BAB IV PENUTUP. Disertasi ini merupakan studi tentang pengaruh perilaku merokok terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Untuk Variabel (X) Efek Iklan. No. Responden (diisi oleh peneliti)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Rivansyah Wirahadiutama (Studi pada perokok di kampus Universitas Gunadarma Depok Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Angkatan 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

Odds ratio = a/b = ad/bc c/d

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. faktor eksternal maupun faktor internal. Beberapa alasan yang diberikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reddi Ladiasalman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

2015 SIKAP TERHAD AP PICTORIAL HEALTH WARNING D AN INTENSI MEROKOK SISWA SMP D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. dari abad kedua puluh satu. Menurut badan kesehatan dunia WHO ( World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL, BAGAN DAN GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Setianyar (2016) mengungkapkan bahwa merokok akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merokok dan Kondisi Adiksi Perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang tinggi dari total jumlah perokok di dunia. Perokok di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik analisis multivariat

Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. orang yang merokok, entah hanya sekedar ingin di anggap sebagai anak gaul atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

1. Pendahuluan PROGRAM PEMBERIAN INFORMASI BAHAYA MEROKOK MELALUI LEAFLET, PRESENTASI DAN POSTER

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

Kuesioner Penelitian

KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) UNIVERSITAS UDAYANA DIPATUHI ATAU DIABAIKAN?

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP Disertasi ini merupakan studi tentang pengaruh perilaku merokok terhadap produktifitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan merokok. Disertasi ini terdiri dari dua Esai. Esai I membahas pengaruh status merokok terhadap status kesehatan paru-paru, dan pengaruh kesehatan paru-paru terhadap produktifitas. Esai II membahas pengaruh informasi risiko, biaya kesehatan dan status kesehatan paruparu terkini terhadap keputusan untuk merokok. Perilaku merokok dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan individu. Semakin lama seseorang merokok akan berpengaruh pada berkurangnya kapasitas paru-parunya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Esai I menganalisis hubungan antara status merokok dengan produktivitas kerja yang diproksi dengan menggunakan variabel jam kerja per minggu. Status merokok yang diwakili variabel lama merokok individu berpengaruh negatif terhadap status kesehatan yang diwakili variabel kapasitas paru-paru. Penggunaan variabel kapasitas paru-paru ini dikarenakan perilaku merokok sangat erat kaitannya dengan kesehatan paru-paru individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama individu merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru mereka. Hal ini sangat dimungkinkan karena kandungan zat-zat berbahaya dalam rokok dapat berakibat buruk terhadap kesehatan paru-paru sehingga dapat menurunkan fungsi paru-paru individu. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lama merokok secara signifikan berpengaruh 169

terhadap probabilitas terjadinya morbiditas akut pada individu. Kondisi kesehatan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang. Hasil estimasi produktivitas yang diwakili oleh jam kerja per minggu menunjukkan bahwa kondisi kesehatan yang diukur dengan kapasitas paru-paru berpengaruh positif terhadap jam kerja individu per minggu dengan elastisitas kurang dari satu. Terdapat pengaruh negatif lama merokok terhadap kapasitas paru-paru dan terdapat pengaruh positif kapasitas paru-paru terhadap jam kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku merokok sangat berpengaruh terhadap gangguan kesehatan seseorang, terutama kesehatan paru-parunya. Akan tetapi, banyak ditemukan perokok aktif yang tidak mengetahui risiko merokok terhadap kesehatan. Informasi tentang risiko merokok dan besarnya biaya kesehatan masih kurang diperoleh masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah. Oleh karena itu, eksperimen laboratorium dilakukan dengan treatment pemberian informasi risiko merokok dan biaya kesehatan akibat merokok. Hal ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh informasi tersebut terhadap keputusan individu untuk merokok. Di samping kurangnya informasi tentang risiko dan biaya kesehatan akibat merokok, masih banyak terdapat perokok aktif yang tidak mengetahui kondisi kesehatannya terkini. Studi-studi sebelumnya jarang menggunakan ukuran kesehatan objektif untuk menilai kondisi kesehatan individu sehingga terdapat ancaman adanya bias dalam penilaian status kesehatan tersebut. Oleh karena itu, studi ini juga melakukan eksperimen dengan treatment berupa pemeriksaan kesehatan paru-paru terkini dengan menggunakan spirometri. 170

Terdapat perbedaan keputusan individu untuk merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi dengan adanya pemberian informasi kesehatan paru-paru terkini. Keputusan untuk merokok tidak berbeda dengan adanya diberi informasi yang berupa risiko dan biaya kesehatan akibat merokok. Dengan kata lain, informasi yang terkait dengan kondisi kesehatan paru-paru terkini masing-masing individu lebih berpengaruh daripada informasi yang bersifat umum. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan individu untuk merokok masih lebih banyak di kelompok treatment informasi yang berupa film dibandingkan dengan individu pada kelompok treatment spirometri. Seperti diketahui informasi tentang risiko kesehatan saat ini masih berupa tulisan dan gambar pada sebagian kemasan rokok. Hasil penelitian ini justru menunjukkan bahwa informasi yang berupa audio visual pun kurang berpengaruh terhadap keputusan individu untuk merokok atau tidak merokok. Tersedianya informasi biaya kesehatan yang saat ini pun masih jarang diketahui oleh masyarakat, masih kurang berpengaruh pada keputusan merokok individu. Informasi yang lebih tepat bagi individu adalah informasi yang menyangkut kondisi kesehatan terkini masing-masing individu, terutama informasi tentang kesehatan paru-paru terkini. Keputusan untuk merokok pada saat eksperimen juga dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi setiap harinya, individu cenderung memutuskan untuk mengonsumsi rokok pada saat eksperimen. Ketika informasi tentang risiko dan biaya kesehatan akibat merokok maupun informasi tentang status kesehatan paru-paru terkini dipaparkan, perokok membuat 171

pilihan yang berorientasi masa depan. Hasil eksperimen berimplikasi bahwa perokok lebih peduli tentang kondisi kesehatan masing-masing daripada informasi tentang risiko dan biaya kesehatan. Informasi yang bersifat umum tentang risiko merokok mungkin kurang efektif dibandingkan dengan informasi tentang status kesehatannya terkini. Ketika perokok mengetahui kapasitas paru-parunya mulai menurun, mereka menginterpretasikan informasi ini sebagai berkurangnya masa hidupnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa perokok cenderung meng-update status kesehatannya. Perokok cenderung tidak bereaksi terhadap informasi tentang risiko dan biaya kesehatan. Terdapat temuan penting bahwa status kesehatan terkini merupakan pesan informasi, di mana pengalaman pribadi dari risiko kesehatan akibat merokok merupakan informasi yang efektif untuk mengubah keputusan merokok individu. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa informasi tentang status kesehatan paru-paru terkini berpengaruh terhadap jumlah rokok yang dikonsumsi. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini sangat penting untuk mendesain kebijakan terkait dengan informasi untuk mengurangi dampak negatif rokok. Untuk penelitian selanjutnya, terkait pengujian pengaruh kapasitas paru-paru terhadap produktifitas, akan lebih baik jika dalam model mengontrol penggunaan bahan bakar utama untuk memasak dalam rumah tangga sehingga dapat dibatasi bahwa perubahan kapasitas paru-paru bukan karena polusi asap bahan bakar dalam rumah. Perlu diperhatikan juga faktor lingkungan dan budaya dalam melindungi anak-anak dari efek negatif asap rokok. 172

Peneliti juga merencanakan untuk melakukan eksperimen lapangan (field experiment) terkait dengan perilaku merokok dengan memberikan treatment tertentu di masyarakat dan mengevaluasinya dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat diketahui efektivitas treatment terhadap masyarakat. Hal ini bertujuan agar dapat dirumuskan kebijakan yang tepat untuk mengurangi risiko kesehatan akibat merokok dan menerapkannya di seluruh Indonesia karena prevalensi merokok di Indonesia masih tergolong tinggi. Penelitian lebih lanjut terkait dengan konseling agar perokok menghentikan konsumsi rokoknya juga diperlukan. Program konseling yang tepat menurut usia, konseling peer, konselor intergenerasi, dan berbagai jenis program bagi remaja dan anak muda perokok perlu dilakukan. Penelitian tersebut diperlukan karena selama ini masih belum tersedia program bagi perokok anak-anak atau perokok remaja kurang mampu untuk mengurangi dampak negatif merokok bagi kesehatan. 173