BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sastranya. Bisa dibilang, kehidupan masyarakat Jepang sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO KARYA REI KIMURA DAN STUDI PRAGMATIK SASTRA

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. perenungan dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketahui, dihindari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, SETTING SOSIAL, SOSIOLOGI SASTRA DAN BIOGRAFI PENGARANG

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA. Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya yang Relevan. Eskapisme Tokoh Utama dalam Novel Menggapai Matahari Karya Dermawan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1. Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Sebutan novel dalam bahasa Inggris dan inilah kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi novel. Secara harfiah, novella berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelett), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 1995: 10). Novel sebagai bentuk karya sastra merupakan jalan hidup yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh) (Siswantoro, 2004: 29). Novel merupakan prosa fiksi yang berisi tentang kehidupan tokohnya dari awal hingga akhir. Novel sendiri merupakan gambaran hidup tokoh yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup tokoh. Penokohan serta karakter tokoh dalam novel digambarkan dengan lengkap atau jelas oleh pengarang. Setiap tokoh juga diberi gambaran fisik dan kejiwaan yang berbeda-beda sehingga cerita tersebut seperti nyata atau menjadi hidup.

Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Dalam novel Catatan Ichiyo ini, pengarang berusaha menggambarkan realita kehidupan yang dialami tokoh utama semasa hidupnya. Novel ini merupakan gambaran hidup tokoh utama yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup Ichiyo Higuchi. Isi dari novel ini merupakan kisah yang diperoleh dari buku harian Ichiyo Higuchi yang menjadi tokoh utama novel Catatan Ichiyo. 2.2 Unsur Intrinsik Secara garis besar, unsur pembentuk novel ada dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik Unsur intrinsik novel adalah beberapa unsur penting yang seharusnya ada dalam sebuah novel. Unsur-unsur tersebut dianggap penting karena mampu membuat novel menjadi satu keutuhan. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut. 2.2.1 Tema Tema merupakan ide, gagasan ataupun pikiran utama dalam sebuah karya sastra yang terungkap atau tidak. Sejalan dengan pendapat tersebut, Fananie (2000: 84) juga bependapat, Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra

bisa sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Tema merupakan unsur yang amat penting dari sebuah cerita, karena tema digunakan sebagai kompas atau peta agar cerita yang dibangun menjadi lebih terarah dan terfokus. Di dalam sebuah karya sastra, tema dapat diungkapkan melalui berbagai cara, seperti melalui dialog tokoh-tokohnya melalui konflikkonflik yang dibangun, atau melalui komentar secara tidak langsung. Tema dapat disamarkan sehingga kesimpulan yang diungkapkan pengarang harus dirumuskan sendiri oleh pembaca. Pengarang dapat mengungkapkan penyelesaian lewat akhir cerita, tetapi dapat juga menyerahkan penyelesaian tema kepada keputusan pembaca (Fananie, 2000: 84). Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema dikembangkan dan ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik. Adapun tema dari novel Catatan Ichiyo adalah tentang perjalanan hidup seorang wanita Jepang yang hidup di zaman Meiji yang sungguh bernyali, pantang menyerah tanpa dukungan keluarga berpengaruh yang menerobos segala prasangka dan kemiskinan luar biasa untuk menjelma menjadi bintang yang bersinar terang, salah satu penulis yang paling diperhitungkan di Jepang. Bahkan setelah akhir hidupnya, wajahnya diabadikan pada mata uang kertas 5.000 yen

Jepang. Sebuah penghormatan dan kedudukan yang tak pernah dicapai oleh perempuan Jepang mana pun. 2.2.2 Alur Alur menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995: 13), adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebabakibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam satu karya sastra. Dari penjelasan tersebut, alur merupakan keserasian antara waktu, tempat dan deskripsi suasana. Peristiwaperistiwa cerita dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokohtokoh (utama) cerita. Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah alur (plot) cerita. Sebuah cerita menjadi menarik karena ada ketiga unsur tersebut. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dkk, 1984: 50). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dibedakan antara kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan yang tidak. Peristiwa yang ditampilkan dalam karya fiksi sangat banyak, oleh sebab itu perlu dilakukan analisis peristiwa untuk menentukan peristiwa mana yang berfungsi sebagai pendukung plot. Konflik mengacu pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang jika tokoh-tokoh itu diberi kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya.

Peristiwa dan konflik biasanya saling berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan konflik atau bahkan sebaliknya. Bentuk konflik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, mungkin dengan tokoh lain atau dengan alam. Konflik batin (internal) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau tokoh-tokoh) cerita. Jadi ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Ia merupakan permasalahan intern seorang manusia. Kedua konflik tersebut saling berkaitan, saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, dan dapat terjadi secara bersamaan. Klimaks, menurut Stanton (2007: 16), adalah saat konflik telah mencapai intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Klimaks utama sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama, dan itu akan diperani oleh tokoh-tokoh utama cerita. Dalam karya sastra, alur dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Alur maju (progresif) adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan masalah, terjadinya konflik, klimaks dan penyelesaian masalah. 2) Alur mundur (regresif), cerita dimulai dengan menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian masalah. 3) Alur campuran, merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur.

Alur cerita dalam novel Catatan Ichiyo adalah alur campuran. Pada awal novel diceritakan tentang kondisi di akhir hidup Ichiyo menjelang kematiannya. Pada cerita selanjutnya dijelaskan kembali bagimana perjalanan hidup Ichiyo yang telah dilaluinya. 2.2.3 Penokohan Tokoh dalam sebuah cerita memegang peran yang penting untuk menceritakan sebuah cerita. Jika tidak adanya tokoh, maka sebuah cerita tidak dapat diceritakan. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 20), tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan melalui tindakan. Fananie (2000: 86) mengatakan bahwa tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Tokoh dalam cerita tentu mempunyai karakter dan sifat-sifat sesuai dengan yang dimainkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung dimana ia ditempatkan, hal inilah yang disebut dengan penokohan. Tokoh dan penokohan adalah dua hal yang berbeda, tetapi saling berkaitan. Tokoh secara langsung menunjuk pada orang atau pelakunya. Penokohan berarti lebih luas dari tokoh, seperti yang dikatakan oleh Jones dalam Nurgiyantoro (1995: 165) bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dapat dikatakan bahwa penokohan bermakna lebih luas dari tokoh dan tokoh sendiri ada dalam unsur penokohan.

Penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita. Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik. Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 166). Dalam sebuah cerita, ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang sering diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan suatu cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping dari tokoh utama. Biasanya hanya dimunculkan beberapa kali dalam suatu cerita, akan tetapi mempunyai peran penting untuk membuat cerita menjadi lebih berwarna. Tokoh utama dan tokoh pendamping mempunyai hubungan yang penting satu sama lainnya oleh karena itu mereka saling melengkapi. Apabila suatu cerita hanya terdapat tokoh utama saja atau tokoh pendamping saja, cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik bahkan cenderung membingungkan karena tidak ada interaksi yang terjadi di dalam cerita tersebut. Pada penelitian ini penulis hanya akan membahas tokoh utama dalam novel Catatan Ichiyo yang bernama Ichiyo Higuchi. Meskipun demikian, tokoh utama tidak terlepas dari interaksi nya dengan tokoh pendamping lainnya dalam novel Catatan Ichiyo ini.

2.2.4 Latar Dalam sebuah cerita terdapat peristiwa-peristiwa yang menyangkut tokohtokoh dalam sebuah cerita. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di suatu tempat dan waktu yang disebut latar atau setting. Abrams dalam Fananie (2000: 97) mengatakan bahwa setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting pada hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial dan pandangan masyarakatnya (Fananie, 2000: 97-98). Nurgiyantoro (1995: 227) mengatakan setting dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur ini masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda, namun ketiganya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. 2.2.4.1 Latar Tempat Latar tempat adalah latar yang mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar tempat yang terdapat dalam sebuah novel menjadikan cerita lebih realistik. Penggambaran latar tempat ini hendaklah tidak bertentangan dengan realita tempat yang bersangkutan sehingga

pembaca dapat menjadi yakin dan mengerti dengan cerita yang disampaikan. Biasanya, pengarang menggambarkan latar tempat ini secara umum saja, misalnya pengarang menggambarkan tempat-tempat seperti di desa, di kota, di pasar, dan lain-lain. Walau bagaimana pun, dalam novel ini pengarang menyatakan namanama tempat yang khusus, seperti Edo (Tokyo), Haginoya, Shiba, Jimbocho, Awajicho, Hongo, kawasan hiburan Ryusenji, Maruyama-Furuyama dekat kawasan pertokoan mewah Kikuzaka. 2.2.4.2 Latar waktu Latar waktu menggambarkan kapan terjadinya sebuah peristiwa terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan rancunya sejarah itu sendiri. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan. Novel Catatan Ichiyo menggambarkan latar waktu bangsa Jepang pada zaman Meiji, yaitu sekitar tahun 1857-1896, saat dari Noriyoshi bertemu Furuya hingga Ichiyo lahir ke dunia, sampai pada akhirnya Ichiyo menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 22 November 1896. 2.2.4.3 Latar sosial Latar sosial mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah cerita. Termasuk di dalamnya adat-istiadat, keyakinan, perilaku, budaya, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Latar sosial sangat penting diketahui secara benar, sebab hal ini berkaitan erat dengan nama, bahasa, dan status tokoh dalam cerita.

Dalam novel Catatan Ichiyo digambarkan kehidupan Ichiyo pada zaman Meiji, zaman dimana seluruh lapisan masyarakat memandang posisi wanita tidak sederajat dengan pria, terutama di dalam dunia kesusasteraan. Wanita pada zaman Meiji tidak diperhitungkan di dalam dunia sastra. Menjadi penulis wanita pada zaman Meiji adalah hal yang hampir mustahil. Wanita tidak boleh lebih tinggi pendidikannya daripada pria. Sebab segala hal intelektual yang diperoleh wanita melalui pendidikan dan pembelajaran hanya akan membuat pria takut untuk melamar seorang wanita. Wanita hanya dikhususkan melakukan aktivitas kewanitaan, seperti menjahit, memasak, dan pada akhirnya menjalani pernikahan menjadi seorang istri dan seorang ibu seperti yang dilakukan semua wanita pada zaman Meiji. Hal inilah yang pada awalnya menjadi tantangan bagi Ichiyo dalam memulai minatnya yang luar biasa dalam bidang sastra. Bahkan pada awalnya, obsesinya yang berlebihan terhadap sastra sangat ditentang oleh ibunya karena menurut ibunya tidak pantas seorang wanita terlalu berlebihan di sastra pada zaman tersebut. Dengan keluarnya Sentaro, kakak Ichiyo dari sekolah, menjadi kesempatan yang ditunggu-tunggu ibunya untuk menghentikan pendidikan Ichiyo dan segera menyibukkan Ichiyo dengan berbagai aktivitas kewanitaan seperti yang pada umumnya dilakukan oleh gadis-gadis lain seusianya pada zaman Meiji. Namun, Ichiyo tidak pernah mundur dan tetap bertekad mendalami dunia kesusasteraan sampai pada akhirnya ibunya mengizinkannya untuk menekuni bidang sastra. Namun, tantangan terbesar bukan dari ibunya, melainkan dari pandangan masyarakat umum terhadap posisi seorang wanita di Jepang pada zaman Meiji. Di samping itu, kondisi finansial keluarga Ichiyo yang sangat memprihatinkan sepeninggal ayahnya semakin membuat Ichiyo tidak

diperhitungkan oleh lingkungannya untuk berkembang di dunia sastra, karena Ichiyo juga tidak memiliki koneksi yang cukup kuat untuk membuatnya masuk ke dalam dunia sastra. Hal-hal inilah yang memicu terjadinya konflik-konflik batin yang dialami tokoh, yang mempengaruhi terhadap beban psikologis tokoh yang diungkapkan dalam cerita ini. 2.3 Teori Kepribadian Psikoanalisa Sigmund Freud Psikoanalisis merupakan sebuah teori psikologi yang paling dominan dalam analisis karya sastra. Psikoanalisis Sigmund Freud merupakan suatu sistem dinamis dari psikologi yang mencari akar-akar tingkah laku manusia di dalam motivasi dan konflik yang tidak disadari (Naisaban, 2004: 143). Tidak banyak yang mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang ditemukan oleh Sigmund Freud sebagai pendekatan psikoanalisis, sesungguhnya merupakan suatu pendekatan yang sering ampuh untuk memahami perilaku seseorang. Freud berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan produk interaksi dari ketiga sistem, yaitu: id, ego, dan super ego. Artinya bahwa setiap tingkah laku itu ada unsur nafsu (dorongan), unsur kesadaran nyata dan unsur pengendalian : terlepas benar atau salah, baik atau buruk (Fudyartanta, 2006: 102). Ketiga sistem pembentuk kepribadian tersebut mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, mekanisme yang berbeda, namun saling bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks. Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian. Dalam penulisan ini penulis hanya akan membahas dua pokok bahasan, struktur

kepribadian dan dinamika kepribadian Sigmund Freud, karena hanya dua pokok bahasan tersebut yang akan digunakan dalam penelitian. 2.3.1 Struktur kepribadian Menurut Freud, kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan super ego (aspek sosiologis). 2.3.1.1 Id Id adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh ego dan super ego untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaaan yang relatif inaktif dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bagi individu, tegangan itu merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketegangan tersebut dan menggantinya dengan kenikmatan, id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses yang pertama yaitu tindakan-tindakan refleks (reflex action), adalah suatu bentuk tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, dan adanya pada individu merupakan bawaan lahir. Tindakan refleks ini digunakan individu untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Contohnya refleks batuk, bersin, mengedipkan mata. Proses yang kedua adalah proses primer, yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan membayangkan atau

mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan. Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya mimpi, lamunan dan halusinasi psikotik. Akan tetapi, bagaimanapun, menurut prinsip realitas yang objektif, proses primer dengan objek yang dihadirkannya itu tidak akan sungguh-sungguh mampu mengurangi tegangan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar atau salah, tidak tahu moral. Dengan demikian, individu membutuhkan sistem lain yang bisa mengarahkannya kepada pengurangan tegangan secara nyata, yang bisa memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru, khususnya masalah moral. Sistem yang dibutuhkan itu tidak lain adalah ego. 2.3.1.2 Ego Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas. Ego berkembang dari id agar individu mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyatanyata dapat memuaskan kebutuhan. Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah proses sekunder. Dengan proses sekundernya tersebut ego memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak. Dengan demikian, ego bagi individu

bukan hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan, tetapi juga berperan sebagai penguji kenyataan (reality tester). Dalam memainkan peranannya ini, ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi yaitu fungsi intelektual (Koeswara 1991: 34). Ego memiliki dua tugas utama, yaitu memilih stimuli (rangsangan) yang mana yang hendak direspon atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan dan menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dari super ego. Sekilas akan tampak bahwa antara id dan ego hampir selalu terjadi konflik dan pertentangan. Akan tetapi, bagaimanapun, menurut Freud, ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhankebutuhan atau naluri-naluri yang berasal dari id, melainkan justru bertindak sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi, fungsi yang paling dasar dari ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu. 2.3.1.3 Super ego Super ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian dan merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional atau cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya, yang dimaksud dengan berbagai perintah dan

larangan. Menurut Freud, super ego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Freud berpendapat bahwa fungsi pokok dari super ego antar lain: a) Sebagai pengendali id agar dorongan-dorongan id disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapat diterima masyarakat b) Mengarahkan id pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip moralitas c) Mendorong individu kepada kesempurnaan Dalam menjalankan tugasnya, super ego dilengkapi dengan conscentia atau nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui internalisasi dari peringatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak. Super ego dibentuk melalui internalisasi, artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar (para pengasuh, khususnya orangtua) diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Dengan kata lain, super ego adalah buah hasil dari proses internalisasi, sejauh larangan dan perintah yang tadinya merupakan sesuatu yang asing bagi subjek, akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subjek sendiri. Aktifitas super ego menyatakan diri dalam konflik dengan ego yang dirasakan dalam emosi-emosi, seperti rasa bersalah, rasa menyesal, dan lain sebagainya. Sikap-sikap seperti observasi diri, kritik diri berasal dari super ego. 2.3.2 Dinamika Kepribadian Sigmund Freud Menurut Alwisol (2004: 23), Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memakai energi untuk bernapas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi yang disebut energi

psikik, yaitu energi yang ditransform dari energi fisik melalui id beserta instinginstingnya. 2.3.2.1 Naluri (Insting) Naluri (insting) merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Hasrat, motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikik. Kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian (Alwisol, 2004: 23). Freud berpendapat bahwa naluri memiliki empat sifat, yaitu: 1. Sumber insting adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan yang bertujuan menghilangkan perangsangan jasmaniah 2. Tujuan insting berkaitan dengan sumber insting, yaitu memperoleh kembali keseimbangan. Tujuan insting bersifat regressive (kembali asal), berusaha kembali ke keadaan tenang seperti sebelum munculnya insting dan juga bersifat konservatif, mempertahankan keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi yang mengganggu. 3. Objek insting adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya, termasuk seluruh proses untuk mendapatkannya hingga objek didapat. 4. Daya dorong insting adalah kekuatan/intensitas kegiatan yang berbedabeda setiap waktu. Menurut Freud, naluri yang terdapat dalam diri manusia bisa dibedakan dalam eros atau naluri kehidupan (life instinct) dan naluri kematian (death

instinct) (Minderop 2010:25). Berikut adalah penjelasan tentang kedua insting tersebut. (1) Insting hidup Insting hidup disebut juga eros adalah insting yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain, insting hidup adalah insting yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesis. Insting hidup adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi seperti lapar, haus dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido. Insting hidup yang paling ditekankan oleh Freud adalah insting seksual. (2) Insting mati Insting mati adalah insting yang ditujukan kepada perusakan atau penghancuran atas apa yang telah ada. Freud mengajukan gagasan mengenai insting mati berdasarkan fakta yang ditemukannya bahwa tujuan semua makhluk hidup adalah kembali kepada anorganis. Freud menjelaskan bahwa naluri kematian itu pada individu biasanya ditujukan dua arah, yakni kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain atau ke luar diri. Naluri kematian yang diarahkan kepada diri sendiri tampil dalam tindakan bunuh diri, sedangkan naluri kematian yang diarahkan ke luar atau kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh, menganiaya, menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri. Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya ke luar, ditujukan ke orang lain. Freud berasumsi bahwa setiap manusia di alam bawah

sadarnya mempunyai hasrat untuk mati. Insting mati bekerja secara sembunyisembunyi, namun pasti melaksanakan tugasnya, setiap orang akan mati (Hall & Lindzey, 1993: 69-75). Suatu fakta yang menyebabkan Freud mengeluarkan pernyataan yang terkenal tujuan semua kehidupan adalah kematian. 2.3.2.2 Kecemasan Kecemasan merupakan komponen kepribadian yang utama sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan timbul bila orang tidak siap menghadapi ancaman. Freud membedakan kecemasan ke dalam tiga jenis, yaitu: 1. Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata dari luar. Kecemasan realistik menjadi asal mula timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral. 2. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang akan diterima dari orang tua atau figur penguasa dimana seseorang yakin kalau ia memuaskan insting dengan caranya sendiri, ia yakin tindakannya tersebut akan mengakibatkan dirinya dihukum. Kecemasan neurotik bersifat khayalan. 3. Kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai orangtua atau rasa takut terhadap suara hati. Perasaan bersalah dimana mereka

melakukan sesuatu atau berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kode moral yang telah ada. Pada kecemasan moral, orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang berada pada keadaan distres terkadang panik, sehingga mereka tidak dapat berpikir dengan jelas. Dalam kecemasan neurotik, energi id menghambat penderita membedakan antara khayalan dengan realita (Alwisol, 2004: 28-29). 2.4 Biografi Rei Kimura Rei Kimura adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai pengacara yang memiliki passion dalam bidang menulis. Keunggulan karya-karyanya terletak pada penggambaran peristiwa dan karakter tokoh yang unik. Ia menampilkan kisah yang digali dari kejadian nyata dan hidup orang-orang yang sebenarnya di dalam bukunya. Ia meyakini bahwa ini sebuah cara yang paling baik untuk menjadikan sejarah yang tersembunyi menjadi hidup dan dapat diterima oleh pembaca di abad 21. Dengan cara itu, Kimura menyentuh beberapa sejarah tragis seperti tenggelamnya Kapal Awa Maru dan kisah pilot kamikaze perempuan di masa Perang Dunia II lalu merangkainya menjadi sebuah cerita yang menyentuh bagi orang-orang yang hidup dan meninggal pada masa kejadian itu. Kimura memandang karya-karyanya sebagai pencarian atas kebenaran, tantangan dan kepuasan. Buku-bukunya diterjemahkan ke berbagai bahasa di Asia dan Eropa dan telah terbit di seluruh dunia. Selain menjadi pengacara, Kimura juga seorang jurnalis freelance yang andal dan tergabung dalam Australian News Syndicate.