KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENGARUH PEMBERIAN LEGUMINOSA TERHADAP BOBOT LAHIR DOMBA EKOR GEMUK (DEG) YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

BOBOT HIDUP DOMBA EKOR GEMUK (DEG) YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN LEGUMINOSA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KAMBING DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

Jurnal IlmuTernakdan Tanaman

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

Fahrul Ilham ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP HARIAN ANAK DOMBA EKOR GEMUK (DEG) YANG DIBERIKAN PAKAN TAMBAHAN LEGUMINOSA

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

PENDAHULUAN Latar Belakang

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

Transkripsi:

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi) F.F. Munier Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Jl. Raya Lasoso No. 62, Biromaru, Kab. Sigi, Prov. Sulawesi Tengah, 94364 email: ffmunier@yahoo.com ABSTRAK Domba Palu merupakan jenis ternak ruminansia kecil yang memiliki ciri khas berekor gemuk (tebal). Domba ini merupakan sumber daya lokal yang spesifik lokasi yang hanya dapat berkembang di kawasan Lembah Palu dan sekitarnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakterisktik domba Palu yang umumnya dipemelihara secara tradisional. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Lembah Palu yang khusus Kota Palu pada bulan JuliDesmber 2012. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan peternak domba menggunakan kuesioner dan pengukuran badan domba di lapangan. Jumlah peternak domba yang di wawancarai sebanyak 10 orang di Kecamatan Palu Selatan dan 8 orang di Kecamatan Palu Timur, Kota Palu. Hasil penelitian, Domba Palu masih dipelihara secara tradisional yang tersebar di Lembah Palu dengan populasi tertinggi di wilayah Kota Palu sebesar 6.928 ekor. Postur tubuh kecil sampai sedang, cenderung agak pendek, bobot lahir betina 2,502,75 kg dan jantan 2,753,25 kg, bobot badan dewasa betina 2735 kg dan jantan 3038 kg. Jantan bertanduk dan betina tidak bertanduk. Ekor jantan dewasa berkembang dengan baik, panjang 18,22 ± 3,59 cm, lebar 15,94 ± 2,29 cm dan tebal 6,00 ± 0,86 cm. Disimpulkan bahwa postur tubuh Domba Palu kecil sampai sedang dan bobot badan dewasa lebih tinggi jantan. Kata Kunci: Ukuran badan, Bobot badan, karakteristik, domba Palu PENDAHULUAN Ternak domba (Ovis aries) merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang tersebar di sebagian wilayah Indonesia. Daerah yang memiliki ternak domba seperti di wilayah Indonesia Timur yakni Domba Ekor Gemuk (DEG) yang dikenal dengan domba Kisar banyak dijumpai di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Labetubun et al., 2011). Di Jawa Barat dikenal dengan Domba Garut dan Domba yang berasal dari Madura (Jawa Timur), serta jenis domba lainnya yang berasal dari daerah lainnya (Sosroamidjojo dan Soeradji, 1982), domba Batur berasal dari Jawa Tengah, serta domba ekor tipis yang berasal dari Yogyakarta. Sulawesi Tengah juga memiliki jenis domba lokal yang dikenal dengan Domba Palu yang memiliki ekor gemuk, ditetapkan sebagai Rumpun Domba Palu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 697/Kpts/PD.410/2/2013 tanggal 13 Pebruari 2013. Domba Palu merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Sulawesi Tengah yang populasinya terendah dibandingkan dengan jenis ternak ruminansia lainnya. Domba Palu ini umumnya berkembang di Kawasan Lembah Palu yang meliputi Wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, diluar Kawasan Lembah Palu yakni 33

Kabupaten Tolitoli sebesar 1,88% dari total domba di Sulawesi Tengah. Data Statistik tahun 2011 menunjukan bahwa populasi Domba Palu sebanyak 8.656 ekor yang tersebar pada kota dan tiga kabupaten. Populasi tertinggi berada di Kota Palu yaitu sebanyak 6.928 ekor, Kabupaten Sigi 1.391 ekor, Kabupaten Donggala 174 ekor dan Kabupaten Tolitoli 163 ekor. Populasi Domba Palu ini menurun jika dibandingkan dengan populasi tahun 2010 yakni sebanyak 9.036 ekor (BPS Prov. Sulteng, 2012) atau turun 4,21%. Sistem pemeliharaan Domba Palu umumnya masih tradisional yakni digembalakan di padang penggembalaan umum disekitar kawasan pemeliharaan domba yang setiap hari hanya merumput (mengkonsumsi) hijauan pakan yang terbatas baik kualitas maupun kuantitas. Komposisi hijauan pakan di padang penggembalaan di Kawasan Lembah Palu yaitu rumput alam 41,842,9%, gulma 27,5 33,9% dan leguminosa 24,329,6% (Amar, 2000). Rumput alam dan leguminosa yang tumbuh di padangan ini termasuk jenis tumbuhan berdaun sempit atau kecil sehingga produksi hijauannya terbatas. Kondisi ini menyebabkan domba lebih jauh merumput (mengembara) untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi, namun kandungan nutrien pada hijauan di padangan tersebut rendah sehingga produktivitasnya belum optimal. Terbukti pertambahan bobot bada harian (PBBH) domba Palu yang digembalakan hanya 9,0 g (Munier, 2005), bahkan saat musim kemarau dengan terbatasnya hijauan pakan di padang penggembalaan PBBHnya mengalami penurunan. Sedangkan domba Palu yang digembalakan dan diberikan pakan tambahan 500 g/ekor/hari gamal (Gliricidia sepium) dengan PBHH 37,5 g (Munier, 2005). Sistem pemeliharaan tradisional dengan menggembalakan domba dan pengandangan sistem koloni memiliki peluang terjadinya perkawinan sedarah (inbreeding) sehingga mengakibatkan terjadi penurunan mutu genetik pada anak yang dilahirkan. Disamping itu kemurnian dari Domba Palu kemungkinan menurun karena potensi perkawinan dengan jenis domba lainnya seperti jenis domba turunan Merino atau domba ekor tipis. Konservasi dan pelestarian guna melindungi kemurnian Domba Palu dan perbaikan sistem pemeliharaan guna meningkatkan produktivitas perlu diupayakan melalui program yang bersinergi antara pemerintah daerah dan instsitusi/lembaga penelitian terkait. Perbaikan sistem pemeliharaan domba Palu ini diharapkan dapat memperbaki penampilan domba Palu terutama peningkatan PBBHnya yang pada akhirnya diikuti peningkatan bobot badan siap potong. Domba Palu memiliki keunggulan dibanding jenis domba lainnya, diantaranya dapat beradaptasi pada lingkungan yang beriklim ekstrim, dapat beradaptasi di padang penggembalaan dengan ketersediaan hijauan pakan dan air terbatas, relatif tahan terhadap serangan parasit dan penyakit. Suhu udara di Lembah Palu ratarata 26,327,7 o C dengan kelembaban 69,575,3% (Syafruddin et al., 2003), namun pada waktu tertentu terutama musim kemarau suhu udara sangat ekstrim mencapai 3234 o C (Munier et al., 2002), bahkan kadangkadang mencapai suhu tertinggi hingga 36 o C (Munier, 2002). Keunggulan Domba Palu lainnya adalah kualitas dagingnya cukup baik dengan sebaran partikel lemak (marbling) yang rendah dan tidak berbau khas sehingga daging domba ini sangat digemari oleh konsumen meskipun harga jual hidup maupun dagingnya cukup tinggi. Melihat keunggulan yang dimiliki Domba Palu maka upaya Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Daerah Sulawesi Tengah bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 34

dalam pengembangan dan pelestarian Domba Palu diawali dengan kegiatan inventarisasi, uji kualitatif dan kuantitatif yang selanjutkan diajukan untuk ditetapkan sebagai salah satu rumpun ternak nasional. Upaya ini perlu ditindaklanjuti mengingat adanya kecenderungan penurunan jumlah populasi Domba Palu dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisktik Domba Palu yang umumnya dipemelihara secara tradisional di Kawasan Lembah Palu dengan melihat sifat kualitatif dan kuantitatif. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Lembah Palu yang khusus Kota Palu pada bulan JuliDesember 2012. Dasar pertimbangan dalam penentuan lokasi survei karakteristik ini karena populasi Domba Palu tertinggi berada di Kota Palu yang didominasi berada di Kecamatan Palu Selatan dan sebagian kecil berada di Kecamatan Palu Timur dengan populasi sebanyak 6.928 ekor (80,04%) dari total populasi di Sulawesi Tengah sebanyak 8.656 ekor (BPS Prov. Sulteng, 2012). Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan peternak domba menggunakan kuesioner dengan daftar pertanyaan yang terstruktur tentang sistem pemeliharaan Domba Palu yang selama ini dilakukan. Jumlah peternak domba yang di wawancarai sebanyak 10 orang di Kelurahan Kawatuna, Kecamatan Palu Selatan dan 8 orang di Kelurahan Paboya Kecamatan Palu Timur (sekarang Kelurahan Paboya masuk Kecamatan Matikulore pemekaran dari Kecamatan Palu Timur), Kota Palu. Pengukuran bagian badan dan penimbangan bobot hidup domba dilaksanakan di lapangan (kandang) pagi sebelum digembalakan. Kelengkapan data lainnya untuk memahami permasalahan pada peternak domba secara mendalam, dilakukan pula penggalian data melalui wawancara dengan beberapa informan kunci yang dianggap lebih mengetahui dan memahami kondisi sistem pemeliharaan Domba Palu di Kelurahan Kawatuna, Kecamatan Palu Selatan dan Kelurahan Paboya Kecamatan Palu Timur, serta pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder juga dikumpulkan dari instansi terkait. Data yang telah terkumpul dianalisis secara diskriptif kualitatif dan kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Sebaran Domba Palu Domba Palu umumnya tersebar di kawasan Lembah Palu pada wilayah dataran rendah sampai dataran menengah, yang meliputi Kota Palu dan Kabupaten Sigi, disajikan pada Gambar 1 dan 2. Di Kota Palu, Domba Palu tersebar pada dua kecamatan yakni Kecamatan Palu Selatan dan Kecamatan Palu Timur dengan total populasi sebanyak 6.928 ekor (BPS Prov. Sulteng, 2012). Sebaran Domba Palu di Kabapaten Sigi pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Biromaru, Kecamatan Dolo dan Kecamatan Marawola dengan total populasi 1.391 ekor (BPS Prov. Sulteng, 2012). Disamping itu, Domba Palu juga masih dijumpai di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Tolitoli tetapi jumlahnya hanya sedikit, masingmasing 174 ekor dan 163 ekor (BPS Prov. Sulteng, 2012). 35

Gambar 1. Sebaran Domba Palu di Kec. Palu Selatan, Kec. Palu Timur, Kota Palu dan Kec. Biromaru, Kab. Sigi Gambar 2. Sebaran Domba Palu di Kec. Dolo dan Kec. Marawola, Kab. Sigi Perkembangan Populasi Domba Palu Domba Palu merupakan ternak ruminansia kecil khas Sulawesi Tengah yang memiliki nilai ekonomis dan cukup digemari oleh para peternak di wilayah Lembah Palu. Kontribusi Domba Palu terhadap pendapatan keluarga peternak tinggi karena harga jualnya yang tinggi. Namun para peternak Domba Palu tidak menjual secara rutin, ternak domba ini dianggap sebagai tabungan dan sewaktuwaktu memerlukan uang baru dijual. Disamping itu Domba Palu dapat memberikan kontribusi untuk penyediaan daging alternatif guna pemenuhan kebutuhan daging konsumen lokal seperti untuk hajatan, acara adat dan rumah makan. Tingginya angka pemotongan Domba Palu yang diikuti dengan angka kelahiran rendah mengakibatkan kecenderungan terjadi penurunan jumlah populasi. Hal ini cukup beralasan karena Domba Palu memiliki kemampuan melahirkan anak tiga kali dalam dua tahun (setiap 8 bulan). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh manajemen pemeliharaan yang kurang baik (sistem tradisional) seperti konsumsi hijauan pakan dengan kualitas dan kuantitas yang terbatas dan tanpa pemberian pakan tambahan, serta tingginya 36

serangan parasit. Manajemen pemeliharaan Domba Palu yang kurang baik ini mengakibatkan kelahiran anak hanya satu kali setahun atau lebih dan bahkan sering terjadi kematian pada anak. Berdasarkan data populasi Domba Palu selama lima tahun terakhir yang mengalami kecenderungan menurun yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi dan Laju Populasi Domba Palu Tahun Populasi (ekor) Laju/th (%) 2007 2008 2009 2010 2011 17.547 17.167 14.647 9.036 8.565 2,26 14,67 38,31 5,21 Ratarata 18,90 Sumber: Disnak dan Keswan Daerah Sulteng (2012) Peningkatan populasi pada Domba Palu dapat diupayakan melalui perbaikan manajemen pemeliharaan agar tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan. Karakteristik Kualitatif Domba Palu merupakan rumpun ternak ruminansia kecil asli Indonesia yang memiliki karakteristik morphologi secara eksterior yang khas. Postur tubuh yang kecil sampai sedang dengan bobot badan relatif rendah dan cenderung agak pendek. Warna bulu sangat bervariatif yang didominasi putih polos, hitam polos, coklat polos, warna dominan putih dari hitam, warna dominan hitam dari putih dan warna dominan coklat dari putih. Warna bulu tunggal atau kombinasi pada domba Palu relatif sama dengan domba Kisar. Hasil penelitian Labetubun et al. (2011) bahwa pola warna bulu domba Kisar betina didominasi oleh kombinasi dua warna yaitu putihhitam sebesar 77,19%, diikuti kombinasi tiga warna putihhitamcoklat 5,26% dan terendah warna tunggal (hitam) dan (putih) 4,68%. Bentuk kepala domba Palu ringan dan kecil dengan profil hidung yang lurus. Warna kepala juga bervariatif yakni putih, hitam, coklat, putih, atau putih coklat. Domba Palu jantan memiliki tanduk yang bervariatif yakni bentuk panjang melebar kesamping, melingkar kebawah dan ujung menukik keatas, melingkar kebawah, namun ada sebagian kecil domba jantan yang tidak bertanduk atau tanduknya hanya muncul sedikit (± 23 cm). Sedangkan domba betina umumnya tidak bertanduk. Ukuran telinga domba Palu dari kecil sampai sedang yang mengarah ke bawah sampai menukik dan ditandai dengan di bagian ujung mengecil. Warna telinga putih, hitam atau putih totol hitam. Leher relatif pendek, agak gemuk dan kelihatan tegak, berwarnanya putih, sedangkan hitam atau coklat nampak batas warna menuju kearah badan. Domba jantan memiliki ekor besar (lebar), ekor gemuk ujung melingkar ke bawah, ekor gemuk ujung melingkar ke atas, ekor gemuk ujung melingkar dan mengecil, ekor gemuk ujung melingkar ke arah bawah. Betina memiliki umumnya memiliki ekor tipis, bagian ujung mengecil dan sebagian kecil berekor gemuk tetapi ukurannya lebih kecil dibanding domba jantan. Domba Palu jantan ini sama dengan domba Kisar yang ada di Maluku Tenggara Barat. Sumantri et al. (2007) melaporkan bahwa domba Kisar 37

termasuk rumpun domba yang memiliki ekor gemuk yang telah lama dipelihara oleh masyarakat setempat dan telah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Domba Palu memiliki kuku berwarna hitam dengan ujung kuku mengarah ke bawah, sedangkan kuku berwarna putih ujungnya mengarah ke depan. Ambing berukuran kecil dengan proporsi yang seimbang dan puting berukaran kecil hingga sedang. Punggung lurus dan sebagian terlihat agak melengkung terutama dibagian tengah dan semakin ke belakang makin tinggi sampai pinggul. Bulu (rambut) berkembang baik jantan maupun betina terutama di bagian badan, sedangkan bagian tubuh lainnya kurang berkembag (bulu tipis). Bulu badan berbentuk keriting dan sebagian berbentuk bulu pendek lurus. Bentuk bagian tubuh domba Palu ini bervariatif yang menggambarkan spesifik domba lokal. Menurut Muliadi (1996) bahwa bentuk tubuh ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran hubungan morfogenetik suatu ternak dan penyebarannya pada suatu wilayah atau negara. Karakteristik Kuantitatif Pengukuran sifat kuantitatif pada tubuh domba Palu melalui penimbangan bobot badan, pengukuran tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada dan lebar dada yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kuantitatif Badan Domba Palu Rataan Jenis Kelamin/ umur Bobot hidup (kg) Tinggi pundak Panjang badan Lingkar dada Dalam dada Lebar pinggul Betina: Anak (umur 3 bln) Muda (umur >312 bln) Dewasa (umur 1224 bln) Dewasa (umur >24 bln) 7,00±0,76 16,30±1,43 27,00±0,56 35,12±1,98 42,00±0,46 51,70±1,75 56,80±0,35 61,13±2,17 64,05±1,32 73,75±1,76 86,10±0,34 64,88±4,49 44,50±0,96 57,65±2,25 68,20±0,56 71,50±4,41 17,10±0,22 21,88±0,98 26,25±0,23 33,00±2,07 6,25±0,12 9,10±0,68 10,66±0,12 17,44±1,12 Jantan: Anak (umur 3 bln) Muda (umur >312 bln) Dewasa (umur 1224 bln) Dewasa (umur >24 bln) 7,25±0,54 13,50±1,15 30,50±2,09 37,98±4,83 38,50±0,82 49,10±1,21 58,00±0,90 65,33±5,00 63,00±0,33 70,95±1,29 87,90±0,89 67,22±6,85 43,10±0,78 54,18±1,37 72,25±1,84 75,22±8,35 15,30±0,45 21,21±0,72 26,60±0,40 35,28±3,32 6,80±0,14 8,50±0,48 11,30±0,22 19,56±1,67 Hasil penimbangan pada anak domba Palu yang baru lahir menunjukkan perbedaan antara jenis kelamin, jenis kelamin jantan lebih berat dibanding betina yakni masingmasing 2,753,25 kg dan 2,502,75 kg. Bobot badan domba Palu betina dewasa (umur 1224 bulan) adalah 27,00 ± 0,56 kg lebih tinggi dari domba Kisar betina pada umur yang sama yakni 21,49 ± 4,66 kg (Labetubun et al., 2011). Pada Tabel 3, disajikan sifat kuantitatif domba palu pada organ tertentu umur 23 tahun. Rataan panjang dan lebar ekor domba Palu jantan ini lebih tinggi dibandingkan dengan domba Kisar. Hasil penelitian Labetubun et al. (2011) bahwa rataan panjang dan lebar ekor domba Kisar betina umur >12 tahun 14,19 ± 2,82 cm dan 4,84 ± 1,03 cm. Adanya perbedaan ini disebabkan karena perbedaan jenis kelamin, secara alami 38

ukuran organ tubuh jantan umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan organ tubuh betina. Tabel 3. Sifat Kuantitatif Domba Palu Pada Organ Tertentu (umur 23 tahun) Jenis Kelamin/ organ Betina: Kepala Telinga Ambing Panjang 18,38±2,19 12,44±1,63 14,63±4,27 Lebar 13,13±1,25 5,81±0,79 Rataan Lingkar 23,00±4,31 Tebal Jantan: Kepala Telinga Ekor Scotum 21,78±1,86 12,28±1,48 18,22±3,59 15,06±3,13 14,61±1,36 6,17±0,71 15,94±2,29 24,61±3,19 6,00±0,86 UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih diucapkan kepada Lurah Kawatuna dan Lurah Paboya beserta staf yang telah memberikan kesempatan melaksanakan penelitian dan menyediakan data pendukung. Diucapkan terimakasih pula kepada Kelompok Peternak domba Watu Mjamboko Kelurahan Kawatuna dan Peternak domba di Kelurahan Paboya yang telah memberikan informasi sistem pemeliharaan domba Palu, serta Bapak Aslan Lasenggo, A.Md. sebagai teknisi BPTP Sulawesi Tengah yang telah membantu dalam proses pengumpulan data di lapangan. KESIMPULAN Disimpulkan bahwa bobot lahir domba Palu lebih tinggi pada anak jantan. Postur tubuh Domba Palu termasuk berukuran kecil sampai sedang dengan bobot badan dewasa lebih tinggi jantan DAFTAR PUSTAKA Amar, A.L. 2000. Komposisi Botanis Tumbuhan Menerna dan Daya Tampung Penggembalaan Umum di Kelurahan Kawatuna Lembah Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal IlmuIlmu Pertanian Agroland. Vol. 7 (4): 342350. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2012. Sulawesi Tengah dalam Angka 2012. h. 243252. Dinas Peternak dan Kesehatan Hewan Daerah Sulawesi Tengah. 2012. Statistik Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah. 39

Labetubun, J., M.J. Matatula dan J. Wattimena. 2011. Sifatsifat Kuantitatif dan Kualitatif Domba Kisar Betina. Agrinimal, Vol.1 (1): 3841. Muliadi, D. 1996. Sifat Fanatik Domba Priangan Di Kabupaten Pandeglang Dan Garut. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Disertasi. Munier, F.F. 2002. Keragaan Sapi Jantan Limousin dan Simmental di Lembah Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Pros. Sem. Nas. Tek. Peternakan dan Veteriner, CiawiBogor 1719 September 2001. Puslitbangnak, Bogor. h. 5154. Munier, F.F. 2008. Bobot Hidup Domba Ekor Gemuk (DEG) yang Diberikan Pakan Tambahan Leguminosa. Pros. Sem. Nas. Tek. Peternakan dan Veteriner, Bogor 1213 September 2005. Puslitbangnak, Bogor. h. 410415. Sumantri, C., Einstiana, A., Salamena, J.F dan I. Inounu. 2007. Keragaan dan Hubungan Phylogenik Antar Domba Lokal di Indonesia Melalui Pendekatan Analisis Morfologi. J. Ilmu Ternak dan Veteriner, 12: 4254. Syafruddin, A.N. Kairupan dan F.F. Munier. 2003. Potensi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pakan Ruminansia di Lembah Palu. Pros. Sem. Nas. Tek. Peternakan dan Veteriner 2003, Bogor 2930 September 2003, Puslitbangnak, Bogor. h. 266271. 40