VII. SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. di masa yang akan datang (Tandelilin, 2000). Kegiatan investasi adalah

Pengantar Teori Ekonomi dan Moneter

Indikator Perkembangan Sektor Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.

BAB I PENDAHULUAN. merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yang diakibatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia terhadap

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang terakhir ini digunakan sebagai kounter indikator terhadap ukuranukuran

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

1 Universitas indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bank Umum dan Bank Sentral

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

Transkripsi:

VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan sektor publik. Defisit tabungan swasta tidak menjadi kendala karena dapat diatasi melalui aliran dana asing yang menopang pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, defisit fiskal menjadi kendala bagi pertumbuhan ekonomi karena penurunan penerimaan pemerintah akan memperlemah kekuatan fiskal. Menjawab tujuan penelitian pertama, dapat disimpulkan bahwa Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia yang dibangun untuk menganalisis kinerja perekonomian Indonesia menunjukkan hasil yang baik. Secara teori ekonomi, hasil estimasinya logis dan memiliki arti (theoritically meaningful). Secara statistik, hasil estimasinya memuaskan. Hasil validasi model menunjukkan bahwa daya prediksinya cukup baik, sehingga dapat digunakan untuk simulasi kebijakan. Menjawab tujuan penelitian kedua yaitu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perekonomian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil estimasi perilaku empiris Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia tahun 1969-2000 menunjukkan bahwa tabungan swasta dipengaruhi oleh tabungan swasta tahun sebelumnya. 2. Pinjaman luar negeri swasta dapat mendorong peningkatan investasi swasta. Kalau pinjaman luar negeri swasta meningkat, maka ada kecenderungan investasi swasta meningkat dan pertumbuhan ekonomi meningkat. 3. Pinjaman luar negeri pemerintah dipengaruhi oleh perbedaan tingkat suku bunga asing dan domestik. Itu berarti aliran pinjaman asing akan meningkat

218 ke dalam perekonomian apabila perbedaan tingkat suku bunga menurun. Tetapi yang menarik adalah peningkatan cadangan devisa dan PDB riil secara teoritis seharusnya mengurangi pinjaman luar negeri, namun hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi ekonomi semacam itu tidak terjadi di Indonesia. 4. Depresiasi nilai tukar riil yang disertai oleh penurunan cadangan devisa dapat meningkatkan penanaman modal asing langsung (foreign direct investment) karena adanya harapan (ekspektasi) yang menjadikan nilai aset-aset menjadi lebih tinggi, sehingga pihak asing terdorong untuk melakukan investasi. 5. Apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga asing relatif terhadap suku bunga domestik, ternyata meningkatkan permintaan pinjaman luar negeri swasta. Sedangkan penurunan cadangan devisa dapat meningkatkan pinjaman luar negeri swasta. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya restriksi valuta asing dari defisit neraca pembayaran yang dapat membahayakan transfer modal dan bunganya, ternyata tidak relevan. Menjawab tujuan penelitian ketiga yaitu tentang dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap kinerja perekonomian Indonesia, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada periode sebelum krisis ekonomi Asia 1997 dan pada periode krisis, peningkatan penerimaan pemerintah ternyata dapat mendorong peningkatan pengeluaran yang pada gilirannya meningkatkan PDB riil. Itu dapat berarti kebijakan peningkatan penerimaan pemerintah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan masih dapat dilakukan mengingat tax ratio di Indonesia relatif masih rendah (15%), masih separuh dari 30%, persentase yang lazim. Pada tahun 2010 Dewan Perwakilan Rakyat RI mengusulkan kenaikan menjadi 16%. Kebijakan perpajakan dapat menjadi instrumen yang

219 efektif untuk mengurangi utang luar negeri pemerintah. Dampak ikutan dari pengurangan utang luar negeri, dalam kurun waktu panjang, dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk. 2. Penurunan obligasi pemerintah pada periode sebelum krisis dan pada periode krisis dapat meningkatkan aliran dana ke sektor swasta serta dapat meningkatkan investasi swasta dan konsumsi swasta. Namun pada periode sebelum krisis, meskipun berdampak meningkatkan kesenjangan valuta asing, tetapi berdampak menurunkan pengeluaran pemerintah, kesenjangan fiskal, kesenjangan tabungan dan PDB riil. Pada periode krisis, meskipun berdampak menurunkan kesenjangan tabungan dan kesenjangan valuta asing, tetapi berdampak meningkatkan pengeluaran pemerintah, kesenjangan fiskal dan PDB riil. 3. Pada periode sebelum krisis, penurunan pinjaman luar negeri pemerintah ternyata dapat meningkatkan efisiensi di sektor publik sehingga meningkatkan belanja pemerintah dan kesenjangan fiskal yang dalam hal ini mendorong meningkatkan PDB riil. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi pada periode krisis. 4. Pada periode sebelum krisis, peningkatan tabungan swasta dapat meningkatkan kesenjangan tabungan, investasi swasta, kesenjangan fiskal dan PDB riil. Pada periode krisis, meskipun menurunkan kesenjangan tabungan, tetapi dapat meningkatkan investasi swasta, kesenjangan fiskal dan PDB riil. 5. Kebijakan moneter penurunan tingkat suku bunga pada periode sebelum krisis dapat meningkatkan investasi swasta, konsumsi swasta, kesenjangan

220 fiskal dan kesenjangan valuta asing yang membawa peningkatan PDB riil. Namun hal ini tidak terjadi pada periode krisis. 6. Pada periode sebelum krisis, peningkatan cadangan devisa dapat mendorong peningkatan aliran dana asing ke sektor swasta, kesenjangan tabungan dan kesenjangan fiskal yang membawa peningkatan PDB riil. Namun pada periode krisis, meskipun dapat meningkatkan kesenjangan tabungan dan kesenjangan fiskal, tetapi menurunkan aliran dana asing ke sektor swasta, pengeluaran pemerintah dan PDB riil. 7. Hasil simulasi peningkatan jumlah uang beredar pada periode sebelum krisis berdampak meningkatkan kesenjangan tabungan, konsumsi swasta, pengeluaran pemerintah, kesenjangan fiskal dan kesenjangan valuta asing yang kesemuanya membawa peningkatan PDB riil. Pada periode krisis, meskipun menurunkan kesenjangan tabungan, kesenjangan fiskal dan kesenjangan valuta asing, tetapi dapat memperkuat sektor swasta dengan adanya peningkatan investasi swasta, konsumsi swasta dan aliran dana ke sektor swasta yang membawa peningkatan PDB riil. Peningkatan jumlah uang beredar dapat dilakukan melalui penurunan tingkat suku bunga, misalnya dengan menurunkan tingkat suku bunga SBI. Penurunan tingkat suku bunga SBI diharapkan dapat mendorong penurunan tingkat suku bunga di sektor riil. Makin rendah tingkat suku bunga, maka permintaan kredit dari sektor swasta akan meningkat. Dalam kondisi ini, di sektor swasta akan terjadi ekspansi industri yang diharapkan dapat mengabsorbsi tenaga kerja. Akan tetapi jumlah uang beredar harus terkendali karena dapat meningkatkan inflasi.

221 8. Penurunan pelarian modal (capital flight) pada periode sebelum krisis dan periode krisis akan meningkatkan aliran dana asing ke sektor swasta dan menciptakan kondisi ekonomi dimana investasi swasta, konsumsi swasta dan total ekspor meningkat. Kenaikan ini dapat meningkatkan pengeluaran pemerintah yang pada gilirannya dapat membawa peningkatan PDB riil. 9. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Asia pada periode sebelum krisis dan pada periode krisis, meskipun menurunkan kesenjangan tabungan dan kesenjangan fiskal, tetapi dapat meningkatkan kesenjangan valuta asing, investasi swasta dan konsumsi swasta yang membawa peningkatan PDB riil. 10. Depresiasi nilai tukar riil pada periode sebelum krisis, meskipun meningkatkan kesenjangan valuta asing, tetapi menurunkan investasi swasta, konsumsi swasta dan kesenjangan fiskal yang akan menurunkan PDB riil. Namun pada periode krisis, meskipun menurunkan investasi swasta dan kesenjangan fiskal, tetapi meningkatkan konsumsi swasta dan meningkatkan kesenjangan valuta asing yang berperan memperbaiki kinerja perdagangan luar negeri yang kesemuanya membawa peningkatan PDB riil. 11. Kombinasi simulasi secara simultan dalam bentuk kebijakan fiskal berupa peningkatan penerimaan pemerintah dan penurunan pinjaman luar negeri pemerintah disertai kebijakan moneter berupa peningkatan tabungan swasta, penurunan tingkat suku bunga, peningkatan cadangan devisa dan peningkatan jumlah uang beredar pada periode sebelum krisis, memberi dampak meningkatkan kesenjangan fiskal, akan tetapi menurunkan kesenjangan tabungan dan kesenjangan valuta asing. Investasi swasta, konsumsi swasta

222 dan pengeluaran pemerintah meningkat, yang kesemuanya berdampak meningkatkan PDB riil (pertumbuhan). 12. Kombinasi simulasi secara simultan dalam bentuk kebijakan fiskal berupa peningkatan penerimaan pemerintah dan penurunan perubahan obligasi pemerintah disertai kebijakan moneter berupa peningkatan tabungan dan peningkatan jumlah uang beredar pada periode krisis, ternyata berdampak menurunkan kesenjangan tabungan, kesenjangan fiskal dan kesenjangan valuta asing. Akan tetapi kombinasi kebijakan fiskal dan moneter tersebut dapat meningkatkan investasi swasta dan konsumsi swasta, yang berdampak meningkatkan PDB riil. 7.2. Saran Kebijakan 1. Oleh karena Indonesia mengalami defisit dalam kesenjangan fiskal, maka di samping melakukan kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, pemerintah perlu melakukan efisiensi dan efektivitas dalam pengeluarannya. Efisiensi ini diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari defisit fiskal. 2. Untuk mencegah dampak negatif dari defisit fiskal, maka perlu kebijakan fiskal yang berhati-hati karena meskipun pengeluaran pemerintah merupakan stimulus bagi perekonomian, akan tetapi hal itu bisa menyebabkan dapat bersifat inflatoar dan menyebabkan peningkatan suku bunga (crowding-out effect) karena adanya beban utang pemerintah yang besar. Karena itu pengeluaran pemerintah yang bertujuan untuk menggerakkan perekonomian sebaiknya ditujukan pada rumah tangga dengan pendapatan menengah ke bawah dan lebih fokus lagi pada golongan termiskin serta mampu

223 menciptakan investasi baru dan meminimalisasi kenaikan tingkat suku bunga (Artha dan Wardhana, 2003). 3. Kondisi defisit di sektor swasta memerlukan penguatan aliran permodalan. Mengingat bahwa akumulasi pinjaman luar negeri swasta telah menjadi salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi Asia tahun 1997, maka diharapkan ada kebijakan yang mendorong investasi asing langsung (foreign direct investment) berjangka panjang. Ada bukti yang menunjukkan bahwa walaupun kebijakan suku bunga uang dari bank sentral diturunkan, tidak serta merta dapat memperbaiki suku bunga uang di sektor riil. Untuk itu, peran intermediasi perbankan harus ditingkatkan, mengingat perbankan masih merupakan sumber pembiayaan utama dalam masyarakat tetapi sampai saat ini mengalami spread yang tinggi setelah terjadi krisis ekonomi. 4. Untuk meningkatkan kinerja perekonomian, perlu dilakukan kebijakan yang mendorong peningkatan ekspor, antara lain dengan pengurangan pajak ekspor dan mengurangi hambatan birokrasi. Peningkatan ekspor akan meningkatkan cadangan devisa yang diharapkan dapat meningkatkan aliran dana asing ke sektor swasta guna meningkatkan investasi. 5. Dalam hal pinjaman luar negeri pemerintah, setelah krisis ekonomi mulai teratasi, pemerintah diharapkan mengurangi pinjaman luar negerinya untuk mengurangi beban bunga utangnya. Oleh karena itu keputusan pemerintah untuk mengurangi posisi utang luar negerinya merupakan keputusan yang tepat. Apalagi jika kebijakan itu dilakukan sekaligus dengan kebijakan pengelolaan utang dalam negeri pemerintah yang juga meningkat. Dengan

224 demikian, pemerintah diharapkan akan menjadi lebih mampu mengelola pengeluarannya secara lebih efisien dan lebih tepat sasaran. 7.3. Saran Penelitian Lanjutan Dalam penelitian ini dianalisis dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap kinerja perekonomian pada periode tahun 1990-1996 dan tahun 1997-2000 berdasarkan studi empiris secara makro dari sisi permintaan agregat, dan tidak mengupas lebih jauh sisi penawaran agregat (pendekatan sisi produksi). Sisi yang belum dibahas adalah sektor perbankan yang merupakan salah satu pemicu meluasnya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997. Penyehatan perbankan nasional oleh pemerintah saat itu ternyata menimbulkan utang dalam negeri pemerintah yang cukup besar (Rp.600 triliun). Tambahan lagi, sampai saat ini fenomena kurang berjalannya fungsi intermediasi perbankan masih belum teratasi. Hal ini tercermin dari perbankan yang lambat mengalirkan kredit secara optimal. Oleh karena itu, dalam penelitian selanjutnya diperlukan mendalami tentang sektor swasta dan perbankan dari sisi penawaran secara lebih terperinci. Penelitian ini juga tidak menganalisis struktur perekonomian Indonesia yang terbentuk akibat dari krisis ekonomi Asia tahun 1997, dimana industrialisasi menjadi terhambat pengembangannya. Oleh karena itu, diharapkan ke depannya akan dilakukan penelitian yang lebih mendalam dari sisi penawaran tentang perubahan struktur perekonomian dan arahnya sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi.