PENTINGNYA ASESMEN AUTENTIK DAN ALTERNATIF DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI. I Wayan Karmana Dosen Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram -

dokumen-dokumen yang mirip
I Wayan Karmana Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram Indonesia

Asesmen Autentik. By: Prof. Dr. AD. Corebima, M.Pd

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) JURUSAN BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Mengacu pada seluruh Ranah Sikap Capaian Pembelajaran Lulusan

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknik tes dan non-tes. Dalam teknik tes misalnya pemberian beberapa

PENGARUH PENERAPAN MODEL READING, QUESTIONING, AND ANSWERING (RQA) TERHADAP PENGETAHUAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI IPA SMA Negeri 2 KOTA TERNATE

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PERFORMANCE ASSESSMENT SEBAGAI BENTUK PENILAIAN BERKARAKTER KIMIA

SISTEM PENILAIAN KTSP. Sosialisasi KTSP

P MB M ELAJARAN N FIS I I S K I A

Untuk Guru-guru MTs-DEPAG

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

Penilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes. Oleh : Tomoliyus

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **)

PENGARUH JENIS ASESMEN BIOLOGI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS TERHADAP KESADARAN METAKOGNITIF,

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian

Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pengembangan Silabus dan Penilaian Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas 1

ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENILAIAN PRODUK (PRODUCT ASSESSMENT) SALAH SATU BENTUK PENILAIAN KELAS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

SUATU CONTOH IMPLEMENTASI PORTOFOLIO SEBAGAI ASESMEN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN SAINS DI SEKOLAH DASAR

FUNGSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (PTK pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Jamblang Kabupaten Cirebon)

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

Evaluasi Pembelajaran Fisika

Silabus Evaluasi Pembelajaran Fisika FI 462

Semester : 6 Kelompok mata kuliah : MKKP Program studi/program : Pendidikan Fisika/S-1

BAB I PENDAHULUAN. Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA. Dosen : Nahadi,SPd.MSi. MPd.

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

8. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. (Cetakan pertama 2011). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman*

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis 1. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran

I bm GURU MAHIR MENDESAIN PENILAIAN AUTENTIK Sukmawarti, Rahmat Kartolo, Surtiani Ibtisam

Peta Kompetensi Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi

Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. (student centered active learning). Siswa ditempatkan sebagai subyek. belajarnya dengan bantuan fasilitator (guru).

DESKRIPSI MATA KULIAH

KESESUAIAN ASESMEN BUATAN GURU DENGAN SILABUS KURIKULUM Suitability of Assessment made by Teacher with the Syllabus Kurikulum 2013

ASSESSMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

SILABUS EVALUASI PEMBELAJARAN. Diperiksa Oleh : Dr. H. Saefudin, M.Si. (Ketua Program Studi Pend. Biologi)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP. Universitas Darussalam Ambon. Diterima ; Terbit

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika dalam standar isi adalah agar peserta

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 12 B. TUJUAN 12 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 12 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 13 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 13

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada semua

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

KETERAMPILAN MENILAI (MENGEVALUASI)

DAFTAR ISI. Contents A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT E. REFERENSI...

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG SEMESTER GASAL 2013/2014

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MALIA ULFA. Jl. Semarang 5 Malang.

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

SILABUS EVALUASI PEMBELAJARAN SD (GD 519 / 2 SKS) SEMESTER GANJIL (7)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini, kemajuan dari suatu negara ditentukan dari tingginya

Transkripsi:

PENTINGNYA ASESMEN AUTENTIK DAN ALTERNATIF DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI I Wayan Karmana Dosen Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram E-mail: - ABSTRAK: Perubahan paradigma pembelajaran dewasa ini dari teacher centered ke student centered berimplikasi terhadap sistem penilaian (asesmen). Penilaian tidak hanya bertumpu pada tes melainkan juga mengacu pada unjuk kerja ( performance) dalam bentuk asesmen autentik dan asesmen alternatif yang lebih mampu menggali informasi secara holistik tentang kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Oleh karena itu sangat perlu pemahaman dan implementasinya dalam penilaian proses pembelajaran biologi. Kata kunci: asesmen alternatif, asesmen autentik, unjuk kerja PENDAHULUAN Penilaian (asesmen, pengukuran, dan evaluasi) merupakan bagian penting dari proses pembelajaran, karena itu hendaknya dilakukan oleh guru agar guru dapat memperoleh informasi proses kemajuan belajar siswa dan informasi keefektifan pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru yang hanya mengutamakan penilaian hasil tidak akan mendapatkan informasi yang akurat tentang siswa yang benar-benar memahami materi dan siswa yang kurang memahami. Siswa yang dapat menjawab dengan benar suatu persoalan, belum tentu mengetahui bagaimana mendapatkan jawaban tersebut. Penilaian dalam proses pembelajaran lebih dapat berfungsi memberikan informasi tentang siswa yang sudah memahami materi atau yang belum. Penilaian ini berkesinambungan dengan penilaian hasil artinya hasil penilaian dalam proses pembelajaran akan memberikan sumbangan positif terhadap penilaian hasil. Dengan demikian perlu diupayakan agar guru melakukan penilaian dalam proses pembelajaran biologi. Salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran yaitu aspek penilaian. Istilah ini merupakan terminologi umum yang dipahami dan digunakan oleh kebanyakan orang. Sebenarnya ada tiga istilah penting yang sangat terkait dengan aspek penilaian yang selama ini sering tercampur aduk dan kurang dipahami betul perbedaannya. Istilah yang dimaksud adalah pengukuran, asesmen, dan evaluasi. Menurut Hart, 1994 (dalam Corebima, 2009) asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta didik, berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat lakukan, sedangkan evaluasi didefinisikan sebagai proses penafsiran (interpretasi) serta pembuatan keputusan berkenaan dengan informasi asesmen tersebut. Sementara itu pengukuran ( measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu atau pengukuran terkait erat dengan proses pencarian (penentuan) nilai kuantitatif (Haryati, 2009). Hasil pengukuran merupakan suatu bilangan atau skor. Dengan demikian, hasil pengukuran merupakan suatu informasi atau data yang bersifat kuantitatif. Pengukuran merupakan suatu teknik asesmen (Susilo dkk, 2008). Dengan demikian dalam konteks penilaian dalam aplikasinya pada pembelajaran meliputi kegiatan asesmen dan evaluasi yang didahului oleh suatu pengukuran dengan instrumen tertentu. Pola asesmen dalam dunia pendidikan, khususnya proses pembelajaran biologi dewasa ini memiliki sedikit perbedaan paradigma antara yang terdahulu (tradisional) dengan paradigma yang sekarang. Asesmen pada pola tradisional dimana pembelajaran masih berorientasi teacher centered lebih banyak bertumpu pada penggunaan satu macam alat atau instrumen yaitu paper and pencil test yang cenderung hanya mengukur kemampuan aspek kognitif saja. Asesmen seperti ini sering dikenal dengan istilah asesmen tradisional (Corebima, 2009). Berbeda dengan pola asesmen dewasa ini dimana pembelajaran lebih berorientasi kepada student centered, maka asesmen yang dikembangkan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dan tidak hanya bentuk tes, tetapi juga bentuk unjuk kerja ( performance) yang pada dasarnya bersifat menyeluruh (holistik), kinerja, dan autentik. Pola asesmen 151

seperti ini dikenal dengan asesmen autentik dan asesmen alternatif. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan oleh pemerintah dan menjadi acuan dunia pendidikan kita saat ini pola aesemen yang digunakan mengacu kepada asesmen autentik dan asesmen alternatif itu (Depdiknas, 2008). Terkait dengan hal tersebut, sangat diperlukan pengetahuan dan pemahaman pola asesmen yang baru ini, sehingga para pengajar sebagai agen pembelajaran yang salah satunya memiliki tugas melakukan penilaian akan dapat melaksanakan penilaian dengan baik, menyeluruh dan autentik. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam tulisan ini akan dibahas beberapa aspek yang terkait dengan alternatif pengembangan baru asesmen sesuai kurikulum yang berorientasi kompetensi dewasa ini, khususnya dalam pembelajaran biologi. PEMBAHASAN Asesmen Efektif Asesmen seperti yang telah dijelaskan di atas adalah proses pengumpulan informasi tentang peserta didik, berkenaan dengan apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka dapat lakukan (Hart, 1994 dalam Corebima, 2009). Menurut Nurhadi, 2002 (dalam Susilo, 2008). asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Sedangkan menurut Susilo (2008) dalam pembelajaran asesmen diartikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi tentang pengetahuan dan kinerja siswa. Mengacu kepada pengertian asesmen tersebut di atas, maka dalam asesmen hendaknya dapat mengungkap informasi yang diketahui oleh peserta didik (kemampuan kognitif) dan mengungkap apa yang peserta didik dapat lakukan (kemampuan afektif dan psikomotorik). Singkatnya secara prinsip sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Asesmen yang mampu untuk mengungkap ketiga aspek tujuan pembelajaran tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotorik) akan dapat dilakukan jika asesmen menggunakan pola pengembangan baru asesmen yaitu asesmen autentik dan asesmen alternatif. Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi rahasia pengajar atau pun tester, dalam asesmen efektif justru harus disosialisasikan kepada peserta didik secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan peserta didik, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Suatu asesmen dikatakan autentik bilamana asesmen itu melibatkan peserta didik pada tugas-tugas yang bermanfaat, penting, dan bermakna (Hart, 1994 dalam Corebima, 2009). Grant, 1990 (dalam Corebima, 2009) menyatakan asesmen dikatakan autentik jika asesmen itu memeriksa/menguji secara langsung perbuatan atau prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak. Bentuk penerapan asesmen autentik secara umum yaitu: portofolio, perbuatan atau kinerja (performance), proyek, dan respon tertulis secra luas (Corebima, 2009). Sementara itu prinsipprinsip dan ciri-ciri asesmen autentik menurut Nurhadi dkk (2003) adalah: (1) mengukur semua aspek pembelajaran meliputi proses, kinerja dan produk, (2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran, (3) menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber, (4) tes hanya salah satu alat pengumpul data, (5) tugas yang diberikan harus mencerminkan kehidupan siswa yang nyata, dan (6) penilaian menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan kuantitas. Sementara itu Arends (2008) menekankan agar asesmen dilakukan dalam berbagai bentuk untuk memastikan seluruh aspek belajar siswa dapat diases. Asesmen alternatif adalah asesmen yang lain dari yang lazimnya. Bentukbentuknya antara lain: asesmen kinerja, observasi, kegiatan bertanya, presentasi dan diskusi, proyek dan investigasi, portofolio dan jurnal, wawancara dan konferensi, dan asesmen diri sendiri (Glencoe dalam Corebima, 2009; Haryati, 2009; Ibrahim, 2005; Susilo, 2003). Selanjutnya dikatakan Corebima (2009) bahwa asesmen alternatif tidak otomatis tergolong asesmen autentik, bagaimanapun suatu asesmen alternatif tergolong autentik atau tidak ditentukan oleh manajemen pelaksanaan asesmen alternatif tersebut, Sebagai contoh misalnya portofolio seorang peserta didik yang hanya sekedar hasil editing dari portofolio temannya tentu tidak tergolong asesmen autentik. Menurut Doran dkk (2002) a rti atau maksud dari kata alternatif dalam konteks atau kaitannya dengan asesmen alternatif adalah beberapa alat yang merupakan format asesmen yang bersifat non tradisional, biasanya menuntut konstruksi dari siswa, demonstrasi, atau unjuk kerja ( performance). Lebih lanjut dikatakan format asesman alternatif lebih difokuskan dan dipusatkan kepada siswa dan 152

bersifat autentik. Asesmen alternatif lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan berbagai solusi dari suatu masalah, selain itu juga mengoreksi dan menjawab yang benar. Sementara itu format asesmen tradisional seperti pilihan ganda, benar-salah, dan siswa-siswa memungkinkan maju menunjukkan keterampilan dan pengetahuan yang didapatnya. Non tradisional, yaitu format alternatif asesmen memberikan peluang yang lebih besar kepada siswa-siswa untuk menunjukkan apa yang dipelajari, bagaimana mereka belajar, dan bagaimana mereka menghubungkan pengetahuan dengan dunia nyata (Doran dkk, 2005). Model Pengembangan Asesmen Pendekatan pembelajaran (biologi) saat ini khususnya KTSP yang mengacu kepada pembelajaran tuntas ( mastery learning) berimplikasi terhadap pola pengembangan asesmen yaitu pengembangan asesmen yang berbasis kompetensi dan berkelanjutan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Haryati, 2009 ; Ibrahim, 2005 ). Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir termasuk di dalamnya kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Aspek psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar melalui keterampilan dan manipulasi kekuatan fisik, dan aspek afektif mencakup watak, perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral (Anderson & Krathwohl, 2001). Pola pengembangan ini ( berbasis kompetensi) mencakup seluruh kompetensi dasar dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator di tagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi yang telah dikuasai, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan (Haryati, 2009). Selanjutnya hasil penilaian di analisis untuk menentukan tindakan perbaikan berupa program remedial. Siswa yang belum tuntas atau belum menguasai kompetensi yang telah ditetapkan, maka siswa tersebut harus mengikuti program remedial, sedangkan siswa yang telah menguasai kompetensi diberi pengayaan. Pengembangan asesmen pada kurikulum KTSP saat ini juga bersifat hirarkis (berurutan) yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, pencapaian indikator, materi pokok, dan instrumen asesmen. Secara lebih operasional dapat dijelaskan yaitu standar kompetensi dikembangkan dan dijabarkan ke dalam beberapa kompetensi dasar, kemudian kompetensi dasar dikembangkan dan dijabarkan ke dalam beberapa indikator, selanjutnya setiap indikator dikembangkan dan dijabarkan lagi ke dalam berbagai bentuk tagihan seperti soal ujian, tugas, kuesioner, portofolio, skala sikap, dan lain sebagainya (Haryati, 2009). Selanjutkan menurut Haryati ada tujuh teknik asesmen yang dapat dikembangkan (termasuk dalam pembelajaran biologi) yang berorientasi asesmen autentik dan asesmsn alternatif dapat dipaparkan sebagai berikut. 1. Unjuk Kerja Teknik asesmen yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal atau kegiatan tertentu. 2. Kerja Proyek Teknik asesmen berupa tugas untuk mengetahui beberapa kompetensi yang harus diselesaikan peserta didik dalam periode atau waktu tertentu. 3. Tes Tertulis Teknik asesmen, dimana guru mengajukan pertanyaan atau soal-soal yang dilakukan secara tertulis, dan jawaban diberikan dalam bentuk tertulis. 4. Produk Teknik asesmen yang berupa penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk yang dibuat oleh peserta didik. 5. Portofolio Teknik asesmen yang menilai kumpulan karya/tugas dari peserta didik. 6. Sikap Teknik asesmen yang menilai sikap peserta didik. 7. Penilaian Diri Teknik asesmen, dimana peserta didik diminta untuk menilai drinya sendiri terkait dengan kompetensi yang sedang dipelajarinya. Arti Tujuan Pembelajaran, dan Kaitannya dengan Asesmen Tujuan pokok proses pembelajaran adalah untuk mengubah tingkah laku siswa berdasarkan tujuan yang telah direncanakan dan disusun oleh guru sebelum proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Perubahan tingkah laku itu mencakup aspek intelektual, emosional, dan fisik. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Penilaian 153

dalam proses pembelajaran merupakan suatu dijabarkan dari standar kompetensi dan proses untuk mengumpulkan, menganalisis dan kompetensi dasar yang telah tercantum pada menginterpretasi informasi untuk mengetahui silabus standar. tingkat pencapaian tujuan pembelajaran Berdasarkan paparan di atas dapat (Gronlund dan Linn, 1990 dalam Yusrafidin, disarikan bahwa arti tujuan pembelajaran 2008). tersebut adalah menyiratkan tingkat penguasaan Tujuan instruksional pada kegiatan yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta pembelajaran dapat dicapai melalui proses didik yang nantinya dapat diketahui dari proses pembelajaran yang dilengkapi dengan penilaian (asesmen, pengukuran, dan evaluasi) pelaksanaan penilaian yang disebut penilaian baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan dalam proses. Angelo (1991) menamakan psikomotorik dalam berbagai bentuk baik yang bersifat autentik ataupun alternatif. penilaian dalam proses pembelajaran dengan istilah classroom assessment. Jenis penilaian ini merupakan penilaian secara kontinyu yang digunakan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran. Tujuan penilaian dalam proses pembelajaran adalah untuk memperoleh balikan secara terus-menerus baik untuk guru sebagai balikan dalam rangka perbaikan proses pembelajaran maupun untuk siswa sebagai balikan berkenaan dengan keberhasilan maupun kegagalan proses belajar. Berbagai teknik penilaian dapat diterapkan dalam melakukan penilaian saat berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berbasis kompetensi. Aktivitas yang diciptakan guru tidak hanya aktivitas belajar, tetapi juga aktivitas untuk kepentingan penilaian setiap kegiatan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sebelum diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang direvi si menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka tujuan pembelajaran dibedakan menjadi tujuan pembelajaran umum (TPU) yang biasanya telah tercantum pada GBPP dan tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang biasanya harus dibuat oleh guru sendiri (Nuryani, 2005). Berdasarkan tujuan pembelajaran khusus tersebut, maka guru dapat mengembangkan alat evaluasi (asesmen). Setiap tujuan pembelajaran minimal dapat dikembangkan menjadi sebuah soal yang merupakan alat atau instrumen untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik. Sejalan dengan hal itu Nuryani (2005) menyatakan perumusan tujuan pembelajaran menentukan pola tertentu yang disepakati untuk membantu menyusun pokok uji (teknik asesmen/instrumen), bahkan ada yang menyatakan tujuan pembelajaran menentukan arah atau tujuan asesmen. Dewasa ini pada kurikulum KTSP, maka tujuan pembelajaran dikembangkan atau hampir sama dengan indikator. Dimana indikator-indikator tersebut dikembangkan dan Pemilihan Bentuk Tugas Yang Sesuai Sebelumnya perlu dijelaskan bahwa dalam konteks ini pengertian tugas dimaksudkan adalah segala sesuatu pekerjaan yang harus dilakukan dan diselesaikan oleh peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Beberapa bentuk tugas (tagihan) ya ng digunakan dalam sistem asesmen berbasis kompetensi menurut Haryati (2009) sebagai berikut. 1. Bentuk tugas (tagihan) pilihan ganda; dipilih jika melibatkan banyak peserta didik dan memerlukan koreksi yang cepat. 2. Bentuk tugas (tagihan) uraian; dipilih jika bertujuan agar siswa mengungkapkan pikirannya ke dalam suart kerangka terstruktur, menguraikan hubungan dan mempertahankan pendapat secara tertulis, jumlah peserta didik tidak terlalu banyak. 3. Bentuk tugas (tagihan) jawaban singkat; tagihan ini cocok digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Cakupan materi bisa banyak yang diujikan, namun tingkat berpikir yang diuji rendah. 4. Bentuk tugas (tagihan) menjodohkan; cocok untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan konsep, tingkat berpikir rendah. 5. Bentuk tugas (tagihan) unjuk kerja (performance); cocok untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan tugas tertentu, misalnya praktikum di laboratorium. 6. Bentuk tugas (tagihan) portofolio; cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan memilai kumpulan karya yang mereka kerjakan. Selanjutnya berikut dipaparkan beberapa jenis tugas (tagihan) yang dapat dipilih dalam asesmen sebagai berikut. 1. Pertanyaan lisan di kelas; materi yang ditanyakan berupa konsep, prinsip atau 154

teorema yang dapat dilakukan di awal atau akhir pelajaran. 2. Ulangan harian; dilakukan secara periodik setelah menyelesaikan satu atau dua pokok bahasan. 3. Tugas Individu; jika mengiginkan tingkat berpikir yang aplikatif, analisis, sintesis dan evaluasi serta mencipta. 4. Tugas kelompok; ingin menilai kerjasama peserta didik dalam suatu tim. 5. Ujian block, bertujuan untuk melakukan asesmen terhadap materi yang diajarkan dalam bentuk block dari materi yang telah ditetapkan indikator-indikatornya. 6. Ujian semester; dilakukan pada akhir semester. Menyusun Tugas Asesmen Dalam menciptakan suatu tugas khususnys pada asesmen autentik, menurut Johnson, 2002 (dalam Susilo, 2003), guru CTL (Contextual Teaching and Learning) menemukan bahwa prosedur berikut sangat bermanfaat yaitu: 1. Mendeskripsikan secara tepat apa yang harus diketahui siswa dan apa yang dapat mereka demonstrasikan, beritahukan kepada mereka standar yang harus mereka kuasai. 2. Berusaha mengkaitkan kegiatan akademis secara bermakna dengan konteks dunia sehari-hari atau mengajak untuk mensimulasi konteks dunia nyata yang mengandung makna. 3. Meminta siswa untuk menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dengan apa yang mereka ketahui, untuk menunjukkan pengetahuan dan ketetampilan yang mendalam, dengan memproduksi suatu hasil, misalnya suatu produk nyata, presentasi, koleksi karya (portofolio). 4. Menentukan tingkat kecakapan atau keahlian yang harus diketahui. 5. Mengekspresikan tingkat kecakapan atau keahlian dalam bentuk rubrik, yaitu suatu pedoman penilaian yang memberikan kriteria untuk menilai tugas. 6. Mengenalkan siswa dengan rubrik tersebut, selanjutnya mengajak siswa untuk terus menerus melakukan evaluasi diri sementara mereka menilai kualitas pekerjaan mereka sendiri dalam asesmen ini. 7. Melibatkan seorang audiens atau penilai lain selain guru untuk merespon asesmen itu. Mengubah Keberadaan Suatu Tugas Sebagaimana telah dijelaskan di bagian awal, penilaian merupakan suatu proses yang di dalamnya meliputi kegiatan asesmen dan evaluasi yang didahului oleh suatu pengukuran dengan instrumen tertentu (Susilo dkk, 2008). Dalam hal ini instrumen tersebut berupa tugas dalam berbagai bentuknya yang merupakan alat pengukuran serta akan menghasilkan data kuantitatif berupa skor (Susilo dkk, 2008). Terkait dengan hal itu untuk mengubah keberadaan suatu tugas agar menghasilkan skor, untuk selanjutnya dilakukan evaluasi (dasar pengambilan keputusan), maka harus dilakukan penskoran terhadap tugas. Menurut Hart, 1994 (dalam Susilo, 2003) hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 1. Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar. 2. Mengungkap dan mengidentifikasi kekuatan siswa dan bukannya menunjukkan kelemahan mereka. 3. Disekor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan kurva normal atau acuan norma. 4. Mengases proses dan kompetensi secara luas. 5. Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri sendiri. Alat yang digunakan untuk membantu guru melakukan penyekoran adalah rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau menempatkan posisi siswa pada suatu tugas (tes, portofolio, atau kinerja). Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai secara relatif bila dibandingkan dengan standar pencapaian yang diinginkan. Berikut ini contoh rubrik untuk mengukur dan menyekor kinerja siswa dalam IPA yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data eksperimen. Angka (Skor) Deskriptor/Karakteristik 0 Gagal mencapai kesimpulan. 1 Menarik kesimpulan yang tidak didukung data. Menarik kesimpulan yang 2 didukung data, tetapi gagal menunjukkan bukti-bukti untuk kesimpulan tersebut. Menarik kesimpulan yang 3 didukung data dan memberi bukti-bukti pendukung untuk kesimpulan tersebut. (Sumber: Susilo, 2003). 155

KESIMPULAN itu dapat diimplementasikan dalam penilaian Berdasarkan pembahasan dan uraian proses pembelajaran (biologi) yang di atas, maka dapat diambil simpulan sebagai dilakukannya. berikut. 1. Asesmen yang efektif adalah asesmen yang DAFTAR RUJUKAN mampu mengumpulkan berbagai informasi Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (Ed). 2001. tentang apa yang diketahui siswa dan apa A Taxonomy for Learning, Teaching, yang dilakukan siswa baik menyangkut Assessing (Revision of Bloom s aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik Taxonomy of Education Objectives). dengan menggunakan berbagai bentuk New York: Addison-Wesley instrumen seperti tes, kinerja, proyek, dan Longman, Inc. portofolio yang disesuaikan dengan situasi Arends, R. 2008. Learning To Teach (Belajar dan kondisi serta tujuan pembelajaran yang untuk Mengajar). Edisi Ketujuh, Buku telah ditetapkan serta kriteria (standar) II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. yang digunakan disosialisasikan kepada Corebima, A.D. 2009. Asesmen Autentik. peserta didik. 2. Model pengembangan baru asesmen saat ini adalah asesmen yang menyeluruh, hirarkis dan berkelanjutan dalam bentuk asesmen autentik dan asesmen alternatif. 3. Arti tujuan pembelajaran dalam kaitannya dengan asesmen adalah bahwa tujuan pembelajaran berupa tingkat penguasaan yang diharapkan dari siswa haruslah tercermin dalam asesmen sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut. 4. Pemilihan bentuk tugas yang sesuai dapat berupa tes, kinerja, proyek, dan portofolio yang dipilih sesuai dengan tujuan, situasi dan kondisi yang ada. 5. Prosedur menyusun tugas pada intinya berpegang pada beberapa pertimbangan seperti tujuan, berorientasi akademis dan kontekstual, ada pedoman penskoran yang diketahui siswa dan beberapa pertimbangan lainnya. 6. Suatu tugas haruslah dibuat pedoman dan kriteria penskorannya, sehingga dapat diukur yang kemudian dari hasil pengukuran (berupa skor) dilakukan evaluasi untuk mengambil keputusan tentang kedudukan siswa pada tugas tersebut. SARAN Terkait dengan simpulan di atas disarankan agar setiap pendidik perlu mengetahui dan memahami lebih dalam hal-hal yang menyangkut asesmen baru dewasa ini terutama yang terkait dengan asesmen autentik dan asesmen alternatif, dengan harapan setelah Materi Acuan pada PLPG di PSG Rayon 15 Universitas Negeri Malang: Malang. Depdiknas. 2008. Perangkat Penilaian KTSP SMA. Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan SMA. Doran, R. dkk. 2002. Science Educator s Guide To Laboratory Assessment. Arlington, Virginia: National Science Teacher Association (NTSA) Press. Haryati, M. 2009. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Ibrahim, M. 2005. Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unesa University Press. Nurhadi, Yasin, B., & Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Nuryani, R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Susilo, H, Handayanto, S.K. & Parlan. 2008. Panduan Pendidik dalam Pembelajaran IPA untuk SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Susilo, H. 2003. Asesmen Autentik pada Pembelajaran IPA Biologi. Makalah Dipresentasikan dalam Rangka MGMP Biologi di Malang Tanggal 30 Agustus 2003. Yusrafiddin, 2008. Penilaian dalam Proses Pembelajaran. http.www.google.com. diakses 7 Juli 2013. 156