KARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA TAHUN 2013 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

ABSTRAK. Kata Kunci: Tuberkulosis, Mikroskopis Zn, Kultur LJ, Sensitivitas, Spesifisitas

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

ABSTRAK. Emil E, ; Pembimbing I: Penny Setyawati M., dr, SpPK, M.Kes. PembimbingII :Triswaty Winata, dr., M.Kes.

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

ABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

1 Stephanie O. Willar 2 John Porotu o 2 Olivia Waworuntu.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat secara global. TB Paru menduduki peringkat ke 2 sebagai

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

ABSTRAK PROPORSI HASIL BTA NEGATIF PADA PASIEN TB PARU DI RSUP SANGLAH, BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch

Mulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

Indonesia dalam rangka percepatan Millenium Development Goals (MDGs) mentargetkan penemuan kasus baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR)

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

ABSTRAK. Sri Ariany P, 2009, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II: J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KATA PENGANTAR. Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

OVERVIEW OF PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN THE LANGENSARI COMMUNITY HEALTH CENTER, BANJAR, 2013 PERIOD

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hasil HbA1C dan Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

GAMBARAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BEBANDEM, KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

ABSTRAK. Kata Kunci: Mycobacteriun tuberculose, Homogenisasi. PENDAHULUAN. penyakit AIDS serta bertambahnya penderita Diabetes Mellitus yang merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TBC PARU BTA (+) TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM DOTS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PKM CIPAGERAN KOTA CIMAHI PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PANDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Mycobacterium Tuberculosis (MTB) telah. menginfeksi sepertiga pendududk dunia (Depkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Nurhayati Jumaelah 1, Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB 2, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

Transkripsi:

KARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA TAHUN 213 Intan Astariani 1, I Wayan Putu Sutirta Yasa 2, A.A. Wiradewi Lestari 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 2 Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Tuberkulosis Paru (TB) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan tetap menjadi permasalahan dunia sampai saat ini. Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara penyumbang kasus TB dengan prevalensi TB 285 per 1. penduduk dengan angka kematian mencapai 27 per 1. penduduk. Untuk mengurangi angka kejadian TB perlu dilakukan suatu pencegahan yang baik dan pengobatan yang tepat untuk penderita yang sudah terdiagnosis TB. Agar pengobatan tepat, diagnosis TB perlu ditegakkan sedini mungkin sehingga diperlukan suatu uji diagnostik yang tepat. Uji bakteri tahan asam (BTA) menjadi metode utama untuk diagnosis TB di negara berkembang. Namun pada data terbaru ditemukan uji BTA memiliki keterbatasan pada sensitivitas dan spesifisitasnya. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui prevalensi hasil uji BTA pada pada pasien yang dicurigai TB (suspek TB) dan melakukan uji BTA di RSU Surya Husadha tahun 213 dan karakteristik pasien yang melakukan uji BTA tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional non-eksperimental memakai data sekunder dari Laboratorium RSU Surya Husadha. Sampel penelitian merupakan seluruh hasil uji bakteri tahan asam (BTA) pada pasien yang diperiksa di Laboratorium RSU Surya Husadha pada tahun 213 yaitu berjumlah 287. Hasil penelitian didapatkan dari 287 orang yang melakukan uji BTA di RSU Surya Husadha tahun 213, pasien yang lengkap mengumpulkan sampel 3 kali sebanyak 257 orang (89.55%) dan yang tidak lengkap mengumpulkan sampel sebanyak 3 orang (1.45%). Dari pasien dengan sampel lengkap hasil positif yang menggambarkan prevalensi suspek TB sebanyak 31 orang (12.6%), hasil negatif sebanyak 219 orang (81.21%), dan yang perlu uji ulang sebanyak 7 orang (2.72%). Kata Kunci : tuberkulosis, BTA, Mycobacterium tuberculosis 1

CHARACTERISTIC OF TEST RESULT OF ACID-FAST BACILLUS (AFB) SMEAR AMONG PATIENTS WHO SUSPECT WITH TUBERCULOSIS IN SURYA HUSADHA HOSPITAL 213 ABSTRACT Lung Tuberculosis is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and still become the world problem until today. Indonesia placed the fifth rank as the country with tuberculosis and the prevalence was 285 cases in 1. people with the mortality rate 27 death in 1. people. To reduce the cases of tuberculosis, the best prevention and appropriate treatment become very important. The diagnosis of tuberculosis must define precisely, so it needs an accurate diagnostic method. Acid-fast bacillus (AFB) smear test become the primary method to define tuberculosis diagnostic in developing country, but it has limitation in specificity and sensitivity. The aim of this research is to know the prevalence of test result of AFB smear among patients who suspect with tuberculosis in Surya Husadha Hospital 213 and the characteristic of the patients. This research using cross sectional non-experimental method with secondary data from Laboratory of Surya Husadha Hospital. The sample was all the test result of acid-fast bacillus smear among patients who were tested in the Laboratory in 213. Total of sample was 287. The result of this research was from 287 patients who had acid-fast bacillus smear in Laboratory of Surya Husadha Hospital in 213, the patients who collected their sputum completely was 257 patients (89.55%) and non-completely sputum was 3 patients (1.45%). From the complete sputum, the positive result which is shows the prevalence of suspect tuberculosis was 31 patients (12.6%), negative result was 219 patients (81.21%), and the sample who needed retest was 7 patients (2.72%). Keywords : tuberculosis, acid-fast bacillus smear, Mycobacterium tuberculosis PENDAHULUAN Tuberkulosis Paru (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang sering dikaitkan dengan daerah urban, populasi yang padat dan ventilasi bangunan yang buruk. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. 1 TB merupakan salah satu penyakit yang masih tinggi prevalensinya baik di dunia maupun di Indonesia. Tahun 212, diestimasikan terdapat 8,7 juta insiden TB di dunia yang setara dengan 125 kasus per 1. populasi dan 1,3 juta orang meninggal karena penyakit tersebut (94. meninggal karena TB dengan HIVnegatif dan 32. HIV-positif). 2 Sedangkan di Indonesia sendiri menurut data Pengendalian Tuberkulosis (TB) tahun 21, prevalensi TB adalah 285 per 1. penduduk, sedangkan angka kematiannya 27 per 1. penduduk. Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai 2

penyumbang kasus TB terbanyak di dunia. Hal ini membaik dari tahun-tahun sebelumnya dimana Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia. 3 Untuk tetap menurunkan angka kejadian TB terutama di Indonesia perlu dilakukan suatu pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk penderita TB yang sudah terdiagnosis. Untuk dapat melakukan pengobatan yang tepat, status penderita TB perlu ditegakkan sedini mungkin. Sehingga, diperlukan uji diagnostik TB yang tepat. Diagnosis TB dapat ditegakkan selain dari gejala klinis dan pemeriksaan fisik, juga didasarkan atas hasil pemeriksaan mikrobiologi, radiologi, histopatologi, dan serologi. 1 Pemeriksaan sputum pada orang yang dicurigai sebagai penderita TB penting dilakukan karena dengan ditemukannya kuman bakteri tahan asam (BTA), diagnosis TB sudah dapat dipastikan. Paling tidak diperlukan tiga spesimen sputum konsekutif yang dikumpulkan dengan interval waktu 8 sampai 24 jam dengan paling tidak satu spesimen sputum pada pagi hari. Deteksi BTA dapat menjadi bukti bakteriologi pertama yang menandakan adanya mikrobakteria pada spesimen yang dikerjakan. 4 Pemeriksaan ini murah dan mudah dikerjakan, tetapi kelemahannya sulit untuk mendapatkan sputum terutama pada pasien yang tidak batuk atau batuk tapi tidak produktif. Bahan pemeriksaan yang lain dapat dari cairan pleura, liquor cerebrospinal, urin, feses, dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/bjh). Sputum yang akan diperiksa hendaknya masih segar. 6,7 Walaupun sputum sudah didapat, kuman BTApun kadang sulit ditemukan. Bakteri TB baru ditemukan jika bronkus yang terlibat dalam penyakit ini terbuka ke luar sehingga sputum yang mengandung BTA dapat dengan mudah keluar. 6 Pada data terbaru, disebutkan bahwa uji BTA memiliki keterbatasan yang signifikan dalam kinerjanya. Dimana, sensitivitasnya terganggu jika jumlah bakteri yang ditemukan kurang dari 5. organisme per ml sampel sputum. Karena pengumpulan dahak yang berulang, beberapa pasien tidak datang kembali untuk pemeriksaan dahak ulang dan tidak melanjutkan pengobatan. Selain itu pemeriksaan BTA dengan mikroskop sangat subjektif terhadap siapa yang memeriksa. Namun uji BTA tetap menjadi metode utama untuk diagnosis TB paru di negara berkembang. Menurut penelitian pada Journal of Clinical Microbiology, pengecatan BTA memiliki sensitivitas 67.5% (95% CI, 6.6-73.9) dan spesitifitas 97.5% (95% CI, 97.-97.9). 5 Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian di Indonesia khususnya di Bali sendiri mengenai uji BTA pada orang yang dicurigai menderita TB paru. Dalam penelitian ini membuktikan berapa persen hasil uji BTA yang positif dan negatif di laboratorium klinik RSU Surya Husadha tahun 213. METODE Tempat dan Waktu Penelitian 3

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium RSU Surya Husadha selama 3 bulan yaitu bulan Januari 214 sampai Maret 214. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional non-eksperimental dengan mengambil data secara retrospektif dari Laboratorium RSU Surya Husadha. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder, dimana data sekunder merupakan data yang berupa hasil uji laboratorium pasien yang diperoleh dari bagian laboratorium RSU Surya Husadha. Populasi Penelitian Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua hasil uji bakteri tahan asam (BTA) pada pasien yang diperiksa di Laboratorium RSU Surya Husadha. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah data hasil uji bakteri tahan asam (BTA) pada pasien yang diperiksa di Laboratorium RSU Surya Husadha tahun 213. Alur Penelitian Penelitian diawali dengan mengajukan permohonan izin kepada Direktur RSU Surya Husadha dan Kepala Unit Laboratorium RSU Surya Husadha dengan mengirimkan surat. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data hasil uji BTA pada orang yang dicurigai sebagai penderita TB sepanjang tahun 213 di Laboratorium Rumah Sakit Surya Husadha. Tahap selanjutnya adalah mengkaji data yang telah didapatkan dan menganalisis hasilnya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah mengambil data hasil laboratorium dari seluruh pasien yang datang untuk melakukan uji BTA ke RSU Surya Husadha pada tahun 213 yang diduga menderita TB. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer SPSS 16. for windows. Sebelum menganalisis data, dilakukan data entry dengan coding dan editing, kemudian dilanjutkan dengan data cleaning sehingga diperoleh data yang baik untuk dianalisis. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui gambaran hasil uji BTA pada pasien yang dicurigai menderita TB di RSU Surya Husadha pada tahun 213. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL Frekuensi Hasil Uji BTA dan Karakteristik Pasien Penelitian ini dilakukan di laboratorium RSU Surya Husadha dengan jumlah sampel 287 data berupa hasil pemeriksaan laboratorium uji BTA. Kemudian diperoleh prevalensi hasil uji BTA dan prevalensi karakteristik pasien yang melakukan uji BTA yang disajikan pada Tabel 1. 4

Tabel 1. Frekuensi Hasil Pemeriksaan Uji BTA dan Karakteristik Pasien Menurut Jenis Kelamin dan Usia Uji BTA dan Karakteristik Pasien Hasil uji BTA dengan pengumpulan sampel lengkap (3 kali) Positif Negatif Perlu uji ulang Hasil uji BTA dengan pengumpulan sampel 2 kali Positif 2 kali Negatif 2 kali Positif dan Negatif Hasil uji BTA dengan pengumpulan sampel 1 kali Positif Negatif Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia Balita (-5 tahun) Kanak-kanak (5-11 tahun) Remaja (12-25 tahun) Dewasa (26-45 tahun) Lansia ( 46 tahun) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien yang uji BTA di RSU Surya Husadha sebanyak 287 orang. Dari jumlah tersebut pasien yang lengkap mengumpulkan sampel sebanyak tiga kali adalah sebanyak 257 orang (89.55%), dan yang tidak lengkap yaitu mengumpulkan dua atau satu kali sampel sebanyak 3 orang (1.45%). Dari pasien dengan sampel lengkap, yang hasilnya positif yaitu sebanyak 31 orang (12.6%), hasil negatif sebanyak 219 orang (81.21%), dan yang perlu uji ulang sebanyak 7 orang (2.72%). Frekuensi (Orang) 257 31 219 7 11 3 7 1 18 1 17 22 9 9 11 11 Persentase (%) 89.6 12.1 81.2 2.7 36.7 27.3 63.6 9.1 6 5.6 94.4 71. 29. 29. 35.5 35.5 557 55.9 439 44.1 Dari sampel yang tidak lengkap, pasien yang mengumpulkan sampel sebanyak dua kali yaitu 11 orang (36.67%), yang mengumpulkan sampel satu kali sebanyak 18 orang (6%), sedangkan teregistrasi tetapi tidak mengumpulkan sampel sebanyak 1 orang (3.33%). Dari pasien yang mengumpulkan sampel sebanyak dua kali, yang terdata positif dua kali sebanyak 3 orang (27.27%, ) yang terdata negatif dua kali sebanyak 7 orang (63.63%), sedangkan yang positif sekali dan negatif sekali sebanyak 1 orang (9.9%). Dari pasien yang mengumpulkan data sebanyak satu kali 5

didapatkan hasil positif sebanyak 1 orang (5,56%) dan negatif sebanyak 17 orang (94,44%). Berdasarkan umur penderita, rata-rata yang hasil uji BTA-nya positif adalah dari usia produktif. Berdasarkan kriteria umur, kelompok dewasa dan lansia memiliki persentase yang sama yaitu 35.48% dengan jumlah penderita 11 orang. Sedangkan kelompok usia remaja terdapat 9 orang dengan hasil BTA yang positif yaitu 29.3%. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, dari 31 total pasien yang tercatat positif, 22 diantaranya yaitu 7.96% laki-laki. Sedangkan 9 diantaranya yaitu 29.3% adalah perempuan. PEMBAHASAN Dari seluruh hasil penelitian, prevalensi hasil uji BTA selama tahun 213 di RSU Surya Husadha yang positif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan hasil uji BTA yang negatif. Dari seluruh pasien yang melakukan uji BTA, yang lengkap mengumpulkan sampel sebanyak tiga kali sejumlah 89.55% sedangkan yang tidak lengkap sebanyak 1.45 %. Dari pasien dengan sampel lengkap, yang hasilnya positif yaitu sebanyak 31 orang (12.6%), hasil negatif sebanyak 219 orang (81.21%), dan yang perlu uji ulang sebanyak 7 orang (2.72%). Seperti yang dipaparkan pada Buku Ilmu Penyakit Dalam dengan topik Tuberkulosis Paru, salah satu faktor yang menyebabkan keterbatasan kinerja uji BTA adalah pasien yang tidak datang kembali membawa sampel dahak karena uji BTA memerlukan penelitian sampel yang berulang. 6 Selain itu, faktor perancu yang lain adalah jumlah bakteri di sampel sputum bisa kurang dari 5 ml walaupun ternyata pasien tersebut positif. Tetapi karena pada sputum yang pasien bawa jumlah bakterinya kurang maka pasien terdiagnosis negatif berdasarkan uji BTA. Selain itu, tidak semua pasien mengetahui teknik untuk mengeluarkan sputum sehingga perlu edukasi cara penampungan sputum pada pasien sebelum pasien menyerahkan sampel sputum. 6 Dari jenis kelamin, persentase penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 7.96%. Hal ini dapat dimungkinkan dengan laki-laki yang lebih banyak melakukan aktivitas sehingga lebih sering terpapar oleh bakteri penyebab TB. Selain itu terdapat penelitian yang mengaitkan kejadian TB dengan kebiasaan merokok. Perokok memiliki kerentanan untuk terinfeksi TB karena pertahanan saluran nafasnya melemah akibat merokok. Efek merokok pada paru diantaranya sebagai zat proinflamasi dan imunosupresif terhadap kekebalan tubuh. 9,1 Dari segi umur penderita, sebagian besar penderita yang hasil uji BTA nya positif adalah dari kalangan usia produktif yang dalam hal ini terdistribusi dengan usia remaja sebanyak 29.3% dan usia dewasa serta lansia dengan persentase yang sama yaitu 35.48%. Hal ini dapat terjadi karena pada usia produktif aktivitas penderita lebih banyak sehingga kesempatan untuk terpapar bakteri penyebab TB juga semakin besar. Selain itu angka penularan dalam keluarga 6

juga dapat menambah prevalensi penderita TB dimana dengan riwayat kontak dengan anggota keluarga yang merupakan penderita TB selama lebih atau sama dengan 3 bulan dapat meningkatkan angka penularan TB yaitu melalui penciuman, pelukan ataupun berbicara langsung. 11 SIMPULAN Pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien yang uji BTA di RSU Surya Husadha sebanyak 287 orang. Dari jumlah tersebut pasien yang lengkap mengumpulkan sampel tiga kali adalah sebanyak 257 orang (89.55%), dan yang tidak lengkap sebanyak 3 orang (1.45%). Dari pasien dengan sampel lengkap, yang hasil ujinya positif yaitu sebanyak 31 orang (12.6%), hasil negatif sebanyak 219 orang (81.21%), dan yang perlu uji ulang sebanyak 7 orang (2.72%). Pada penelitian ini didapatkan prevalensi hasil uji BTA dengan hasil positif pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan rentang usia terbanyak adalah usia produktif. DAFTAR PUSTAKA 1. Setiono A. Uji Diagnostik Pemeriksaan Immunochromatographic Tuberculosis (ICT TB) Dibandingkan dengan Pemeriksaan BTA Sputum pada Tersangka Penderita TB Paru di RSUP Dr Kariadi Semarang.Semarang: Universitas Diponegoro. 211; 4-6 2. World Health Organization.Global Tuberculosis Report 213. 213; 6-1 3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kompetisi Jurnalistik Tahun 212. 212; 1-2 4. CDC. Chapter 4 Diagnosis of Tuberculosis Disease. 212; 83-8 5. Alimuddin Z., Mario R., Richard S., Fordham VR. Tuberculosis. The New England Journal of Medicine. 213; 745-9 6. Zulfikri A. Asril B. Tuberkulosis. In: Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. 29; 223-4 7. PPTI. Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB). Jakarta: PPTI. 21; 1-27 8. Prabha D. Sputum Smear Microscopy in Tuberculosis: Is it Still Relevant?. Indian J Med Res. 213; 442-3 9. Nita Y.R., Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Penderita Tuber-kulosis Paru (TB Paru) di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia. 212; 2-4 1. Agung A.W. Merokok dan Tuberkulosis. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia. 212; 3-4 11. Rusnoto, Pasihan R., Ari U., Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru Pada Usia Dewasa (Studi Kasus di Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru Pati). Universitas Diponegoro. 26; 8-9 12. Suthar H.N., Patel H.D., Singel V.C. Clinical Profile of Pulmonary Tuberculosis in Patients with HIV Infection. NJIRM. 212; 3(2): 3-9 7