BAB I PENDAHULUAN. efektif dan banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya, kurangnya kesadaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Sesuai dengan undang undang dasar 1945 Alenia IV yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. terbesar indonesia bersumber dari sektor pajak. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama ikut melaksanakan kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Proses penyerahan kewenangan ini bermaksud untuk melaksanakan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri merupakan induk dari semua

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Sejarah Singkat Unit Pelaksana TeknisPendapatan Duri Dinas Pendapatan Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang optimal perlu diwujudkan untuk mendukung kemandirian

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Salah satu sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor, baik itu berupa sepeda motor ataupun mobil. Masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, tiap daerah-daerah yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Pada umumnya negara. pendapatan yang besar untuk kesejahteraan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah di indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pemerintah Republik

NEGARA S K R I P S I. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. swasta saat ini tengah berlomba untuk meningkatkan pelayanan agar lebih

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendanaan dalam melaksanakan tanggung jawab daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Provinsi, salah satunya adalah Pajak Kendaraan Bermotor (Mardiasmo,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. oleh pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruhi dan memiliki peranan yang terpenting bagi Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah dan dilandasi Peraturan Undang-Undang sebagai

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pelayanan publik yang terjadi di Indonesia sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan majunya perkembangan yang sedang dilakukan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak.

Oleh Nama : Dede Bahrudin

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

TRI MUSTIKA SARI. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. Jl.Nakula, No Semarang PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. tantang terbesar yang dihadapi oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa dan

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua (sepeda

BAB I PENDAHULUAN. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu negara membutuhkan pendapatan yang besar untuk mensejahterakan kehidupan rakyatnya. Maka pemerintah perlu mendapatkan dana tersebut dengan melakukan suatu pungutan pembayaran dari masyarakat yang lebih dikenal dengan kata pajak. Pajak merupakan salah satu sektor pendukung bagi pemerintah dalam mensejahterakan kehidupan rakyatnya demi tercapainya apa yang direncanakan maka pemerintah membentuk suatu badan yang bertugas untuk memungut pajak atas pembayaran dari masyarakat. Pungutan pajak suatu fungsi yang harus dlaksanakan oleh negara sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pendapatan. Pungutan dalam pembayaran pajak dari masyarakat masih kurang efektif dan banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya, kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Dengan era yang sedang berkembang, maka otonomi daerah menjadi tantangan bagi setiap daerah untuk memannfaatkan peluang kewenangan yang diperoleh, serta tantangan untuk menggali potensi daerah yang dimiliki, guna mendukung keuangan daerah sebagai modal pembiayaan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah. Untuk itu, perlu di lakukan strategi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Dengan ketentuan baru yang di berlakukan oleh 4

pemerintah. Pumungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pajak kendraan bermotor merupakan jenis yang sudah lama dan sangat berpengaruh terhadap sumber penerimaan asli daerah dalam hal ini melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang gunanya untuk membiyai pelaksaan tugas rutin pemerintah daerah. Dalam hal ini aparat perpajakan khususnya berkewajiban melalukan pembinaan, pelayaan dan pengawasan terahadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan dan undang-undang yang mengatur perpajakan tersebut, khusnya pemerintah daerah yang ingin meningkatan pendapatan daerah dari sektor perpajakan. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang menjujung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh sebab itu perpajakan diletakkan sebagai salah satu perwujudan kewajiban dalam rangka gotong royong nasional dalam pembangunan nasional dan pembiyaan negara. Semenjak adanya undang-undang otonomi daerah atau adanya wewenang sebuah daerah baik itu provinsi dan kabupaten untuk mengatur sendiri keuangannya, mulai dari pendapatan dan pengeluaran. Maka pemerintah daerah yang dapat mendukung pembiyaan pengeluaran negara. Salah satu alternative sumber daya mulai ditingkatkan dan di anggap bisa meningkatkan pendapatan, misalnya dari sektor pajak kendaraan bermotor dan hasil olahan lainya. 5

Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan salah satu daerah yang cukup potensial, dimana jumlah kendaraan bermotor yang terlihat di daerah ini cukup banyak, hal ini tentu akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan daerah khususnya Pajak Kendaraan Bermotor. Tabel. 1.1. Daftar Penerimaan PKB, BBN-KB I Dan BBN-KB II Tahun 2011 s/d Tahun 2013 Di UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. PKB BBN-KB I BBN-KB II NO TAHUN UNIT UNIT UNIT 1 2011 14.520 3.382 34 2 2012 15.326 2.952 60 3 2013 15.554 2.440 300 Sumber : Kantor UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2014. Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) setiap tahunnya meningkat karena seiringnya pertambahan jumlah Kendaraan Bermotor di Kabupaten Kepulauan Meranti. Hal ini terlihat pada tahun 2011 jumlah penerimaan PKB yaitu sebanyak 14.520 unit, pada tahun 2012 sebanyak 15.326 dan pada tahun 2013 sebanyak 15.554. Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor I (BBN -KB I) terjadi penurunan setiap tahunnya karena gejolak ekonomi yang dialami masyarakat 6

Kabupaten Kepulauan Meranti yang mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap kendaraan baru jadi menurun. Dapat kita lihat pada tabel diatas penerimaan BBN-KB I pada tahun 2011 sebanyak 3.382 unit, pada tahun 2012 sebanyak 2.952 unit dan pada tahun 2013 sebanyak 2.440 unit. Namun penerimaan BBN-KB II mengalami peningkatan setiap tahunnya yakni pada tahun 2011 hanya 34 unit, pada tahun 2012 sebanyak 60 unit dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang sangat drastis yaitu sebanyak 300 unit. Pada zaman modern ini terlihat banyaknya masyarakat yang menggunakan dan membutuhkan kendraan bermotor untuk membantu meringankan kegiatan dan perkerjaannya dalam kehidupan sehari-hari, namun masyarakat itu sendiri banyak yang tidak mengerti bagaimana pelaksanaan pembayaran denda piutang pajak kendraan bermotor. Kendraan bermotor adalah semua kendraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang di gunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan lainya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energy tertentu menjadi tenaga gerak kendraan bermotor bersangkutan termaksuk alat-alat yang bergerak. Pengertian pajak kendaraan bermotor secara umum adalah pajak yang di pungut atas kepemilikan, penggunaan dan pengawasan kendaraan bermotor. (Marihot P. Siahaan, 2013 : 175) 7

Pengertian pajak kendaraan bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasa kendaraan bermotor (Perda Provinsi Riau No. 8 Tahun 2011). Dalam upaya mengefektifkan peningkatan kualitas pelayanan publik dan Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh daerah untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah adalah dengan peningkatan pelayanan. Upaya tersebut diantaranya dengan cara penyederhanaan system dan prosedur. Diskresi pelayanan merupakan salah satu bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh dinas pendapatan daerah, Sedangkan kebijakan diskresi pelayanan yaitu memberikan keleluasan bagi para kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) dan aparat Samsat (Sistem Admnistrasi Manunggal Satu Atap) untuk melakukan perubahan system dan prosedur dengan tujuan mempermudah dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat dengan cara memangkas mekanisme pelayanan yang dianggap birokrasi. Dalam operasionalisasi secara koordinatif dilakukan oleh tiga instansi yaitu: Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), ya ng mempunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, Dinas Pendapatan Provinsi dibidang pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), serta PT. Jasa Raharja (PERSERO) yang berwenang dibidang penyampaian Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ). Untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada 8

masyarakat dalam pengurusan registrasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak, dan SWDKLLJ itulah maka dibentuklah Kantor Bersama Samsat Selat Panjang yang telah berubah menjadi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. Dalam hal ini yang diterapkan oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti ialah penerimaan secara online (modern). Namun pembaharuan penerimaan pajak kendaraan bermotor yang lebih sederhana, diharapkan administrasi perpajakannya dapat dilaksankaan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah dipahami. Penulis tertarik pada Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Pendapatan Provinsi Riau Kababupaten Kepulauan Meranti dikarenakan dengan adanya perubahan dalam penerimaan pajak kendaraan bermotor yang lebih sederhana, administrasi perpajakannya dapat dilaksankaan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah dipahami. Dengan latar belakang masalah dia atas sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. 1.2. Perumusan Masalah Dengan adanya latar perubahan penerimaan dalam pembayaran Pajak Kendarran Bermotor di UPT Pendapatan Provinsi Riau Kababupaten Kepulauan Meranti. Dapat di rumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 9

Bagaimana Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. 1.3.2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dalam bidang perpajakan khususnya Pajak Kendaraan Bermotor b. Bagi Jurusan Administrasi Perpajakan Memberikan tambahan koleksi penulisan Tugas Akhir diperpustakaan. c. Bagi Masyarakat Umum Menambah pengetahuan dan dapat memberikan informasi kepada pihak pihak yang membutuhkan dan sebagai bahan masukan, pertimbangan, panduan untuk mengetahui sistem pembayaran pajak 10

kendaraan bermotor di Kantor UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. 1.4. Metode Penelitian 1.4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dan pengembalian data ini dilakukan di kantor UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. Waktu penelitian pada tanggal 10 maret sampai 2 april 2014. 1.4.2. Jenis Data a. Data primer, diambil atau di peroleh langsung melalui wawancara, penulis akan mewawancari pegawai di kantor tersebut. Dalam melakukan prakter kerja lapangan di kantor UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. b. Data sukunder, data yang di peroleh secara tidak langsung dari media perantara dalam bentuk laporan, catatan, dan dokumen melalui kantor tempat penenlitian 1.5. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Mekanisme pengumpulan data ini di lakukan dengan cara mengamati langsung objek yang menjadi permasalahan dalam 11

sistem penerimaan pajak kendaraan bermotor di kantor UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. b. Interview Untuk pengumpulan data penulis melakukan wawancara kepada kepala Bagian atau pihak-pihak yang bisa di jadikan narasumber dan penulis anggap bisa memberikan informasi yang bermanfaat. 1.6. Analisis Data Data yang di peroleh dengan menggunakan penjelasan yang bersifat kualitatif, yaitu penjalasan dengan kata-kata yang sistematis, sehingga permasalahan terungkap objektif. 1.7. Sistematika Penulisan Dalam penulisan Tugas Akhir ini, terdapat beberapa bab dengan uraian sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan,masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan penelitian, teknik pengumpulan data dan Sistematika Penulisan. BAB II. GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAEARAH Bab ini menjalaskan deskripsi atau gamabaran umum kantor dinas pendapatan daerah, kemudian menjelaskan uraian tugas, serta struktur 12

organisasi unit kerja di UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti. BAB III. TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK Dalam bab ini penulis perlu membahas tentang Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Jenis Pajak Pusat Dan Pajak Daerah, Pengertian Kendaraan Bermotor, Dasar Hukum Pemungutan Dan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, Objek Dan Subjek Pajak Kendaraan Bermotor, Tarif Pajak Kendaraan Bermotor, Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak menurut syariat islam, Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Di UPT Pendapatan Provinsi Riau Kabupaten Kepulauan Meranti, Mekanisme penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, Tata Cara Perhitungan Pajak kendaraan Bermotor, dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor. BAB V. PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang di kemukakan atas dasar penelitian yang telah di lakukan. DAFTAR PUSTAKA 13