100 kali per menit. Nodus SA merupakan pendahulu kontraksi jantung, dari sini impuls diteruskan ke antrioventrikuler node (Munawar dan Sutandar, 2006).

9 b. Antrio-ventrikuler node (AV node) Nodus AV terletak di dalam dinding septum atau sekat antara atrium kanan dan kiri, tepatnya diatas katup trikuspid di dekat sinus koronarius. Secara anatomis, nodus AV memiliki panjang sekitar 7 mm, lebar 3 mm dan tebal 1 mm. Perjalanan impuls dari nodus SA menuju nodus AV memerlukan waktu 0,08 0,12 detik, dengan maksud untuk memberikan kesempatan pengisian ventrikel selama terjadi pengisian atrium. Nodus AV mampu menghasilkan impuls listrik sebesar 40-60 kali per menit. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrioventrikuler bundel melalui berkas wenkebach (Munawar dan Sutandar, 2006). c. Berkas his Berkas his adalah sebuah berkas yang pendek (panjang sekitar 10 mm dengan diameter 2 mm) yang merupakan kelanjutan dari bagian bawah nodus AV yang menembus annulus fibrosus dan septum bagian membran. Nodus AV bersama berkas his disebut penghubung atrio-ventrikuler (Munawar dan Sutandar, 2006). d. Cabang berkas Kearah distal, berkas his bercabang menjadi dua yaitu cabang berkas kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas kiri memberikan cabang-cabang ke ventrikel kiri, sedangkan

10 cabang berkas kanan bercabang-cabang ke ventikel kanan (Jones, 2005). e. Serabut purkinje Bagian terakhir dari sistem konduksi jantung ialah serabut-serabut purkinje, yang berupa anyaman halus dan berhubungan erat dengan sel-sel otot jantung yang berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel. Serabut purkinje mampu menghasilkan impuls 20-40 kali per menit. Gambar 2.1. Sistem konduksi jantung 5. Sandapan EKG Terdapat 2 jenis sandapan (lead) pada EKG : a. Sandapan bipolar, yaitu merekam perbedaan potensial dari dua elektroda, sandapan ini ditandai dengan angka romawi I, II dan III. Gambar 2.2. Sandapan bipolar

11 b. Sandapan unipolar 1) Sandapan unipolar ekstremitas Merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda ekplorasi diletakan pada ekstremitas yang mau diukur. Gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0). Sandapan ini dinamakan avr, avl, avf. Gambar 2.3. Sandapan unipolar ekstremitas 2) Sandapan unipolar prekordial Merekam besar potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi yang ditempatkan di beberapa dingding dada. Elektroda indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstremitas. Pemasangan sandapan unipolar prekordial : 1) Sandapan V1: ruang intercosta 4, garis sternal kanan 2) Sandapan V2: ruang interkosta 4, garis sternal kiri. 3) Sandapan V3: antara V2 dan V4. 4) Sandapan V4: ruang interkosta 5, garis midklavikula kiri.

12 5) Sandapan V5 : sejajar dengan V4 pada garis aksila anterior kiri. 6) Sandapan V6 : sejajar dengan V5 garis aksila tengah Gambar 2.4. Penempelan elektroda prekordial 6. Kertas EKG Kertas EKG merupakan kertas grafik yang merupakan garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1 mm (kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm disebut (kotak besar). Garis horizontal menunjukan waktu, dimana 1 mm = 0,04 detik, sedangkan 5 mm = 0,20 detik. Garis vertikal menggambarkan voltage, dimana 1 mm = 0,1 mv, sedangkan setiap 5 mm = 0,5 mv. 0,04 0,5 mv 0, 20 detik 0,1 mv Gambar 2.5 Kertas EKG

13 7. Kurva EKG Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel. EKG normal terdiri dari gel P, Q, R, S dan T serta kadang terlihat gelombang U. Selain itu ada juga beberapa interval dan segmen EKG. Gambar 2.6. Kurva EKG normal 8. Karakteristik gelombang EKG a. Gelombang P Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi atrium. Normal : 1) Tinggi : < 0,3 mvolt 2) Lebar : < 0,12 detik 3) Selalu positif di lead II 4) Selalu negatif di lead avr Kepentingan : 1) Mengetahui kelainan di atrium 2) Gelombang P pulmonal untuk mengetahui right atrium hipertrophy (RAH)

14 3) Gelombang P mitral untuk mengetahui left atrium hipertrophy (LAH) Gambar 2.7. Gelombang P b. Komplek QRS Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi ventrikel Normal : 1) Lebar : 0,06-0,12 detik 2) Tinggi : tergantung lead Gambar 2.8. Komplek QRS c. Gelombang Q Normal : 1) Lebar : < 0,04 detik 2) Dalam : < 1/3 tinggi gelombang R

15 d. Gelombang R Defleksi positif pertama pada komplek QRS. Gelombang R umumnya positif di lead I, II, V5 dan V6. Lead avr, V1, V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada. e. Gelombang S Defleksi negatif sesudah gelombang R, di lead avr dan V1 gelombang S terlihat dalam, dari lead V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang. Kepentingan : 1) Mengetahui adanya hipertrofi ventrikel 2) Mengetahui adanya bundle branch block 3) Mengetahui adanya infark f. Gelombang T Gambaran yang timbul akibat repolarisasi ventrikel Nilai normal : gelombang T positif di lead l, ll, V3 - V6 dan terbalik di lead avr. Kepentingan : 1) Mengetahui adanya iskemia / infark 2) Kelainan elektrolit Gambar 2.9. Gelombang T

16 g. Interval PR Diukur dari permulaan gelombang P sampai dengan permulaan komplek QRS. Normal : 0,12-0,20 detik Kepentingan : kelainan sistem konduksi Gambar 2.10. Interval PR h. Segmen ST Diukur dari akhir QRS sampai dengan awal gelombang T Normal : isoelektris Kepentingan : 1) Elevasi pada injuri / infark akut 2) Depresi pada iskemia Gambar 2.11. ST depresi Gambar 2.12. ST elevasi 9. Irama jantung Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut : a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak. b. Tentukan berapa frekwensi jantung / heart rate (HR).

17 c. Tentukan gelombang P normal atau tidak. d. Tentukan interval PR normal atau tidak. e. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak. f. Interpretasi. Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka iramanya disebut irama sinus (sinus rhythm). Kriteria irama sinus adalah sebagai berikut : a. Irama teratur. b. Frekwensi jantung (HR) antara 60-100 kali permenit. c. Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T. d. Interval PR normal (0,12-0,20 detik). e. Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik). f. Semua gelombang sama. Gambar 2.13. Sinus rhythm Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut di atas disebut aritmia atau disritmia.

18 10. Menentukan frekwensi / heart rate (HR) Cara menghitung HR : a. 300 Jumlah kotak besar antara R R b. 1500 Jumlah kotak kecil antara R R c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah komplek QRS dan kalikan 10. Cara pertama dan kedua digunakan jika irama jantung teratur, sedangkan cara ketiga digunakan pada irama jantung tidak teratur. Irama jantung teratur jika jarak antara gelombang R ke R berikutnya selalu sama, jika jarak gelombang R ke R berikutnya tidak sama disebut irama tidak teratur. 11. Menentukan sumbu jantung (axis) Aksis normal terletak antara -30 derajat sampai dengan +110 derajat. Apabila aksis jantung antara -30 sampai dengan - 90 derajat dinamakan left axis deviation (LAD), apabila +110 derajat sampai dengan +180 derajat dinamakan right axis deviation (RAD), apabila aksis jantung antara +180 derajat sampai dengan +270 derajat atau -90 derajat sampai dengan -180 derajat dinamakan extrem axis deviation.

19 Cara menghitung atau menentukan aksis jantung ada beberapa cara, ada juga yang mengatakan kalau aksis jantung juga bisa ditentukan melalui bidang horizontal. Tapi sebaiknya untuk menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan menggunakan lead I, II, III, avr, avf, avl seperti penjelasan sebagai berikut : a. Normal aksis yaitu bila hasil resultan sandapan I positif dan avf positif, maka aksis jantung berada pada posisi normal. b. Bila hasil resultan sandapan I positif, avf negatif, dan sandapan II positif, maka aksis jantung masih berada pada posisi normal. c. Left axis deviation (RAD) yaitu bila hasil resultan sandapan I positif, avf negatif dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke kiri berada pada sudut -30 derajat sampai +90 derajat. d. Right axis deviation (RAD) yaitu bila hasil resultan sandapan I negatif, avf positif, dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke kanan berada pada sudut +90 derajat sampai dengan -180 derajat. e. Extrem aksis yaitu bila hasil sandapan I negatif, avf negatif, dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke superior (extreme axis deviation) berada pada sudut antara +180

20 derajat sampai -90 derajat atau +180 derajat sampai dengan +270 derajat. Gambar 2.14. Aksis jantung 2.1.2. Aritmia 1. Pengertian aritmia Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 2009). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 2006). Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya, kebanyakan orang

21 sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dengan heart rate abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi dengan heart rate normal (60 100 kali per menit) atau dengan heart rate lambat yang disebut bradiaritmia (kurang dari 60 kali per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan heart rate yang cepat yang disebut takiaritmia yaitu lebih dari 100 kali per menit (Price, 2005). Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah serambi jantung tidak menguncup atau fibrilasi yang bergetar kecil dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara normal yang seharusnya pacu jantung nodus sino-atrial (SA) di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi hanya bergetar saja tanpa memompa jantung, hal ini akan sangat berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan keseluruh tubuh (Doenges, 2009). Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi di Uni Eropa dan Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun, apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80

22 tahun resiko terjadinya fibrilasi serambi jantung semakin tinggi (Doenges, 2009). Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat meninggal. Akibatnya gangguan irama pada serambi jantung ini membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan menyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal (Doenges, 2009). Pengobatan aritmia jantung sering kali dapat mengendalikan atau menghilangkan denyut jantung tidak teratur, selain itu aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak teratur dapat juga terjadi pada jantung yang normal dan sehat (Munawar dan Sutandar, 2006). 2. Macam-macam aritmia Sebelum dilakukan penilaian irama jantung melalui EKG, pasien harus diperiksa ada tidaknya nadi, karena ada beberapa gambaran

23 EKG yang disertai keadaan tanpa nadi. Seperti ventrikel takikardia (VT) tanpa nadi dan pulseness elektrical activity (PEA). a. Sinus takikardi (ST) 1) Irama : teratur 2) Frekwensi (HR) : 100 150 kali per menit 3) Gelombang P : normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T 4) Interval PR : normal (0,12 0,20 detik) 5) Komplek QRS : normal (0,06 0,12 detik) 6) Semua gelombang sama Gambar 2.15. Sinus takikardi b. Sinus bradikardi (SB) 1) Irama : teratur 2) Frekwensi (HR) : kurang dari 60 kali per menit 3) Gelombang P : normal 4) Interval PR : normal (0.12 0,20 detik) 5) Komplek QRS : normal (0.06 0.12 detik) 6) Semua gelombang sama Gambar 2.16. Sinus bradikardi

24 c. Atrial fibrilasi (AF) 1) Irama : tidak teratur 2) Frekwensi (HR) : bervariasi 3) Gelombang P : tidak normal atau tidak ada 4) Interval PR : tidak dapat dihitung 5) Komplek QRS : normal (0,06 0,12 detik) Gambar 2.17. Atrial fibrilasi d. Supra ventrikuler takikardia (SVT) 1) Irama : teratur 2) Frekuensi : 150 250 kali per menit 3) Gelombang P : tidak ada atau kecil, tertutup oleh gelombang T 4) Interval PR : tidak ada atau memendek 5) Komplek QRS : normal 0,06 0,12 detik normal dan tingginya harus sama (ingat duri ikan) Gambar 2.18. Supra ventrikuler takikardia

25 e. Ventrikel takikardia (VT) 1) Irama : teratur 2) Frekuensi ( HR ) : lebih dari 100 250 kali per menit 3) Gelombang P : tidak ada 4) Interval PR : tidak ada 5) Komplek QRS : lebar, lebih dari 0,12 detik Gambar 2.19. Ventrikuler takikardia f. Ventrikel fibrilasi (VF) 1) Irama : tidak teratur 2) Frekuensi (HR) : lebih dari 350 kali per menit sehingga tidak bisa dihitung 3) Gelombang P : tidak ada 4) Interval PR : tidak ada 5) Komplek QRS : lebar dan tidak teratur 6) Tidak ada denyut jantung Gambar 2.20. Ventrikel fibrilasi

26 g. Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat 1 1) Irama : teratur 2) Frekuensi : umumnya normal antara 60 100 kali/menit 3) Gelombang P : normal 4) Interval PR : memanjang lebih dari 0,20 detik 5) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik ) Gambar 2.21. AV blok derajat 1 h. Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat 2 tipe mobitz I 1) Irama : tidak teratur 2) Frekuensi : normal atau lebih dari 60 kali/menit 3) Komplek P : normal, tetapi ada 1 gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian siklus makin panjang diulang. 4) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik ) Gambar 2.22. AV blok derajat 2 tipe mobitz I

27 i. Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat II tipe mobitz 2 1) Irama : umumnya tidak teratur, kadang bisa teratur 2) Ferkuensi (HR) : umumnya lambat, kurang dari 60 kali per menit 3) Gelombang P : normal, tetapi ada 1 atau lebih gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS 4) Interval PR : normal atau memanjang secara konstan 5) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik ) Gambar 2.23. AV blok derajat II tipe mobitz 2 j. Blok atrio-ventrikuler derajat 3 ( total AV blok ) 1) Irama : teratur 2) Frekuensi ( HR ) : kurang dari 60 kali permenit 3) Gelombang P : normal, tetapi gelombang P dan QRS berdiri sendiri-sendiri 4) Interval PR : berubah-ubah 5) Komplek QRS : normal atau memanjang lebih dari 0,12 detik

28 Gambar 2.24. Total AV blok k. Asistole 1) Tidak muncul nadi 2) Tidak muncul gelombang P, QRS atau T 3) Muncul garis lurus atau flat Gambar 2.25. Asistole 2.1.3. Metode Pembelajaran The Six Stage Method (SSM) 1. Pengertian The six stage method (SSM) adalah suatu metode pembelajaran alternative untuk pendidik, di dalam mengenalkan aritmia jantung dengan menggunakan gambaran lead EKG (Dimitrios, et al. 2013). SSM didapat dari the european resuscitation council (ERC) dan digunakan dalam pelatihan advanced life support (ALS) (Dimitrios, et al. 2013).

29 SSM merupakan cara menganalisa irama jantung yang terstruktur dan menggunakan pertanyaan yang mudah diingat serta akan menghasilkan skill yang lebih baik. 2. Langkah-langkah pembelajaran SSM The european resuscitation council (ERC) (2010) dalam Dimitrios, et al, (2013) mengatakan cara menganalisa aritmia jantung dengan analisa irama strip EKG melalui enam langkah : a. Irama strip I : Gambar 2.26. Irama strip 1 1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : ya 2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrikel rate)? Jawab : ada 8 komplek QRS di dalam 30 kotak kecil; 8x10= 80 3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular? Jawab : irama QRS reguler 4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang?

30 Jawab : QRS lebih kecil 3 kotak kecil, jadi tidak melebar atau memanjang. 5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)? Jawab : gelombang P muncul. 6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)? Jawab : gelombang P selalu muncul disetiap komplek QRS sepanjang strip. Jarak gelombang P dengan komplek QRS lebih kecil dari 1 kotak besar (0,2 detik). Irama ini disebut sinus rithm. b. Irama strip II : Gambar 2.27. Irama strip 2 1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : ya 2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrikel rate)? Jawab : komplek QRS tidak jelas 3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular?

31 Jawab : irama QRS tidak jelas 4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang? Jawab : QRS tidak jelas 5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)? Jawab : tidak muncul gelombang P 6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)? Jawab : tidak muncul gelombang P atau komplek QRS. Irama ini adalah ventrikel fibrilasi (VF), biasanya dapat muncul di monitor jantung atau di mesin EKG. c. Irama strip III : Gambar 2.28. Irama strip 3 1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : ya 2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrical rate)? Jawab : ada 12 komplek QRS di dalam 30 kotak kecil; 12 x 10= 120

32 3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular? Jawab : irama QRS irreguler 4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang? Jawab : QRS lebih kecil 3 kotak kecil, jadi tidak melebar atau memanjang 5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)? Jawab : gelombang P tidak muncul 6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)? Jawab : tidak ada aktivitas dari atrium. Irama ini disebut atrial fibrilasi. d. Irama strip IV : Gambar 2.29. Irama strip 4 1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : tidak muncul aktivitas listrik. 2) Responden ditanya berapakah ventrikel rate (QRS)?

33 Jawab : tidak muncul QRS, sehingga terekam dalam EKG garis lurus atau flat yang disebut asistole. 2.1.4. Metode Pembelajaran Diskriptif (Dimitrios, et al, 2013) 1. Pengertian Pembelajaran diskriptif yaitu : metode pembelajaran yang terstruktur sesuai konsep teori yang ada. 2. Langkah-langkah pembelajaran diskriptif 1) Menjelaskan pengertian EKG; 2) Menjelaskan sistem konduksi jantung; 3) Menjelaskan kertas EKG; 4) Menjelaskan kurva EKG normal; 5) Menjelaskan macam-macam gelombang pada EKG normal; 6) Menjelaskan kelainan yang muncul di gelombang EKG; 7) Menjelaskan pengertian aritmia jantung; 8) Menjelaskan macam-macam aritmia; 9) Menjelaskan ciri-ciri tampilan EKG pada pasien aritmia; 10) Dan seterusnya sesuai konsep. 2.1.5. Proses Pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan

34 belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih baik. Untuk melakukan sebuah proses pembelajaran, terlebih dahulu harus dipahami pengertian dari kata pembelajaran. Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2011). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal (Rustaman, 2011). Menurut pendapat Bafadal (2005), pembelajaran dapat diartikan sebagai segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristikkarakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.

35 Pengertian proses pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers (2011) : Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel (2010) : proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Rustaman, 2011). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, sertadiharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta

36 perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Rustaman, 2011). 2. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka (Dahar, 2006). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kognitif (kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral), dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm yang membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik (Nasution, 2008). Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral, sedangkan tujuan psikomotorik adalah menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami perkembangan yang maju dan positif (Rustaman, 2011). Tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki

37 siswa atau peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pengajaran, oleh karena itu tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru haruslah bermanfaat bagi siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa supaya tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal (Rustaman, 2011). Dalam hal ini tujuan pembelajaran musik ekstrakurikuler band adalah menjadi wadah siswa untuk menyalurkan bakat di bidang musik, mengasah keterampilan bermain alat musik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman bermain musik secara kelompok serta melatih kepercayaan diri siswa pada saat tampil di depan orang banyak (Rustaman, 2011). Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai upaya membekali diri siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga mengalami perkembangan positif (Rustaman, 2011). 2.1.6. Mahasiswa Keperawatan 1. Pengertian mahasiswa Siregar (2006), mengatakan bahwa mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara 19-28 tahun yang memang

38 dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Siregar (2006), menyatakan bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional (Kartono, 2007). Mahasiswa keperawatan adalah peserta didik yang sedang menempuh pendidikan tinggi keperawatan. 2. Ciri-ciri mahasiswa Mahasiswa merupakan anggota masyakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain (Kartono, 2007) : a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia. b. Karena kesempatan diatas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja. c. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi. d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.

39 2.2. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelurusan pustaka, peneliti belum menemukan penelitian yang serupa, berikut adalah penelitian yang terkait dengan perbandingan metode pembelajar the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang interpretasi EKG aritmia : 1. Dimitrios, P.,Varvaroussis, D.P.,et al (2013) judul comparison of two teaching method for cardiac arrhyitmia interpretation among nursing student. Dengan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif untuk menginterpretasi aritmia jantung pada mahasiswa keperawatan tanpa pengetahuan EKG sebelumnya. 2. Keller, K.B.,Deborah, A., et al (2005) judul arrhytmia knowledge: a qualitative study. Dengan hasil bahwa melalui study qualitative teridentifikasi pengetahuan aritmia tingkat dasar, menengah dan lanjut. Study ini juga menunjukkan bahwa tenaga keperawatan mengalami kekurangan perawat yang mampu untuk mengidentifikasi aritmia yang spesifik dengan memasukkan blok jantung, konduksi abberan, dan takiaritmia.

40 2.3. Kerangka Teori Pembimbing klinik/ci Mahasiswa perawat Mahasiswa perawat Metode SSM Metode diskriptif Interptretasi EKG: 1. Irama 2. Laju QRS 3. Interval PR 4. Komplek P-QRS-T Keterangan : Aritmia jantung: 1. Sinus rhythm (SR) 2. Sinus takhikardi (ST) 3. Sinus bradikardi (SB) 4. Atrial fibrilasi (AF) 5. Supra ventrikuler takikardi (SVT) 6. Ventrikel takikardi (VT) 7. Ventrikel fibrilasi (VF) 8. Blok atrioventrikuler derajat 1 (AV blok dejarat I) 9. Blok Atrioventrikuler dejarat 3 (total AV blok) 10. Asistole Gambar 2.30. Kerangka teori (Sumber: Dimitrios, et al, 2013; Hanafi, 2006) = Diteliti = Tidak diteliti

41 2.4. Kerangka Konsep Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut : Mahasiswa perawat kelompok A Mahasiswa perawat kelompok B Pembelajaran metode SSM Pembelajaran metode diskriptif Proses belajar Hasil belajar interpretasi EKG aritmia jantung Gambar 2.31. Kerangka konsep (Sumber: Dimitrios, et al, 2013; Hanafi, 2006) 2.5. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di Ha : ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tidak ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah rancangan yang mencerminkan langkah-langkah teknis dan operasional penelitian (Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan tujuan penelitian, rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperiment dengan rancangan post test only control group design (Nursalam, 2008). Model Rancangan : Keterangan : Xa Xb O1 O2 = Pembelajaran dengan metode SSM = Pembelajaran dengan metode diskriptif = Hasil belajar kelompok metode SSM = Hasil belajar kelompok metode diskriptif 3.2. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro dan Ismail, 2006). Populasi dalam penelitian adalah setiap subyek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). 42

43 Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa perawat DIII dari beberapa perguruan tinggi yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (RSDM). Jumlah populasi rata-rata perbulan sebanyak 30 orang, diperoleh dari 362 mahasiswa (jumlah total mahasiswa perawat DIII dalam satu tahun) : 12 (bulan) = 30,16, yaitu rata-rata mahasiswa dalam satu bulan (Diklat RSUD Dr. Moewardi, 2014), sehubungan dengan keterbatasan waktu dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan populasi dalam hitungan bulan. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael, 2006). Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi (Bungin, 2005). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 mahasiswa. a. Teknik sampling Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, dengan menggunakan teknik sampling. Metode sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, merupakan teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya