BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia secara geologis terletak di jalur lingkaran gempa (ring of

dokumen-dokumen yang mirip
No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan.

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

REKRUTMEN SUMBER DAYA RESCUER DI KANTOR SAR KELAS A MANADO. Oleh : Steven H. Lumowa

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain. Bencana merupakan. lingkungannya (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN VARIABEL PEMEDIASI KEPUASAAN KERJA PADA PDAM KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara mengatasi tantangan baik dari lingkungan eksternal dan internal.

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR, GEMPA BUMI, DAN TANAH LONGSOR DI KECAMATAN WONOGIRI

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara

ARTIKEL. Analisis Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai. di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa Setiap

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

PENGARUH MOTIVASI INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABEPURA JAYAPURA

BAB III METODE PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. INDYFERYTO GROUP YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hasibuan (2003), sumber daya manusia adalah. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN...

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTION (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Tunas Jaya Cibinong)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas katolik Soegijapranata Semarang

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Wilayah Indonesia secara geologis terletak di jalur lingkaran gempa (ring of fire). Jalur sepanjang 1.200 km dari barat sampai ke timur sebagai batas tiga lempengan besar dunia diberi nama lempeng Indo Australia, Eurasia dan Fasifik. Negara kepulauan terdiri dari 2/3 air, mempunyai lebih 500 gunung api (128 aktif), sungai besar dan kecil (30 % melintasi wilayah padat penduduk). Jumlah penduduk yang besar dan tidak merata, keanekaragaman suku, agama, adat, budaya, menyebabkan Indonesia rawan bencana. Semua bencana pernah terjadi baik karena alam maupun ulah manusia (Purnomo, 2010). Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1-4 Lintang Utara dan 98-100 Bujur Timur. Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 km² atau 3.73 % dari luas wilayah Republik Indonesia dan luas lautan sebesar 110.000,65 km² yang sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di perairan bagian barat maupun di bagian timur Pulau Sumatera dan memiliki perairan laut seluas 110.000 km² (BPS 2011). Sumatera Utara berada pada peringkat ketujuh daerah yang rentan terhadap bencana dengan indeks rawan bencana yang mencapai 148. Indeks rawan bencana Sumatera Utara termasuk kategori sangat 1

tinggi, mulai dari banjir, angin puting beliung atau angin kencang, gunung meletus, longsor dan lain lain (BPBD, 2012). Bencana mempunyai potensi penyebab kecelakaan, cedera, kehilangan nyawa dan harta benda. Banyak korban menjadi cacat seumur hidup atau meninggal karena tidak mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tindakan darurat medik sangat diperlukan bila ada korban bencana untuk evakuasi dan mobilisasi. Kenyataan yang dihadapi pada saat bencana pertolongan untuk menyelamatkan korban sering datang terlambat. Pertolongan pertama korban bencana diberikan masyarakat yang berada di daerah bencana dengan kemampuan dan keterampilan yang kurang memadai (Purnomo, 2010). Masyarakat mempunyai potensi dalam pencarian dan pertolongan atau Search and Rescue (SAR) korban bencana. Peran masyarakat dalam meminimalkan kerugian dan korban bencana dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana. Keterampilan menyelamatkan diri dan memberikan pertolongan korban bencana harus dimiliki setiap individu sehingga dapat bersikap aktif dalam penanggulangan bencana (Sumartono, 2011). Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : Per.Kbsn - 01 / 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional. Pasal 76 Bagian keempat Direktorat Pendidikan dan Pelatihan, dan Pemasyarakatan SAR. Pasal 77 Direktorat Pendidikan dan Pelatihan dan Pemasyarakatan SAR mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria. Melaksanakan prosedur bimbingan teknis, evaluasi pelaporan dibidang pendidikan dan pelatihan, pemasyarakatan SAR.

Melaksanakan pengkoordinasian pendidikan dan pelatihan, dan pemasyarakatan SAR. Berdasarkan peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : pk. 27 tahun 2009 tentang perubahan pertama atas peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor: per.78.a/viii/bsn-2007 tentang tata cara pelaksanaan pemberian tunjangan risiko bahaya keselamatan dan kesehatan dalam penyelenggaraan pencarian dan pertolongan bagi pegawai negeri di lingkungan Badan SAR Nasional. Peraturan ini menyatakan nomenklatur tunjangan risiko penyelenggaraan SAR di lingkungan Badan SAR Nasional operasi SAR (secara langsung melaksanakan operasi SAR) dengan jabatan Rescue mempunyai uraian tugas: 1. Melaksanakan pencarian, pertolongan korban musibah transportasi, bencana dan musibah. 2. Melaksanakan siaga SAR selama 24 jam. 3. Melaksanakan pemantauan lapangan / daerah rawan musibah bencana. 4. Melaksanakan pelatihan SAR. 5. Melaksanakan kesamaptaan. 6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang SAR. 7. Berkoordinasi dengan potensi SAR. Kegiatan memberi pelayanan dan pelatihan SAR kepada masyarakat dalam menjalan fungsi SAR membutuhkan pegawai yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan (kompetensi) dengan membuat program pelatihan pertolongan pertama korban bencana atau Medical Firts Responder (MRF) Basic. Hasil penelitian sesuai

yang dilakukan Badan SAR Nasional kepada masyarakat yang berjumlah 116 orang bahwa pelatihan yang disarankan tata cara menolong korban 67% sedangkan tata cara pencarian koban33% (BASARNAS 2006). Kantor SAR sebagai organisasi memerlukan sumber daya manusia yang mampu menjalankan sistem guna mencapai tujuan organisasi. Pegawai SAR merupakan Sumber Daya Manusia di kantor SAR diharapkan mampu, cakap, terampil dan yang terpenting mau bekerja keras dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal (Sumartono, 2011). Pegawai sebagai tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) senantiasa dibutuhkan karena menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi (Widjaja, 2006). Pegawai dalam suatu organisasi merupakan modal pokok, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Pegawai melakukan pekerjaan mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau swasta (Musanef, 2004). Pegawai sebagai tenaga kerja yang menyelenggarakan pekerjaan perlu digerakkan sehingga mereka mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam bekerja, menghasilkan kinerja yang maksimal untuk tercapainya tujuan organisasi. Pegawai tanpa kemampuan dan keterampilan sebagai pelaksana pekerjaan dapat diartikan benda mati dalam organisasi dan waktu yang dipergunakan terbuang percuma sehingga pekerjaan tidak efektif dan efisien (Musanef, 2004). Kinerja pegawai atau job performance sebagai hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan keefektifan kinerja lain. Menurut Gibson ada

tiga faktor yang memengaruhi kinerja yaitu faktor faktor individu (kemampuan dan keterampilan individu, latar belakang ndividu, demografi), faktor organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, disain pekerjaan) dan faktor psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi intrinsik) (Robbins, 2009). Menurut Meija dalam Arifin (2011) menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terbagi menjadi dua yaitu karakteristik individu (umur, pendapatan, status perkawinan, pengalaman kerja dan masa kerja) dan sikap terhadap tugas (persepsi, pengetahuan, motivasi intrinsik, tanggung jawab dan kebutuhan terhadap imbalan. Faktor eksternal yang meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi, (lingkungan kerja), aseptabilitas, aksesbilitas, beban kerja dan organisasi (pembinaan, pengawasan, koordinasi dan fasilitas). Menurut Parek dalam Suarli (2005), kinerja pegawai dipengaruhi oleh efektifitas potensial, kompetensi teknis, keterampilan dan pengalaman serta desain dari tugas yang diperankan dalam organisasai tersebut. Seorang pegawai harus mempunyai pengetahuan, kompetensi teknis, dan keterampilan sesuai dengan tugas dalam organisasi. Pelaksanaan tugas yang terus menerus tidak sesuai dengan pengetahuan, kompetensi teknis dan keterampilan akan mengakibatkan prustasi sehingga kinerja menjadi rendah. Motivasi intrinsik pegawai SAR dalam konteks pekerjaan merupakan salah satu faktor penting untuk mendorong seorang pegawai mau bekerja. Motivasi intrinsik merupakan kesediaan individu untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk

mencapai tujuan organisasi (Robbins, 2009). Kinerja yang tinggi dihubungkan dengan motivasi intrinsik yang tinggi. Motivasi intrinsik pegawai yang rendah dihubungkan dengan kinerja yang rendah (Yusuf, 2008). Berdasarkan survey awal pada tanggal 27 Februari 2012 Kepala Seksi Operasi mengatakan bahwa pegawai SAR hanya fokus pada tugas pencarian dan pertolongan korban bencana. Pelaksanaan tugas menjalankan fungsi memberikan pelatihan menolong korban bencana hanya dilakukan jika diminta oleh pihak yang berkepentingan. Kepala Bina Potensi juga mengatakan pegawai SAR tidak pernah membuat perencanaan pelatihan pertolongan pertama korban bencana. Menurut Herzberg mengatakan bahwa faktor intrinsik berhubungan dengan kepuasan kerja yang terdapat dalam pekerjaan sehingga dapat menggerakkan motivasi, menghasilkan pekerjaan yang baik. Faktor ini dinamakan satisfiers atau motivator (Hasibuan, 2007). Berdasarkan survey awal tanggal 9 Mei 2012 ditemukan kondisi kinerja pegawai SAR Medan sebagai berikut: Tenaga kesehatan bertugas di bidang administrasi dan operator radio sehingga dapat dikatakan uraian tugas tidak sesuai dengan kompetensi. Menurut Munsyi dalam Uno (2007) yang mengatakan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjukan performance dan perbuatan rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu, rasional karena kompetensi mempunyai arah dan tujuan.

Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi sebagai suatu karakteristik dasar dari seorang individu yang secara sebab akibat berhubungan dengan kinerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Karakteristik individu apapun yang dapat dihitung dan diukur secara konsisten, dapat dibuktikan secara signifikan antara kompetensi terhadap kinerja yang efektif (Sudarmanto, 2009). Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik terhadap kinerja pegawai seperti: Hasil penelitian Sitepu (2010) yang meneliti tentang Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja Perawat dalam memberikan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Deli Serdang. Sampel penelitian ini berjumlah 168 orang, diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95 %. Berdasarkan analisis diketahui ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan kinerja perawat (p=0,046), variabel sikap dengan kinerja perawat (P=0,034), variabel keterampilan dengan kinerja peawat (p=0,001). Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi (sikap dan keterampilan) terhadap kinerja perawat. Variabel yang paling dominan memengaruhi kinerja perawat adalah keterampilan (nilai β =0,453). Hasil penelitian Hendri (2009) yang meneliti tentang pengaruh kompetensi terhadap kinerja petugas promosi kesehatan di Puskesmas wilayah kerja kerja Dinas Kesehatan kota Pematangsiantar. Jenis Penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan sampel sebanyak 34 orang petugas promosi kesehatan Puskesmas.

Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, dengan persamaan Y = 0.925 +0,391 XI. Hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi (pengatahuan, sikap dan keterampilan) terhadap kinerja petugas promosi kesehatan di kota Pematangsiantar dengan signifikansi masing-masing (sig<0,05). Variabel yang paling memengaruhi kinerja adalah sikap. Hasil penelitian Mudji (2011), yang meneliti tentang Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Semarang). Hasil penelitian menunjukkan diperoleh persamaan regresi: Y = 0,439 X1+ 0,260 X2 dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Kesimpulan penelitian bahwa variabel motivasi kerja (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja pegawai, dengan nilai t sekitar 4.003 (lebih besar dari t tabel 1.663) dan nilai yang signifikan sekitar 0,000. Menggunakan batas signifikansi tentang 0,05, karena itu nilai signifikansi kurang dari 0,05. Hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap kerja pegawai dapat diterima. Berdasarkan penelitian Endra (2010) tentang Analisis Pengaruh motivasi kerja, budaya organisasional dan kedisiplinan terhadap kinerja pegawai faktor-faktor yang mendukung kinerja pegawai (Studi Kasus Pada Perum Bulog Kabupaten Pati). Penelitian mengenai variabel motivasi kerja ( X ), budaya organisasional ( X 2 ) dan kedisiplinan ( X 3 ) terhadap kinerja pegawai pada Perum Bulog Kabupaten Pati ( Y). Jumlah sampel 63 responden dengan taraf signifikan 5%, data yang digunakan data primer, analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif yang

meliputi uji validitas, uji reliabilitas, regresi linier berganda, koefisien determinasi dan uji hipotesis uji t. Berdasarkan analisis data tentang pengaruh variabel motivasi kerja, budaya organisasional dan kedisiplinan terhadap kinerja pegawai dapat diambil kesimpulan sebagai berikut uji t ( Parsial ) diperoleh angka t hitung motivasi kerja 2,908 > t tabel 1,671 dan taraf signifikan 0,005 < 0,05 sehingga secara parsial ( individu) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai. Angka t hitung budaya organisasional 3,011 > t tabel 1,671 dan taraf signifikan 0,004 < 0,05 sehingga secara parsial ( individu) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara budaya organisasional terhadap kinerja pegawai. Angka t hitung kedisiplinan 2,117 > t tabel 1,671 dan taraf signifikan 0,038 < 0,05 sehingga secara parsial (individu) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan terhadap kinerja pegawai. Koefisien determinasi sebesar 54,2 % kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh variabel motivasi kerja, budaya organisasional dan kedisiplinan. Koefisien 45,8 % dijelaskan oleh faktor lain di luar variabel yang diteliti misalnya kompensasi, kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian Juliani (2007) tentang pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSU dr Pirngadi Medan. Hasil penelitian dari 80 responden menunjukkan diperoleh persamaan regresi Y = 9,119 + 0,218X1 + 0,599X2 + 1,518X3 + 0, 404X4 + 1, 370X5 + e dengan menggunakan uji regresi linear sederhana dapat disimpulkan bahwa variabel prestasi terdapat p value = 0,12 menunjukkan tidak terdapat pengaruh secara signifikan

terhadap kinerja perawat pelaksana. Variabel pengakuan orang lain terdapat p value = 0,589 menunjukkan tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana. Variabel tanggung jawab didapat p value = 0,000 menunjukkan terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana. Variabel peluang untuk maju didapat nilai p value = 0,004 terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana. Varibel kepuasan kerja didapat nilai p value = 0.000 terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan uraian latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja pegawai SAR di kantor SAR Medan. Menurut penulis, penelitian ini penting untuk mengetahui dan menganalisis tentang kinerja pegawai SAR dalam pelatihan pertolongan pertama korban bencana. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : bagaimanakah pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja pegawai SAR di kantor SAR Medan.

1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja pegawai SAR di kantor SAR Medan. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja pegawai SAR di kantor SAR Medan. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Pegawai SAR mendapat bahan masukan untuk menambah wawasan, meningkatkan kompetensi dan motivasi intrinsik dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana sehingga dapat meningkatkan kinerja. 2. Pegawai SAR mendapat bahan masukan untuk meningkatkan program pelatihan pertolongan pertama korban bencana kepada masyarakat. 3. Pegawai SAR mendapat pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana.