BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

Pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, maka tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita atau Gross National

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Soembodo (2011),

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Kuswara Universitas Pendidikan Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi masyarakat menuju ke arah yang lebih baik dan berkesinambungan (Kuncoro, 2006 dan Todaro, 2009). Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif. Untuk menciptakan ketiga unsur tersebut dilakukan upaya konkrit dan berkesinambungan. Misalnya untuk mencapai umur yang panjang ataupun angka harapan hidup yang tinggi, harus didukung oleh tingkat kesehatan yang baik, status gizi yang baik dan semua prasarana lingkungan yang baik. Untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan, manusia harus meningkatkan kualitas pendidikannya, pembangunan pendidikan harus diutamakan di mana angka melek huruf ditingkatkan. Untuk itu rata-rata lama bersekolah harus di atas 12 tahun atau setingkat tamat SLTA. Di samping itu penduduk harus mempunyai kesempatan untuk merealisasi pengetahuan dan keterampilan dengan tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga dapat direfleksikannya dalam kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan bagi manusia. Dengan pendapatan tersebut, manusia dapat memenuhi

kebutuhannya dengan cara meningkatkan daya beli. Akhirnya dengan ketiga unsur di atas diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mencapai standar hidup yang layak. Selain itu secara umum, pembangunan manusia dalam pengertian luas mengandung konsep teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kebutuhankebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaatan (beneficiares) bukan sebagai objek perubahan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup. Manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Konsep pembangunan manusia memenuhi dimensi yang sangat luas dan banyak pilihan, hanya mungkin tercapai jika penduduk tersebut memiliki peluang angka harapan hidup yang tinggi atau umur panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan atau keahlian serta mempunyai peluang atau kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan yang produktif sehingga penduduk memiliki daya beli. Dengan kata lain manusia itu harus berkualitas, serta berproduktivitas tinggi sehingga dapat mewujudkan kehidupannya yang mencapai standar hidup yang layak.

Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja (performance) suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia, digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Hubungan pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi sangat erat sekali dan merupakan prasyarat tercapainya pembangunan manusia, karena peningkatan pembangunan ekonomi akan mendukung peningkatan produktivitas melalui pengisian kesempatan kerja dengan usaha-usaha produktif sehingga tercipta peningkatan pendapatan (UNDP, 1996). Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia pada semua golongan masyarakat dan semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Pembangunan manusia menurut UNDP (United Nations Development Programme) adalah proses memperluas pilihan-pilihan penduduk. Dari sekian banyak pilihan, ada tiga pilihan yang dianggap paling penting, yaitu: panjang umur dan sehat, berpendidikan dan akses ke sumber daya yang dapat memenuhi standar hidup yang layak. Pilihan lain yang dianggap mendukung tiga pilihan di atas adalah kebebasan politik, hak asasi manusia dan penghormatan hak pribadi. Dengan demikian, pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, lebih dari sekedar peningkatan pendapatan dan lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal. (Ginting, 2008) Provinsi Riau memiliki 12 kabupaten/kota, masing-masing kabupaten/kota ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan namun di samping itu

tergambar pula keterbatasan kemampuan untuk mengelola baik dari Pemerintahan Daerah maupun dari masyarakat. Sehingga untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan, mengoptimalkan partisipasi masyarakat, menjamin tercapainya sumber daya secara efisien dan berkeadilan serta menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergis diperlukan suatu dokumen perencanaan, yaitu melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ini disusun dengan maksud menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan (2010-2014), yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu, RPJM ini juga disusun dengan memperhatikan statistik regional dan lokal seperti (1) statistik berbagai fungsi pemerintahan di bidang ekonomi, seperti lapangan pekerjaan utama dan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat, keberadaan potensi sektor unggulan daerah yang dapat dikembangkan dalam rangka memacu laju produksi lokal dan penciptaan lapangan kerja baru, keberadaan sektor informal dan kandungan potensi sumber daya daerah; (2) statistik fungsi-fungsi pemerintahan di bidang sosial budaya, seperti kondisi tingkat kesehatan rata-rata masyarakat, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni pendidikan dasar dan menengah; (3) statistik bidang fisik prasarana, seperti pola-pola penataan ruang dan kawasan andalan, kantong-

kantong kemiskinan dan kawasan tertinggal serta kondisi ekologi dan lingkungan hidup daerah dan (4) kapasitas fiskal dan keuangan daerah. RPJM pada periode 2010-2014 disusun dengan maksud menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah (berupa RKPD) dan DPRD dalam menyusun Renstra SKPD, Renja SKPD sekaligus merupakan acuan pilihan-pilihan program kegiatan tahunan daerah yang akan dibahas dalam rangkaian forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah secara berjenjang, yaitu mulai dari desa, kecamatan sampai tingkat kabupaten. Oleh karena itu isi dan substansinya mencakup indikasi rencana program dan kegiatan secara lintas sumber pembiayaan dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Alokasi sumber pembiayaan dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten yang tertuang dalam RPJM tersebut diperkirakan belum menunjukkan kontribusi pengaruh yang bermanfaat dalam upaya menanggulangi tingkat kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengukur pemenuhan ketiga unsur IPM yaitu kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli, badan dunia yang menangani programprogram pembangunan, yaitu United Nation Development Program (UNDP) telah menyusun indeks komposit berdasarkan 3 (tiga) indikator. Ketiga indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1. Angka Harapan Hidup (life expectancy at age: e0). 2. Indikator Pendidikan, yang terdiri dari: a. Angka Melek Huruf (adult literacy rate: Lit). b. Rata-rata Lama Sekolah (means year schooling: MYS).

3. Purchasing Power Parity (PPP) yang merupakan ukuran pendapatan yang telah disesuaikan dengan paritas daya beli. Indikator pertama mengukur umur panjang dan kesehatan, kemudian dua indikator berikutnya mengukur tingkat pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill), sedang indikator ketiga mengukur kemampuan mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator inilah yang digunakan sebagai komponen dasar dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks pembangunan manusia bermanfaat untuk membandingkan kinerja pembangunan manusia baik antarnegara maupun antardaerah (Mudrajad, 2006). Pembangunan manusia menjadi penting karena apabila suatu daerah tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang potensial maka dapat menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk membangun dan memajukan daerahnya. Jadi, sumber daya manusia sangat berperan penting dalam pembangunan suatu daerah. Kebijakan otonomi daerah merupakan pendelegasian kewenangan yang disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana dan sumber daya manusia (SDM) dalam kerangka desentralisasi fiskal. Beberapa manfaat melaksanakan desentralisasi adalah untuk meningkatkan kinerja pemerintah lokal, meningkatkan ketertanggapan permerintah terhadap kebutuhan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan dasar yang ditunjukkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI) adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi.

IPM juga digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (UNDP, 1996). IPM mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. IPM merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah (UNDP, 2004). Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Sumber daya manusia menunjuk pada manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu sebagai tenaga kerja yang produktivitasnya harus ditingkatkan. Dalam hal ini manusia hanya sebagai alat (input) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan output barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam IPM lebih diartikan sebagai tujuan pembangunan yang berorientasi akhirnya pada peningkatan kesejahteraan manusia. Salah satu ukuran IPM adalah besarnya pendapatan nasional yang digunakan untuk belanja pendidikan. (Kuncoro, 2004) Laporan Pembangunan Manusia 2013 yang dikeluarkan badan PBB untuk program pembangunan, UNDP, baru-baru ini memperlihatkan bahwa Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang kuat dalam setiap indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam 40 tahun terakhir. Indeks pembangunan manusia (IPM) di berbagai daerah di Indonesia cenderung membaik seiring dengan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2010-2014. Demikian hasil evaluasi awal

yang dilakukan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), Pemerintah Indonesia, dan Badan Kerja Sama Internasional Jerman (GIZ). Nilai IPM Indonesia pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,684, meski mengalami kenaikan sebesar 0,003 poin belum mampu menaikkan peringkat dari tahun 2012 (0,681) yaitu di peringkat 108 dari 187 negara. Di ASEAN, IPM Indonesia berada di atas Myanmar, Laos, Kamboja, Timor-Leste, Vietnam dan Filipina, dan berada di bawah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand. IPM Indonesia masih di bawah rata-rata dunia yaitu sebesar 0,694 (pemberlakuan perhitungan baru). Indonesia dikategorikan sebagai Negara Pembangunan Menengah.

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi/Nasional Tahun 2004-2013 Provinsi/Nasional Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Aceh 68,7 69,05 69,41 70,35 70,76 71,31 71,70 72,16 72,51 73,05 Sumatera Utara 71,4 72,03 72,46 72,78 73,29 73,80 74,19 74,65 75,13 75,55 Sumatera Barat 70,5 71,19 71,65 72,23 72,96 73,44 73,78 74,28 74,70 75,01 Riau 72,2 73,63 73,81 74,63 75,09 75,60 76,07 76,53 76,90 77,25 Jambi 70,1 70,95 71,29 71,46 71,99 72,45 72,74 73,30 73,78 74,35 Sumatera Selatan 69,6 70,23 71,09 71,40 72,05 72,61 72,95 73,42 73,99 74,36 Bengkulu 69,9 71,09 71,28 71,57 72,14 72,55 72,92 73,40 73,93 74,41 Lampung 68,4 68,85 69,38 69,78 70,30 70,93 71,42 71,94 72,45 72,87 Bangka Belitung 69,6 70,68 71,18 71,62 72,19 72,55 72,86 73,37 73,78 74,29 Kepulauan Riau 70,8 72,23 72,79 73,68 74,18 74,54 75,07 75,78 76,20 76,56 DKI Jakarta 75,8 76,07 76,33 76,59 77,03 77,36 77,60 77,97 78,33 78,59 Jawa Barat 69,1 69,93 70,32 70,71 71,12 71,64 72,29 72,73 73,11 73,58 Jawa Tengah 68,9 69,78 70,25 70,92 71,60 72,10 72,49 72,94 73,36 74,05 Yogyakarta 72,9 73,50 73,70 74,15 74,88 75,23 75,77 76,32 76,75 77,37 Jawa Timur 66,8 68,42 69,18 69,78 70,38 71,06 71,62 72,18 72,83 73,54 Banten 67,9 68,80 69,11 69,29 69,70 70,06 70,48 70,95 71,49 71,90 Bali 69,1 69,78 70,07 70,53 70,98 71,52 72,28 72,84 73,49 74,11 Nusa Tenggara Barat 60,6 62,42 63,04 63,71 64,12 64,66 65,20 66,23 66,89 67,73 Nusa Tenggara Timur 62,7 63,59 64,83 65,36 66,15 66,60 67,26 67,75 68,28 68,77 Kalimantan Barat 65,4 66,20 67,08 67,53 68,17 68,79 69,15 69,66 70,31 70,93 Kalimantan Tengah 71,7 73,22 73,40 73,49 73,88 74,36 74,64 75,06 75,46 75,68 Kalimatan Selatan 66,7 67,44 67,75 68,01 68,72 69,30 69,92 70,44 71,08 71,74 Kalimantan Timur 72,2 72,94 73,26 73,77 74,52 75,11 75,56 76,22 76,71 77,33 Kalimantan Utara - - - - - - - - - 74,72 Sulawesi Utara 73,4 74,21 74,37 74,68 75,16 75,68 76,09 76,54 76,95 77,36 Sulawesi Tengah 67,3 68,47 68,85 69,34 70,09 70,70 71,14 71,62 72,14 72,54 Sulawesi Selatan 67,8 68,06 68,81 69,62 70,22 70,94 71,62 72,14 72,70 73,28 Sulawesi Tenggara 66,7 67,52 67,80 68,32 69,00 69,52 70,00 70,55 71,05 71,77 Gorontalo 65,4 67,46 68,01 68,83 69,29 69,79 70,28 70,82 71,31 71,77 Sulawesi Barat 64,4 65,72 67,06 67,72 68,55 69,18 69,64 70,11 70,73 71,41 Maluku 69,0 69,24 69,69 69,96 70,38 70,96 71,42 71,87 72,42 72,70 Maluku Utara 66,4 66,95 67,51 67,82 68,18 68,63 69,03 69,47 69,98 70,63 Papua Barat 63,7 64,83 66,08 67,28 67,95 68,58 69,15 69,65 70,22 70,62 Papua 60,9 62,08 62,75 63,41 64,00 64,53 64,94 65,36 65,86 66,25 Indonesia 68,7 69,57 70,10 70,59 71,17 71,76 72,27 72,77 73,29 73,81 Sumber: www.bps.go.id, 2014 Catatan: Mulai tahun 2005, angka IPM Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan dalam dua digit atau dua desimal dibelakang koma. Pada tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) seluruh Provinsi/Nasional di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Dengan jumlah IPM Indonesia pada tahun 2013 sebesar 73,81, Provinsi DKI Jakarta

memiliki IPM tertinggi dari provinsi lainnya selama sepuluh tahun ini, yakni pada tahun 2013 sebesar 78,59. Ini disebabkan DKI Jakarta merupakan ibukota negara, segala pusat pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain banyak terdapat disana. Kemudian diikuti juga oleh Provinsi Yogyakarta, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Riau yang masing-masing memiliki IPM sebesar 77,37, 77,36, 77,33 dan 77,25 pada tahun 2013. Jika dibandingkan IPM antara Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Papua yang memiliki IPM terendah yaitu pada tahun 2013 sebesar 66,25, jumlah selisihnya cukup jauh sebesar 12,34. Dapat dilihat bahwa ketimpangan kesejahteraan masyarakat antara pusat dan daerah cukup besar. Serta terdapat pemekaran provinsi baru pada tahun 2012 yakni Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki jumlah IPM sebesar 74,72. Provinsi Riau memiliki IPM tertinggi dari seluruh provinsi yang terdapat di Pulau Sumatera. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir IPM Provinsi Riau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini dapat disebabkan semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ada, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, serta ekonomi. Seiring dengan hal tersebut, Provinsi Riau masih harus lebih banyak lagi membenahi sistem perekonomiannya.

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Data Tabel 1.1 Gambar 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Riau Tahun 2004-2013 Berdasarkan pernyataan dan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam sebuah judul tesis yaitu: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka didapat rumusan masalah penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kontribusi tenaga kerja terhadap PDRB di Provinsi Riau? 2. Bagaimanakah kontribusi PDRB, ekspor dan suku bunga terhadap inflasi di Provinsi Riau? 3. Bagaimanakah kontribusi PDRB dan suku bunga terhadap kurs di Provinsi Riau?

4. Bagaimanakah kontribusi suku bunga, inflasi dan kurs terhadap investasi di Provinsi Riau? 5. Bagaimanakah kontribusi PDRB dan investasi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh tenaga kerja terhadap PDRB di Provinsi Riau. 2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh PDRB, ekspor dan suku bunga terhadap inflasi di Provinsi Riau. 3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh PDRB dan suku bunga terhadap kurs di Provinsi Riau. 4. Untuk menganalisis besarnya pengaruh suku bunga, inflasi dan kurs terhadap investasi di Provinsi Riau. 5. Untuk menganalisis besarnya pengaruh PDRB dan investasi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian dari penelitian ini yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah daerah Provinsi Riau, diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi untuk dijadikan acuan dalam membuat kebijakan ekonomi agar lebih dapat meningkatkan sumber daya manusia. 2. Bagi akademis, diharapkan dapat menjadi informasi serta referensi bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya terutama dibidang yang sama. 3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan khususnya tentang Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau.