BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERANCANGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TRANS STUDIO SEMARANG. Keg. Penerima Gate / Main Entrance Disesuaikan Parkir Pengunjung 16.

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS TIPE A DI CILACAP

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB V. Tabel 5.1. Besaran Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Belajar-Mengajar (Sumber: Analisa Pribadi, 2016)

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

Tabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber

STADION AKUATIK DI SEMARANG

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

TUGAS AKHIR PERIODE 128/

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB VII PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG KULIAH SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PARIWISATA DI KABUPATEN PEMALANG

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB 5 KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Ruang Kapasitas Unit Ruang

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEASIDE HOTEL DI KAWASAN PANTAI TIRTA SAMUDRA JEPARA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL

Transkripsi:

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dibagi menjadi 2 bagian yaitu program ruang dan tapak terpilih. 5.1.1. Program Ruang Berdasarkan pendekatan besaran program ruang, maka program ruang yang akan dibutuhkan Cafe and Chocolate Factory di Semarang adalah sebagai berikut: 1. Kelompok Kegiatan Utama Kelompok kegiatan utama merupakan kelompok kegiatan yang terjadi di bangunan Cafe. Tabel 5.1 Program Ruang Kelompok Kegiatan Utama Ruang Makan 224 m 2 Dapur 70 m 2 Gudang 29.4 m 2 Ruang Cuci 12.6 m 2 Area Penyimpanan Dingin 25.2 m 2 Bongkar Muat 19.6 m 2 Area Penjualan 72 m 2 Ruang Dekorasi 18 m 2 Kasir 6 m 2 Jumlah 476.8 m 2 Sirkulasi 20% 95.4 m 2 Total 572.2 m 2 2. Kelompok Kegiatan Produksi Kelompok kegiatan produksi merupakan kelompok kegiatan yang terjadi di bangunan pabrik. Tabel 5.2 Program Ruang Kelompok Kegiatan Produksi Area Pembakaran 60 m 2 Area Penyusunan 200 m 2 Ruang Praline 30 m 2 Ruang Cokelat 40 m 2 Ruang Penyimpanan Praline & Chocolate Collection 9 m 2 Area Penyimpanan Dingin 50 m 2 Area Pencucian 1 35 m 2 Area Pencucian 2 25 m 2 Gudang 96 m 2 65

Bongkat Muat 36 m 2 Jumlah 581 m 2 Sirkulasi 20% 116.2 m 2 Total 697.2 m 2 3. Kelompok Kegiatan Pengelola Kelompok kegiatan pengelola merupakan kelompok kegiatan yang terjadi di kantor pengelola utama dan bagian produksi. A. Kantor Utama Kantor utama merupakan bangunan khusus pengelola yang terpisah dengan pengelola bagian produksi. Tabel 5.3 Program Ruang Kelompok Pengelola Utama Resepsionis 4.5 m 2 Ruang Tunggu 9 m 2 Ruang Direktur 13.4 m 2 Ruang Manager Operasi 9.3 m 2 Ruang Manager HRD & Staf 13.8 m 2 Ruang Manager FA & Staf 27.1 m 2 Ruang Rapat 28 m 2 Ruang Desain 8.9 m 2 Ruang RnD 13.4 m 2 Studio Foto 15 m 2 Jumlah 142 m 2 Sirkulasi 20% 28.4 m 2 Total 170.4 m 2 B. Bagian Produksi Bagian produksi merupakan ruang khusus pengelola yang terpisah dengan kantor utama. Tabel 5.4 Program Ruang Kelompok Pengelola Produksi Ruang Pengelola 22 m 2 4. Kelompok Kegiatan Penunjang Kelompok kegiatan penunjang merupakan kelompok kegiatan yang terjadi di ruang-ruang servis. A. Kegiatan Servis Kegiatan servis merupakan ruang-ruang yang mendukung kegiatan utama, produksi, dan pengelola. 66

Tabel 5.5 Program Ruang Kegiatan Servis Musholla 49 m 2 Lavatory Pengunjung Pria 32 m 2 Lavatory Pengunjung Wanita 24 m 2 Lavatory Pengelola Pria 3.2 m 2 Lavatory Pengelola Wanita 2.8 m 2 Pantry 10 m 2 Lavatory Karyawan Pria 9.6 m 2 Lavatory Karyawan Wanita 4.8 m 2 Ruang Karyawan Pria 14 m 2 Ruang Karyawan Wanita 7.4 m 2 Janitor 6 m 2 Jumlah 162.8 m 2 Sirkulasi 20% 32.6 m 2 Total 195.4 m 2 B. Kegiatan Teknis Kegiatan teknis adalah kegiatan yang berhubungan dengan utilitas bangunan. Tabel 5.6 Program Ruang Kegiatan Teknis Ruang Pengolahan LImbah 30 m 2 Ruang Genset 24 m 2 Ruang Listrik 16 m 2 Ruang Pompa 20 m 2 Ruang Elpiji 3 m 2 Tempat Sampah 2 m 2 Jumlah 95 m 2 Sirkulasi 20% 19 m 2 Total 114 m 2 C. Lahan Parkir Lahan parkir adalah kegiatan yang berhubungan dengan parkir kendaraan pengelola dan pengunjung. Tabel 5.7 Program Ruang Lahan Parkir Parkir Mobil Pengelola 125 m 2 Parkir Motor Pengelola 84.4 m 2 67

Parkir Mobil Pengunjung 250 m 2 Parkir Mobil Pengunjung 67.5 m 2 Pos Jaga 4 m 2 Jumlah 531 m 2 Sirkulasi 100% 531 m 2 Total 1062m 2 2. Rekapitulasi Studi Besaran Ruang Rekapitulasi studi besaran ruang adalah total luas lahan yang dibutuhkan dari seluruh kegiatan. Tabel 5.8 Rekapitulasi Studi Besaran Ruang No Kelompok Kegiatan Bagian 1 Utama Utama 572.2 m 2 2 Produksi Produksi 697.2 m 2 3 Pengelola 4 Penunjang Kantor Utama 170.4 m 2 Bagian Produksi 22 m 2 Kegiatan Servis 195.4 m 2 Kegiatan Teknis 114 m 2 Lahan Parkir 1062 m 2 Total 2833.2 m 2 Dibulatkan 2834 m 2 Jadi jumlah luas besaran ruang yang dibutuhkan Café and Chocolate Factory di Semarang adalah 2.834 m 2. tersebut diperkirakan telah mampu mencakup segala aspek yang dibutuhkan dalam bangunan tersebut. 5.1.2. Tapak Terpilih Berdasarkan pemilihan tapak yang telah ditentukan, tapak yang terpilih untuk perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang adalah tapak yang berada di Jl. Sisingamangaraja dengan luas kurang lebih 4.860 m 2. Lokasi tapak terpilih karena sangat strategis, selain mudah diakses tapak juga memiliki beberapa faktor pendukung seperti dekat dengan bangunan publik lainnya. Sedangkan untuk ketentuan-ketentuan mengenai peraturan bangunan setempat digunakan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Semarang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Semarang adalah sebagai berikut: Tata Guna Lahan : Pemukiman, perdagangan dan jasa Lahan : 4.860 m 2 KDB : 60% KLB : 2.4 GSB : 29 meter Jumlah Lantai Maksimal : 2.4 : 60% = 4 Lantai 68

Gambar 5.1 Tapak Terpilih Sumber: Googlemaps Dengan memperhatikan peraturan bangunan seperti tata guna lahan, KDB, KLB, GSB, maka bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang ini akan menggunakan pendekatan terhadap peraturan bangunan setempat sebagai berikut : lantai dasar yang boleh terbangun: KDB x Lahan = 60% x 4.860 m 2 = 2.916 m 2 5.2. Program Dasar Perancangan Program dasar perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu aspek kinerja, aspek teknis, dan aspek visual arsitektural. 5.2.1. Program Kinerja Program kinerja yang digunakan pada bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian ekspose, bagian semi-ekspose, dan bagian non-ekspose. A. Bagian Ekspose Bagian yang diekspose adalah bagian yang dapat dilihat dan dapat dimasuki pengunjung Cafe and Chocolate Factroy. Bagian bangunan yang diekspose ini meliputi: Ruang Makan Area Penjualan Musholla Lavatory Pengunjung Pria Lavatory Pengunjung Wanita Parkir Mobil Pengunjung Parkir Motor Pengunjung 69

B. Bagian Semi-Ekspose Bagian semi-ekspose adalah bagian yang dapat dilihat tetapi tidak dapat dimasuki pengunjung Cafe and Chocolate Factory tanpa izin dari bagian pengelola. Bagian bangunan semi-ekspose ini meliputi: Kasir Pos Jaga Area Pembakaran Area Penyusunan Ruang Praline Ruang Cokelat C. Bagian Non-Ekspose Bagian non-ekspose adalah bagian yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat dimasuki pengunjung Cafe and Chocolate Factory tanpa izin dari bagian pengelola. Bagian bangunan non-ekspose ini meliputi: Dapur Ruang Dekorasi Gudang Ruang Cuci Ruang Penyimpanan Bongkar Muat Area Penyimpanan Praline & Chocolate Collection Area Penyimpanan Dingin Area Pencucian Kantor Pengelola Ruang Teknis Parkir Pengelola Lavatory Pengelola Lavatory Karyawan Ruang Karyawan Janitor 5.2.2. Aspek Kinerja Berdasarkan pendekatan aspek kinerja, maka aspek kinerja yang akan dibutuhkan bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang adalah sebagai berikut: A. Sistem Pembuangan Air Kotor Sistem jaringan air kotor yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Air bekas (grey water). Berupa air bekas cuci tangan, cucian peralatan makan dan minum, dsb. Pembuangan melalui pipa-pipa/saluran dengan saluran pusat di samping jalan. Air limbah (black water). Terdapat 2 macam air limbah, pertama air bekas yang bercampur kotoran dari lavatory dan kedua air bekas yang bercampur limbah pencucian pabrik. 70

Pada air limbah yang pertama, sistem pembuangan menggunakan septic tank yang diletakkan di luar bangunan. Pada air limbah yang kedua, sistem pembuangan menggunakan pengolahan Waste Water Treatment, kemudian air dapat dibuang melalui pipa-pipa/saluran dengan saluran pusat di samping jalan. B. Sistem Jaringan Air Bersih Sistem jaringan air bersih yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dilakukan dengan dua cara, yaitu: Up Feed System Sistem ini diterapkan untuk ruangan-ruangan yang tidak memerlukan tekanan air yang besar pada saat penggunaannya. Down Feed System Sistem ini diterapkan untuk ruangan-ruangan yang memerlukan tekanan air yang besar pada saat penggunaannya. C. Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe dan Chocolate Factory di Semarang menggunakan dua sistem, yaitu: Sistem Pasif, yaitu sampah ditampung di suatu tempat dan diangkut ke TPA. Sistem Aktif, yaitu sampah diberikan pada peternak untuk dijadikan makanan ternak. D. Sistem Penghawaan Sistem pengkondisian udara yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dilakukan dengan dua cara, yaitu: Penghawaan alami Sistem ini diterapkan untuk efisiensi sehingga pada ruangan-ruangan tertentu tidak harus menggunakan pengkondisian udara. Penghawaan alami berasal dari lubang-lubang dinding seperti jendela dan lubang angin. Penghawaan buatan Terdapat 2 macam penghawaan buatan, yang pertama adalah penghawaan buatan menggunakan Air Conditioner untuk mendinginkan ruangan dan kedua adalah saluran pembuangan uap dan asap / saluran exhaust untuk mengeluarkan uap dan asap dari area pembakaran. E. Sistem Pencegahan Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang terdiri dari dua sistem, yaitu: Berupa sistem yang menjamin keselamatan penghuni jika terjadi kebakaran Sistem deteksi. Sistem untuk mendeteksi terjadinya kebakaran sedini mungkin sehingga kebakaran dapat dicegah sebelum menjadi besar. - Alat deteksi asap (smoke detector). Alat untuk menceteksi asap tanda akan terjadinya kebakaran 71

- Alat pendeteksi api (flame detector). Alat untuk mendeteksi api sebelum api menjadi besar. Sistem Penanggulangan. Sistem untuk menghilangkan bahaya kebakaran Terdiri dari Fire hydrant, Portable fire extinguisher, dan springkler. Fire hydrant mempunyai luas pelayanan 800 m², ditempatkan pada koridor dan tempat-tempat yang mudah dicapai, sedangkan Portable fire extinguisher mempunyai luas pelayanan 200 m², ditempatkan di daerah umum atau pada ruangan yang kecil, dan springkler mempunyai luas pelayanan 20 m², ditempatkan untuk penanggulangan kebakaran pada tingkat awal yang bekerja secara otomatis karena pengaruh suhu. Digunakan sprinkler warna jingga atau merah. F. Sistem Jaringan Listrik Sistem jaringan listrik yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang adalah langsung menghubungkan dengan instalasi listrik PLN dan terdapat genset yang berfungsi sebagai energi listrik cadangan pada bangunan ketika listrik sedang padam. G. Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan pada bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang direncanakan menggunakan dua sistem pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan Alami Dalam upaya penghematan energi dan biaya maka digunakan sistem pencahayaan alami pada ruang-ruang yang memungkinkan untuk memperoleh sinar matahari. Upaya pencahayaan alami secara maksimal namun tetap menjaga agar kenyamanan ruang tidak terganggu. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan dalam mengendalikan pencahayaan alami agar tidak melampaui batas kenyamanan, misalnya dengan menggunakan sun shading atau bahan khusus lainnya. Pencahayaan buatan Diterapkan pada ruang-ruang yang kurang terjangkau pencahayaan alami dari matahari, pada ruang-ruang yang digunakan pada malam hari, dan pada saat matahari tidak stabil (kondisi cuaca). Untuk aktivitas pada area penjualan, pencahayaan buatan sangat penting dalam memberi efek-efek visual tertentu. H. Sistem Keamanan Sistem keamanan yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamanan secara manual dengan menempatkan satpam pada pos jaga dan digital dengan menggunakan kamera cctv yang diawasi pada pos yang bersangkutan. I. Sistem Komunikasi Dalam melakukan kegiatan, diperlukan komunikasi secara verbal dan non verbal. Perlu diterapkannya sistem komunikasi agar dapat berkomunikasi secara mudah dan lancar. Berdasarkan lokasi terjadinya komunikasi, ada dua macam sistem komunikasi yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate di Semarang, yaitu: 72

Sistem Komunikasi Internal Sistem komunikasi ini diterapkan untuk komunikasi yang terjadi antar ruang atau dalam satu ruang yang dilakukan antar pengelola dan pengelola ke pengunjung. Sistem Komunikasi Eksternal Sistem komunikasi ini diterapkan untuk komunikasi yang terjadi dari dan ke luar bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang. J. Sistem Penangkal Petir Alternatif sistem penangkal petir yang dapat digunakan sebagai sistem pengamanan bangunan adalah sistem Franklin dan sistem sangkar Faraday. Penangkal petir Franklin efektif untuk bangunan dengan atap yang tidak lebar karena bekerja melindungi area kerucut dengan sudut 120 pada puncaknya, sedangkan sistem penangkal petir Faraday cocok diterapkan pada bangunan dengan atap lebar. Oleh karena itu, sistem penangkal petir yang diterapkan dalam perencanaan dan perancangan Cafe and Chocolate Factory di Semarang adalah sistem Faraday. K. Sistem Transportasi Vertikal Sebagai bangunan umum yang bertingkat, Cafe and Chocolate Factory di Semarang memerlukan keberadaan transportasi vertical. Transportasi vertikal tersebut dapat berupa tangga dan dumb waiter. 5.2.3. Aspek Teknis Berdasarkan pendekatan aspek teknis, maka aspek teknis yang akan dibutuhkan bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang adalah sebagai berikut: A. Sistem Struktur Pada bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang ini, sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur yang dapat memberikan kekokohan, kekakuan, dan daya tahan terhadap bencana alam, seperti gempa, tanah longsor, dan kebakaran, serta sesuai dengan kondisi dan iklim setempat. Sistem struktur yang digunakan dibagi menjadi 3, yaitu: Sub Struktur Sub struktur pada bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang menggunakan pondasi foot plate dan batu kali, karena jumlah tingkat bangunan yang tidak banyak. Struktur Badan Bangunan Sistem badan bangunan pada bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang menggunakan sistem struktur konvensional, yaitu dengan struktur rangka beton. Pemilihan sistem struktur tersebut dikarenakan sistem tersebut efektif digunakan pada ruangan-ruangan yang memiliki bentang tidak terlalu lebar. Dari segi arsitektural, sistem ini dapat diolah sehingga menjadi bentuk yang beragam dan estetis. Stuktur atap Struktur atap yang digunakan pada bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang menggunakan struktur atap rangka baja yang ditutup oleh bahan penutup atap yang sesuai dengan struktur dan menyesuaikan dengan citra bangunan yang ingin ditampilkan. 73

B. Sistem Modul Sistem modul yang digunakan pada bangunan Cafe and Chocolate Factory di Semarang adalah sistem grid yang disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan modul bangunan yaitu: Massa bangunan Dimensi bahan bangunan yang ada di pasaran Jalur sirkulasi Tata letak perabot 5.2.4. Aspek Visual Arsitektural Berdasarkan pendekatan aspek visual arsitektural, maka aspek arsitektural yang digunakan adalah penekanan desain arsitektur postmodern seperti yang dijelaskan Charles Jencks. Menurut Charles Jencks ada beberapa ciri khas yang dimiliki oleh arsitektur postmodern. Ciri tersebut meliputi ideological, stylistic (ragam), dan design ideas (ide-ide desain). Semiotic form Merupakan sub unsur ciri khas ideological yang diungkapkan Charles Jencks yang artinya penampilan bangunan mudah dipahami karena bentuk bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud. Jadi bangunan Cafe and Chocolate Factory akan menampilkan bentuk produk cokelat pada eksterior bangunan, sehingga penampilannya mudah dipahami. Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content and semantic appropriateness toward function. Merupakan sub unsur ciri khas stylistic yang diungkapkan Charles Jencks yang artinya Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi. Jadi bangunan Cafe and Chocolate Factory akan menggabungkan unsur estetis dan fungsinya, tetapi tidak mengacaukan fungsi utama Cafe sebagai tempat pengunjung menikmati makanan dan fungsi pabrik sebagai tempat produksi. Functional Mixing Merupakan sub unsur ciri khas design ideas yang diungkapkan Charles Jencks yang artinya gabungan beberapa fungsi yang menjadi tuntutan dalam perancangan. Jadi sesuai judulnya, Cafe and Chocolate Factory merupakan gabungan dari dua fungsi bangunan. 74