PENGGUNAAN DISTRIBUSI LABA DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semakin ketat, salah satunya adalah bank. Bank berusaha untuk

HUBUNGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI & LABA PAJAK DENGAN PERILAKU MANAJEMEN LABA DAN PERSISTENSI LABA

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi laba perusahaan. saham dan pengguna eksternal lainnya. Namun demikian, di sisi lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA

PENGGUNAAN KOMPONEN PEMBENTUK PAJAK TANGGUHAN DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

ANALISIS BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM MEMPREDIKSI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB V PENUTUP. tangguhan (deffered tax expense) terhadap manajemen laba (earnings. managements) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

ANALISIS PENGATURAN LABA ( EARNINGS MANAGEMENT

ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM MEMPREDIKSI MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

PENGARUH AKTIVA PAJAK TANGGUHAN DAN BEBAN PAJAK KINI DALAM MENDETEKSI INCOME MAXIMIZATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen

PENGARUH PERBEDAAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA

Ni Putu Eka Widiastuti * Elsa Chusniah *

ANALISIS AKTIVA PAJAK TANGGUHAN DAN AKRUAL SEBAGAI PREDIKTOR MANAJEMEN LABA: KAJIAN EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEJ

ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA

Penggunaan Komponen-Komponen Pembentuk Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba: Sebuah Pendekatan Baru di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PENGARUH KUALITAS PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL (BOOK-TAX DIFFERENCES) TERHADAP PERSISTENSI LABA AKRUAL, DAN ALIRAN KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja manjemen. Dalam laporan keuangan biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik manajemen laba sudah menjadi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia maupun di luar

BAB I PENDAHULUAN. Peran dari laporan keuangan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB V PENUTUP. (overproduction), dan penurunan discretionary expenses akan menyebabkan. semakin rendahnya arus kas operasi satu tahun ke depan.

BAB I PENDAHULUAN. seolah telah menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikan semua UKDW

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH KOMPONEN-KOMPONEN PEMBENTUK PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI OLEH: LIDYAWATI TANDIO

BAB I PENDAHULUAN. batas lagi, segala aspek kehidupan dapat saling terkait dan mempengaruhi.

Kandungan Informasi Temporary Book-Tax Differences dan Akrual dalam Persistensi Laba

BAB I PENDAHULUAN. Masih dijumpai kasus manipulasi laporan keuangan oleh Bapepam sampai

SKRIPSI OLEH M. SOFWAN ERWANDA. Universitas Sumatera Utara

Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan verifikatif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status

BAB III DESAIN PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat tiga tujuan pelaporan keuangan menurut Statement of Financial

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

DESAIN METODE PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di BEI selama periode

PENGARUH FIRM SIZE, ROE, ROI, GROWTH DAN NPM TERHADAP DPR. Arif Siswanto ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Tahun yang digunakan yaitu pada tahun , yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS MEMPREDIKSI ARUS KAS MENGGUNAKAN PARTIAL ADJUSTMENT MODEL

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti kaidah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. melakukan kontrak dengan para manajer (agent) untuk mengelola bisnis

DETERMINAN BESARAN PENYISIHAN AKTIVA PAJAK TANGGUHAN SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN LABA

PENGARUH PAJAK PENGHASILAN DAN ASSET PERUSAHAAN PADA EARNINGS MANAGEMENT

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DENGAN MANAJEMEN LABA

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1. Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap kualitas laba.

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh financial leverage, net

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang

ABSTRAK. Kata-kata kunci: deferred tax, tax to book ratio, net profit margin

BAB I PENDAHULUAN. disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

BAB V PENUTUP. sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Accounting Analysis Journal

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ASIMETRI INFORMASI DAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manajemen atau penyedia laporan keuangan dengan meningkatkan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi kinerja

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dari masing-masing variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian. menggunakan rasio return on asset (ROA).

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNING MANAGEMENT) PADA KONDISI PERUSAHAAN LABA DAN RUGI

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini terdiri atas perusahaan automotif yang terdaftar di Bursa Efek

INDIKASI EARNINGS MANAGEMENT PADA INITIAL PUBLIC OFFERING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 2 variabel atau lebih dengan mencari pengaruh variabel independen terhadap

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, berupa laporan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh Keputusan Investasi

Transkripsi:

2004 Departemen Akuntansi FEUI Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 1, No. 2, Desember 2004 pp. 89-104 PENGGUNAAN DISTRIBUSI LABA DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA Yulianti Yulianti adalah sta f pengajar di departemen Akuntansi FEUI, lulusan Pascasarjana Ilmu Manajemen FEUI Abstract Discontinuities in earnings distribution have been discovered by several studies in United States and Australia. These studies examined the pooled, cross sectional distribution o f earnings and found discontinuities around earnings threshold which indicates the exercise o f management discretion to exceed earnings threshold. This study examines the distribution o f earnings in Indonesia fo r two important purposes which are avoiding losses and avoiding earnings decline. The result on listed companies at the JSX during 1999-2002 show abnormality in earnings distribution, whereas total small profit firm s are above expectations, meanwhile'~total small loss firm s are the opposite. We didn t fin d such abnormality in the distribution o f earnings changes, whereas total small decrease firm s in contrary are above expectations. This suggests that the most important earnings threshold fo r Indonesian firm s is to avoid reporting losses. Kata kunci: manajemen laba, distribusi laba, batas pelaporan laba. PENDAHULUAN Model distribusi laba merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam menentukan perilaku manajemen laba dalam perusahaan. Sampai dengan saat ini, laba yang dilaporkan perusahaan dalam laporan keuangan masih merupakan hal yang sangat menarik perhatian investor. Hal ini menimbulkan insentif yang kuat bagi manajer untuk melakukan manajemen laba untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Berbagai peneliti di Amerika Serikat dan Australia menemukan terpatahnya (kink) distribusi perubahan laba dan distribusi laba perusahaan. Burgstahler dan Dichev (1997)

90 Jurnal Akuntansi clan Keuangan Indonesia / D esem ber 2004 menyebutkan bahwa dalam kondisi tidak adanya manajemen laba, distribusi laba dan distribusi perubahan laba perusahaan seharusnya normal (smooth). Terpatahnya distribusi laba yang disebabkan terlalu sedikitnya perusahaan yang melaporkan kerugian dalam jumlah yang kecil, sebaliknya terlalu banyak perusahaan yang melaporkan keuntungan dalam jumlah yang kecil. Hal ini sebelumnya telah dibahas oleh Hay n (1995) yang menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki laba hampir di bawah titik nol akan melakukan manipulasi laba untuk melewati titik nol tersebut. Model distribusi laba ini digunakan dalam penelitian-penelitian mengenai manajemen laba dalam perusahaan [Bauman, Bauman, Halsey (2001), Burgstahler, Elliott, Hanlon (2002), Phillips, Pincus, Rego (2003), Phillips, Pincus, Rego, Wan (2003), Burgstahler, Hail, Leuz (2004)]. Para peneliti ini menganggap fenomena terpatahnya distribusi frekuensi perusahaan di sekitar ambang batas pelaporan laba (earning threshold) dapat dijadikan proksi dilakukannya manajemen laba oleh suatu perusahaan. Penelitian-penelitian di atas didasarkan pada data perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan Australia. Belum adanya penelitian mengenai distribusi laba perusahaanperusahaan di Indonesia menyebabkan perlunya dilakukan pengujian terhadap penggunaan model tersebut sebagai pengukur manajemen laba di Indonesia. Penelitian ini melakukan pengujian secara grafis dan statistik untuk membuktikan terpatahnya distribusi laba dan perubahan laba yang teijadi di sekitar titik nol. TEORI DAN PEM BENTUKAN HIPOTESIS Holland dan Ramsay (2003) menyebutkan bahwa metodologi yang paling sering digunakamjalam penelitian mengenai manajemen laba adalah dengan mengidentifikasi kondisi atau keadaan yang menimbulkan insentif manajemen laba. Pemahaman mengenai alasan manajer melakukan manajemen laba akan meningkatkan kekuatan alternatif pengujian yang dipilih untuk meneliti manajemen laba (McNichols, 2000). Pencapaian laba, sampai dengan saat ini masih dipandang sebagai hal yang penting dalam perusahaan. Hal ini terlihat dalam Management Discussion and Analysis dalam laporan keuangan yang biasanya menekankan keberhasilan perusahaan mencapai tingkat laba tertentu. Oleh karena itu, keinginan perusahaan untuk mencapai laba merupakan salah satu insentif yang dapat menyebabkan manajer melakukan manajemen laba. Hayn (1995), Burgstahler dan Dichev (1997), Degeorge (1999), Holland dan Ramsay (2003), Beaver, Nichols dan Nelson (2003), Dechow, Richardson dan Tuna (2003) menyatakan patahnya distribusi laba dan perubahan laba sekitar earnings threshold dalam distribusi pendapatan yang seharusnya mengikuti pola distribusi normal (memiliki distribusi yang smooth). Terpatahnya distribusi tersebut teijadi di sekitar titik laba nol (zero earnings) disebabkan oleh terlalu sedikitnya jum lah perusahaan yang melaporkan kerugian dalam

