BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN PENDAHUL

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

Standar Pelayanan Prima Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2012

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Kinerja pimpinan meliputi integritas kepribadian, proaktif, kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam esensi pendidikan sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mendunia. Dampak yang secara langsung dirasakan adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

Manual Mutu Jurusan UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat terangkat harkat dan derajadnya. pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah, keberhasilannya diukur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan dapat mengakomodasikan setiap

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

Kata Pengantar. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB I PENDAHULUAN. lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus

BAB V PENUTUP. Islamic School) Kota Pekanbaru, belum sepenuhnya berorientasi pada manajemen

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA

Manual Mutu Akademik FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana (2009).

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Lembaga persekolahan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR Nomor : 12/Kpts/SM.140/J.4.5/IV/2013

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditentukan namun kualitas dari tugas masing-masing mahasiswa cenderung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan dan mengimplementasikan pikiran-pikiran ideal yang berasal dari dirinya, atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus dicapai melalui komitmen semua personil Wahyudi (2011:144). Menurut Kotter (1996) dikutip oleh Danim (2009:135) menjelaskan visi merujuk pada gambaran tentang masa depan dan di dalamnya juga terkandung makna tentang apa yang harus dikreasi oleh manusia organisasional pada masa depan itu, apakah implisit atau eksplisit. Terkait dengan hal tersebut, Barnes (2007:1) mengatakan pelanggan membutuhkan pemimpin pemimpin yang terinspirasi dengan idelis, pemimpin pemimpin yang dianugrahi visi-visi besar, yang memimpin hal-hal besar dan berusaha keras mewujudkan impian mereka, yang mampu menerangi stakeholder dengan api yang datang dari jiwa mereka yang membara. Selanjutnya Morrisey (1997) sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2011:24) menjelaskan visi adalah daya pandangan yang konperhensif, mendalam dan jauh kedepan, meluas serta merupakan daya pikir 1

yang abstrak, yang memiliki kekuatan amat dasyat dan dapat menerobos batas waktu, ruang dan, tempat. Menurut Sagala (2009:141) menjelaskan agenda tujuan-tujuan sekolah yang ditampakan dan diwujudkan melalui program dan kegiatan sekolah yang disusun dalam rencana pengembangan sekolah (RPS) dengan program-program yang dapat diukur menghasilkan prestasi dan kualitas yang dicapai sekolah. Ideal. Kepemimpinan visioner dalam kontek pendidikan di Jawa dan pada khususnya pendidikan di Kota Salatiga adalah Kepala sekolah mempunyai visi dan misi sekolah sesuai tuntutan zaman dan kebutuhan daerah. Seperti yang dikatakan oleh Mulyasa (2011:25) bahwa visi sekolah yang diharapkan oleh pemerintah, orang tua, dan masyarakat luas adalah sesuai dengan tuntutan zaman, kebutuhan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dengan tujuan hakiki merumuskan dan menetapkan visi dan misi Sekolah adalah mewujudkn siswa yang bermoral, berilmu/cerdas dan berprestasi demi pembangunan Daerah. Kepala sekolah yang ingin berhasil manajemen dan kepemimpinannya, ia musti memiliki visi dan misi sekolah yang utuh dan menyeluruh. Menurut Helgeson (1996) dan dikutip oleh Mulyasa (2011:23) menjelaskan visi adalah sebagai suatu pandangan yang merupakan kristalisasi dan intisari dari suatu kemampuan (Compotence), Kebolehan, (ability) dan kebiasaan (self efficaty) dalam melihat, menganalisis dan menafsirkan. Menurut Robbins (2011) dikutip oleh Wahyudi (2011:144) menjelaskan Kemampuan visioner adalah 2