Penggunaan Distribusi Laba dalam M endeteksi Manajemen Laba *. 91 jumlah kecil (small loss firm s), sebaliknya terlalu banyak jum lah perusahaan yang melaporkan keuntungan dalam jumlah kecil (small profitfirms). Terpatahnya distribusi disekitar titik nol juga terjadi dalam distribusi perubahan laba, yaitu terlalu sedikitnya perusahaan yang melaporkan penurunan laba yang kecil (small decrease firms)', dan terlalu banyaknya perusahaan yang melaporkan peningkatan laba dalam jumlah yang kecil (small increase firm s). Beberapa peneliti memberikan pendapat mengenai penyebab teijadinya abnormalitas distribusi laba sebagaimana dijelaskan di atas. Selain karena laba merupakan perhatian utama investor, Healy (1985) menyatakan bahwa penyebab manajemen laba adalah adanya kompensasi untuk eksekutif perusahaan yang didasarkan pada pencapaian laba. Hal ini menunjukkan pentingnya pencapaian laba bagi manajemen perusahaan. Hayn (1995) juga menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki laba hampir di bawah titik nol akan melakukan manipulasi laba untuk membuat mereka melewati titik nol tersebut. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Burgstahler dan Dichev (1997) yang kemudian mer jelaskan bahwa penyimpangan yang terjadi di sekitar titik nol disebabkan keinginan ma lajemen untuk menggeser laba dari nilai negatif ke nilai positif. Burgstahler dan Dichev (1997) melakukan analisis terhadap terpatahnya distribusi laba, dan menganggap terpatahnya distribusi ini disebabkan keberadaan manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk 2 tujuan, yaitu: 1. Manajemen Laba untuk menghindari pelaporan kerugian 2. Manajemen Laba untuk menghindari penurunan laba Burgstahler dan Dichev (1997) melakukan pengujian secara grafis dan secara statistik dalam membuktikan keberadaan manajemen laba. Laba yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan cara membagi net income dengan nilai pasar ekuitas awal tahun (Market Value o f Equity beginning o f year). Pengujian secara grafis dilakukan dengan menganalisa histogram distribusi frekuensi laba dan distribusi frekuensi perubahan laba. Histogram distribusi frekuensi menunjukkan terpatahnya distribusi laba dan perubahan laba di sekitar titik nol. Analisa secara statistik dilakukan dengan mengasumsikan bahwa bila tidak teijadi manajemen laba, distribusi frekuensi seharusnya smooth, dengan demikian frekuensi ekspektasi untuk masing- masing kelas dalam histogram dihitung dengan menghitung ratarata interval kelas sebelum dan sesudah kelas yang dituju. Tes statistik yang dilakukan adalah menguji perbedaan antara frekuensi aktual dan frekuensi ekspektasi dengan mengasumsikan bahwa perbedaan yang teijadi mengikuti distribusi normal, dengan ratarata (mean)nol dan standar deviasi sama dengan satu. Seperti halnya pengujian secara grafis, pengujian secara statistik membuktikan bahwa jumlah perusahaan yang melaporkan small profit dan small increase in earnings melebihi nilai ekspektasinya, dan sebaliknya

92 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia / Desem ber 2004 jumlah perusahaan yang melaporkan small loss dan small decrease in earnings di bawah nilai ekspektasinya. Holland dan Ramsay (2003) dalam penelitiannya untuk membuktikan terpatahnya distribusi laba untuk perusahaan-perusahaan di Australia menggunakan metode yang sama dengan yang digunakan oleh Burgstahler dan Dichev. Mereka menemukan hasil yang sama, yaitu terlalu banyaknya perusahaan yang melaporkan small profit dan small increase in earnings, sebaliknya, terlalu sedikit perusahaan yang melaporkan small loss dan small decrease in earnings. Penelitian mengenai terpatahnya distribusi laba juga dilakukan oleh Degeorge (1999) dan Dechow, Richardson dan Tuna (2003). Degeorge menyatakan bahwa terdapat tiga ambang batas pelaporan (threshold) yang kemudian dikelompokkan dalam tiga tingkatan tujuan pencapaian laba perusahaan. Insentif manajemen laba akan timbul berdasarkan tiga tingkatan ini. Tingkatan yang pertama adalah perusahaan berusaha mencapai laba yang positif. Tingkatan yang kedua adalah perusahaan berusaha mencapai laba yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (kenaikan laba) dan tingkatan yang terakhir adalah perusahaan berusaha memenuhi prediksi laba dari analis. Degeorge (1999) menemukan bahwa di sekitar ketiga ambang batas pelaporan teijadi ketidaknormalan dalam distribusi, yaitu perusahaan-perusahaan yang berada di bawah ambang batas pelaporan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan ekspektasi, sementara perusahaan-perusahaan yang berada di atas ambang batas pelaporan jumlahnya lebih tinggi dibandingkan ekspektasi. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebagaimana dijelaskan di atas, para peneliti yang menganalisa manajemen laba melalui distribusi laba dan perubahan laba menyatakan bahwa pepasahaan-pemsahaan yang berada di area pelaporan laba tahun berjalan yang kecil (small profit) dianggap melakukan kebijakan manajemen laba yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan-perusahaan yang berada di area pelaporan kerugian tahun beijalan yang kecil (small lo ssy. Demikian pula halnya dengan perusahaan-perusahaan yang berada di area pelaporan kenaikan laba yang kecil (small increase) dianggap melakukan kebijakan Manajemen Laba yang lebih tinggi dibandingkan perusahaanperusahaan yang berada di area pelaporan penurunan laba yang kecil (small decrease). Dengan demikian, hipotesis dari penelitian ini adalah: Ha : Perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian Hb : Perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari penurunan laba M ODEL PENELITIAN Burgstahler dan Dichev (1997) dan Degeorge (1999) menyebutkan bahwa fenomena manajemen laba dapat diteliti dari terpatahnya distribusi laba dan perubahan laba. Terpatahnya distribusi laba dan perubahan laba tersebut teijadi pada batas laba (perubahan

Penggunaan D istribusi Laba dalam Mendeteksi Manajemen Laba 93 laba) positif dan negatif dimana frekuensi perusahaan aktual berbeda dengan frekuensi ekspektasi. Penelitian ini disusun berdasarkan model tersebut yaitu model manajemen laba untuk melampaui batas pelaporan laba (earnings threshold). Laba yang dimaksud disini adalah net income dengan nilai pasar ekuitas awal tahun (Market Value o f Equity beginning o f year). Populasi terdiri dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEJ selama tahun 1999-2002. Total populasi terdiri dari 214 perusahaan tahun 1999,227 perusahaan tahun 2000, 243 perusahaan tahun 2001, dan 267 perusahaan tahun 2002. Dari populasi yang ada dilakukan analisis untuk memilih perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian. Kriteria yang dipergunakan i mtuk memilih sampel adalah sebagai berikut: 1. Sampel bergerak di sektor industri selain keuangan. 2. Sampel sudah menyertakan laporan keuangan per 31 Desember 1999-2002. 3. Mempunyai data laporan keuangan yang lengkap. Pengujian yang dilakukan untuk membuktikan terpatahnya distribusi frekuensi laba perusahaan yang terdaftar di BEJ selama tahun observasi dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Grafis dengan menggunakan histogram distribusi frekuensi. 2. Statistik Pengujian secara grafis dilakukan dengan membuat histogram distribusi frekuensi laba dan distribusi frekuensi perubahan laba. Lebih lanjut, histogram dianalisa secara visual untuk melihat apakah benar teijadi diskontinuitas dalam distribusi laba yang seharusnya smooth. Berdasarkan asumsi bahwa distribusi laba dan perubahan laba perusahaan seharusnya terdistribusi normal, dilakukan tes statistik Kolmogorov-Smimov untuk melihat apakah distribusi secara keseluruhan mengikuti pola distribusi normal atau tidak. Pengujian yang sama dilakukan Hayn (1995) untuk menguji normalitas distribusi earnings to price perusahaan. Tes normalitas dalam penelitian ini dilakukan pada data setelah membuang outliers dalam data. Pengujian secara statistik dilakukan untuk membuktikan terpatahnya distribusi laba dan perubahan laba memang terjadi di sekitar titik batas pelaporan (titik nol) akibat keberadaan frekuensi yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Untuk itu dibutuhkan data frekuensi ekspektasi untuk kelas-kelas berdasarkan interval dalam distribusi frekuensi yang kemudian akan dibandingkan dengan frekuensi sesungguhnya. Burgstahler dan Dichev (1997), Holland dan Ramsay (2003) mengukur frekuensi ekspektasi suatu kelas dengan mengambil rata-rata dari dua kelas yang berdekatan, yaitu kelas yang terletak sebelum dan setelah kelas yang diteliti. Setelah mendapatkan besaran frekuensi ekspektasi untuk kelas tersebut, secara statistik dihitung apakah frekuensi ekspektasi tersebut berbeda secara

94 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia / D esember 2004 signifikan dengan frekuensi aktual. Dalam hal ini diasumsikan bahwa perbedaan yang terjadi antara frekuensi ekspektasi dan aktual akan berdistribusi normal.1 Penghitungan frekuensi ekspektasi dengan merata-ratakan kelas yang terdekat dengan kelas yang akan diteliti memiliki kesalahan yaitu apabila distribusi laba dan perubahan laba seharusnya smooth atau mengikuti distribusi normal, penghitungan frekuensi ekspektasi yang mengasumsikan linieritas akan menyebabkan bias. Burgstahler dan Dichev (1997) menyatakan bahwa bias yang terjadi dapat dikurangi dengan menggunakan interval yang kecil dalam menyusun distribusi frekuensi. Walaupun demikian, dalam penelitiannya Burgstahler dan Dichev tidak menyebutkan besaran interval yang terbaik untuk digunakan. Kelemahan lainnya adalah apabila penghitungan frekuensi kelas didasarkan pada kelaskelas terdekat, tidak dapat dipastikan apakah frekuensi kelas-kelas terdekat tersebut telah sesuai dengan yang seharusnya (ekspektasi). Tetap terdapat kemungkinan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam kelas-kelas tersebut juga melakukan manajemen laba. Berdasarkan kelemahan-kelemahan di atas, selain menggunakan pengujian sebagaimana dilakukan Burgstahler dan Dichev (1997), Holland dan Ramsay (2003), penelitian ini menggunakan alternatif lain dalam menghitung frekuensi ekspektasi. Berdasarkan asumsi bahwa distribusi laba dan perubahan laba smooth dan mengikuti distribusi normai, frekuensi ekspektasi suatu kelas dihitung dengan mengalikan probabilitas kelas yang bersangkutan berdasarkan distribusi normal dengan jumlah data. Mean dan standar deviasi yang digunakan untuk menghitung probabilitas masing-masing kelas adalah nilai setelah mengeluarkan outlier dari data. Identifikasi data outlier dilakukan dengan menggunakan central limit theorem (Levin dan Rubin, 1998). Outlier ditentukan dengan melihat upper control limit dan lower control limit dari data. Data observasi yang berada diluar interval upper control limit dan lower control limit dianggap outlier. Upper control limit dan lower control limit diukur dengan rumus mean ± 3 Standar deviasi. HASIL PENELITIAN M anajem en Laba untuk Menghindari Pelaporan Kerugian Dalam penyusunan histogram, akibat perbedaan ukuran perusahaan maka distribusi laba dihitung dengan membagi laba perusahaan dengan nilai pasar ekuitas awal tahun. Interval yang digunakan untuk menyusun histogram mengikuti model Phillips, Pincus dan Rego (2003) yaitu 0,02, yang juga merupakan nilai tengah dari interval yang digunakan oleh Burgstahler 1 Burgstahler dan Dichev (1997), Holland dan Ramsay (2003) menghitung standard deviation o f difference dengan menghitung akar dari N p^l-p,) -H (l/4 )N (p.] + p,+ ) (1- p,, - p )

Penggunaan Distribusi Lciba dalam Mendeteksi Manajemen Laba 95 & Dichev (1991).2 Jumlah perusahaan yang dianalisa dalam histogram ini adalah keseluruhan perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dipilih sebagai sampel untuk laporan keuangan tahun 1999-2002. Jumlah perusahaan yang digunakan adalah 883 perusahaan. Diagram distribusi frekuensi laba dari 883 perusahaan sampel terlihat pada gambar 1. Histogram Distribusi Laba 70 60 S0 o k li_i u i i_ iu.u.ii. j jl J I L J. I I -1... Gambar 1 Histogram Distribusi Laba Gambar 1di atas menunjukkan distribusi laba seluruh perusahaan. Berdasarkan gambar ini terlihat banyaknya outliers dalam data. Oleh karena itu untuk meneliti secara lebih jelas apakah teijadi abnormalitas di sekitar titik nol, berikut ini disajikan juga diagram distribusi frekuensi laba dengan mengeluarkan outliers dalam range -0,5 sampai dengan 0,5 seperti terlihat pada gambar 2. 2 Phillips, Pincus dan Rego (2003) menggunakan interval tengah dari interval yang digunakan Burgstahler dan Dichev (1997). Burgstahler dan Dichev (1997) menggunakan 3 macam interval yaitu 0,01; 0,02 dan 0,03. Keduanya tidak menjelaskan interval terbaik yang digunakan untuk menggambarkan fenomena manajemen laba.

96 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia / Desember 2004 H isto g ra m 10 10 Q to. i o H m O' O' O' O' ' O' O' ' O ' O' O O ' O ' O ' o' o ' o' o ' o' o O ' O ' O ' O ' 5 Gambar 2 Histogram Distribusi Laba untuk Range -0.5 s/d 0,5 Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan ketidaknormalan dalam distribusi laba terjadi di sekitar titik nol. Berdasarkan kedua gambar di atas terlihat, bahwa memang terjadi jumlah frekuensi perusahaan yang tidak normal di sekitar titik nol. Dari Gambar 2, terlihat bahwa jumlah perusahaan yang terdapat dalam range terdekat dengan batas pelaporan, yaitu range -0,02 sampai dengan 0 adalah sebesar 17 perusahaan, dan untuk range 0 sampai dengan 0,02 sebanyak 64 perusahaan. Dengan kata lain, jumlah perusahaan dengan laba negatif kecil (small loss firm s) jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan yang melaporkan laba positif (small profit firms). Pengujian selanjutnya dilakukan untuk melihat normalitas dari data. Burgstahler dan Dichev (1997) menyatakan bahwa distribusi laba seharusnya mengikuti smooth (berdistribusi normal). Ketidaknormalan dalam distribusi laba merupakan indikasi adanya manajemen laba. Untuk melihat normalitas dari data dalam penelitian ini dilakukan pengujian Kolmogorov Smimov terhadap distribusi frekuensi laba. Tabel 1 Tes N orm alitas Distribusi Frekuensi Laba S tatistik K olm ogorov-sm irnov df Sig : Signifikan pada level 1% 0,334 883 0,000*

Penggunaan D istribusi Laba dalam M endeteksi Manajemen Laba 97 Berdasarkan pengujian Kolmogorov Smirnov yang dilakukan atas keseluruhan data (883 perusahaan), distribusi laba tidak memenuhi distribusi normal. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan membuang outliers dalam data dan hasil yang diperoleh konsisten. Distribusi laba perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam sampel tidak berdistribusi normal. Berdasarkan grafik distribusi laba di atas, penelitian lebih lanjut dilakukan atas distribusi di sekitar titik nol. Untuk menentukan range small loss dan small profit dilakukan pengujian nilai frekuensi aktual dengan ekspektasi. Frekuensi ekspektasi dihitung dengan menggunakan frekuensi seharusnya dalam distribusi normal. Karena terdapatnya outliers dalam data, penghitungan frekuensi ekspektasi didasarkan pada data tanpa outliers. Penghitungan frekuensi ekspektasi untuk setiap kelas dalam distribusi frekuensi laba didasarkan pada asumsi bahwa frekuensi ekspektasi berdistribusi normal dengan mean 0,084017 dan standar deviasi 0,134416. Perbandingan frekuensi aktual dengan frekuensi ekspektasi terlihat dalam Tabel berikut ini. Range...s/d... Tabel 2 Frekuensi Aktual dan Frekuensi Ekspektasi Frekuensi Aktual Frekuensi Ekspektasi Aktual - Ekspektasi -0,1-0,09 7 6,26 0,74-0,09-0,08 4 7,83-3,83-0,08-0,07 6 7,56-1,56-0,07-0,06 1 9,36-8,36-0,06-0,05 7 8,92-1,92-0,05-0,04 10 10,93-0,93-0,04-0,03 4 10,28-6,28-0,03-0,02 9 12,46-3,46-0,02-0,01 11 11,64-0,64-0,01 0 6 12,13-6,13 0 0,01 31 12,73 18,27 0,01 0,02 33 15,18 17,82 0,02 0,03 17 15,78 1,22 0,03 0,04 28 14,20 13,80 0,04 0,05 23 16,65 6,35 0,05 0,06 21 14,85 6,15 0,06 0,07 17 17,19-0,19

98 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia / Desember 2004 Berdasarkan perbandingan frekuensi aktual dengan ekspektasi dan dengan melihat grafik histogram frekuensi laba, terlihat bahwa range small profit yang memiliki karakteristik frekuensi ekspektasi melebihi frekuensi aktual berada pada rctnge 0 s/d 0,06 dan frekuensi small loss yang memiliki karakteristik frekuensi ekspektasi kurang dari frekuensi aktual berada pada range -0,09 s/d 0. Dengan demikian data di atas dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu: Tabel 3 Perbedaan Frekuensi Aktual dan Ekspektasi Aktual Ekpektasi Perbedaaan big loss 53 52,7 0,3 Sm all loss 58 91,1-33,1 Sm all profit 153 89,4 63,6 Big profit 280 310,8-30,8 Untuk menguji frekuensi aktual dan frekuensi ekspektasi apakah berbeda secara signifikan digunakan uji chi-square, sebagai berikut: Tabel 4 Tes Perbedaan Frekuensi Aktua! dan Ekspektasi Laba Statistik Chi Square df Sig 58,806 3 0,000* Berdasarkan uji chi square, terlihat bahwa frekuensi aktual dan frekuensi ekspektasi berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan adanya fenomena manajemen laba dalam distribusi laba perusahaan, dimana perusahaan yang melaporkan laba sedikit di bawah titik nol (small loss firm s) jumlahnya di bawah ekspektasi sementara perusahaan yang melaporkan laba sedikit di atas titik nol (small profit firm s) jum lahnya melebihi ekspektasi. M anajemen Laba untuk Menghindari Penurunan Laba Dalam penyusunan histogram, akibat perbedaan ukuran perusahaan maka distribusi perubahan laba dihitung dengan membagi iaba perusahaan dengan nilai pasar ekuitas awal tahun. Interval yang digunakan untuk menyusun histogram mengikuti model Phillips, Pincus dan Rego (2003) yaitu 0,01, yang merupakan nilai tengah dari interval yang digunakan oleh

Penggunaan D istribusi Laba dalam M endeteksi Manajemen Laba 99 Burgstahler dan Dichev ( \991)? Jumlah perusahaan yang dianalisa dalam histogram ini adalah keseluruhan perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dipilih sebagai sampel untuk laporan keuangan tahun 1998-2002. Jumlah data perusahaan yang digunakan adalah 789 data. Terdapat perbedaan jumlah perusahaan yang dianalisa dalam distribusi perubahan laba dibandingkan distribusi laba, dikarenakan distribusi perubahan laba membutuhkan data perusahaan dua tahun berturut-turut (untuk menghitung selisih laba). Dengan demikian perusahaan yang mengalami delisting atau perusahaan yang baru melakukan penawaran perdana (IPO) tidak dimasukkan sebagai observasi pada tahun terjadinya delisting atau IPO tersebut. Distribusi perubahan laba terlihat dalam Gambar 3 berikut in i: D o 0 ( fh m llh U n n fttm hn [ld tn J On 0 tfl Gambar 3 Distribusi Perubahan Laba Berdasarkan distribusi perubahan laba untuk seluruh perusahaan, terlihat banyaknya outliers dalam data. Untuk melihat lebih jelas fenomena yang terjadi di sekitar titik nol, 1 Phillips, Pincus dan Rego (2003) menggunakan interval tengah dari interval yang digunakan Burgstahler dan Dichev (1997). Burgstahler dan Dichev (1997) menggunakan 3 rnacam interval yaitu 0,005; 0,01 dam 0,015. Keduanya tidak menjelaskan interval terbaik yang digunakan untuk menggambarkan fenomena manajemen laba.

100 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia / Desember 2004 histogram distribusi perubahan laba dengan mengeluarkan outliers untuk range -0,5 sampai dengan 0,5 dapat dilihat pada Gambar 4. m -rt4 Gambar 4 Distribusi Perubahan Laba Range -0,05 s/d 0,05 Burgstahler dan Dichev (1997) menyatakan bahwa distribusi perubahan laba seharusnya mengikuti smooth (berdistribusi normal). Ketidaknormalan dalam distribusi perubahan laba merupakan indikasi teijadinya manajemen laba. Untuk melihat normalitas dari data dalam penelitian inidilakukan pengujilan Kolmogorov Smirnov terhadap distribusi frekuensi perubahan laba. Tabel 5 Tes Normalitas Distribusi Frekuensi Perubahan Laba Statistik Kolmogorov-Smirnov df Sig * Signifikan pada level 1 % 0,338 789 0,000* Berdasarkan uji normalitas, ternyata distribusi perubahan laba tidak normal, karenanya terdapat indikasi adanya Manajemen Laba sebagaimana disebutkan oleh Burgstahler Dichev. Pengujian normalitas juga dilakukan dengan membuang outliers dalam data dan hasil yang diperoleh konsisten. Distribusi pembahan laba perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam sampel tidak berdistribusi normal.

Penggunaan Distribusi Laba dalam Mendeteksi Manajemen Laba 101 Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ketidaknormalan dalam perubahan distribusi laba terjadi di sekitar titik nol. Berdasarkan kedua gambar di atas terlihat, bahwa memang terjadi jumlah frekuensi perusahaan yang tidak normal di sekitar titik nol. Dari Gambar 4, terlihat bahwa jum lah perusahaan yang terdapat dalam range -0,01 sampai dengan 0 adalah sebesar 32 perusahaan, dan untuk range 0 sampai dengan 0,0 1sebanyak 42 perusahaan. Walaupun jumlah perusahaan dengan penurunan laba kecil {smalldecrease firm s) jumlahnya lebih kecil dibandingkan perusahaan yang melaporkan kenaikan laba kecil (small increase firm s), tetapi belum dapat disimpulkan apakah perbedaan tadi signifikan secara statistik. Analisa lebih lanjut dilakukan terhadap frekuensi di sekitar titik nol untuk membuktikan adanya abnormalitas di sekitar titik nol, yaitu frekuensi perusahaan yang melaporkan peningkatan laba kecil jumlahnya lebih tinggi dari frekuensi yang diharapkan, sedangkan frekuensi perusahaan yang melaporkan penurunan laba kecil jumlahnya lebih rendah dari frekuensi yang diharapkan. Perhitungan frekuensi yang diharapkan (frekuensi ekspektasi) didasarkan pada jumlah frekuensi yang seharusnya ada dalam interval bila distribusi merupakan distribusi normal. Karena banyaknya outlier dalam data, frekuensi ekspektasi dihitung dengan mengeluarkan semua outlier dalam data. Penghitungan frekuensi tkspektasi untuk setiap kelas dalam distribusi frekuensi perubahan laba didasarkan pada asumsi bahwa frekuensi ekspektasi berdistribusi normal dengan mean 0,00434 dan standar deviasi 0,08521. Perbandingan frekuensi aktual dengan frekuensi ekspektasi terlihat dalam Tabel berikut in i: Tabel 6 Perbandingan Frekuensi Perubahan Laba Aktual dan Ekspektasi Range...s/d... Frekuensi Aktual Frekuensi Ekspektasi Frekuensi Aktual-Ekspektasi -0,08-0,07 9 13,1-4,1-0,07-0,06 6 13,2-7,2-0,06-0,05 14 15,8-1,8-0,05-0,04 16 17,0-1,0-0,04-0,03 10 18,1-8,1-0,03-0,02 11 17,3-6,3-0,02-0,01 25 19,6 5,4-0,01 0 32 20,0 12,0 0 0,01 42 20,1 21,9 0,01 0,02 19 18,3 0,7 0,02 0,03 23 19,5 3,5

102 Jurnal Akuntansi clan Keuangan Indonesia / Desember 2004 0,03 0,04 15 18,9-3,9 0,04 0,05 14 17,9-3,9 0,05 0,06 15 15,5-0,5 0,06 0,07 12 15,6-3,6 0,07 0,08 14 14,2-0,2 0,08 0,09 6 12,8-6,8 Berdasarkan perhitungan frekuensi ekspektasi perubahan laba di atas, ternyata abnormalitas sebagaimana disebutkan dalam kriteria Burgstahler dan Dichev tidak terpenuhi. Jumlah perusahaan yang melaporkan penurunan laba dalam jumlah kecil (small decrease in earnings) jumlahnya justru melebihi frekuensi ekspektasi. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen laba untuk menghindari penurunan laba sebagaimana dijelaskan oleh Burgstahler dan Dichev (1997) tidak terbukti teijadi pada data perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 1999-2002. Dengan demikian perusahaan yang melaporkan kenaikan laba kecil (small increase firm s) dan perusahaan yang melaporkan penurunan laba kecil (small decrease firms) tidak dapat dijadikan pengukur manajemen laba dalam penelitian ini. KESIMPULAN Penelitian ini pertama-tama melakukan analisa terhadap distribusi laba dan perubahan laba perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ selama tahun 1999 sampai dengan 2002 untuk membuktikan terjadinya abnormalitas dalam distribusi sebagaimana dijelaskan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Berdasarkan pengujian secara grafis dan statistik, terbukti teijadi ketidaknormalan dalam distribusi laba perusahaan dimana jumlah small profitfirms berada di atas ekspektasi, sementara jumlah small loss firm s di bawah ekspektasi. Berdasarkan pengujian tersebut juga ditentukan bahwa wilayah small profit yang memiliki frekuensi aktual di atas frekuensi ekspektasi secara signifikan adalah untuk untuk besaran laba dibagi nilai pasar ekuitas awal tahun yang berkisar antara 0 sampai dengan 0,06. Sementara wilayah small loss yang memiliki frekuensi aktual di bawah frekuensi ekspektasi secara signifikan adalah untuk untuk besaran laba dibagi nilai pasar ekuitas awal tahun yang berkisar antara -0,09 sampai dengan 0. Ketidaknormalan tidak terbukti dalam distribusi perubahan laba, jumlah small decrease firms yang seharusnya berada di bawah ekspektasi, justru berada di atas ekspektasi. Keterbatasan Penelitian Penentuan variabel dependen dengan menggunakan pendekatan distribusi laba dapat menyebabkan kesalahan pengukuran dalam pengukuran ini. Hal ini disebabkan model distribusi laba tidak dapat memisahkan perusahaan dalam area pelaporan laba kecil (small

Penggunaan D istribusi Laba dalam M endeteksi Manajemen Laba 103 profit firms) yang melakukan manajemen laba dan yang tidak melakukan laba, sehingga model ini menganggap semua perusahaan yang berada pada area tersebut sebagai pengukur manajemen laba. Selain itu penggunaan model distribusi laba ini hanya menjelaskan fenomena yang terjadi di sekitar titik batas pelaporan (earnings threshold) sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisir. Rentang waktu observasi yang pendek yaitu selama 4 tahun (1999-2002) sehingga kurang dapat menggambarkan fenomena manajemen laba berdasarkan distribusi laba. Pembatasan waktu penelitian ini dilakukan karena standar akuntansi yang mengatur mengenai beban pajak tangguhan baru efektif pada tahun 1999. Saran Penelitian Penggunaan model distribusi laba dalam mendeteksi fenomena manajemen laba yang teijadi di sekitar earnings threshold sebaiknya menggunakan rentang waktu yang lebih panjang untuk meningkatkan validitas hasil penelitian. Perlu dilakukan penyempurnaan terhadap model small profit - small loss firm s yang digunakan sebagai pengukur manajemen laba, misalnya dengan melakukan identifikasi faktor-faktor ekonomi yang membedakan kedua kelas tersebut sehingga mempengaruhi probabilitas perusahaan untuk berada dalam kelas yang dimaksud. DAFTAR PUSTAKA Bauman, C., M. Bauman & R. Halsey. 2001. Do firms use the Deferred Tax Assets valuation allowance to manage earnings? Journal o f the American Taxation Assosiation, vol 23, pp. 2 7-4 8. Beaver, W.H., Maureen F. McNichols, Karen K. Nelson. 2003. Management of The Loss Reserve Accrual and the Distribution of Earnings in the Property - Casualty Insurance Industry. Journal o f Accounting and Economics, vol 35, pp. 347-376. Burgstahler, David C., and Ilia D. Dichev. 1997. Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses. Journal o f Accounting and Economics, vol 24, pp. 99-126. Burgstahler, David C, L. Hail, C. Leuz. 2004. The Importance of Reporting Incentives: Earnings M anagement in European Private and Public Firms. Working Papers, University of Washington. Burgstahler, David C, W.B. Elliot, M. Hanlon. 2002. How Firms Avoid Losses: Evidence of Use of the Net Deferred Tax Assets Account. Working Papers.

104 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia / D esem ber 2004 Dechow, P., S. Richardson, and I. Tuna. 2003. Why Are Earnings Kinky? An Examination of the Earnings Management Explanation. Review o f Accounting Studies, vol 8, pp. 355-384. Degeorge, F., J. Patel, and R. Zeckhauser. 1999. Earnings Management to Exceed Thresholds. Journal o f Business, vol 72, pp. 1-33. Hayn, C. 1995. The information content of losses. Journal o f Accounting and Economics, vol 20, pp. 125-153. Healy, P. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision. Journal o f Accounting and Economics, vol 7, pp. 85-107. Holland, D, and Alan Ramsay. 2003. Do Australian companies manage earnings to meet simple earnings benchmarks? Accounting and Finance, vol 43, pp. 41-62. McNichols, M.F. 2000. Research Design Issues in Earnings Management Studies Journal o f Accounting and Public Policy, vol 19, pp. 313-345. Phillips, J., M. Pincus and S. Rego. 2003. Decomposing Changes in Deferred Tax Assets and Liabilities to Isolate Earnings Management Activities. Working Papers. Phillips, J., M. Pincus, and S. Rego. 2003. Earnings management: New evidence based on deferred tax expense. The Accounting Review, vol 78, pp. 491-521. Scott, W illiam R. 2003. Financial Accounting Theory, 3rd Ed. Prentice-Hall.