kemampuan pemimpin untuk menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang realistik, dapat dipercaya, atraktif tentang masa depan bagi suatu organisasi atau unit organisasional yang terus bertumbuh dan meningkat sampai saat ini. Selanjutnya Sagala (2009:141) mendefinisikan: Visi merupakan suatu proses yang menggambarkan serangkaian kegiatan perencanaan dan penetapan sasaran suatu organisasi secara formal. Visi organisasi adalah sebuah agenda tujuan-tujuan sebagai prestasi yang harus dicapai dalam aktifitas organisasi. Visi sekolah adalah agenda tujuan-tujuan sekolah yang ditampakkan dan diwujudkan melalui program dan kegiatan sekolah yang disusun dalam rencana pengembangan sekolah (RPS) dengan programprogram yang dapat diukur menghasilkan prestasi dan kualitas yang dicapai sekolah. Merumuskan visi dimulai dengan membangun ide ide kreatif atau dengan menciptkan ide-ide baru dengan mengambil dari tuntutan dan potensi lingkungannya. Visi adalah rumusan mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan untuk mewujudkan satu sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Kepala sekolah memiliki visi yang hendak dicapai bersama di masa depan. Visi adalah tujuan akhir. Visioner itu menggambarkan masa depan dengan berlandas pada ide-ide yang cemerlang. Mereka menampung segala konsep dan dituangkan ke dalam program/perencanaan kerja. Selanjutnya membangun strategi kerja mewujudkan visi sekolah. Setiap stakeholder di sekolah masing masing beraktivitas sesuai tugas dan fungsi kerja. Semua program kerja terkait erat dan saling membutuhkan dukungan dan kerjasama. Akhirnya kerja sama yang baik akan mewujudkan visi dan misi Sekolah. Berdasarkan sejarah berdirinya SMA Lab. Kristen Satya Wacana Salatiga, Wakasek Kesiswaan dalam 3

buku Panduan MOS/MOPD (2013) menjelaskan bahwa sekolah SMA Lab. Kristen Satya Wacana Salatiga didirikan oleh Bapak Willy Toysuta, sejak tahun 1986 yang juga merupakan Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Status sekolah telah terakriditasi A pada tahun 2003-2004 sampai saat ini. Itu boleh terjadi karena sekolah SMA Lab. Krisen Satya Wacana Salatiga telah memenuhi kriteria pengelolaan sekolah dalam pekerjaan menjunjung tinggi pelayanan. Kekurangan dan keterbatasan bukan menjadi ukuran dalam pengabdian karena mengklaim diutus untuk melayani. Mereka menggunakan fasilitas seadanya dalam sambil pembenahian secara perlahan/pertahap. Dengan modal semangat dalam pengabdian yang membara mendatangkan segala berkat untuk pembenahian perkembangan sekolah ke arah standar Pendidikan Nasional. Berkat yang telah diperoleh untuk perkembangan sekolah berupa keuangan, tenaga pengajar, sarana, prasarana dan fasilitas sekolah lain yang menunjang pendidikan. Mereka selalu bekerja sama berusaha untuk pencapaian sekolah keunggulan dengan prestasi-prestasi. Sekolah tersebut mulai dinamis ke arah yang labih baik dari sebelumnya dengan penunjangnya input, Process, output sampai menghasilkan outcame. Fakta. Perkembangan mutu SMA Lab. Kristen Satya Wacana semakin meningkat dan terdengar diberbagai belahan bumi Indonesia terlebih Indonesia bagian Timur terlebih khusus papua. Sehingga setiap tahun ada saja pelanggan siswa berminat mendaftar pada sekolah tersebut, selain calon siswa baru dari 4

Jawa dan sekitarnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan sekolah tersebut membawa pengharuman nama baik sekolah dengan terbukti meraih berbagai prestasi akademik maupun Non akademik tingkat kota, kabupaten dan di tingkat Provinsi. Tidak sekedar itu namun SMA Lab. Kristen Satya Wacana menghasilkan nilai UAN dan UAS siswa yang memuaskan. Meluluskan siswa 100 % di setiap tahun dengan peringkat yang baik. Ada alumi yang lanjut kuliah di tingkat nasional maupun Internasional dan bekerja di bidang pemerintahan, militer, dan swasta serta dunia usaha. Semua prestasi SMA Lab. Kristen Satya Wacana dapat diraih karena peran kepemimpinan visioner Kepala sekolah dalam merangkul setiap stakeholder bekerja mencapai visi dan Misi Sekolah. Ada beberapa Bapak yang pernah menjabat sebagai Kepala sekolah SMA Lab. Kristen Satya Wacana Salatiga sampai saat ini. Wakasek Kesiswaan (2013:1) menyebutkan sebagai berikut: S. Subanu, M.A (Alm) dari tahun 1986 1989; F. Pangemanan (Alm) dari tahun 1989 1995; Sulistyowati, dari tahun 1995 2002; Mawardi dari tahun 2002 2006; Suwidya Yakub, dari tahun 2006 2010; Jumadi dari tahun 2010 sekarang. Penelitian awal penulis melalui metode wawancara dan observasi langsung ke SMA Lab. Kristen Satya Wacana Salatiga menunjukan bahwa sekolah mengalami perkembangan karena salah satunya faktor kepemimpinan sekolah. Kepala sekolah telah merumus Visi dan Misi sekolah dan menyampaikan ke warga sekolah, mereka merivisi dan menetapkan sebagai visi dan misi sekolah bersama. Selanjutnya kepala sekolah 5

juga telah merumuskan perencanaan kerja, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pendelegasian wewenang, melaksanakan pengawasan dan supervisi sekolah. Juga ia selalu membangun komunikasi yang baik dengan guru dan staf dengan mengadakan rapat dan evaluasi program kerja dan kegiatan pada awal semester, pertengahan semester dan akhir semester ataupun perbulan. Selalu mensosialisasikan visi dan misi sekolah dalam lingkungan sekolah maupun publik. Suasana hubungan sosial dan kerja sama antara Kepala sekolah, Guru, TU, dan siswa juga berjalan harmonis. Kepala sekolah mempunyai Ketegasan dan Komitmen kerja. Peningkatan Partisitipasi pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Lingkungan sekolah menjadi kondusif. Proses belajar dan mengajar terlaksana secara maksimal. Kemajuan dan mutu Prestasi siswa akademik maupun non akademik semakin meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan kajian mendalam tentang Best Practice kepemimpinan visioner Kepala sekolah SMA Lab. Kristen Saya Wacana Salatiga (Good Practice In Education Management). Penelitian ini merupakan proses merekam dan menganalisis secara mendalam pengalaman manajemen sekolah terbaik dari Kepala sekolah SMA Lab. Kristen Satya Wacana Salatiga. Sehingga bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain maupun berbagai pihak untuk menjalankan konsep yang serupa bagi peningkatan kualitas sekolah. 6

1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana upaya kepala sekolah menyatukan kegiatan guru, siswa, TU, komite sekolah dalam visi dan misi sekolah? 2. Bagaimana upaya kepala sekolah sosialisasi visi dan misi sekolah? 3. Bagaimana peranan visi dan misi sekolah dalam meningkatkan hasil belajar Siswa. 4. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam manajemen kepemimpinan kepala sekolah visioner dan cara mengatasinya? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui upaya kepala sekolah menyatukan kegiatan guru, TU, siswa, komite sekolah dalam visi dan misi SMA Lab. Kristen Satya Wacana Salatiga. 2. Mengetahui upaya kepala sekolah sosialisasi visi dan misi sekolah. 3. Mengetahui peranan visi dan misi sekolah dalam meningkatkan hasil belajar Siswa. 4. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam manajemen kepemimpinan kepala sekolah visioner dan cara mengatasinya. 1.4 Manfaat Penulisan 1. Berkontribusi terhadap pengembangan manajemen sekolah SMA Lab. Kristen Satya Wacana, khususnya peran strategis Kepala sekolah di dalam membangun sekolah berkualitas. 2. Berkontribusi bagi peningkatan khasanah keilmuan di bidang manajemen sekolah khususnya. 7

3. Menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah yang memiliki kemiripan untuk mengembangkan model manajemen dan visi kepala sekolah yang berorientasi bagi pencapaian Visi dan misi sekolah. 4. Memberikan kontribusi kepada Kementerian Pendidikan Nasional untuk mengembangkan strandar manajemen sekolah khususnya bagi peningkatan kinerja kepala sekolah dalam mencapai visi, misi dan tujuan sekolah. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I: Berisi penjelasan tentang Pendahulan, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II: Berisi tentang Tinjauan Pustaka. Terdiri dari: Kepemimpinan Visioner, Fungsi/peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Visioner, Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sekolah Melalui Kepemimpinan Visioner, Mutu Sekolah, Hasil Belajar Siswa. BAB III: Berisi tentang metode penelitian, terdiri dari: Jenis dan metode penelitian, Jenis dan Sumber data, Lokasi dan waktu penelitian, Prosedur Penelitian, Teknik Pungumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Pengujian Keabsahan Data. 8

BAB IV: Berisi tentang Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari: Gambaran Umum Sekolah SMA Lab. Kristen Satya Wacana Salatiga, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Visioner. Upaya Kepala Sekolah menyatukan kegiatan Guru, Siswa, TU, Kelompok Peduli Sekolah (Komite sekolah) dalam Visi dan Misi Sekolah. Upaya Kepala sekolah Sosialisasi Visi dan Misi Sekolah. Peranan Visi dan Misi Sekolah dalam meningkatkan hasil belajar Siswa. Kendala-kendala yang dihadapi dalam manajemen kepemimpinan Kepala sekolah dan cara mengatasinya; Karakteristik Kepemimpinan Visioner. BAB V: Simpulan dan Saran Daftar Pustaka Lampiran-lampiran 9